Anda di halaman 1dari 11

Nama: Anisha Rachma Sary

Kelas: XI MIPA 8
No. Presensi: 07
TUGAS UKBM SEJARAH INDONESIA

Kegiatan Belajar 1

Sebelum melakukan kegiatan belajar 1, perhatikan dan amati gambar


dibawah ini dulu...

Gambar 1. Tokoh perjuangan melawan VOC

Gambar 2. Tokoh perjuangan melawan Pemerintah Kolonial Belanda

Gambar 3. Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional


Setelah mengamati gambar diatas kalian bentuk kelompok masing-masing
beranggotakan 5 orang. Diskusikan bersama anggota kalian :

Sebutkan nama tokoh-tokoh perjuangan pada gambar 1 dan


gambar 2!

Ceritakan biografi berikut peran dari masing-masing tokoh


tersebut saat berjuang melawan kolonial, masing-masing satu
saja dari setiap gambar 1 dan gambar 2!

Deskripsikan peran tokoh-tokoh pergerakan nasional pada


gambar 3!

Jawaban dari Pertanyaan Kegiatan Belajar 1

1) Gambar 1: Sultan Hasanuddin, Sultan Agung, Sultan Iskandar Muda

Gambar 2: Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Kapitan


Pattimura

2) Biografi dan peran Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin (lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 –


meninggal di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun)
adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesiayang terlahir
dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan
Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Ahmad Bafaqih Al-Aidid,
seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan yang juga
adalah gurunya, termasuk guru tarekat dari Syeikh Yusuf Al-Makassari.
Setelah menaiki Takhta, ia digelar Sultan Hasanuddin, setelah meninggal
ia digelar Tumenanga Ri Balla Pangkana. Karena keberaniannya, ia
dijuluki De Haantjes van Het Ostenoleh Belanda yang artinya Ayam
Jantan dari Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia
diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No.
087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.

Sultan Hasanuddin, merupakan putera dari Raja Gowa ke-15, I


Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Muhammad Said.
Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa mulai tahun 1653sampai
1669. Kerajaan Gowa adalah merupakan kerajaan besar di Wilayah Timur
Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.

Pada pertengahan abad ke-17, Kompeni Belanda (VOC) berusaha


memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku setelah berhasil
mengadakan perhitungan dengan orang-orang Spanyol dan Portugis.
Kompeni Belanda memaksa orang-orang negeri menjual dengan harga
yang ditetapkan oleh mereka, selain itu Kompeni menyuruh tebang pohon
pala dan cengkih di beberapa tempat, supaya rempah-rempah jangan
terlalu banyak. Maka Sultan Hasanuddin menolak keras kehendak itu,
sebab yang demikian adalah bertentangan dengan kehendak Allah katanya.
Untuk itu Sultan Hasanuddin pernah mengucapkan kepada Kompeni
"marilah berniaga bersama-sama, mengadu untuk dengan serba kegiatan".
Tetapi Kompeni tidak mau, sebab dia telah melihat besarnya keuntungan
di negeri ini, sedang Sultan Hasanuddin memandang bahwa cara yang
demikian itu adalah kezaliman.

Pada tahun 1660, VOC Belanda menyerang Makassar, tetapi belum


berhasil menundukkan Kerajaan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di
bawah pimpinan Cornelis Speelman beserta sekutunya kembali menyerang
Makassar. Pertempuran berlangsung di mana-mana, hingga pada akhirnya
Kerajaan Gowa terdesak dan semakin lemah, sehingga dengan sangat
terpaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bungaya pada
tanggal 18 November 1667 di Bungaya. Gowa yang merasa dirugikan,
mengadakan perlawanan lagi. Pertempuran kembali pecah pada Tahun
1669. Kompeni berhasil menguasai benteng terkuat Gowa yaitu Benteng
Sombaopu pada tanggal 24 Juni 1669. Sultan Hasanuddin wafat pada
tanggal 12 Juni 1670.

Biografi dan peran Pangeran Diponegoro

3) Gambar 3 merupakan gambar dari tiga tokoh pergerakan nasional yaitu Ki


Hajar Dewantar, Douwes Dekker, dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Yang
mana ketiga tokoh tersebut disebut sebagai Tiga Serangkai.

- Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat.
Bersama dengan Danudirja Setiabudi (Douwes Dekker), dan Cipto
Mangunkusumo, beliau mendirikan Indische Partij. Mereka bertiga dikenal
dengan sebutan Tiga Serangkai. Indische Partij menuntut kemerdekaan
Indonesia. Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa. Perguruan ini
mengajarkan kepada siswanya sifat kebangsaan. Karena peranannya sangat
besar dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara diberi julukan sebagai
Bapak Pendidikan Nasional.

- Douwes Dekker
Beliau mendirikan Nationale Indische Partij pada tahun 1912 yang
merupakan sebuah partai politik. Menilai Budi Utomo terbatas pada
bidang kebudayaan saja, maka Douwes Dekker mendirikan sebuah partai
politik. Ernest François Eugène Douwes Dekker masih terhitung saudara
dengan pengarang buku Max Haveelar, Eduard Douwes Dekker. Douwes
Dekker sendiri yang tidak sepenuhnya berdarah Indonesia, namun ia
dengan segenap jiwa dan raga berjuang untuk pergerakan nasional
Indonesia. National Indische Partij pun aktif dalam berbagai organisasi
internasional, seperti Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan, serta
Liga Demokrasi Internasional untuk menarik perhatian dunia internasional.
Douwes Dekker mencurahkan pikiran dan tenaganya demi
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

- Dr. Cipto Mangunkusumo


Beliau merupakan dokter profesional yang cenderung lebih dikenal
sebagai tokoh pergerakan nasional. Bersama dengan Ki Hajar Dewantara
dan Douwes Dekker, beliau mendirikan partai politik Nationale Indische
Partij. Pada awalnya Dr. Cipto Mangunkusumo bergerak sebagai dokter
pemerintahan dibawah Belanda. Namun karena beberapa tulisannya dalam
De Express yang cenderung mengkritik kekejaman pemerintahan Belanda,
akhirnya beliau diberhentikan sebagai dokter pemerintahan. Hal tersebut
membuat beliau semakin intens melakukan perjuangan, dengan sepenuh
hati memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Kegiatan Belajar 2

Sebelum melakukan kegiatan belajar 2, ingat-ingatlah tentang kegiatan


belajar 1.yang sudah kalian lakukan pada pertemuan yang lalu.

Lanjutkan dengan mencari informasi dari internet atau buku-buku di


perpustakaan mengenai tokoh-tokoh perjuangan melawan dominasi asing
di daerah kalian masing-masing, kemudian buatlah menjadi sebuiah
tulisan mengenai perjuangan dan peran tokoh tersebut.

Pahlawan nasional dari Jawa Timur yang bernama asli Sutomo lahir di Surabaya
provinsi Jawa Timur pada tanggal 3 Oktober 1920 dan meninggal di Padang Arafah
negara Arab Saudi pada tanggal 7 Oktober 1981 di usia 61 tahun. Kita mengenalnya
dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo. Bung Tomo merupakan
pahlawan yang terkenal karena jasanya ketika era mempertahankan kemerdekaan
dalam memotivasi semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajahan Belanda
dengan bantuan tentara NICA. Perlawanan ini berakhir dengan penyebab pertempuran
surabaya 10 November 1945 dan hingga kini pertempuran ini diperingati sebagai Hari
Pahlawan. Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Sejarah Partai Golkar (FPG)
mendesak pemerintah agar memberikan gelar pahlawan nasional kepada Bung Tomo
pada 9 November 2007. Waktu itu era pemerintahan SBY. Gelar pahlawan nasional
diberikan ke Bung Tomo dan momennya tepat pada peringatan Hari Pahlawan tanggal
10 November 2008.
Kehidupan sebagai seorang jurnalis juga pernah dilalui oleh Bung Tomo dia sebuah
kantor berita Domei Tsushin. Baru setelah itu dia  bergabung dengan beberapa
gerakan sosial dan politik. Pada tahun 1944, Jepang yang waktu itu menjajah
Indonesia mensponsori Gerakan Rakyat Baru dan Bung Tomo terpilih menjadi
anggotanya tapi tak ada seorang pun yang mengenal dia. Tapi, di titik inilah Bung
Tomo mempersiapkan peranannya untuk peristiwa yang sangat penting. Ketika
pertempuran Oktober dan November 1945, Bung Tomo menjadi salah satu tokoh
yang menggerakkan dan membangkitkan semangat juang rakyat Surabaya. Pada pada
waktu itu, Surabaya digempur oleh pasukan Inggris yang baru saja mendarat untuk
melucuti senjata tentara Jepang yang kalah Perang Dunia Kedua dan membebaskan
tawanan Eropa yang ditawan oleh Jepang. Bung Tomo sangat dikenang karena seruan
dan teriakan semangat perjuangan melalui banyak siaran radio. Berkat pengalaman
jurnalisnya yang bekerja di kantor berita Domei Tsushin di Surabaya, dia mendirikan
Radio Pemberontakan yang berguna untuk membakar semangat juang dan rasa
persatuan di hati rakyat Surabaya. Suaranya yang lantang, berani dan yakin terdengar
penuh semangat untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang baru
saja diproklamasikan tiga bulan yang lalu. Kemampuannya beorasi dengan penuh
semangat berapi-api, membuatnya menjadi orang kedua setelah Bung Karno dalam
kemampuan berorasi dan kekuatan emosionalnya. Berikut salah satu contoh pidato
Bung Tomo yang sangat terkenal yang diteriakkan pada tanggal 9 November 1945:

“Wahai tentara Inggris! Selama banteng-banteng Indonesia, pemuda Indonesia,


memiliki darah merah yang bisa menodai baju putih menjadi merah dan putih, kita
tidak akan pernah menyerah. Para teman, para pejuang dan khususnya para pemuda
Indonesia, kita harus terus bertarung, kita akan mengusir para kolonialis ini keluar
dari tanah air Indonesia yang sangat kita cintai. Sudah terlalu lama kita menderita,
kita dieksploitasi, kita diinjak oleh bangsa asing. Kini saatnya kita mempertahankan
kemerdekaan negara ini. Teriakan kita adalah merdeka atau mati. Allahu Akbar!
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!”

Memang, waktu itu Indonesia menderita kekalahan dalam Pertempuran 10 November


itu. Tapi rakyat Surabaya berhasil menahan serangan pasukan Inggris dan bahkan
memukul mundur mereka. Kejadian ini sangat dikenal dan menjadi catatan penting
sebagai salah satu peristiwa paling epik dan heroik dalam sejarah perjuangan
Kemerdekaan Indonesia melawan bangsa Eropa. Selain itu, perjuangan kemerdekaan
di Indonesia ini juga mendapat dukungan dari dunia internasional. Setelah
pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia selesai, Bung Tomo
mencoba terjun ke dalam dunia politik sekitar tahun 1950an. Beberapa jabatan
penting pernah disandang Bung Tomo. Contohnya seperti menjabat Menteri Negara
Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran dan merangkap sebagai Meneteri sosial Ad
Interim pada tahun 1955 hingga 1956 di zaman Kabinet Burhanuddin Harahap. Tahun
1956 hingga 1959, Bung Tomo menjadi anggota DPR yang mewakili Partai Rakyat
Indonesia. Karena merasa kurang nyaman dan bahagia di dunia politik, dia kemudian
menghilang untuk sementara dari panggung dan kemelut dunia politik.

Ada kemungkinan dia tidak sependapat dengan Bung Karno. Ada pula yang bilang
hubungannya dengan Bung Karno sedikit retak ketika Bung Tomo menanyakan
masalah yang sedikit pribadi. Bung Tomo baru mulai muncul lagi ketika akhir masa
pemerintahan Bung Karno dan awal pemerintahan Suharto yang mulai didukungnya,
Bung Tomo muncul kembali sebagai tokoh nasional. Dia mendukung Suharto untuk
membersihkan negara ini dari orang-orang yang memiliki pemikiran berbau kiri atau
komunis. Orang-orang yang berpikiran kiri ini tumbuh besar di rezim Bung Karno.

Namun baru beberapa tahun Suharto menjabat sebagai presiden, Bung Tomo kembali
berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru ala Suharto ini. Bung Tomo
mengkritik dengan lantang terhadap beberapa program Suharto. Sehingga pada
tanggal 11 April 1978 ia ditahan oleh rezim Suharto yang sepertinya mulai khawatir
akan beberapa kritiknya yang tajam dan keras terhadap penyalahgunaan kekuasaan
dan korupsi yang sangat parah. Dia dibebaskan setelah ditahan selama satu tahun.
Meskipun jiwanya yang tangguh tidak hancur di dalam penjara. Bung Tomo
sepertinya menghentikan sikapnya yang sangat vokal.

Bung Tomo masih tetap menjalani dan berminat pada masalah-masalah politik
kenegaraan. Tapi ia tidak pernah mengangkat-angkat jasa dan peranannya di dalam
sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bung Tomo
adalah seorang figur ayah yang sangat dekat dengan anak dan keluarganya. Ia
berusaha keras agar kelima anaknya sukses mengejar pendidikannya.

Sang orator dari Surabaya ini menikah dengan Sulistina yang merupakan orang
Malang. Bung Tomo sangat serius dalam kehidupannya sebagai seorang muslim,
namun dia tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim yang sangat soleh atau
calon pembaharu dalam Islam. Sebelum kematiannya, Bung Tomo sempat
menyelesaikan disertasinya tentang peran agama di pembangunan tingkat desa. Pada
tanggal 7 Oktober 1981, Bung Tomo meninggal dunia di Padang Arafah. Kala itu
Bung Tomo sedang menunaikan ibadah haji.

Jenazahnya di bawah pulang kembali ke tanah air dan tidak mengikuti tradisi untuk
memakamkan para jemaah haji yang meninggal ketika ziarah ke tanah suci. Bung
Tomo memang memiliki peran yang besar dalam perjalanan sejarah Indonesia dan
layak dimakamkan di tamam makam pahlawan. Tapi jenazah Bung Tomo
dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya sesuai wasiatnya
ketika hidup. Alasannya karena taman makam pahlawan penuh dengan pahlawan
yang tak memiliki keberanian ketika musuh datang dan ketika kondisi negara dalam
keadaan genting, tapi langsung muncul ke publik ketika masa-masa damai untuk
memamerkan jasa-jasanya.

Pada tahun 1950-an di Surabaya, Bung Tomo sempat menunjukkan kepedulian


sosialnya. Dia bergerak sebagai penolong para tukang becak dengan cara mendirikan
pabrik. Bung Tomo mengajak para tukang becak untuk mendirikan untuk perusahaan
tersebut. Dengan bantuan Bung Tomo, pabrik tersebut didirikan oleh dan untuk para
tukang becak. Tapi kelanjutan ide pendirian pabrik sabun kurang berhasil dan cukup
kesusahan juga untuk melakukan pertanggung jawaban keuangan.

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi


N Pertanyaan Y Tid
o a ak
1. Apakah kalian dapat mengidentifikasitokohnasionaldandaerah √
pada masa perjuangan merebut kemerdekaan?
2. Apakah kalian dapat √
mendeskripsikanbiografitokohnasionaldandaerahdalammemperju
angkankemerdekaan?
3. Apakah kalian dapat √
mendeskripsikanperantokohnasionaldandaerahdalammemperjuan
gkankemerdekaan?
4. Dapatkah kalian √
menganalisistokohberdasarkanmasaperjuangannya?
5. Dapatkah kalian dapat menyimpulkanperantokoh- √
tokohnasionaldandaerahdalammemperjuangkankemerdekaan
Indonesia
6. Apakah kalian dapat membuat √
tulisansejarahtentangsatutokohdaridaerah kalian masing-masing
yang berjuangmelawanpenjajahan?

Siapakah Sultan Agung Hanyokrokusumo, hubungkan dengan Panembahan


Senopati sebagai pendiri Kerajaan Mataram Islam!

Bagaimana peran Sultan Hasanudin dari Kerajaan Gowa dalam perjanjian


Bongaya?

Mengapa Sultan Ageng dari Kerajaan Banten mendapat sebutan Tirtayasa?

Ceritakan mengapa Pemerintah Kolonial Belanda kewalahan menghadapi


perjuangan Pangeran Diponegoro!

Deskripsikan peran Tuanku Imam Bonjol dan Pattimura di daerahnya masing-


masing dalam perjuangan melawan Pemerintah Belanda!

Apa yang kalian ketahui tentang seorang Indo bernama Eduard Douwess
Dekker?

Bagaimana biografi dan peran Soekarno pada masa pergerakan?

Jawaban:

1) Sultan Agung Hanyokrokusumo merupakan salah satu Sultan dari


Kesultanan Mataram. Beliau lahir di Kota Gede, Kesultanan Mataram
pada tahun 1593. Dia adalah sultan ketiga yang memerintah pada tahun
1613-1645. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah
putri Pangeran Benawa raja Pajang. Pada awal pemerintahannya, Mas
Rangsang bergelar Panembahan Agung. Kemudian setelah menaklukkan
Madura tahun 1624, dia mengganti gelarnya menjadi Susuhunan Agung
atau disingkat Sunan Agung.

Raja pertama dari Kerajaan Mataram adalah Ki Ageng Pamanahan. Beliau


merupakan pendiri Desa Mataram yang menjadi cikal bakal Kerajaan
Mataram di tahun 1556. Desa Mataram ini awalnya berupa hutan yang
bernama Alas Mentaok kemudian dijadikan pemukiman penduduk.

Kekuasaan Mataram kemudian dilanjutkan ke tangan anak Ki Ageng


Pamanahan yakni Sutawijaya. Sutawajaya merupakan anak angkat dan
menantu Sultan Kerajaan Pajang. Beliau juga menjadi senapati di Kerajaan
Pajang yang kemudian bergelar Panembahan Senapati.

Di bawah pemerintahan Panembahan Senapati Kerajaan Mataram


mengalami kebangkitan. Kerajaan ini kemudian memperluas wilayahnya
mulai dari Pajang kemudia ke Demak, Pasuruan, Tuban, Madiun dan
sebagian wilayah Surabaya. Di tahun 1523 Panembahan Senapati wafat
dan digantikan oleh RM. Jolang, anaknya.

Panembahan Anyakrawati atau Raden Mas Jolang merupakan keturunan


dari Panembahan Senapati dengan putri dari Ki Ageng Panjawi. Ia
memerintah mulai dari 1606 sampai 1613. Raden Mas Jolang mangkat
pada 1613 tepatnya di Desa Krapyak kemudian dimakamkan di makam
agung Kotagede. 

Sepeninggal Panembahan Anyakrawati, kekuasaan diteruskan ke putra


Raden Mas Jolang, yakni Raden Mas Rangsang. Beliau memerintah mulai
1613 sampai 1645. RM. Rangsang lebih dikenal sebagai Sultan Agung,
raja terbesar di Kerajaan Mataram. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Mataram mencapai kejayaannya bahkan menguasai hampir seluruh
wilayah Tanah Jawa.

Sultan Agung tak hanya melakukan penaklukan wilayah, tapi juga gigih
melawan VOC. Beliau wafat di tahun 1645 dan dimakamkan di Imogiri.
Di masa pemerintahannya, kerajaan Islam ini berkembang pesat sebagai
Kerajaan Agraris bukan sebagai Kerajaan Maritim.

2) Perjanjian Bongaya adalah perjanjian perdamaian yang ditandatangani


pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya. Bukan merupakan perjanjian
yang baik bagi Indonesia, Perjanjian Bongaya ini justru tampak merugikan
Indonesia. Perjanjian ini terjadi oleh dua pihak, yakni dari Kesultanan
Gowa yang diwakili oleh Sultan Hasanuddin dan pihak VOC yang
diwakili oleh Laksamana Cornelis Speelman. Meski dai namanya disebut
perjanjian perdamaian, isi sebenarnya dari perjanjian Bongaya adalah
deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni). Selain dari bentuk
deklarasi kekalahan VOC, perjanjian ini juga merupakan pengesahan
monopoli oleh VOC untuk perdagangan sejumlah barang di pelabuhan
Makassar. Padahal, perdagangan ini harusnya dikuasai oleh Kasultanan
Gowa. Saat-saat terjadi peperangan antara Sultan Hasanudin dengan
pasukan kompeni VOC ini, ia merasa didesak dan akhirnya dipaksa untuk
tanda tangan. Pada peperangan ini, kompeni VOC dibantu oleh pasukan
Aru Palaka dan pasukan Kapten Yonker. Hal ini dapat terjadi karena
sebelum perjanjian Bonganya ini dibuat, saat itu di Makassar sedang ada
perselisihan antara Arung Palakka, seorang pangeran dari Kerajaan Bone /
Suku Bugis dengan Kerajaan Makassar / Gowa yang dipimpin oleh Sultan
Hassanudin. Dari sinilah akhirnya Sultan Hasanudin justru terdesak dan
dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya
pada tahun 1667. Padahal, kota Makassar sendiri sebelumnya masih dapat
dipertahankan oleh Sultan Hasanudin.

3) Selama masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa di Kesultanan Banten


(1651-1682), sosok pahwlawan ini menghimpun kekuatan untuk melawan
Belanda. Ia juga membuat Banten sebagai Kesultanan Islam yang makmur.
Salah satunya adalah mendirikan keraton baru di Dusun Tirtasa yang
terletak di Kabupaten Serang. Sejak itulah, ia mendapat gelar Sultan
Ageng Tirtayasa.

4) Pada tahun 1827, Komisaris Pemerintahan untuk Kesultanan dan


Kasunanan Surakarta, Jenderal de Kock menerapkan taktik strategi militer
Stelsel Benteng.

Dalam taktik itu, Belanda mengerahkan seluruh strategi perangnya. Seperti


memadukan antara manuver kolone dengan pembangunan benteng,
strategi blokade politik, isolasi politik, politik belah bambu, adu domba,
penelitian sosio-budaya oleh ilmuwan orientalis.

De Kock juga menyebarkan seruan kepada Diponegoro dan pengikutnya


yang berada di Selarong. Namun dibalas dengan tolakan untuk berdamai,
dan akhirnya Belanda menyerbu Selarong. Sialnya, pasukan Diponegoro
berhasil mencium rencana tersebut.

Alhasil operasi pengejaran (marching, fighting, camping) selama 1825-


1827 yang diprakarsai oleh Jenderal de Kock telah gagal menangkap
Diponegoro. Belanda pun kembali merayu Diponegoro pada pertengahan
tahun 1827.

Ketika itu, de Kock menugaskan seorang pengusaha berkebangsaan


Inggris William Stavers dan pengusaha keturunan Arab Ali Chalif
menawarkan kepada Diponegoro untuk memilih tanah di mana saja asal
bersedia menghentikan peperangan. Lagi, tawaran ini ditolak mentah-
mentah oleh sang pangeran.

Akhirnya pada 28 Maret 1830, Jenderal de Kock berhasil menangkap


pasukan Diponegoro di Magelang, yang berujung pada penyerahan diri
Pangeran Diponegoro dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan.
Usai ditangkap, pada tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro beserta anak
buahnya dibawa ke tempat pembuangannya di Manado.

Kemudian pada tahun 1834 Diponegoro dipindahkan ke kota Makasar, dan


tepat pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dalam usia kira-kira
70 tahun, setelah menjalani masa tawanan selama 25 tahun.

5) – Tuanku Imam Bonjol


Tuanku Imam Bonjol adalah pahlawan dari Sumatra Barat. Tuanku Imam
Bonjol adalah pahlawan Perang Padri (awalnya perang saudara yg
dilandasi agama , akhirnya menjadi perang kemerdekaan karena adanya
campur tangan belanda). Peran Tuanku Imam Bonjol pada perang Padri
adalah sebagai ulama' yang menentang Belanda , juga sebagai pemimpin
dalam perang Padri.

- Kapitan Pattimura

Lahir di Saparua, Maluku pada 8 Juni 1783. Bernama asli Thomas


Matulessy. Beliau adalah pemimpin perang Pattimura. Beliau mengajak
kerja sama terhadap kerajaan Ternate dan Tidore juga raja raja Jawa dan
Bali. Wafat pada 16 Desember 1817. Dengan berhasil dikuasainya
Benteng Duurstede Saparua.

6) Douwes Dekker mempunyai nama lengkap Dr. Ernest François Eugène


Douwes Dekker namun bangsa Indonesia lebih mengenalnya sebagai
Douwes Dekker atau dengan nama Danudirja Setiabudi. Beliau merupakan
orang keturunan Belanda yang memihak pribumi. Beliau dilahirkan pada
tanggal 18 oktober 1879 di Kota Pasuruan yang kala itu masih dalam
wilayah pemerintahan Hindia Belanda. Beliau mendirikan Nationale
Indische Partij pada tahun 1912 yang merupakan sebuah partai politik.
Menilai Budi Utomo terbatas pada bidang kebudayaan saja, maka Douwes
Dekker mendirikan sebuah partai politik. Ernest François Eugène Douwes
Dekker masih terhitung saudara dengan pengarang buku Max Haveelar,
Eduard Douwes Dekker. Douwes Dekker sendiri yang tidak sepenuhnya
berdarah Indonesia, namun ia dengan segenap jiwa dan raga berjuang
untuk pergerakan nasional Indonesia. National Indische Partij pun aktif
dalam berbagai organisasi internasional, seperti Liga Penentang
Imperialisme dan Penindasan, serta Liga Demokrasi Internasional untuk
menarik perhatian dunia internasional. Douwes Dekker mencurahkan
pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
7) Ir. Soekarno adalah presiden pertama Republik Indonesia, sekaligus tokoh
proklamator negara ini. Bung Karno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dan
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970.

Soekarno merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida


Ayu Nyoman Rai. Ibunda Bung Karno merupakan bangsawan Bali. Kedua
orang tua Soekarno bertemu saat sang ayah menjadi guru di Bali.
Soekarni hanya sebentar tinggal dengan kedua orang tuanya di Blitar.
Kemudian beliau pindah ke Surabaya untuk menamatkan SD. Selama di
Surabaya, Bung Karno tinggal di kediaman Haji Oemar Said
Tjokroaminoto. Setelah tamat, Bung karno melanjutkan pendidikan di
HBS (Hoogere Burger School).

Lulus tahun 1920, Soekarno melanjutkan pendidikan di THS (Technische


Hoogeschool) di Bandung. THS ini merupakan cikal bakal Institut
Teknologi Bandung. Soekarno lulus pada 25 Mei 1926 dan mendapat gelar
"Ir".
Peran Ir. Soekarno pada masa pergerakan nasional

- Soekarno berhasil membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia


untuk terbebas dari penjajahan. Karena itulah Bung Karno mendapat
julukan 'Singa Podium'

Soekarno mendirikan pertain nasional Indonesia ( PNI) , aktivitasnya


dalam PNI ini menyebabkan dia ditangkap oleh belanda dan setelah
dibebaskan setelah berpindah pindah tempat tahanan, Ir. Soekarno
bergabung dengan Partindo yang merupakan pecahan dari PNI. Kemudian
dia ditangkap lagi dan dibebaskan pada jaman penjajahan Jepang.

Setelah menyelesaikan soal di atas dan mengikuti kegiatan belajar, silahkan


kalian berdiskusi dengan teman lalu tuliskan penyelesaian permasalahan diatas ke
buku kerja masing-masing !

Ini adalah bagian akhir dari UKBM ini, mintalah tes formatif kepada guru kalian
sebelum belajar ke UKBM berikutnya.

Suk
ses
kal untu
ian k
!!!

Anda mungkin juga menyukai