Anda di halaman 1dari 19

Resolusi Jihad NU (Sejarah Yang Di Lupakan) Diposkan oleh Mochamad Fathur on Monday, May 13, 2013

Assalamualaikum Wr.Wb kali ini saya akan menyeritakan sejarah yang di lupakan oleh indonesia, apa lagi klo bukan konspirasi, sengaja untuk di lupakan. Resolusi Jihad NU (Sejarah Yang Di Lupakan) Screen Picture :

RESOLUSI JIHAD NAHDATUL ULAMA (sejarah yang dilupakan atau SENGAJA dilupakan?) Indonesia merdeka tanggal 17 agustus 1945, namun belum genap 1 bulan usia kemerdekaan indonesia langsung mendapat ujian yg berat. Tentara sekutu yg membonceng tentara belanda mendarat di jakarta dan kota-kota besar lainya di indonesia. Bungkarno dan bunghatta berupaya melakukan upaya DIPLOMATIK untuk mendorong tentara

sekutu bekerja proesional hanya mengurus tahanan saja dan tidak mengutak ngatik status kemerdekaan indonesia, namun upaya itu tidak membuahkan hasil. Bung karno galau, ia menghitung bila sampai terjadi peperangan secara sistematis tidak akan bisa mengalahkan tentara sekutu, persenjataan mereka jauh lebih lengkap dn keahlian militernya lebih memadai. Atas saran JENDRAL BESAR SUDIRMAN, bungkarno diminta mengirim ututsan khusus kepada rahisul akbar nahdatul ulama HADRATUL SYEIKH K.H. HASYIM AZHARI di pondok pesantren tebu ireng jombang, TUJUANYA untuk meminta FATWA kiyai hasyim tentang hukumnya BERJIHAD membela negara yang notabene bukan negara islam seperti indonesia. Kiayi hasyim lastas memanggil K.H. HASAN ABDULLOH dari tambak beras jombang, kiyai wahab diminta untuk mengumpulkan para ketua ketua NU se jawa-madura untuk membahas persoalan ini, bukan hanya itu kiyai hasyim juga meminta kiyai-kiyai utama NU untuk melakukan sholat istiqoroh salah satunya adalah kiyai abbas dari buntet cirebon jawa barat. 22 oktober 1945 seluruh delegasi NU sejawa & madura telah berkumpul di kantor pusat ansor di jalan pungutan surabaya. Kiyai hasyim langsung memimpin pertemuan tersebut dan kemudian dilanjutkan oleh kiyai wahab, setelah berdiskusi yg cukup panjang dan mendengarkan hasil istiqoroh para kiyai utama NU, esok siangnya tanggal 22 oktober 1945 pertemuan menghasilkan 3 rumusan penting yg kemudian dikenal dg instilah RESOLUSI JIHAD NU (Nahdatul Ulama). Isi resolusi JIHAD NU : Pertama : SETIAP MUSLIM , TUA, MUDA DAN MISKIN SEKALIPUN WAJIB MEMERANGI ORANG KAFIR YANG MERINTANGI KEMERDEKAAN INDONESIA. Ke-dua : PEJUANG YANG MATI DALAM PERANG KEMERDEKAAN LAYAK DIANGGAP SYUHADA. Ke-tiga : WARGA YANG MEMIHAK KEPADA BELANDA DIANGAP MEMECAH BELAH KESATUAN DAN PERSATUAN DAN OLEH KARENA ITU HASRUS DIHUKUM MATI. dokument resolusi JIHAD ditulis dalam huruf ARAB-JAWA atau disebut PEGON ditandatangi oleh K.H HASYIM AZHARIvdan disebarluaskan keseluruh jaringan pesantren, tak terkecuali kepada komandan-komand

an LASKAR HIZBULLAH & SABILILLAH diseluruh penjuru jawa dan madura. Dokument resolusi jihad juga dimuat dalam sejumlah media masa pergerakan pada masa itu, hanya berselang 3 hari pasca RESOLUSI JIHAD dicetuskan, 6000 tentara sekutu mendarat di pelabuhan tanjung perak surabaya dengan persenjataan lengkap. mendengar kedatangan pasukan PENJAJAH, RIBUAN SANTRI, MUJAHIDIN & PARA KIYAI sejawa timur bergerak menuju SURABAYA dan situasi pun terus memanas dan cenderung tidak terkendali. RESOLUSI JIHAD NU telah memompa semangat PERALAWANAN RAKYAT dan MEMICU TERJADINYA PERTEMPURAN HEBAT selama 3 hari disurabaya, tanggal 27 sampai tanggal 29 oktober 1945, tentara inggris KEWALAHAN menghadapi perlawanan RAKYAT JAWA TIMUR. Inggris lantas mendatangkan SOEKARNO ke surabaya untuk diajak berunding melakukan gencatan senjata. Pagi hari tanggal 30 oktober gencatan senjata ditandatangani pemerintah INDONESIA & INGGRIS namun pada sore harinya terjadi insiden di jembatan merah yg menewaskan orang no.1 tentara inggris di surabaya yaitu JENDRAL MALABI, gencatan senjata pun langsung berakhir. pengganti malabi yaitu jendral ROBERT MANSION mengultimatum laskar pejuang dan tentara indonesia agar menyerahkan senjata kepada inggris paling lambat 10 november 1945, jika TIDAK inggris mengancam akan membumi hanguskan SURABAYA dan MEMBOMBARDIR surabaya dari 3 arah sekaligus LAUT, DARAT dan UDARA. Mendengar ancaman itu, para komandan LASKAR HIZBULLOH, SABILILLAH, MUJAHIDIN, tKR dan pARA SANTRI marah besar. seorang pemuda bernama soetomo atau yg lebih akrab dipanggil BUNG TOMO sowan kepada kiyai hasyim, ia meminta izin untuk menyebarluaskan RESOLUSI JIHAD MELALUI RADIO. pidato bung tomo : ======== Bismillahirrohmanirrohim.. MERDEKA!!! Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia

terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka Saudara-saudara di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya Saudara-saudara kita semuanya kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara inggris itu dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya

ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini dengarkanlah ini tentara inggris ini jawaban kita ini jawaban rakyat Surabaya ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian hai tentara inggris kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita: selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting! tetapi saya peringatkan sekali lagi jangan mulai menembak baru kalau kita ditembak maka kita akan ganti menyerang mereka itu, kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka Dan untuk kita saudara-saudara lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka semboyan kita tetap: merdeka atau mati! Dan kita yakin saudara-saudara pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar percayalah saudara-saudara allah akan melindungi kita sekalian

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!!! ======== pertempuran 10 november telah membuat MALU tentara inggris, target mereka untuk menguasai surabaya dalam waktu 3 hari TAK TERBUKTI, bahkan di hari yg ke-2 inggris kehilangan jendral ROBER MANISON artinya dalam 1 bulan megnhadapi AREK AREK SUROBOYO, inggris telah kehilangan 2 jendral terbaiknya. perang surabaya berlangsung selama 3 minggu, TAKBIR dan pekik merdeka menggema selama pertempuran berlangsung. meski pada akhirnya inggris berhasil menguasai surabaya, namun inggris mendapatkan KERUGIAN yg besar. Ribuan serdadu terlatih inggris tewas termasuk 300 serdadu gurka muslim yg didatangkan inggris dari INDIA & PAKISTAN ke surabaya untuk membantu inggris melawan indonesia malah MEMBELOT dan MENYERANG BALIK INGGRIS setelah mereka (tentara gurhka india & pakistan) tahu bahwa yg mereka lawan adalau para santri, kiyai, mujahidin dan rakyat muslim indonesia yg merupakan saudara seimanya sndiri yg sedang berjihad membela tanah air. korban di pihak indonesia sendiri 60.000 tentara, laskar, para santri, sukarelawan, dan rakyat surabaya GUGUR sebagai SYUHADA. tanpa resolusi JIHAD NU tidak akan ada peristiwa HEROIK 10 november 1945. KH MUCHIT MUZADI (pemuda anhor 1945) "inggris mari kita berperang, kitak tidak takut, kalo MATI kita syahid kalo hidup kita akan menjadi bangsa yg merdeka, tekad itulah yg ditanamkan oleh RESOLUSI JIHAD" USTAD YAHYA WALLONI (seorang PENDETA yg sudah jadi MUALLAF) indonesia itu merdeka bukan dengan teriakan HALELUYA tetapi dengan teriakan dan pekik TAKBIR, ALLAHU AKbAR" PASUKAN TERDEPAN yg bertempur di surabaya - laskar HIZBULLAH dipimpin KH. ZAINUL ARIFIN - laskar SABILILLAH dipimpin KH.MASKYUR - Barisan Mujahidin dipimpin KH WAHAB HAZBULLAH

- PETA, separuh batalionya dipimpin para kyai NU - tentara keamanan RAKYAT (TKR) Resolusi Jihad NU (Sejarah Yang Di Lupakan) cukup disayangkan, resolusi JIHAD NU 22 oktober 1945 kurang mendapat tempat dalam sejarah RESMI indonesia. ada upaya untuk menghilangkan jejak peran para SANTRI & KIYAI dalam memperjuangkan kemerdekaan. hal ini diduga terkait dg keijakan rasionalisasi dan modernisasi TKR yg mengakibatkan para milisi terdepak dari TKR. meski KECEWA, tapi para pejuang NU tetap setia dengan resolusi JIHAD membela NKRI. mereka tidak pernah berfikir untuk melawan pemerintahan yg sah apalagi membenrontak, bahkan merekapun rela berperang kembali menghadapi agresi militer belanda 1947-1948 Wassalamualaikum Wr.Wb

Resolusi Jihad KH Hasyim Asyari November 9, 2012 4:00 pm | Peradaban Islam

voa-islam Pagi hari tanggal 9 November 1945 tiga pesawat bomber melayang-layang di atas langit Surabaya sambil menyebarkan pamflet berisi ultimatum yang ditandatangani Mayor Jenderal E.C.Mansergh, yang isinya: Kepada semua Bangsa Indonesia di Surabaya!

Tanggal 9 November 1945 tiga pesawat bomber melayang-layang di atas langit Surabaya sambil menyebarkan pamflet ultimatum yang ditandatangani Mayor Jenderal E.C.Mansergh, yang isinya: Kepada semua Bangsa Indonesia di Surabaya! Pada tanggal 28 Oktober 1945, rakyat Indonesia di Surabaya secara tidak jujur sekonyongkonyong menyerang angkatan perang Inggris yang datang untuk melucuti dan mengumpulkan angkatan perang Jepang, memberi bantuan kepada tawanan perang sekutu dan interniran, dan menyelenggarakan keamanan dan ketertiban. Dalam pertempuran yang berturut terjadi, maka banyak anggota kekuasaan Inggris menjadi korban, mati atau luka-luka; ada pula yang hilang. Perempuan dan anak-anak yang diinternir dibunuh secara kejam. Dan belakangan Brigadir Jenderal Mallaby dibunuh secara tidak jujur, yang pada waktu itu sedang berusaha memegang teguh persetujuan penghentian permusuhan yang telah dilanggar oleh pihak Indonesia tadi. Kesalahan-kesalahan tersebut di atas tidak dapat dibiarkan begitu saja. Berdasarkan ini, saya mengeluarkan perintah yang harus dapat dilaksanakan. Selanjutnya pada tanggal 10 November 1945 Jam. 06.00 akan saya kerahkan semua kesatuan angkatan laut, darat dan udara di bawah komando saya untuk menundukkan orang-orang Indonesia yang mengabaikan perintah saya. Mereka bertanggung-jawab atas pertumpahan darah yang tak dapat dihindarkan 9 November 1945 Komando Angkatan Darat Sekutu Jawa Timur E.C.Mansergh Mayor Jenderal Pamflet berisi ultimatum Mayor Jenderal E.C.Mansergh itu disusul Instruksi yang juga disebar dari pesawat terbang, yang isinya: (1) Pihak Indonesia harus menyerahkan semua tawanan pada tanggal 9 Novermber jam 18.00; (2) Semua pimpinan Indonesia harus melaporkan diri pada 9 November 1945 di Jalan Jakarta dengan membawa senjata yang diletakkan 100 yard dari tempat berkumpul untuk menandatangani perjanjian menyerah tanpa syarat; (3) a.Bangsa Indonesia lain yang bersenjata harus melapor ke Westerbuiten Weg atau ke Darmo bouleverd dan Coen Bouleverd dengan mengibarkan bendera putih; (3) b. Yang diperkenankan membawa senjata hanya polisi berseragam dan TKR yang teratur; (4) tentara sekutu akan mengadakan pembersihan di dalam kota dan siapa yang diketahui menyimpan senjata akan dihukum mati; (5) Siapa yang mengaggu interniran sekutu akan dijatuhi hukuman mati; (6) para perempuan dan anak-anak Indonesia yang akan meninggalkan kota dibolehkan pada tanggal 9 November 1945 jam 19.00 terbatas pada jurusan Mojokerto dan Sidoarjo lewat jalan besar. Arek-arek Surabaya meraung marah membaca ultimatum dan instruksi E.C.Mansergh yang sangat merendahkan martabat Bangsa Indonesia. KH Hasyim Asyari yang saat itu berada di

Surabaya, menyambut hinaan Mayor Jendera E.C.Mansergh itu dengan mengubah isi Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 menjadi lebih operasional, yaitu dari pernyataan resolusi berbunyi: Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja menjadi Bagi tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak (bersenjata ataoe tidak) yang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari Soerabaja, Fardloe Ain hukumnya untuk berperang melawan moesoeh oentoek membela Soerabaja.. Seruan jihad yang disampaikan KH Hasyim Asyari pada 9 November 1945 itu dengan cepat menyebar ke berbagai daerah yang berjarak sekitar 94 km dari Surabaya seperti Mojokerto, Lamongan, Tuban, Pasuruan, Jombang, Malang, dan bahkan ke daerah-daerah yang lebih jauh seperti Probolinggo, Jember, Lumajang, Situbondo, Banyuwangi, Rembang, bahkan Cirebon. Para kyai, santri, satuan-satuan dari barisan Hizbullah dan Sabilillah berbondong-bondong ke Surabaya, bergabung dengan pasukan TKR Kota Surabaya, PRI, BPRI, TKR Laut, TKR Pelajar, Polisi Istimewa, Barisan Buruh, dan warga Kota Surabaya untuk menyambut serangan umum pasukan Inggris di bawah Mayor Jenderal E.C.Mansergh pada 10 November 1945. Oleh karena perang melawan kekuatan pasukan Inggris pada 10 November 1945 dilandasi semangat Jihad Fii Sabilillah, maka teriakan Allahu Akbar! sebagai penanda jihad dikumandangkan sejak peluru pertama meletus sampai tarikan nafas terakhir seorang pejuang kehilangan nyawa menjadi syuhada. Dan Inggris yang menduga Rakyat Surabaya akan tunduk menyerah dalam tempo tiga hari setelah kota dibombardir dari darat, laut dan udara terbukti harus bersimbah darah dan airmata karena sampai tiga bulan bertempur, kekuatan rakyat Indonesia yang dikobari semanbgat Jihad fii Sabilillah tidak kunjung menyerah. Dan Inggris pun menandai momentum bersejarah yang paling keras itu dengan sebaris kalimat: Once and Forever!

Rahmatan Lil Alamin dan Toleransi December 23, 2012 12:03 am | Pemikiran Islam

Oleh: KH.Muhammad Idrus Romli Pengurus Lajnah Talif wan Nasyr PWNU Jawa Timur Umat Islam tentu meyakini misi rahmatan lil alamin, sebab istilah rahmatan lil-alamin telah dinyatakan oleh Al Quran. Istilah rahmatan lil-alamin dipetik dari salah satu ayat Al Quran;

Wa maa arsalnaaka illaa rahmatan lil-aalamiin (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam). (QS Al Anbiya : 107). Dalam ayat itu, rahmatan lil-alamin secara tegas dikaitkan dengan kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Artinya, Allah tidaklah menjadikan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai rasul, kecuali karena kerasulan beliau menjadi rahmat bagi semesta alam. Karena rahmat yang diberikan Allah kepada semesta alam ini dikaitkan dengan kerasulan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka umat manusia dalam menerima bagian dari rahmat tersebut berbeda-beda. Ada yang menerima rahmat tersebut dengan sempurna, dan ada pula yang menerima rahmat tersebut tidak sempurna. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, sahabat Nabi Salallahu Alaihi Wa Sallam, pakar dalam Ilmu Tafsir menyatakan: Orang yang beriman kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka akan memperoleh rahmat Allah dengan sempurna di dunia dan akhirat. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka akan diselamatkan dari azab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu ketika masih di dunia seperti dirubah menjadi hewan atau dilemparkan batu dari langit. Demikian penafsiran yang dinilai paling kuat oleh Al Hafizh Jalaluddin Al Suyuthi dalam tafsirnya, AlDurr Al Mantsur. Penafsiran di atas diperkuat dengan hadits shahih yang menegaskan bahwa rahmatan lil-alamin telah menjadi karakteristik Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam dakwahnya. Ketika sebagian sahabat mengusulkan kepada beliau, agar mendoakan keburukan bagi orang-orang Musyrik, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab: Aku diutus bukanlah sebagai pembawa kutukan, tetapi aku diutus sebagai pembawa rahmat. (HR. Muslim). Penafsiran di atas memberikan gambaran, bahwa karakter rahmatan lil-alamin memiliki keterkaitan sangat erat dengan kerasulan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dalam kitab-kitab Tafsir, tidak ditemukan keterkaitan makna rahmatan lil-alamin dengan sikap toleransi yang berlebih-lebihan dengan komunitas non-Muslim. Ini berangkat dari kenyataan bahwa rahmatan lil-alamin sangat erat kaitannya dengan kerasulan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, yakni penyampaian ajaran Islam kepada umatnya.

Maka seorang Muslim, dalam menghayati dan menerapkan pesan Islam rahmatan lilalamin tidak boleh menghilangkan misi dakwah yang dibawa oleh Islam itu sendiri. Misalnya, memberikan khotbah dalam acara kebaktian agama lain, menjaga keamanan tempat ibadah agama lain dan acara ritual agama lain, atau doa bersama lintas agama dengan alasan itu adalah Islam rahmatan lil-alamin. Kegiatan-kegiatan semacam itu justru mengaburkan makna rahmatan lil-alamin yang berkaitan erat dengan misi dakwah Islam. Sebagaimana dimaklumi, selain sebagai rahmatan lil-alamin, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam diutus juga bertugas sebagai basyiiran wa nadziiran lil-aalamiin (pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh alam). Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqan : 1). Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan (basyiiran wa nadziiran), tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba : 28). Sebagai pengejawantahan dari ayat-ayat ini, seorang Muslim dalam interaksinya dengan orang lain, selain harus menerapkan watak rahmatan lil-alamin, juga bertanggungjawab menyebarkan misibasyiran wa nadziran lil-alamin. Islam tidak melarang umatnya berinteraksi dengan komunitas agama lain. Rahmat Allah yang diberikan melalui Islam, tidak mungkin dapat disampaikan kepada umat lain, jika komunikasi dengan mereka tidak berjalan baik. Karena itu, para ulama fuqaha dari berbagai madzhab membolehkan seorang Muslim memberikan sedekah sunnah kepada non Muslim yang bukan kafir harbi. Demikian pula sebaliknya, seorang Muslim diperbolehkan menerima bantuan dan hadiah yang diberikan oleh non Muslim. Para ulama fuqaha juga mewajibkan seorang Muslim memberi nafkah kepada istri, orang tua dan anak-anak yang non Muslim. Di sisi lain, karena seorang Muslim bertanggungjawab menerapkan basyiran wa nadziran lilalamin,Islam melarang umatnya berinteraksi dengan non Muslim dalam hal-hal yang dapat menghapus misi dakwah Islam terhadap mereka. Mayoritas ulama fuqaha tidak memperbolehkan seorang Muslim menjadi pekerja tempat ibadah agama lain, seperti menjadi tukang kayu, pekerja bangunan dan lain sebagainya, karena hal itu termasuk menolong orang lain dalam hal kemaksiatan, ciri khas dan syiar agama mereka yang salah dalam pandangan Islam.

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al Maidah : 2). Doa Lintas Agama Doa bersama lintas agama, dewasa ini juga agak marak dilakukan. Sebagian beralasan Islamrahmatan lil-alamin. Padahal, karakter rahmatan lil-alamin, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan doa bersama lintas agama. Sebagaimana dimaklumi, doa merupakan inti dari pada ibadah (mukhkhul ibadah), yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Tuhan. Tidak jarang, seorang Muslim berdoa kepada Allah, dengan harapan memperoleh pertolongan agar segera keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Tentu saja, ketika seseorang berharap agar Allah segera mengabulkan doanya, ia harus lebih berhati-hati, memperbanyak ibadah, bersedekah, bertaubat dan melakukan kebajikan-kebajikan lainnya. Dalam hal ini, semakin baik jika ia memohon doa kepada orang-orang saleh yang dekat kepada Allah. Hal ini sebagaimana telah dikupas secara mendalam oleh para ulama fuqaha dalam bab shalat istisqa (mohon diturunkannya hujan) dalam kitab-kitab fiqih. Ada dua pendapat di kalangan ulama fuqaha, tentang hukum menghadirkan kaum non Muslim untuk doa bersama dalam shalat istisqa. Pertama, menurut mayoritas ulama (madzhab Maliki, Syafii dan Hanbali), tidak dianjurkan dan makruh menghadirkan non Muslim dalam doa bersama dalam shalat istisqa. Hanya saja, seandainya mereka menghadiri acara tersebut dengan inisiatif sendiri dan tempat mereka tidak berkumpul dengan umat Islam, maka itu tidak berhak dilarang. Kedua, menurut madzhab Hanafi dan sebagian pengikut Maliki, bahwa non Muslim tidak boleh dihadirkan atau hadir sendiri dalam acara doa bersama shalat istisqa, karena mereka tidak dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa. Doa istisqa ditujukan untuk memohon turunnya rahmat dari Allah, sedangkan rahmat Allah tidak akan turun kepada mereka. Demikian kesimpulan pendapat ulama fuqaha dalam kitab-kitab fiqih. Maka, jika doa diharapkan mendatangkan rahmat dari Allah, sebaiknya didatangkan orang-orang saleh yang dekat kepada Allah, bukan mendatangkan orang-orang yang yang jauh dari kebenaran. Forum Bahtsul Masail Al Diniyah Al Waqiiyyah Muktamar NU di PP Lirboyo Kediri, 21-27 November 1999, menyatakan, bahwa Doa Bersama Antar Umat Beragama hukumnya haram. Diantara dalil yang mendasarinya: Kitab Mughnil Muhtaj, Juz I hal. 232: Wa laa yajuuzu an-yuammina alaa duaa-ihim kamaa qaalahu Ar Rauyani li-anna duaal kaafiri ghairul maqbuuli. (Lebih jauh, lihat: Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum

Islam: Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), penerbit: Lajtah Talif wan-Nasyr, NU Jatim, cet.ke-3, 2007, hal. 532-534). Wallahu alam

Rahmatan Lil Alamin dan Toleransi December 23, 2012 12:03 am | Pemikiran Islam

Oleh: KH.Muhammad Idrus Romli Pengurus Lajnah Talif wan Nasyr PWNU Jawa Timur Umat Islam tentu meyakini misi rahmatan lil alamin, sebab istilah rahmatan lil-alamin telah dinyatakan oleh Al Quran. Istilah rahmatan lil-alamin dipetik dari salah satu ayat Al Quran;

Wa maa arsalnaaka illaa rahmatan lil-aalamiin (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam). (QS Al Anbiya : 107). Dalam ayat itu, rahmatan lil-alamin secara tegas dikaitkan dengan kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Artinya, Allah tidaklah menjadikan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai rasul, kecuali karena kerasulan beliau menjadi rahmat bagi semesta alam. Karena rahmat yang diberikan Allah kepada semesta alam ini dikaitkan dengan kerasulan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka umat manusia dalam menerima bagian dari rahmat tersebut berbeda-beda. Ada yang menerima rahmat tersebut dengan sempurna, dan ada pula yang menerima rahmat tersebut tidak sempurna. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, sahabat Nabi Salallahu Alaihi Wa Sallam, pakar dalam Ilmu Tafsir menyatakan: Orang yang beriman kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka akan memperoleh rahmat Allah dengan sempurna di dunia dan akhirat. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka akan diselamatkan dari azab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu ketika masih di dunia seperti dirubah menjadi hewan atau dilemparkan batu dari langit. Demikian penafsiran yang dinilai paling kuat oleh Al Hafizh Jalaluddin Al Suyuthi dalam tafsirnya, AlDurr Al Mantsur. Penafsiran di atas diperkuat dengan hadits shahih yang menegaskan bahwa rahmatan lil-alamin telah menjadi karakteristik Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam dakwahnya. Ketika sebagian sahabat mengusulkan kepada beliau, agar mendoakan keburukan bagi orang-orang Musyrik, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab: Aku diutus bukanlah sebagai pembawa kutukan, tetapi aku diutus sebagai pembawa rahmat. (HR. Muslim). Penafsiran di atas memberikan gambaran, bahwa karakter rahmatan lil-alamin memiliki keterkaitan sangat erat dengan kerasulan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dalam kitab-kitab Tafsir, tidak ditemukan keterkaitan makna rahmatan lil-alamin dengan sikap toleransi yang berlebih-lebihan dengan komunitas non-Muslim. Ini berangkat dari kenyataan bahwa rahmatan lil-alamin sangat erat kaitannya dengan kerasulan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, yakni penyampaian ajaran Islam kepada umatnya.

Maka seorang Muslim, dalam menghayati dan menerapkan pesan Islam rahmatan lilalamin tidak boleh menghilangkan misi dakwah yang dibawa oleh Islam itu sendiri. Misalnya, memberikan khotbah dalam acara kebaktian agama lain, menjaga keamanan tempat ibadah agama lain dan acara ritual agama lain, atau doa bersama lintas agama dengan alasan itu adalah Islam rahmatan lil-alamin. Kegiatan-kegiatan semacam itu justru mengaburkan makna rahmatan lil-alamin yang berkaitan erat dengan misi dakwah Islam. Sebagaimana dimaklumi, selain sebagai rahmatan lil-alamin, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam diutus juga bertugas sebagai basyiiran wa nadziiran lil-aalamiin (pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh alam). Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqan : 1). Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan (basyiiran wa nadziiran), tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba : 28). Sebagai pengejawantahan dari ayat-ayat ini, seorang Muslim dalam interaksinya dengan orang lain, selain harus menerapkan watak rahmatan lil-alamin, juga bertanggungjawab menyebarkan misibasyiran wa nadziran lil-alamin. Islam tidak melarang umatnya berinteraksi dengan komunitas agama lain. Rahmat Allah yang diberikan melalui Islam, tidak mungkin dapat disampaikan kepada umat lain, jika komunikasi dengan mereka tidak berjalan baik. Karena itu, para ulama fuqaha dari berbagai madzhab membolehkan seorang Muslim memberikan sedekah sunnah kepada non Muslim yang bukan kafir harbi. Demikian pula sebaliknya, seorang Muslim diperbolehkan menerima bantuan dan hadiah yang diberikan oleh non Muslim. Para ulama fuqaha juga mewajibkan seorang Muslim memberi nafkah kepada istri, orang tua dan anak-anak yang non Muslim. Di sisi lain, karena seorang Muslim bertanggungjawab menerapkan basyiran wa nadziran lilalamin,Islam melarang umatnya berinteraksi dengan non Muslim dalam hal-hal yang dapat menghapus misi dakwah Islam terhadap mereka. Mayoritas ulama fuqaha tidak memperbolehkan seorang Muslim menjadi pekerja tempat ibadah agama lain, seperti menjadi tukang kayu, pekerja bangunan dan lain sebagainya, karena hal itu termasuk menolong orang lain dalam hal kemaksiatan, ciri khas dan syiar agama mereka yang salah dalam pandangan Islam.

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al Maidah : 2). Doa Lintas Agama Doa bersama lintas agama, dewasa ini juga agak marak dilakukan. Sebagian beralasan Islamrahmatan lil-alamin. Padahal, karakter rahmatan lil-alamin, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan doa bersama lintas agama. Sebagaimana dimaklumi, doa merupakan inti dari pada ibadah (mukhkhul ibadah), yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Tuhan. Tidak jarang, seorang Muslim berdoa kepada Allah, dengan harapan memperoleh pertolongan agar segera keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Tentu saja, ketika seseorang berharap agar Allah segera mengabulkan doanya, ia harus lebih berhati-hati, memperbanyak ibadah, bersedekah, bertaubat dan melakukan kebajikan-kebajikan lainnya. Dalam hal ini, semakin baik jika ia memohon doa kepada orang-orang saleh yang dekat kepada Allah. Hal ini sebagaimana telah dikupas secara mendalam oleh para ulama fuqaha dalam bab shalat istisqa (mohon diturunkannya hujan) dalam kitab-kitab fiqih. Ada dua pendapat di kalangan ulama fuqaha, tentang hukum menghadirkan kaum non Muslim untuk doa bersama dalam shalat istisqa. Pertama, menurut mayoritas ulama (madzhab Maliki, Syafii dan Hanbali), tidak dianjurkan dan makruh menghadirkan non Muslim dalam doa bersama dalam shalat istisqa. Hanya saja, seandainya mereka menghadiri acara tersebut dengan inisiatif sendiri dan tempat mereka tidak berkumpul dengan umat Islam, maka itu tidak berhak dilarang. Kedua, menurut madzhab Hanafi dan sebagian pengikut Maliki, bahwa non Muslim tidak boleh dihadirkan atau hadir sendiri dalam acara doa bersama shalat istisqa, karena mereka tidak dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa. Doa istisqa ditujukan untuk memohon turunnya rahmat dari Allah, sedangkan rahmat Allah tidak akan turun kepada mereka. Demikian kesimpulan pendapat ulama fuqaha dalam kitab-kitab fiqih. Maka, jika doa diharapkan mendatangkan rahmat dari Allah, sebaiknya didatangkan orang-orang saleh yang dekat kepada Allah, bukan mendatangkan orang-orang yang yang jauh dari kebenaran. Forum Bahtsul Masail Al Diniyah Al Waqiiyyah Muktamar NU di PP Lirboyo Kediri, 21-27 November 1999, menyatakan, bahwa Doa Bersama Antar Umat Beragama hukumnya haram. Diantara dalil yang mendasarinya: Kitab Mughnil Muhtaj, Juz I hal. 232: Wa laa yajuuzu an-yuammina alaa duaa-ihim kamaa qaalahu Ar Rauyani li-anna duaal kaafiri ghairul maqbuuli. (Lebih jauh, lihat: Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum

Islam: Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), penerbit: Lajtah Talif wan-Nasyr, NU Jatim, cet.ke-3, 2007, hal. 532-534). Wallahu alam

Anda mungkin juga menyukai