Anda di halaman 1dari 5

Program Force Molting untuk Ayam Petelur

Apa itu molting? Sebagian dari kita pasti sudah mengenal istilah tersebut. Ya,
nama lain molting adalah rontok bulu. Dalam masa hidupnya, seekor unggas akan
mengalami suatu periode di mana bulu-bulu yang terdapat pada tubuhnya lepas dan
berganti dengan bulu-bulu yang baru. Keadaan demikianlah yang dikenal dengan
istilah molting. Jadi, molting adalah suatu proses perontokan bulu yang biasa dialami
oleh unggas setelah mencapai masa produksi tertentu. Berbagai jenis unggas,
seperti itik, ayam kampung petelur, ayam Arab, serta ayam petelur komersial bisa
mengalami molting.

Selama ini proses molting memang masih jarang dipraktekkan oleh peternak
ayam. Biasanya ayam petelur yang telah memasuki umur 80 minggu akan langsung
diafkir dan dijual di pasar. Meski begitu ternyata ada pula sebagian kecil peternak
yang tidak langsung mengafkir, tetapi lebih memilih melakukan molting pada ayam
tuanya. Kira-kira apa alasan dilakukannya molting dan apa saja manfaat yang bisa
diperoleh peternak? Berikut bahasannya.

Manfaat Molting

Molting merupakan proses alamiah yang biasa terjadi pada ayam petelur yang
telah berproduksi cukup lama (± 80 minggu) dan berlangsung selama ± 4
bulan (North dan Bell, 1990). Meskipun demikian, proses molting bisa dipercepat
dengan menerapkan metode moltingpaksa atau force molting, yang hanya
membutuhkan waktu 6-8 minggu saja. Di lapangan sendiri, teknik force molting inilah
yang biasa diterapkan oleh peternak.

Widhanarto (1996) menyatakan bahwa force molting mempunyai hubungan


erat dengan produksi telur, di mana selama force molting akan terjadi penurunan
produksi telur secara drastis atau ayam berhenti bertelur sama sekali, serta terjadi
penurunan bobot badan.
Proses force molting yang dilakukan pada ayam petelur yang sudah tua
memang memiliki beberapa efek positif, di antaranya:
 Setelah force molting, yaitu ketika bulu baru sudah tumbuh, ayam akan kembali
bertelur meski jumlah produksinya tidak setinggi masa bertelur normal. Produksi
telur biasanya bervariasi sekitar 10-30% lebih rendah dari normalnya, tergantung
status kesehatan dan tingkat cekaman stres yang dialami ayam. Untuk
gambaran saja, sebelum force molting selama satu periode yaitu dari umur 20-
80 minggu, satu ekor ayam rata-rata bisa menghasilkan 20 kg telur. Sedangkan
setelah force molting, ayam hanya mampu memproduksi 11-12 kg telur. Selain
itu, ayam yang telah mengalami force molting masa produksinya lebih singkat.
Kalau dari umur 20 mingguan sampai afkir bisa berproduksi selama 50-60
minggu, tetapi setelah proses force molting biasanya ayam hanya berproduksi
sekitar 25-30 minggu, kemudian diafkir. Proses force molting ini hanya dilakukan
satu kali.
 Setelah force molting, kualitas telur yang dihasilkan akan lebih baik, di mana
ukuran telur bisa lebih besar/berat dari normal dan warna kerabang lebih baik.
Menurut penelitian Widodo (2008), dilaporkan bahwa program force
molting memberikan hasil yang memuaskan terhadap kualitas telur. Kerabang
telur menjadi coklat kembali dan kualitas kerabang lebih tebal.

Molting mampu melanjutkan produksi dan memperbaiki kualitas telur tersebut


melalui proses peremajaan ayam. Hal ini disebabkan adanya perbaikan fungsi
ovarium (penghasil sel telur) oleh sel atau jaringan baru (Barua et al., 2001).
Menurut North dan Bell (1990), programforce molting dalam kondisi tertentu
dipandang lebih menguntungkan dalam banyak hal, di antaranya lebih hemat biaya
ransum, serta bisa memperbaiki kualitas dan produksi telur.
Alasan Melakukan Force Molting

Force molting sebenarnya tidak selalu harus dilakukan, terutama untuk ayam
komersial. Pertimbangan untuk melaksanakan force moltingatau tidak, tergantung
pada:

 Ketersediaan DOC

Misalkan pada saat ayam tua akan diafkir, ternyata terjadi kelangkaan DOC di
pasaran yang mengakibatkan telatnya chick in di kandang. Ketika DOC langka,
peternak bisa melakukan molting untuk mencegah kekosongan produksi telur di
kandang. Pasalnya, jika harus masuk DOC baru perlu waktu hingga 18-20 minggu
sampai ayam bisa menghasilkan telur. Sedangkan jika melakukan force
molting hanya memerlukan waktu 6-8 minggu untuk ayam bisa berproduksi kembali.
Lain halnya jika harga DOC ayam petelur sedang murah, maka tidak perlu
dilakukan force molting. Peternak lebih baik melakukan afkir dan mengisi dengan
ayam yang baru. Tidak dipungkiri bahwa force molting itu lebih rumit dibandingkan
pengafkiran ayam yang sudah tua dan melakukan chick in DOC. Pasalnya
saat molting, tingkat stres pada ayam petelur akan lebih tinggi.

 Harga ayam afkir atau telur di pasaran

Misalnya pada akhir minggu ke-80, harga ayam afkir sedang jatuh dan diduga untuk
beberapa bulan ke depan harganya belum tentu baik. Di waktu yang bersamaan
ternyata saat itu harga telur sedang baik, bahkan sampai beberapa bulan ke depan.
Menghadapi situasi ini, maka program force molting bisa dipertimbangkan.

Persiapan Force Molting

Walaupun hasil dari program force molting cukup menjanjikan, dalam


melakukan program ini ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, antara lain:
 Sebelum force molting, ayam harus dipastikan sehat. Jika ada ayam tidak sehat,
maka harus dipisahkan karena ayam bisa mati ketika force molting dijalankan.
 Standar bobot badan ayam yang akan di-force molting harus berkisar 1,9-2 kg
dengan usia berkisar 80 minggu. Saat molting biasanya ayam jadi sangat lemah
dan tekanan stresnya tinggi sehingga rentan terserang penyakit.
Metode Force Molting

Prinsip utama force molting adalah memberikan masa istirahat bertelur bagi
ayam tua. Agar ayam bisa beristirahat, maka kita perlu memberikan “cekaman” pada
ayam, barulah produksi telur terhenti dan alat-alat reproduksinya akan mengalami
“perbaikan”. Berbagai macam metode force molting telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, namun keberhasilan peningkatan produksi telur belum ada yang baku,
sehingga hasilnya pun berbeda-beda.

Beberapa contoh metode force molting di antaranya dengan mengurangi


jumlah ransum secara bertahap, memuasakan ayam tanpa diberi ransum sama
sekali selama beberapa waktu, atau merubah susunan formulasi ransum. Namun,
dari beberapa metode tersebut, yang paling sering dilakukan di lapangan adalah
metode kedua yaitu memuasakan ayam.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajak (2010), force


molting dengan menggunakan metode puasa makan selama 10 hari (ayam tetap
diberi minum), kemudian dilanjutkan hari ke-11 sampai ke-30 ayam diberikan
ransum komplit 25% atau jagung saja 50% dari konsumsi normal, hasilnya cukup
memuaskan. Pada penelitian ini dicapai puncak produksi sampai 86% dengan
rataan produksi telur mencapai 68,20%.

Biasanya ayam yang di program force molting nafsu makannya menurun


hingga 50%, sehingga pemberian ransum untuk ayam yang
sedang molting maksimal 50% dari kondisi normal. Bahkan pada beberapa farm,
ada peternak yang hanya memberi jagung saja selama molting.

Selain itu, umumnya selama force molting akan timbul kematian akibat proses
pemuasaan yang diterapkan pada awal program, terutama pada ayam-ayam yang
kondisi awalnya kurang fit. Semakin berat program yang diterapkan, akan semakin
tinggi pula risiko terjadinya kematian. Akan tetapi justru program yang berat ini akan
menghasilkan angka produksi telur yang meningkat tajam. Program force molting ini
dapat juga dijadikan seleksi untuk ayam petelur unggul.

Penurunan bobot badan selama force molting dapat terjadi sebesar 25-30%
tergantung pada bobot awal ayam saat diterapkan program tersebut. Penurunan
bobot badan ini sangat penting untuk melepaskan lemak di sekitar organ reproduksi.
Umumnya semakin berat progran force molting yang diterapkan, semakin besar pula
jumlah susut bobot tubuh ayam. Penurunan bobot badan ini tidak menjadi masalah
jika tingkat kematian tidak meningkat seiring dengan kehilangan bobot badannya.

Setelah program force molting berakhir (sudah lebih dari 30 hari), maka ayam
bisa diberi ransum komplit dengan porsi normal dan bobot badan secara bertahap
akan meningkat kembali. Sedangkan untuk mempercepat pembentukan bulu setelah
proses force molting, bisa diberikansupplement yang mengandung asam amino,
vitamin B kompleks, A, D, E dan beberapa mineral yang penting.
Pemberian Aminovit, Strong Eggatau Mineral Feed Supplement A sejak hari ke-
31 hingga ayam memasuki masa afkir ke-2 diketahui dapat mempercepat
pembentukan bulu, menekan efek stres yang dialami ayam dan mempercepat
produksi telur dengan kualitas yang lebih baik.

Demikian bahasan tentang force molting untuk edisi kali ini. Sebenarnya
program force molting ini bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan sejak tahun 1930-an
para peneliti sudah melakukannya dengan berbagai metode. Ada banyak
pertimbangan apakah force molting perlu dilakukan atau tidak, tentunya tergantung
pada perhitungan ekonomisnya. Selama menguntungkan, kenapa tidak coba
dipraktekkan? Semoga bermanfaat.

Sumber :

(http://info.medion.co.id).

Anda mungkin juga menyukai