Anda di halaman 1dari 5

Dilansir dari buku Bakti untuk Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020), pada 10

November 1945 terjadi Pertempuran Surabaya yakni pertempuran antara rakyat Surabaya dengan
tentara sekutu.

Pertempuran ini merupakan pertempuran terbesar pertama pasukan Indonesia dengan pasukan
asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan menjadi simbol perlawanan rakyat
Indonesia terhadap kolonialisme.

Pertempuran mulai pecah pada tanggal 30 Oktober 1945 setelah komandan pasukan Inggris,
Brigadir Mallaby tewas dalam baku tembak dengan para pejuang
di Surabaya.

Inggris melakukan serangan balasan pada 10 November 1945 dengan bantuan pesawat tempur.
Pertempuran ini menyebabkan ribuan rakyat gugur sehingga tanggal 10 November oleh bangsa
Indonesia diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Tokoh yang terkenal karena perjuangannya dalam Pertempuran Surabaya adalah Bung Tomo.

Penyebab Pertempuran Surabaya


Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal
29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda, seperti dikutip dari situs Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara
Inggris di Surabaya.

Baca artikel CNN Indonesia "Rangkuman Sejarah Peristiwa 10 November 1945 secara Singkat"
selengkapnya di

Berikut tokoh pejuang 10 November dirangkum dari berbagai sumber :

1. Bung Tomo / Soetomo. Bung Tomo merupakan salah satu sosok penting
termasuk tokoh Pertempuran Surabaya 10 November 1945. ...

2. Gubernur Suryo. ...

3. KH. ...

4. HR Mohammad Mangoendiprodjo. ...

5. Mayjen Moestopo. ...

6. Mayjen Sungkono. ...

7. Abdul Wahab Saleh. ...

8. Moehammad Jasin.
Beberapa tokoh penting yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan
memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia antara lain Bung Tomo, Gubernur Suryo,
KH. Hasyim Asyari, HR Mohammad Mangundiprojo, Mayjen Moestopo, Abdul Wahab Saleh
dan Mayjen Sungkono

Surabaya - Para pahlawan rela mengorbankan dirinya untuk berjuang melawan penjajah. Pesan-
pesan perjuangan mereka tak hanya membangkitkan semangat patriotisme saat itu, tetapi
menjadi pesan motivasi di masa kini.
Para pahlawan telah menginspirasi masyarakat untuk bersatu dan melawan penjajahan. Mereka
menjadi simbol keberanian dan tekad kuat dalam menghadapi segala rintangan.

Kini, kita mendapatkan warisan sebuah negara berdaulat. Maka, tugas kita sebagai generasi
muda adalah meneruskan perjuangan para pahlawan.

6 Lagu Nasional untuk Kenang Jasa Pejuang di Hari Pahlawan


Pesan Perjuangan Pahlawan Nasional:
Kita bisa mengenang semangat perjuangan para pahlawan dengan membaca pesan-pesan yang
disampaikan para pahlawan dahulu. Jejak sejarah itu masih bisa ditemukan.

Pidato-pidato mereka berhasil menyatukan rakyat untuk berjuang merebut dan mempertahankan
kemerdekaan. Maka seperti itulah kita seharusnya ketika mendengar ataupun membaca pesan
perjuangan para pahlawan.

Ada banyak pesan perjuangan peninggalan para pahlawan nasional. Pesan-pesan para pahlawan
ini dikutip detikJatim dari laman resmi Kementerian Sosial. Pesan pahlawan ini juga dapat
dibacakan saat upacara Hari Pahlawan 10 November 2023.

1. Abdul Muis
"Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa jika memang mau
berjuang".

Abdul Muis menyampaikan pesan itu saat menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada
para pemuda di Sulawesi. Saat itu, Abdul Muis melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai
anggota Volksraad dan sebagai wakil SI.

2. Ki Hajar Dewantara
"Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh). Ing madyo mangun karso (di tengah
memberi semangat). Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)".

Semboyan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara saat merintis Taman Siswa yang didirikan pada
tahun 1922. Semboyan tersebut hingga kini masih dipakai dalam dunia pendidikan.

3. Dokter Cipto Mangunkusumo


"Hari kemudian dari pada tanah kita dan rakyat kita terletak dalam hari sekarang, hari sekarang
itu ialah kamu, hari generasi muda!".

4. Tjut Nyak Dien


"Kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat semua kekalahan"

5. Gubernur Suryo
"Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah
kembali".

Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

6. R.A. Kartini
"Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali
mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata aku tidak dapat
melenyapkan rasa berani. Kalimat aku mau membuat kita mudah mendaki puncak gunung".
7. Jendral Surdiman
"Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan
perjuangan. Met of zonder pemerintah TNI akan berjuang terus".

Kalimat tersebut disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta. Saat itu,
Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, ketika menjawab permintaan presiden yang
menasihatinya supaya tetap tinggal di kota untuk dirawat.

8. Moh. Yamin
"Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung kekuatan-
kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri".

Pesan itu disampaikan pada Kongres II 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Kongres tersebut dihadiri
berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar, di mana ia menjabat sebagai sekretaris.

Baca juga:
10 Sikap Pahlawan untuk Diteladani dalam Kehidupan Sehari-hari
9. Pattimura
"Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan
bangkit".

Pesan tersebut disampaikan Pattimura saat akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember
1817.

10. Nyi Ageng Serang


"Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan
takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah
yang tidak ternilai harganya".

Kalimat itu disampaikan Nyi Ageng Serang saat mendengarkan keluhan keprihatinan para
pengikut atau rakyat karena perlakuan kaum penjajah.

11. Teuku Nyak Arif


"Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama".

Disampaikan Teuku Nyak Arif saat pidato bulan Maret 1945. Saat itu, ia menjabat Wakil Ketua
DPR seluruh Sumatera.

Baca artikel detikjatim, "17 Pesan Pahlawan untuk Dibacakan dalam Upacara 10 November
2023" selengkapnya https://www.detik.com/jatim/berita/d-7027423/17-pesan-pahlawan-untuk-
dibacakan-dalam-upacara-10-november-2023.

12. I Gusti Ngurah Rai


"Kami sanggup dan berjanji bertempur terus hingga cita-cita tercapai".

Isi surat I Gusti Ngurah Rai kepada Letnan Kolonel Termeulen. Seperti tersalin dalam Bali
Berjuang.

13. Supriyadi
"Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan, ataupun gaji yang
tinggi".

Pesan yang disampaikan Supriyadi saat memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa
anggota Peta, untuk melakukan pemberontakan melawan Pemerintah Jepang.

14. Soekarno
"Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya".

Kalimat yang diucapkan Soekarno saat pidato Hari Pahlawan 10 November 1961.

"Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri
sebagai suatu bangsa yang merdeka"

Kalimat itu disampaikan Soekarno saat pidato HUT Proklamasi 1963.

15. Moh. Hatta


"Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk
membela cita-cita".

"Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan
dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekadar nama dan gambar seuntaian pulau di peta. Jangan
mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya
sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi."

16. Silas Papare


"Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku".
Kalimat tersebut disampaikan pada saat memperjuangkan Irian Barat/Papua agar terlepas dari
belenggu kolonialisme Belanda, dan kembali bergabung dengan Indonesia.

Baca juga:
6 Jenis Gelar Pahlawan di Indonesia
17. Bung Tomo
"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin
secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada
siapapun juga".

17. Bung Tomo


"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin
secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada
siapapun juga".

Pidato Bung Tomo di radio pada saat pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan
November 1945.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di suatu bidang,
sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai satu atau beberapa tujuan (Kartono, 2001:33).

Konsep Islam tentang kepemimpinan adalah menjadi pemimpin yang ideal. Seperti Rasulullah
yang dikarunia empat sifat utama yaitu Sidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. Sidiq berarti jujur
dalam perkataan, amanah dapat dipercaya, tabligh artinya menyampaikan dan fathonah atinya
cerdas.

Anda mungkin juga menyukai