DISUSUN OLEH:
SMAN 2 LUMAJANG
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya pertumbuhan jumlah masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun secara otomatis
berdampak pada tingginya kesadaran masyarakat akan gizi. Dampak yang ditimbulkan adalah
meningkatnya permintaan akan kebutuhan protein, baik protein hewani maupun nabati.
Peternakan merupakan subsektor penting sebagai penyedia kebutuhan protein hewani. Salah
satu produk peternakan penyumbang terbesar untuk memenuhi kebutuhan adalah daging
ayam negeri, atau biasa disebut dengan daging ayam potong. Peternakan ayam pedaging baik
dalam skala kecil, menengah, dan juga besar mempunyai peluang dan prospek usaha yang
sangat baik untuk dijalankan. Ayam pedaging merupakan salah satu komoditi ternak
unggulan, hal ini terutama disebabkan pola pemeliharaan ayam broiler yang tidak terlalu
rumit dan mempunyai masa panen yang relative singkat yaitu 30-40 hari. Pertumbuhan bobot
badan ayam broiler relatif cepat yaitu pada umur lima atau enam minggu dengan rata – rata
bobot badan mencapai 1,4 kg – 1,6 kg (Yemima, 2014). Hal tersebut menjadi salah satu faktor
yang membuat banyak masyarakat yang berinvestasi pada usaha ayam broiler, terbukti
dengan banyaknya bermunculan usaha peternakan ayam broiler di pedesaan. Perkembangan
yang pesat dari ayam ras broiler ini merupakan upaya untuk mengimbangi kebutuhan
masyarakat terhadap daging ayam. Oleh karena itu kebutuhan akan daging harus terpenuhi
dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan daging ayam
broiler adalah dengan adanya pengembangan usaha ternak ayam broiler. Jadi, pekuang usaha
budidaya ayam broiler cukup menguntungkan untuk dijalankan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari usaha budidaya ayam broiler ini adalah:
1. Pemenuhan akan kebutuhan sumber protein hewani bagi masyarakat;
2. Memproduksi ayam pedaging dalam skala waktu yang relative cepat;
3. Memasarkan daging ayam dengan baik;
4. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat produksi;
5. Memperoleh keuntungan ekonomi yang besar dari pelaksanaan usaha ini;
6. Upaya pengembangan pemeliharaan ayam pedaging di kemudian hari.
C. Peluang Usaha
Saya memilih untuk menjalankan usaha budidaya ayam pedaging karena usaha ini memiliki
permintaan pasar yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya konsumen daging ayam dan
warung makan, restoran, serta usaha kuliner lainnya yang membutuhkan daging ayam sebagai
bahan utama untuk masakan yang akan dijual. Sehingga, kebutuhan terhadap pasokan daging
ayam bersifat jangka panjang. Selain itu, untuk memulai usaha budidaya ayam pedaging,
modal yang dibutuhkan bisa disesuaikan dengan kemampuan pemilik usaha. Modal tersebut
digunakan untuk persiapan kandang dan perlengkapannya, membeli bibit ayam dengan
jumlah sesuai budget, serta pakan dan suplemen. Jika modalnya belum mencukupi untuk
merekrut pekerja, saya bisa mengembangkan bisnis ini secara mandiri. Usaha ini juga tidak
terlalu menyita waktu yang lama setiap harinya, hanya perlu pemeliharaan rutin seperti
pemberian pakan pada jam-jam tertentu dan pembersihan kandang. Selain itu, keuntungannya
besar karena tingginya kebutuhan di pasaran.
BAB II
DESKRIPSI USAHA
A. Aspek Manajemen
1. Nama Perusahaan : “BROITAS”
2. Bidang Usaha : Peternakan
3. Lokasi Usaha : Jalan Stasiun Tempeh, Desa Tempeh Lor, Kec. Tempeh, Kab. Lumajang,
tepatnya di belakang lahan sengon.
4. Struktur Organisasi :
PEMILIK
(Anisha Rachma
Sary)
TIM PENGEMBANG
PRODUKSI
B. Aspek Produksi
1. Jenis Produk : Ayam pedaging
2. Target Produk : Produk yang akan dihasilkan adalah berupa daging dengan ukuran 1,6-2
kg/ekor dalam jangka waktu 2 bulan perperiode. Dengan mortalitas sebesar 3% dari jumlah
ayam total setelah kandang baru jadi adalah 1.500 ekor.
3. Peralatan :
1) Kandang
Sistem perkandangan yang ideal untuk perjuangan ternak ayam ras yaitu:
- Persyaratan temperatur berkisar antara 32, 2-35º C
- Kelembaban berkisar antara 60-70%
- Penerangan/pemanasan sangkar sesuai dengan aturan yang ada
- Tata letak sangkar biar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata
angin kencang
- Model sangkar diadaptasi dengan umur ayam , untuk anakan hingga umur 2 ahad atau
1 bulan memakai sangkar box , sedangkan untuk ayam remaja ± 1 bulan hingga 2 atau 3
bulan memakai sangkar box yang dibesarkan dan untuk ayam cukup umur bisa dengan
sangkar postal atapun sangkar baterai.
Kontruksi kandang saat ini menggunakan balok cor ukuran 20x20 cm untuk tiang
penyangga, balok kayu 10x20 cm untuk blandar, bambu untuk dinding dan alasnya, dan
asbes untuk atapnya.
2) Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air
hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan
litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir
secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti
kulit padi/sekam.
3) Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bulat atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat
pemanas di tengah. Fungsinya menyerupai induk ayam yang menghangatkan anak
ayamnya ketika gres menetas.
4) Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk kawasan istirahat/tidur , dibuat bersahabat dinding dan
diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup
biar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari kawasan bertelur.
5) Tempat makan dan minum
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,plastik,
almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat.
6) Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam, meliputi: suntikan, gunting operasi, pisau
potong operasi kecil, dan lain-lain.
4. Proses Pemeliharaan
1) Pemilihan bibit dan calon induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit DOC (Day Old Chicken) ayam umur
sehari:
a. Anak ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat.
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c. Tidak terdapat keganjilan pada tubuhnya.
d. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e. Ukuran tubuh normal, ukuran berat tubuh antara 35-40 gram.
f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
2) Pemeliharaan
a. Pemberian pakan dan minum
Untuk pemberian pakan dan minum ayam ras broiler ada 2 fase, yaitu fase starter
dimulai umur 0-4 minggu dan fase finisher umur 4-6 minggu. Pada usia 0-4 minggu
diberi pakan BR1 dan paada usia 5-6 minggu di beri pakan BR2, biaya pakan dari
bibit sampai panen setiap ekor menghabiskan dana sebesar Rp 15.000
Jumlah pakan yang dibutuhkan ayam pedaging berdasarkan umur pada fase starter
No. Umur Jumlah kebutuhan (gram/ekor)
1. Minggu pertama (umur 1-7 hari) 17
2. Minggu kedua (umur 8-14 hari) 43
3. Minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
4. Minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91
Jumlah 1520
Jumlah pakan yang dibutuhkan ayam pedaging berdasarkan umur pada fase Finisher
No. Umur Jumlah kebutuhan (gram/ekor)
1. Minggu pertama (umur 1-7 hari) 111
2. Minggu kedua (umur 8-14 hari) 129
3. Minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 146
4. Minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 161
Jumlah 3.829
Kebutuhan minum ayam pedaging
No Jumlah kebutuhan (liter/hari/100
Umur
. ekor)
1. Minggu pertama (umur 1-7 hari) 1.8
2. Minggu kedua (umur 8-14 hari) 3.1
3. Minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 4,5
4. Minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 7.7
5. Minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 9,5
6. Minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 10.9
7. Minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 12,7
8. Minggu ke-8 (umur 51-57 hari) dan 14,7
seterusnya
- Hama:
a) Tungau (kutuan)
Gejala:
Ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal,
nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Penanganan:
Anitasi lingkungan kandang ayam yang baik, pisahkan ayam yang sakit dengan yang
sehat, dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan
dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan
konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien.
Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap
seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.
e. Panen dan pasca panen
a. Panen
Hasil utama berupa daging ayam. Sedangkan untuk hasil sampingnya berupa
tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.
Sebelum panen terlebih dahulu disiapkan peralatan panen seperti timbangan, tali
rafia, keranjang ayam, dan lampu senter. Selanjutnya diambil sampel ayam
pedaging secara untuk ditimbang sehingga berat badannya diketahui. Sebaiknya
ayam yang akan dipanen tidak diberi makan terlalu banyak agar tidak ada sisa
pakan di tempat makan. Pemberian antibiotik pada ayam yang akan dipanen
diperbolehkan antara 5-14 hari menjelang panen.
Untuk memudahkan pemanenan, ayam terlebih dahulu ayam disekat secara
bertahap. Panen harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada yang memar,
patah sayap, patah kaki, atau bahkan mati. Ayam yang telah dipanen dimasukan
ke dalam keranjang untuk diangkut. Pemanenan ayam pedaging broiler dapat
dilakukan pada umur 22 hari atau 33 hari. Ayam broiler yang dipanen umur 22
hari lebih menguntungkan karena biaya lebih sedikit dan resiko kematian ayam
lebih rendah. Alat yang dibutuhkan pada saat panen adalah timbangan dan
keranjang untuk menyimpan ayam yang telah dipanen.
b. Pasca panen
a. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan
di kandang penampungan (Houlding Ground)
b. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar
keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini
agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
c. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7-
54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu
yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan
nyala api biru.
d. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan
ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada
daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
e. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai.
Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki
ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan
dikemas.
3) Kebutuhan Biaya
Biaya Variabel
Biaya Tetap
a. Gaji/Upah
b. Perjalanan
c. Lain-lain
Selama 1 periode menghabiskan 1500 karung pakan. Harga 1 karung pakan adalah Rp.
2.000,00, maka 1500 karung = 1500 x Rp. 2.000,00 = Rp. 3.000.000, 00
3. Keuntungan
Total keuntungan = Total pendapatan – Total biaya produksi
= Rp. 61.200.000, 00 - Rp. 50.590.100, 00
= Rp. 10.609.900, 00
D. Aspek Pemasaran
1. Lokasi Pemasaran
Lokasi tempat usaha ini cukup strategis dan jauh dari pemukiman masyarakat sehingga
jauh dari kebisinggan sehingga tidak menyebabkan ayam ini stres, sebab apabila apabila
ayam ini mengalami stres maka ayam akan banyak yang mati. Produk dari usaha budidaya
ini akan dipasarkan ke pasar, rumah makan, masyarakat sekitar, dan pabrik-pabrik
pengolahan daging.
2. Strategi Pemasaran
Perkenalan Bisnis
Produk yang kami tawarkan merupakan ayam pedaging yang sehat, berkualitas baik, dan
harga yang terjangkau.
Membangun jaringan dengan usaha lain yang dapat mendukung bisnis
Usaha budidaya ayam pedaging ini menghasilkan produk berupa daging ayam. Sehingga,
saya berniat bekerja sama dengan pemilik warung makan, restoran, atau tempat kuliner
lainnya yang membutuhkan daging ayam sebagai bahan dasar makanan yang di jual, serta
dengan pabrik-pabrik yang mengolah daging.
Meningkatkan kualitas pelayanan
Menyediakan website untuk wadah para konsumen memberikan saran atas produk yang
dibuat oleh kami.
3. Media Pemasaran
Media pemasaran yang kami pakai adalah sebagai berikut.
a. Dari Mulut ke Mulut
Promosi ini merupakan promosi yang paling sederhana, serta tidak memerlukan banyak
biaya untuk melakukan promosi ini. Cukup dengan bercerita kepada teman-teman atau
keluarga untuk mempromosikan produk kami serta beriklan di jejaring media sosial
internet, sehingga secara tidak langsung semua konsumen/masyarakat akan mengetahui
produk kami. Apabila usaha kami sudah diketahui dan produk kami sudah disukai, maka
konsumen tersebut akan memberitahukan kepada orang lain untuk membeli daging ayam
di tempat kami.
b. Media Internet
Selain dari mulut ke mulut, media yang akan kami gunakan adalah media internet, seperti
melalui facebook, instagram, blog, dan lain-lain. Karena sebagian besar masyarakat telah
menggunakan media internet, sehingga akan lebih mudah bagi masyarakat untuk
mengenal produk yang kami posting di media sosial.
c. Melalui Brosur dan Banner
Selain kedua media pemasaran di atas, kami juga menggunakan brosur dan banner sebagai
media pemasaran. Brosur yang menggambarkan bagaimana usaha dan produk kami akan
disebarluaskan dengan cara menempelkan pada tiang listrik yang ada di pinggir jalan,
dinding kosong, dan dibagikan secara langsung. Sedangkan untuk banner, kami akan
membuat banner dan memajangnya di tempat usaha kamu didirikan.
BAB III
PENUTUP
Demikian proposal ini kami ajukan, semoga dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang usaha peternakan ayam kampung pedaging ini. Kami ucapkan terima kasih atas bantuan
dan dukungannya baik moral maupun materiil dengan harapan semoga usaha ini dapat berjalan
dengan baik dan lancar serta berkelanjutan untuk kedepannya.