Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara
ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis,
pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan
rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan
sebagai penghasil daging dengan serat lunak .Pertambahan berat
badan yang ideal 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk
betina 300 gram per minggu.
Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah
dikembangbiakan secara khusus untuk pemasaran secara dini.
Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang
berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk
mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler
dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi
kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler
terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal,
setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat
pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler
mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan
jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler
mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya.
Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah
dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih
sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif
sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan
berat badan mencapai 2 kilogram per ekor.
Menurut Abidin (2002) dalam Susanti dkk (2013), faktor yang
mempengaruhi pertambahan berat badan adalah konsumsi ransum.
Secara umum penambahan berat badan akan dipengaruhi oleh
jumlah konsumsi ransum yang dimakan dan kandungan nutrisi yang
terdapat dalam ransum tersebut. Standar bobot ayam broiler
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Bobot Badan Ayam Broiler Berdasarkan Jenis
Kelamin
Umur Bobot ayam (gram)
(minggu) Jantan Betina
1 152 144
2 376 344
3 686 617
4 1085 965
5 1576 1344
6 2088 1741
Sumber : NRC (1994) dalam Sugiarto (2008).
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang
dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan
yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan
ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan
memerlukan energi yang lebih banyak daripada betina, sehingga
ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal-hal yang terus
diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain
perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan
kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan
muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit
yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari
8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan
sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat
badan, sehingga akan menambah biaya produksi.
B. Cara Perawatan Ayam Broiler
Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa
sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak
baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih
makanan baik (hemat). Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa
hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam
pemeliharaan ayam pedaging yaitu perkandangan dan peralatan serta
persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan (Suyoto,
1983).
Ayam broiler atau ayam daging dipelihara selama kurang lebih 6
sampai 7 minggu. Ayam ini tidak dimaksudkan untuk produksi telur,
tetapi diharapkan dagingnya. Sampai umur 5 minggu beratnya kira-kira
sama dengan ayam telur dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg. Cara
pemeliharaan ayam daging hampir sama dengan ayam telur dari
periode starter sampai grower (Jahja, 2000).
Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan secara tuntas
terhadap kandang dan peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik
tempat makanan, tempat minuman,brooder, alat pelingkan dan lain-
lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari
ternak yang lama, baik kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus
dibersihkan secara tuntas sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab
setiap butir sisa dari kawanan ayam yang lama akan ada kemungkinan
akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya.
Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau
detergen) (Suyoto, 1983).
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan
merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya
dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan
memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai
catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang
dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu
dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan
dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera
disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa
maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang
dipelihara.
Teknis pemeliharaan ayam broiler yang baik menurut (Anonimus,
2009), yaitu minggu pertama (hari ke-1 sampai ke-7). DOC
dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat
yang ditambah gula untuk mengganti energi yang hilang selama
transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13
gram atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah
kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan
yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil
(crumbles).
Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen sudah diberi air munum.
Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4. Minggu Kedua
(hari ke-8 sampai ke-14). Pemeliharaan minggu kedua masih
memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih
ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan
untuk minggu kedua adalah 33 gram per ekor atau 3,3 kg untuk 100
ekor ayam.
Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat
dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan
adalah 48 gram per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir
minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan
vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika
menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk
beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus
sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-
banyaknya.
Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak
diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada
umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat
pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat
badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor
atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus
ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap
penyakit.
Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang
perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah
kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan
dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering.
Kebutuhan pakan adalah 88 gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor
ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam.
Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 sampai 2 kg.
Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen. Maka dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu adalah
24,7 kg untuk 100 ekor ayam.
Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42). Jika ingin diperpanjang
untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap
ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan
pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.
Menurut Bambang (1995) untuk pemberian pakan ayam ras broiler
ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher
(umur 4-6 minggu):
a. Kuantitas pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi
4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17
gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43
gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor
dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi
jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4
minggu sebesar 1.520 gram.
b. Kuantitas pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam
empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111
gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129
gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146
gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161
gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-
57 hari adalah 3.829 gram.
Sedangkan Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam
yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi
pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8
lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor,
minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4
(22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang
dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6
liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama
hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air
minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter
air.
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-
masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100
ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu
ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57
hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak
333,4 liter/hari/ekor.
Cara Pemberian Pakan:
a. Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau
sediakan pada wadah yang mudah terjangkau, jenis pakan yang
dipakai adalah ransum ayam ras starter (pakan komersial).
b. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran
yaitu pakan ayam ras starter dicampur dengan katul dan dedak
halus, dengan perbandingan 1: 1 atau jagung giling dan katul
dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein hewani.
c. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan
campuran, dedak halus, jagung giling, dan pakan komersil
dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di tambahan gabah,
gaplek dan tepung ikan.
1. Persiapan Pemeliharaan Ayam Broiler
a. Membuat Kandang Ayam, atau apabila anda menyewa kandang
yang sudah dipakai berarti anda dapat membersihkan kandang
dari litter, kotoran dan benda lain yang masih tersisa dari
pemeliharaan sebelumnya.
b. Mencuci kandang dengan air (air sabun/ deterjen) sampai bersih.
c. Mencuci tempat pakan dan minum dengan deterjen, kemudian
merendam dalam desinfektan dan mengeringkannya.
d. Menyekat kandang juga membersihkan dan mencuci dengan air
kemudian membersihkannya.
e. Mengeringkan dan melakukan pegapuran pada lantai kandang
dan membiarkan kandang sampai kering.
f. Memasang tirai pada ventilasi kandang untuk nantinya digunakan
pengaturan suhu kandang.
g. Memasang penyekat untuk masing-masing kelompok dengan
ukuran 5x5 meter atau bisa lebih untuk setiap kelompok. Hal ini
dilakukan agar pengontrolan terhadap ayam lebih mudah.
h. Memasang pemanas, termometer dan higrometer.
i. Melakukan penyemprotan menggunakan desinfektan secara
merata ke seluruh kandang dan peralatan yang akan digunakan.
j. Menempatkan bahan litter (sekam) pada lantai dengan tebal 5
cm.
k. Memasang tempat pakan dan minum pada tempatnya.
2. Manajemen Kesehatan
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
a. Biosekuriti, Prinsipnya ada 3 yaitu :
1) Meminimalkan kesempatan penyakit berhubungan dengan
hewan unggas
2) Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit
3) Membuat lingkungan tidak kondusif untuk kehidupan
penyakit.
C. Kandang Ayam
Ayam pedaging komersil pada umumnya dipelihara secara
intensif dengan sistem pemeliharaan ayam selalu dikandangkan
dari mulai ayam datang sampai ayam siap dipanen. Sebagian
besar kandang ayam broiler dibuat dengan model rumah gudang,
yaitu kotak persegi empat dengan atap dua sisi menyamping, dan
lantai yang rendah terutama karena mempergunakan sistem alas
litter. Namun, beberapa kandang ayam broiler model terbaru dibuat
dengan konsep seperti rumah panggung, dengan menerapkan
sistem lantai renggang atau alas berlubang, dimana jarak terendah
lantai dari tanah sekitar 100-170 cm. Dengan model panggung ini,
maka kotoran ayam dan sisa pakan maupun air minum yang
tumpah akan langsung turun ke bawah lantai sehingga tidak terlalu
mengotori lantai dan mudah untuk dikumpulkan atau dibersihkan.
Ada dua fungsi kandang bagi ternak yaitu sebagai fungsi
primer dan fungsi sekunder.
a. Fungsi Primer
Secara makro, kandang untuk tempat tinggal dan
berlindung dari cuaca, dan gangguan predator. Secara
mikro, kandang berfungsi menyediakan lingkungan yang
nyaman agar ternak terhindar dari cekaman (stress).
b. Fungsi sekunder
Kandang berfungsi tempat bekerja bagi peternak untuk
melakukan kegiatan harian dalam melakukan
pemeliharaan ternak.
Adapun syarat–syarat kandang yang baik agar Social
Walfare ayam terjaga adalah:
a. Dinding kandang dapat terbuat dari papan, bilah bambu, ram
kawat. Dinding kandang tidak boleh terlalu rapat, hal ini
dimaksudkan untuk keleluasaan sirkulasi udara kandang, dan
tidak boleh terlalu jarang sehingga predator tidak dapat masuk
kedalam kandang.
b. Arah kandang sebaiknya membujur timur-barat. Hal ini
dimaksudkan agar ayam tidak terlalu kepanasan, tetapi pagi hari
masih dapat memperoleh sinar mata hari.
c. Tinggi tiang tengah keatap minimal 6-7 meter dan tiang tepi
minimal 2.5 - 3 meter, hal ini berhubungan dengan sirkulasi
udara dalam kandang, lebar kandang maksimal 6-8 m.
d. Atap kandang dirancang sesuai dengan fungsinya yaitu
melindungi bangunan beserta isinya dari hujan, panas matahari
atau angin.
e. Lantai kandang sebaiknya dibuat menggunakan semen kasar
sehingga mudah dibersihkan dan akan mengurangi dari bahaya
penyakit Coccidiosis.
Secara konstruksi, kandang sistem tertutup dibedakan atas dua
sistem yakni pertama sistem Tunnel dan Evaporative Cooling
Sistem (ECS). Pada sistem Tunnel lebih mengandalkan aliran
angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap air dan
menyediakan oksigen untuk kebutuhan ayam. Sistem tunnel ini
lebihcocok untuk area dengan temperature maksimal tidak lebih
dari 30 oC. Sedangkan pada sistem Evaporative Cooling Sistem
(ECS), memberikan benefit pada peternak seperti
mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi dengan
bantuan angin. Sistem kandang tertutup ini hanya cocok untuk
daerah panas dengan suhu udara di atas 35 oC. Sumber panas
berasal dari ayam itu sendiri, sinar matahari yang ditransfer
secara radiasi, panas dari brooder pada masa brooding dan
panas dari proses ferementasi dalam sekam. Sementara itu
sumber uap air dapat berasal dari kelembaban lingkungan,
proses evaporasi, sisa air yang dikeluarkan bersama dengan
feses, dan air minum yang tumpah (Dahlan dan Hud, 2011).
1. Kapasitas Kandang
Kapasitas kandang berkaitan dengan kepadatan kandang,
dan kondisi ini juga berhubungan dengan iklim mikro kandang.
Populasi yang terlalu padat menyebabkan ayam akan stress
sehingga menurunkan produksi, selain itu juga akan berpengaruh
pada efisien penggunaan pakan. Sedangkan populasi yang terlalu
kecil akan menyebabkan kandang kurang efisien dan akan
berpengaruh pada pertumbuhan bobot badannya yang kurang
optimal karena ayam banyak bergerak. Menurut Murni (2009),
kapasitas kandang ayam pedaging sesuai dengan tingkat umur
ayam pedaging yaitu:
a. Umur 1 hr -1 minggu = 40-50 ekor DOC/m2
b. Umur > 7 hr- 2 minggu= 20-25 ekor ayam/ m2
c. Umur > 2 minggu 8-12 ekor ayam/ m2
2. Peralatan Kandang
Jenis peralatan kandang yang digunakan selama proses produksi
ayam pedaging adalah :
a. Tempat pakan
Tempat pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan
mulai dari 1 hari sampai panen terdiri dari chick feeder tray
digunakan umur 1 hari sampai satu atau dua minggu dengan
kapasitas 100 DOC / buah. Setelah ayam berumur dua
minggu maka tempat pakan untuk anak ayam diganti
seluruhnya dengan tempat pakan ayam ayam dewasa. Pada
umumnya menggunakan round feeder (tempat pakan bundar)
dengan kapasitas yang berbeda-beda. Tempat pakan
kapasitas 3-5 kg dengan diameter 40 cm digunakan untuk 20
ekor ayam pedaging. Sedangkan tempat pakan kapasitas 7 kg
digunakan untuk 15 ekor ayam pedaging. Kapasitas tempat
pakan berhubungan dengan eating space seekor ayam.
Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu bundar dan panjang.
b. Tempat Air Minum
Tempat air minum yang digunakan selama proses
pemeliharaan mulai umur 1 hari sampai satu atau 2 minggu
adalah chick found dengan kapasitas 75 DOC/ buah.
Selanjutnya untuk ayam yang sudah berumur lebih dari 2
minggu menggunakan tempat air bundar (round drinker) baik
yang manual atau secara otomatis. Untuk tempat air minum
manual, dengan kapasitas bervariasi: 600 ml, 1 liter, 1 gallon
dan 2 gallon, kapasitas 2 gallon untuk 100 ekor ayam
pedaging, sedangkan tempat air minum otomatis yang
circumference 110 cm untuk kapasitas 50-75 ekor/buah.
Kapasitas tempat air minum berhubungan dengan drinking
space. Ada dua bentuk tempat air minum yaitu berbentuk
bundar dan panjang, dengan standar drinking space yang
sama yaitu tempat minum manual memanjang standar 1
cm/ekor, sedangkan tempat minum manual bundar standar 1
cm/ekor.
c. Alat pemanas/ heater Sumber energi panas dapat diperoleh
dari listrik, gas, minyak tanah, batu bara, serbuk / gerjaji kayu
yang halus atau menggunakan kayu bakar. Pilihlah sumber
energi yang mudah didapat, dan murah biaya energinya, agar
tidak terjadi biaya tinggi, dan gunakan sesuai kebutuhan suhu
kandang.
d. Dinding kandang
Dinding kandang bisa dibuat sistem semiterbuak agar
pertukaran udara dalam kandang bisa berjalan dengan baik
sehingga bau kotoran atau pakan bisa keluar atau berganti
dengan udara segar. Bahan yang digunakan untuk dinding
kandang pada bagian bawah adalah dinding gedhek,
sedangkan bagian atasnya dibuat dari potongan bambu yang
dibelah atau dihaluskan, atau dengan menggunakan kawat
ram. Bila menggunakan bilah bambu, jarak antara bilah satu
dengan yang lain kira-kira selebar dua jari orang dewasa atau
5-6 cm, yang dipasang dalam posisi tegak berdiri. Dinding juga
dilengkapi dengan tirai dari plastik atau kain, tujuannya agar
bila sewaktu-waktu ada angin kencang atau hujan, tirai
tersebut bisa bermanfaat sebagai pelindung.Tirai ini diatur
sesuai kebutuhan yaitu umur anak ayam, dan bahan yang
digunakan secara umum plastik. Tirai ini berfungsiuntuk
menahan udara, atau angin kencang masuk kedalam
kandang, disamping itu untuk insulator agar suhu kandang
dapat terjaga kestabilannya.
e. Atap kandang
Atap kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang
tidak menhantarkan panas seperti genting, rumbia, ataupun
anyaman daun kelapa. Paling disarankan adalah memakai
atap dari genting karena tidak mudah bocor, tahan lama, daya
refleksi terhadap panas matahari cukup bagus, dan tidak
menjadi sarang tikus sebagaimana bila menggunakan atap
dari daun kelapa. Namun, bila menggunakan atap dari bahan
yang bisa menghantarkan panas seperti seng, maka di
bawahnya dilapisi dengan bahan-bahan yang bisa menyerap
panas seperti bambu atau kayu. Atap ditata dengan
kemiringan tertentu agar suhu kandang tidak terlalu panas.
Selain itu, bentuk atap bisa dibuat ganda dengan lubang angin
yang disebut dengan sistem monitor dengan tujuan agar
pertukaran udara di dalam kandang lebih terjaga. Namun, bisa
juga dengan memakai sistem atap tunggal dengan lubang
udara yang disebut sistem semimonitor.
f. Ventilasi kandang
Ventilasi dan temperatur kandang harus diatur sedemikian
rupa agar pertukaran udara bagus dan ayam tidak merasa
gerah atau sumpek di dalam kandang. Lubang-lubang ventilasi
dibuat pada semua sisi dinding kandang, bisa dengan
mempergunakan bilah-bilah bambu atau dengan
menggunakan kawat ram. Untuk mendukung pertukaran udara
agar lebih bagus, di dalam kandang dipasang beberapa kipas
angin yang berfungsi untuk menyedot udara kotor dari
kandang dan untuk menghembuskan angin segar ke dalam
kandang.
g. Lantai kandang
Menurut Muharlien dan Rachmawati (2011), ada 3 sistem
lantai kandang pada kandang ayam broiler yaitu :
1) Sistem Lantai rapat (litter)
Sistem ini menggunakan lantai tanah yang sudah
dipadatkan atau semen plester, lalu di atasnya ditaburi
dengan bahan litter (alas lantai). Untuk lantai dari tanah
yang dikeraskan, biasanya tanah dicampur dengan pasir
dan kapur agar lebih bisa menyerap air dan menetralisir
amonia. Sedangkan bahan litter yang digunakan umumnya
adalah sekam padi. Selain sekam padi, juga bisa
digunakan serbuk gergaji, serutan kayu yang halus,
potongan kulit kacang, ataupun tongkol jagung. Pada
prinsipnya, bahan alas litter yang akan digunakan adalah
tidak menimbulkan debu, mudah menghisap air, mudah
didapatkan, dan sebaik mungkin harganya tidak mahal.
Semakin tebal lapisan atau alas litter, maka suhu ruangan
kandang akan semakin hangat. Namun, lapisan litter yang
terlalu tebal akan menambah beban kerja karyawan
bilamana akan mengganti bahan litter tersebut dengan
yang masih segar. Keuntungan utama dari penggunaan
alas litter ini adalah ayam lebih merasa nyaman karena
terhindar dari lepuh pada bagian dada atau bagian lainnya
lantaran bergesekan dengan lantai. Namun, kelemahan
dari penggunaan alas litter ini adalah mudah dan cepat
basah sehingga bisa menimbulkan bau yang tidak sedap
atau tengik. Selain itu, alas litter yang basah juga bisa
mengundang berbagai bibit penyakit seperti CRD (penyakit
saluran pernapasan) dan snot. Untuk itulah, peternak harus
rajin mengganti bahan litter dengan yang masih segar
bilamana sudah terlihat basah ataupun lembab.
2) Sistem lantai tenggang / alas berlubang
Sistem lantai renggang banyak dipakai pada kandang
baterai atau kandang cage (berbentuk sangkar). Lantai
yang digunakan bisa terbuat dari kayu, bilah bambu atau
dari kawat ram. Ukuran kerenggangan lantai sangat
bergantung pada umur dan ukuran ayam yang
dimasukkan. Lubang yang dihasilkan dari kerenggangan
lantai harus diukur agar kaki ayam bisa langsung terjatuh
ke lantai penampungan kotoran. Keuntungan dari lantai
renggang ini adalah keadaan lantai selalu bersih lantaran
kotoran ayam akan langsung jatuh ke tempat
penampungan kotoran yang berada di bawah lantai. Selain
itu, pertukaran udara akan semakin bagus karena lantai
juga berfungsi sebagai lubang ventilasi.
3) Sistem alas campuran
Sistem alas campuran merupakan perpaduan antara lantai
alas litter dan alas berlubang. Bagian yang alasnya
berlubang adalah untuk lokasi tempat mengotori alas litter.
Sedangkan bagian yang memakai alas litter digunakan
untuk tempat ayam berkumpul atau istirahat.
3. Tinggi kandang
Tinggi kandang menyesuaikan dengan besar dan luasnya
kandang. Namun sebagai perbandingan, untuk iklim tropis seperti
di Indonesia, kandang ayam broiler dibuat dengan ketinggian dari
lantai hingga atap teratas sekitar 6-7 meter, dan dari lantai hingga
atap terendah sekitar 3,5 hingga 4 meter. Untuk kandang yang
dibuat dengan sistem panggung, maka tinggi kandang akan lebih
tinggi sekitar 1 hingga 1,5 meter. Lebar kandang bisa
menyesuaikan kebutuhan, namun agar tidak terlalu sumpek
setidaknya dibuat dengan lebar minimal 6 meter dan maksimal 8
meter. Sedangkan panjang kandang, bisa menyesuaikan lahan
yang tersedia.
4. Temperatur dan Kelembaban Kandang
Indonesia beriklim tropis dengan suhu rataan 27o C. Daerah
tropis umumnya mempunyai kondisi lingkungan suhu yang
udaranya panas dan kelembaban yang tinggi, dengan keragaman
suhu udara yang sangat rendah, kecuali didaerah ekuator
keragaman suhu cukup tinggi dan kering. Tingginya kelembaban
udara menyebabkan terhambatnya mekanisme pelepasan/
pembuangan panas tubuh atau penurunan beban panas yang
dapat menimbulkan heat stress. Heat stress inilah yang
menyebabkan penurunan produktivitas ternak (Murni, 2009).
Tabel 1. Suhu Ideal Kandang Ayam Broiler
Umur Suhu (0 oC) RH (%)
(mingggu)
1 32 – 30 60 – 70
2 30 – 28 60 – 70
3 28 – 25 60 – 70
4 25 –24 60 – 70
5 24 – 22 60 – 70
6 22 – 20 60 – 70
Sumber : ISA Brown Management Guide
Menurut Reny (2011), diperlukan upaya untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, mengingat
lingkungan pemeliharaan di Indonesia cukup beragam. Mulai dari
daerah lingkungan cukup panas yaitu daerah pantai sampai
daerah sejuk seperti daerah pegunungan. Namun demikian
kelembaban udara cukup tinggi. Pada daerah kondisi seperti ini
intensitas serangan penyakit cukup tinggi.
D. Manfaat Wirausaha
Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan
yaitu secara mikro dan makro. Secar mikro, wirausaha memiliki dua
peran, yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner).
Sebagai penemu, wirausah menemukan dan menciptakan sesuatu
yang baru, seperti produk, tekhnologi, cara, ide, organisasi, dan
sebagainya. Sebagai perencana, wirausaha berperan merancang
tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru,
merencanakan ide-ide dan peluang dalam meraih sukses,
menciptakan organisasi perusahaan yang baru, dan lain-lain. Secara
makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran,
pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai
mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Manfaat adanya para wirausaha, adalah sebagai berikut:
1. Berusaha memberikan bantuan kepada orang lain dan
pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya.
2. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi pengangguran.
3. Memberikan contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun, tetapi
tidak melupakan perintah agama.
4. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat sebagai pribadi unggul
yang patut diteladani.
5. Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi,
pemeliharaan lingkungan, dan kesejahteraan.
6. Berusaha mendidik para karyawannya menjadi orang yang
mandiri, disiplin, tekun dan jujur dalam menjalani pekerjaan.
7. Berusaha mendidik masyarakat agar hidup secara efisien, tidak
berfoyafoya dan tidak boros.