Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PORTOFOLIO

METABOLISME

KELOMPOK 1
1. Anisha Rachma Sary (07)
2. Muhammad Daffa K. A. (20)
3. Muhammad Mahesa Putra (21)
4. Raga Dwi Wicaksono (27)
5. Rizal Permana (29)
6. Tarisha Fadilla Ismayani (34)

SMA NEGERI 2 LUMAJANG


Jl. HOS Cokroaminoto No.159, Tompokersan, Kec. Lumajang, Kabupaten Lumajang 67316

2021/2022
A. METABOLISME
Metabolisme adalah kumpulan reaksi kimia yang terjadi dalam organisme. Dibantu oleh
enzim, metabolisme berlangsung dalam jalur-jalur yang saling berpotongan, yang dapat
bersifat katabolik yaitu menguraikan molekul dan melepaskan energi, atau anabolik yaitu
menyusun molekul dan menggunakan energi.
Di dalam tubuh, makanan mengalami serangkaian perombakan melalui berbagai reaksi
kimia sehingga membebaskan energi yang dikandungnya yaitu berupa molekul adenosine
trifosfat (ATP). ATP merupakan molekul berenergi tinggi yang dapat digunakan makhluk
hidup. ATP tersusun dari adenosine (basa adenin dan gula ribosa) dan tiga gugus fosfat.
ATP memiliki ikatan yang labil karena mudah melepaskan gugus fosfat ketika mengalami
hidrolisis sehingga berubah menjadi ADP (adenosine difosfat).

B. ENZIM
Enzim adalah biokatalisator yang mempercepat laju reaksi kimia dalam tubuh tanpa
mengalami perubahan struktur kimia, dengan menurunkan energi aktivasi reaksi. Energi
aktivasi adalah energi awal yang digunakan untuk memulai suatu reaksi kimia.
 Sifat-sifat enzim sebagai katalis:
1) Terlibat dalam jalannya reaksi, namun jumlahnya tidak berubah.
2) Mempercepat laju reaksi, namun tidak mengubah komposisi produk.
3) Menurunkan energi aktivasi.
4) Hanya dapat mengkatalisis reaksi tertentu.
5) Dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
6) Dapat dihambat zat tertentu.
7) Dapat bekerja dalam reaksi bolak-balik.
 Faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain adalah konsentrasi enzim dan
kofaktor, konsentrasi substrat, konsentrasi inhibitor, suhu dan pH.
Pengaruh konsentrasi zat-zat yang berhubungan dengan enzim:
1) Konsentrasi enzim yang lebih besar dari substrat akan mempercepat laju reaksi
(mempercepat pembentukan produk).
2) Konsentrasi substrat yang lebih besar dari enzim akan menimbulkan konsentrasi
substrat jenuh (laju reaksi maksimum), yang menyebabkan ada substrat yang tidak
dikatalisis.
3) Konsentrasi inhibitor yang besar akan memperlambat laju reaksi (menghambat
pembentukan produk). Cara mencegah inhibitor menghambat pembentukan produk
adalah dengan meningkatkan konsentrasi enzim, kofaktor dan substrat.
Suhu berpengaruh terhadap kerja enzim, yaitu:
1) Semakin tinggi suhu, maka energi kinetik substrat dan enzim meningkat, sehingga
mempermudah keduanya saling berikatan.
2) Aktivitas enzim meningkat pada suhu optimum sampai suatu suhu maksimum
(sekitar 40 derajat Celcius).
3) Suhu yang terlalu tinggi (>40oC) menyebabkan enzim tidak bekerja karena struktur
enzim rusak akibat mengalami denaturasi protein. Enzim yang mengalami denaturasi
tidak dapat digunakan kembali.
4) Suhu yang terlalu rendah (<30oC) menyebabkan enzim tidak bekerja karena enzim
mengalami inaktivasi. Enzim yang mengalami inaktivasi masih dapat digunakan jika
suhu kembali normal.
pH dapat mempengaruhi struktur protein pada sisi aktif, sehingga substrat untuk
berikatan. pH optimum enzim berbeda-beda, dan jika tidak pada pH optimum, enzim
dapat mengalami denaturasi protein. Contoh: enzim amilase bekerja pada pH netral
agak basa, enzim pepsinogen bekerja pada pH sangat asam, dan maltase bekerja pada
pH basa

Dalam percobaan yang membahas mengenai enzim katalase yang menggunakan ekstrak
hati, ekstrak jantung, dan ekstrak kentang sebagai variable bebas; banyak gelembung dan
bara api sebagai variable control; serta larutan NaOH, larutan HCl, dan larutan NaCl sebagai
variable terikat, didapatkan data hasil percobaan sebagai berikut ini.

Dari data hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwa:


- Ekstrak + H2O2 dalam kondisi netral dan suhu normal memiliki gelembung dan bara api
banyak. Hal ini menunjukkan bahwa enzim katalase dapat bekerja dalam keadaan tersebut.
- Ekstrak + HCl + H2O2 dalam ph asam mempunyai gelembung dan bara api sedikit
dibanding kondisi normal. Hal ini menunjukkan bahwa enzim katalase tidak dapat bekerja
dalam kondisi yang terlalu asam.
- Ekstrak + NaOh + H2O2 dalam ph basa memiliki gelembung dan bara api sedikit
dibanding kondisi normal. Hal ini menunjukkan bahwa enzim katalase tidak dapat bekerja
dalam kondisi yang terlalu basa.
- Ekstrak + H2O2 dalam kondisi panas suhu lebih dari 40 derajat celcius tidak timbul
gelembung dan bara api. Hal ini disebabkan karena protein di dalam enzim katalase yang
terdapat di ekstrak telah rusak sehingga tidak dapat menguraikan H2O2 menjadi H2O dan
O2.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerja enzim dipengaruhi oleh derajat keasaman dan
suhu. Maka, enzim katalase bekerja sangat baik pada keadaan dan suhu normal, suhu normal
yaitu kurang dari 40 derajat celcius.

C. KATABOLISME
Katabolisme adalah proses mengubah senyawa organic menjadi senyawa anorganik dengan
mengurai molekul kompleks menjadi molekul sederhana dan menghasilkan ATP.
Katabolisme terdiri dari:
1) Katabolisme karbohidrat (4,2 kkal/gram), berupa proses respirasi aerob dan respirasi
anaerob.
2) Katabolisme lemak (9,1 kkal/gram).
3) Katabolisme protein (4,2 kkal/gram).
Katabolisme mempunyai dua fungsi, yaitu menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul
lain, dan menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sel. Reaksi
yang umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Reaksi kimianya membebaskan energi sehingga
disebut sebagai reaksi eksergonik. Energi yang dilepaskan oleh reaksi katabolisme disimpan
dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan berenergi elektron
tinggi NADH2 (Nikotilamid adenine dinukleotida) serta FADH2 (Flavin adenin
dinukleotida).
Contoh katabolisme adalah respirasi.
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, katabolisme dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Respirasi aerob : adalah respirasi yang membutuhkan oksigen bebas dari udara untuk
menghasilkan energi.
2. Respirasi anaerob : adalah respirasi yang tidak membutuhkan oksigen untuk
menghasilkan energi.

1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah katabolisme karbohidrat yang membutuhkan O2 sebagai oksidator
(penerima elektron terakhir dari reaksi). Contoh respirasi aerob adalah Respirasi Sel.
Respirasi bertujuan menghasilkan energi dari sumber nutrisi yang dimiliki. Semua
makhluk hidup melakukan respirasi dan tidak hanya berupa pengambilan udara secara
langsung. Respirasi dalam kaitannya dengan pembentukan energi dilakukan di dalam sel.
Oleh karena itu, prosesnya dinamakan respirasi sel. Organel sel yang berfungsi dalam
menjalankan tugas pembentukan energy ini adalah mitokondria. Respirasi termasuk ke
dalam kelompok katabolisme karena didalamnya terjadi penguraian senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana, diikuti dengan pelepasan energi. Energi yang kita
gunakan dapat berasal dari hasil metabolisme tumbuhan.
Respirasi aerob dapat dibedakan menjadi empat tahap, yaitu:
1) Glikolisis
Glikolisis adalah proses pemecahan glukosa menjadi asam piruvat pada respirasi
aerob. Reaksi ini terjadi dalam sitoplasma sel. Berikut tahapan-tahapan glikolisis.

Langkah 1: Penyerapan dan Fosforilasi Glukosa

Enzim heksokinase fosforilase- menambahkan gugus fosfat ke – glukosa dalam


sitoplasma sel. Dalam prosesnya, gugus fosfat dari ATP ditransfer ke glukosa yang
menghasilkan glukosa 6-fosfat. Persamaan reaksi kimianya adalah:

 Glukosa difosforilasi untuk membentuk glukosa-6-fosfat.


 Reaksi dikatalisis oleh enzim spesifik glukokinase dalam sel hati dan oleh
enzim non spesifik heksokinase dalam hati dan jaringan ekstrahepatik. Enzim
membelah ATP menjadi ADP, dan Pi ditambahkan ke glukosa.
 heksokinase adalah enzim glikolitik kunci. heksokinase mengkatalisasi langkah
regulasi dalam glikolisis yang tidak dapat diubah.
 heksokinase, seperti banyak kinase lainnya, membutuhkan Mg2 + untuk
aktivitasnya.

Langkah 2: Isomerisasi Glukosa-6-Fosfat menjadi Fruktosa-6-Fosfat

Enzim fosfoglukoisomerase mengubah glukosa 6-fosfat menjadi isomer fruktosa 6-


fosfat. Isomer memiliki rumus molekul yang sama, tetapi atom dari masing-masing
molekul diatur secara berbeda. Persamaan kimia untuk langkah ini adalah:
 Glukosa-6-fosfat diisomerisasi menjadi fruktosa-6-fosfat oleh fosfoheksosa
isomerase.
 Reaksi ini melibatkan isomerisasi aldosa-ketosa yang dikatalisis oleh
isomerase fosfoheksosa. Ada pembukaan cincin glukopiranosa glukosa-6-
fosfat menjadi struktur linier yang kemudian berubah menjadi struktur cincin
furanosa fruktosa-6-fosfat.

Langkah 3: Fosforilasi F-6-P menjadi Fruktosa 1,6-Bifosfat

Enzim fosfofruktokinase menggunakan molekul ATP lain untuk mentransfer gugus


fosfat ke fruktosa 6-fosfat untuk membentuk fruktosa 1, 6-bifosfat. Persamaannya

adalah:

 Fruktosa-6-fosfat selanjutnya difosforilasi menjadi fruktosa 1,6-bifosfat.


 Enzimnya adalah fosfofruktokinase-1. Ini mengkatalisis transfer gugus fosfat
dari ATP ke fruktosa-6-fosfat.
 Reaksinya tidak dapat dipulihkan.
 Satu ATP digunakan untuk fosforilasi.
 fosfofruktokinase-1 adalah enzim kunci dalam glikolisis yang mengatur
pemecahan glukosa.

Langkah 4: Pembelahan Fruktosa 1,6-Bifosfat


Enzim aldolase membagi fruktosa 1, 6-bifosfat menjadi dua gula yang merupakan
isomer satu sama lain. Kedua gula ini adalah Dihidroksiaseton fosfat dan Gliseraldehid
3-fosfat. Persamaan reaksi kimianya adalah:

 6 karbon fruktosa-1,6-bifosfat dibelah menjadi dua 3 unit karbon; satu


gliseraldehida-3-fosfat (GAP) dan molekul lain dihidroksi aseton fosfat
(DHAP).
 Enzim yang mengkatalisis reaksi adalah aldolase. Karena reaksi mundur adalah
kondensasi aldol, enzim tersebut disebut aldolase.
 Reaksinya dapat dibalik.

Langkah 5: Interkonversi dari Fosfat Triosa

Enzim Triosefosfat isomerase dengan cepat mengonversi molekul dihydroxyacetone


phosphate dan glyceraldehyde 3-phosphate. Gliseraldehida 3-fosfat dihilangkan segera
setelah dibentuk untuk digunakan pada langkah glikolisis berikutnya. Dua persamaan
untuk langkah ini adalah:

 GAP berada di jalur langsung glikolisis, sedangkan DHAP tidak. Karenanya


Triomer-fosfat isomerase mengubah DHAP menjadi GAP yang berguna untuk
menghasilkan ATP.
 Demikian hasil bersih adalah glukosa sekarang dibelah menjadi 2 molekul
gliseraldehida-3-fosfat.
 Reaksi ini cepat dan reversibel.

Langkah 6: Fosforilasi GAP oksidatif menjadi 1,3-Bisfosfogliserat

Enzim triose fosfat dehidrogenase memiliki dua fungsi dalam langkah ini. Pertama,
enzim mentransfer hidrogen (H-) dari gliseraldehida fosfat ke zat pengoksidasi
nicotinamide adenine dinucleotide (NAD +) untuk membentuk NADH. Selanjutnya,
triose fosfat dehidrogenase menambahkan fosfat (P) dari sitosol ke fosfat
gliseraldehida teroksidasi untuk membentuk 1, 3-bisfosfogliserat.

 Langkah pertama dalam fase hasil adalah oksidasi gliseraldehida 3-fosfat


menjadi 1,3-bisfosfogliserat.
 Reaksi ini dikatalisis oleh gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase.
 Ini adalah reaksi yang menghasilkan energi. Reaksi jenis ini di mana gugus
aldehida dioksidasi menjadi asam disertai dengan pembebasan sejumlah besar
energi yang berpotensi bermanfaat. Selama reaksi ini, NAD + direduksi
menjadi NADH.
 Ini adalah reaksi yang dapat dibalik.

Langkah 7: Konversi dari 1,3-Bifosfogliseratke 3-fosfogliserat

Enzim phosphoglycerokinase mentransfer P dari 1,3-bisphosphoglycerate ke molekul


ADP untuk membentuk ATP. Ini terjadi untuk setiap molekul 1,3-
bisphosphoglycerate. Proses ini menghasilkan dua molekul 3-fosfogliserat dan dua
molekul ATP. Persamaannya adalah:
 Enzim fosfogliserat kinase mentransfer gugus fosforil berenergi tinggi dari
gugus karboksil 1,3-bisfosfogliserat ke ADP, membentuk ATP dan 3-
fosfogliserat.
 Ini adalah contoh unik di mana ATP dapat diproduksi di tingkat substrat tanpa
berpartisipasi dalam rantai transpor elektron. Jenis reaksi di mana ATP
terbentuk pada tingkat substrat disebut sebagai fosforilasi tingkat Substrat.

Langkah 8: Konversi dari 3-fosfogliserat ke 2-fosfogliserat

Enzim phosphoglyceromutase memindahkan P dari 3-phosphoglycerate dari karbon


ketiga ke karbon kedua untuk membentuk 2-phosphoglycerate. Persamaannya adalah:

 3-fosfat gliserat diisomerisasi menjadi 2-fosfat gliserat dengan menggeser


gugus fosfat dari atom karbon ke-2.
 Enzimnya adalah Fosfoglukomutase.
 Ini adalah reaksi yang mudah dibalik.
 Mg2 + sangat penting untuk reaksi ini.

Langkah 9: Dehidrasi 2-fosfogliserat menjadi fosfoenol piruvat

Enolase enzim menghilangkan molekul air dari 2-fosfogliserat untuk membentuk


fosfoenolpiruvat (PEP). Ini terjadi untuk setiap molekul 2-fosfogliserat. Persamaannya
adalah:
 2-fosfogliserat dikonversi menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim enolase.
 Satu molekul air dihilangkan.
 Ikatan fosfat berenergi tinggi diproduksi. Reaksinya dapat dibalik.
 Enolase membutuhkan Mg ++.

Langkah 10: Konversi Fosfoenolpiruvat ke Piruvat

Enzim piruvat kinase mentransfer P dari PEP ke ADP untuk membentuk piruvat dan
ATP. Ini terjadi untuk setiap molekul fosfoenolpiruvat. Reaksi ini menghasilkan dua
molekul piruvat dan dua molekul ATP. Persamaannya adalah:

 Fosfoenol piruvat (PEP) didefosforilasi menjadi piruvat, oleh piruvat kinase.


 PEP pertama dibuat menjadi perantara sementara enol piruvat; yang secara
spontan di isomerkan menjadi keto piruvat, bentuk stabil piruvat.
 Satu mol ATP dihasilkan selama reaksi ini. Sekali lagi ini adalah contoh
fosforilasi tingkat substrat.
 Piruvat kinase adalah enzim glikolitik kunci. Langkah ini tidak dapat diubah.
Produk penting glikolisis dari 1 molekul glukosa adalah:
- 2 molekul asam piruvat
- 2 molekul NADH sebagai sumber elektron berenergi tinggi
- 2 molekul ATP
2) Dekarboksilasi oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi dalam siklus Krebs di mana oksigen, yang
berasal dari dua molekul air, digunakan untuk mengoksidasi dua atom karbon menjadi
dua molekul karbon dioksida. Dua atom karbon hasil dari reaksi dekarboksilasi yang
terjadi selama siklus Krebs sebagai sitrat senyawa enam karbon diubah menjadi
oksaloasetat senyawa empat karbon. Reaksi Dekarboksilasi oksidatif Piruvat ini terjadi
dalam matriks mitokondria. Reaksi dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi oksidasi
dimana gugus karboksil dihilangkan sebagai karbon dioksida. Selama siklus asam
sitrat, piruvat diubah menjadi asetil-KoA melalui dekarboksilasi dengan adanya enzim
piruvat dehidrogenase.
Piruvat yang berasal dari glukosa oleh glikolisis didehidrogenasi untuk menghasilkan
asetil KoA dan CO2 oleh enzim piruvat dehidrogenase kompleks (PDC). Ini adalah
proses oksidasi ireversibel di mana gugus karboksil dihilangkan dari piruvat sebagai
molekul CO2 dan dua karbon yang tersisa menjadi gugus asetil dari Asetil-KoA.
Aktivitas tinggi PDC ditemukan pada otot jantung dan ginjal.
Setelah Glikolisis terjadi dalam sel sitoplasma, ia menghasilkan piruvat, yang berlanjut
ke dan ke dalam matriks mitokondria. Siklus Krebs adalah langkah selanjutnya dari
respirasi seluler, tetapi sebelum siklus Krebs terjadi kita memerlukan langkah lain
yang disebut Dekarboksilasi Oksidatif yang harus mengubah piruvat menjadi asetil-
KoA.

Langkah-langkah Dekarboksilasi Oksidatif piruvat berikut ini:


1. Gugus karboksil dihilangkan sebagai CO2. Ini adalah bagian dekarboksilasi.
2. Kemudian bagian 2-karbon yang tersisa dioksidasi oleh NAD +. NAD +
menghasilkan dua hidrogen dan senyawa dua karbon yang tersisa menjadi asam asetat.
3. Kemudian koenzim A (CoA) menempel pada bagian asam asetat yang membentuk
asetil-KoA. Ini adalah molekul yang diperlukan untuk melanjutkan dalam Siklus
Krebs.
4. Persamaan keseluruhan: 2 piruvat + 2 NAD+ + 2 CoA → 2 asetil-KoA + 2NADH
+ 2H + + 2CO2
Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH.

3) Siklus Krebs
Siklus Kreb (siklus asam sitrat) adalah siklus yang terjadi setelah dekarboksilasi
oksidatif asam piruvat. Siklus ini terjadi dalam matriks mitokondria. siklus Krebs
menggunakan nama Sir Hans Adolf Krebs, ilmwan Jerman – Inggris yang
mengemukakan siklus ini pada tahun 1937. siklus krebs berlangsung dalam 8 tahapan
reaksi. hasil akhir sikls krebs, yaitu 6 NADH, 2 FADH2, 2 ATP, DAN 4CO2.
Siklus krebs terdiri atas 8 tahapan sebagai berikut :

Tahap 1 : Pembentukan Sitrat

Tahapan pertama adalah pembentukan sitrat (6 – C) dari gabungan molekul acetyl –


CoA (2 – C) dengan oksaloasetat (4 – C). Pembentukannya dibantu dengan enzim
asam sitrat sintase.

Tahapan pertama, yaitu :

 Reaksi dimulai dengan pembuangan proton dari golongan CH3 yang berada


di acetyl – CoA.
 Terjadi perubahan bentuk CH2– (muatan negatif).
 Kemudian gugus berikatan dengan Karbon Karbonil (C=O) dari oksaloasetat.
 Proses CoA hilang melalui hidrolis.
Nah, hilangnya proses CoA tersebut dapat membuat reaksi kuat menuju ke arah kanan
seperti pada gambar tahap 1 tersebut.

Tahap 2 : Isositrat

Tahapan kedua adalah isositrat. Terjadinya perubahan pada isomerisasi sitrat yang
kemudian menjadi isositrat, dan perubahan tersebut terbantu oleh enzim akonitase.
Nah, lihat saja proses perubahan isositrat tersebut pada gambar berikut ini.

Proses perubahan isositrat terjadi karena reaksi isomerasi, dimana

 Air pertama kali terbuang.


 Air Bertambah kembali.
 Terjadi pemindahan gugus hidrosil dari 1 – atom karbon ke atom karbon
lainnya yang berada di sebelah.
Proses perubahan yang terbantu oleh enzim akonitasi ini akan menjadi reaksi untuk
menuju ke tahapan siklus asam sitrat selanjutnya. Enzim akonitase itu sendiri
memiliki kandungan Fe2+.

Tahap 3 : Isositrat Dehidrogenase

Sebuah proses oksidasi yang pertama kali dalam siklus krebs adalah tahapan isositrat
dehidrogenase. Tahapan tersebut tergambar seperti di bawah ini.
Tahapan – tahapannya sebagai berikut :

 Perubahan grup karbonil terjadi karena atom karbon yang membawa gugus
hidrosil dari tahapan 2.
 Molekul yang berkaitan dengan enzim akan melepaskan CO2.
 Molekuk terlepaskan.
Jadi, molekul yang lepas dari enzim (enzim disini berupa enzim dehidrogenase
isositrat) akan menghasilkan α – Ketoglutarat seperti gambar pada tahap 3 siklus ini.

Tahap 4 : Suksinil – CoA

Proses oksidasi ke-2 yang terjadi pada α – Ketoglutarat akan menghasilkan suksinil –


CoA. Proses ini dijelaskan dalam bentuk gambar berikut ini.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, proses oksidasi yang ke-2 ini terjadi karena enzim α
– Ketoglutarat dehidrogenase menghasilkan NADH, CO2, dengan ikatan tioester
berenergi tinggi dengan CoA.

Selama proses oksidasi terjadi, NAD+ akan menerima reduksi menjadi NADH+ H+.

Tahap 5 : GTP dan Sugginate


Suksinil – CoA pada tahap 4 diubah menjadi suksinat yang tergambar dalam bentu
berikut ini :

Reaki forforilasi terjadi dalam tahapan siklus yang ke – 5. Nah, penjelasan yang
tergambar adalah :

 Molekul fosfat pada daerah sekitar menjadi pengganti CoA.


 Menghasilkan energi tinggi berupa suksinat.
 Fosfat melakukan perpindahan ke GDP.
 Menghasilkan GTP
Sedangkan pada tumbuh – tumbuhan serta bakteri akan menerima fosfat ADP yang
akan menghasilkan ATP.

Tahap 6 : Fumarat

Suksinat dari proses atau tahapan siklus sebelumnya teroksidasi menjadi fumarat.
Tahapan tersebut tergambar pada bagan berikut.

Keterangan :
 Tahapan FAD atau flavin adenine dinucleotide menghilangkan 2 – atom
hidrogen dari suksinat.
 Menghasilkan FADH2.
Enzim suksinat merupakan satu kompleks enzim dari bagian sistem rantai transpor
elektron atau reduksi.

Tahap 7 : Proses Hidrasi

Tahapan ke – 7 merupakan sebuah proses hidrasi adalah sebagai berikut :

Proses yang tergambar dari tahap 7 tersebut yaitu :

 Terjadi penambahan atom hidrogen dalam ikatan ganda karbon (C = C) pada


fumarat
 Menghasilkan malat.
Akibat reaksi bertambahnya air fumarat, maka gugus hidroksil ditambahkan yang
dapat menghasilkan malat.

Tahap 8 : Regenerasi Oksaloasetat

Coba perhatikan gambaran tahapan terakhir berikut!


Tahapan terakhir pada siklus asam sitrat merupakan regenerasi oksaloasetat yang
terjadi karena pengubahan malat melalui enzim malat dehidrogenase tersebut.
Oksaloasetat bekerja dengan cara menangkap acetyl – CoA yang akan menyebabkan
siklus ini dapat terus terjadi. Hasil dari tahapan terakhir dari siklus sitrat ini adalah
NADH.

Hasil Siklus

Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap ketiga dalam respirasi aerob
yang mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta
membentuk kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus Krebs
selanjutnya.

Dalam siklus krebs, dari setiap 1 molekul glukosa akan dihasilkan 6 NADH, 2
FADH2, dan 2 ATP.

4) Transpor Elektron

Transpor elektron merupakan serangkaian peristiwa pemindahan electron dan ion


hidrogen (H+). Selama tiga proses sebelumnya, dihasilkan beberapa reseptor elektron
yang bermuatan akibat penambahan ion hidrogen. Reseptor-reseptor ini kemudian
akan masuk ke transfer elektron untuk membentuk suatu molekul berenergi tinggi,
yaitu ATP. Reaksi ini berlangsung di dalam membran mitokondria. Reaksi ini
berfungsi membentuk energi selama oksidasi yang dibantu oleh enzim pereduksi.
Reaksinya kompleks, tetapi yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-
molekul khusus, seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal
ada beberapa sitokrom, yaitu sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi
pertama-tama berasal dari NADH, kemudian ditransfer ke FMN (Flavine Mono
Nukleotida), selanjutnya ke Q, sitokrom C1, C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H
yang diambil dari lingkungan sekitarnya. Sampai terjadi reaksi terakhir yang
membentuk H2O. Simak bagan berikut ini.
Adapun penjabaran bagan di atas adalah sebagai berikut.

● NADH mampu menghasilkan elektron berenergi tinggi melalui proses oksidasi.


Lalu, elektron tersebut ditransfer ke koenzim Q. Oleh karena tingginya energi
elektron, ADP dan fosfat anorganik bersatu membentuk ATP.
● Koenzim Q akan dioksidasi oleh sitokrom B. Akibatnya, koenzim Q akan
melepaskan elektron dan 2 ion H+.
● Sitokrom B akan dioksidasi oleh sitokrom C, sehingga dihasilkan energi cukup
tinggi. Akibatnya, ADP dan fosfat anorganik akan bersatu membentuk ATP.
● Selanjutnya, sitokrom C akan mereduksi sitokrom A.
● Sitokrom A akan mengoksidasi sitokrom A3. Reaksi ini juga memicu bersatunya
ADP dan fosfat anorganik membentuk ATP.
● Sitokrom A3 dioksidasi oleh sebuah atom oksigen. Hasil akhir dari reaksi ini
adalah terbentuknya molekul H2O.
Transpor elektron yang melibatkan oksidasi NADH akan menghasilkan 3 ATP dan 1
H2O. Demikian halnya dengan oksidasi FADH2. Pada oksidasi FADH2, jumlah
ATP yang dihasilkan lebih sedikit, yaitu 2 ATP. Hal itu disebabkan oleh kecilnya
energi yang dihasilkan dari oksidasi FADH2. Secara ringkas, pembentukan ATP
dari NADH dan FADH2 ditulis sebagai berikut.

Dari tahapan glikolisis sampai siklus Krebs NADH dan FADH2 yang dihasilkan
berturut-turut adalah 10 dan 2 molekul. Artinya,
Dengan demikian, tahap transpor elektron menghasilkan 34 ATP dan 12 H2O. Jika
seluruh ATP dijumlahkan (mulai glikolisis – transpor elektron), akan dihasilkan
seperti tabel berikut.

Proses ATP Produk Lain Tempat


Glikolisis 2 2 Asam 2 NADH - Sitoplasma
piruvat
Dekarboksilas - 2 Acetil 2 NADH 2CO2 Mitokondria
i Oksidatif CoA (matriks)
Siklus Krebs 2 Asam 6 NADH 4CO2 Mitokondria
sitrat 2 FADH2 (matriks)
Transfer 34 - - 6H2O Mitokondria
Elektron (kristae)
Total ATP 38

2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob (fermentasi) adalah katabolisme karbohidrat yang membutuhkan
senyawa selain O2 sebagai oksidator (penerima elektron terakhir dari reaksi). Respirasi
anaerob terjadi apabila setelah glikolisis berakhir, sel mengalami kekurangan O2.
Glikolisis yang terjadi pada respirasi aerob sama seperti respirasi anaerob. Reaksi ini
terjadi di sitoplasma sel.
Organisme yang melakukan fermentasi di antaranya adalah bakteri dan protista yang
hidup di rawa, lumpur, makanan yang diawetkan, atau tempat-tempat lain yang tidak
mengandung oksigen. Beberapa organisme dapat berespirasi menggunakan oksigen,
tetapi dapat juga melakukan fermentasi. Organisme seperti ini melakukan fermentasi jika
lingkungannya miskin oksigen. Sebagai contoh, sel-sel otot dapat melakukan respirasi
anaerob jika kekurangan oksigen. Pada fermentasi, glukosa dipecah menjadi 2 molekul
asam piruvat, 2 NADH, dan terbentuk 2 ATP. Tetapi, fermentasi tidak bereaksi secara
sempurna memecah glukosa menjadi karbondioksida dan air, serta ATP yang dihasilkan
pun tidak sebesar ATP yang dihasilkan dari glikolisis.
Fermentasi terdiri atas glikolisis plus reaksi-reaksi yang meregenerasi (membentuk
kembali) NAD+ dengan cara mentransfer electron dari NADH ke piruvat atau turunan
piruvat. NAD+ kemudian dapat digunakan ulang untuk mengoksidasi gula melalui
glikolisis, dengan hasil netto 2 molekul ATP melalui fosforilasi tingkat-substrat. Dua
bentuk fermentasi yang umum adalah fermentasi alcohol dan fermentasi asam laktat.
Fermentasi Alkohol
Pada fermentasi alcohol, piruvat diubah menjadi etanol (etil alcohol) dalam dua langkah.
Langkah pertama melepaskan karbon dioksida dari piruvat, yang diubah menjadi
senyawa berkarbon-dua, asetildehida. Pada langkah kedua, asetildehida direduksi menjadi
etanol oleh NADH. Reduksi ini meregenerasi suplai NAD+ yang dibutuhkan agar
glikolisis berlanjut. Banyak bakteri melakukan fermentasi alcohol di bawah kondisi
anaerobic. Khamir (sejenis fungi) juga melakukan fermentasi alcohol. Selama ribuan
tahun, manusia telah menggunakan khamir dalam pembuatan bir, anggur, dan roti.
Gelembung CO2 yang dihasilkan oleh khamir roti selama fermentasi alcohol
memungkinkan roti mengembang.

Fermentasi Asam Laktat


Selama fermentasi asam laktat, piruvat direduksi secara langsung oleh NADH untuk
membentu laktat sebagai produk akhir, tanpa pelepasan CO2 (Laktat merupakan bentuk
terionisasi dari asam laktat). Fermentasi asam laktat oleh fungi dan bakteri tertentu
dimanfaatkan dalam industry pengolahan susu untuk membuat keju dan yoghurt.

Sel otot manusia membuat ATP melalui fermentasi asam laktat ketika oksigen sulit
diperoleh. Ini terjadi pada tahap awal olahraga berat, ketika katabolisme gula untuk
menghasilkan ATP lebih cepat daripada suplai oksigen ke otot dari darah. Di bawah
kondisi ini, sel beralih dari repirasi aerobik ke fermentasi. Dahulu, laktat yang tertumpuk
diduda menyebabkan kelelahan dan nyeri otot, namun riset terbaru menunjukkan bahwa
penyebab yang sebenarnya adalah peningkatan kadar ion kalium (K+), sedangkan laktat
tampaknya meningkatkan kinerja otot. Dalam kasus manapun, laktat yang berlebih akan
diangkut oleh darah secara bertahap menuju hati. Laktat diubah kembali menjadi piruvat
oleh sel hati.

Energi yang dihasilkan respirasi anaerob sedikit, karena etanol/asam laktat sebenarnya
masih mengandung banyak energi yang belum dioksidasi. Energi yang dihasilkan yaitu 2
ATP setiap molekul glukosa.

3. Katabolisme Lemak
Asam amino dapat dimanfaatkan menjadi energi ATP yang dibutuhkan tubuh melalui tiga
jalur katabolisme protein yang berbeda seperti berikut:

1. Katabolisme Protein - Asam Amino - Asam Piruvat


Jalur katabolisme protein yang pertama diawali dengan konversi asam amino menjadi
asam piruvat. Kemudian asam amino dirubah lagi menjadi asetil Ko-A dan yang terakhir
asetil Ko-A memasuki siklus Krebs untuk mendapatkan energi ATP.

2. Katabolisme Protein - Asetil Ko-A - Siklus Krebs


Jalur katabolisme protein yang kedua adalah asam amino yang dimanfaatkan melalui
pembentukan Asetil Ko-A terlebih dahulu. Kemudian asetil koa memasuki siklus Krebs
untuk pembentukan energinya.

3. Katabolisme Protein - Siklus Krebs


Jalur katabolisme protein ketiga adalah asam amino dimanfaatkan dengan cara langsung
memasuki siklus Krebs untuk menghasilkan energi ATP.

4. Katabolisme Protein

D. ANABOLISME
Anabolisme disebut juga asimilasi atau sintesis merupakan proses mengubah senyawa
anorganik menjadi senyawa organik dengan menyusun molekul sederhana menjadi molekul
kompleks dengan menggunakan ATP. Proses tersebut berlangsung di dalam tubuh makhluk
hidup. Anabolisme merupakan kebalikan dari katabolisme. Proses anabolisme memerlukan
energi, baik energi panas, cahaya, atau energi kimia.
Anabolisme terdiri dari:
1) Fotosintesis (anabolisme karbohidrat), adalah proses anabolisme yang menggunakan
cahaya sebagai sumber energi.
2) Kemosintesis, adalah proses anabolisme yang menggunakan senyawa kimia sebagai
sumber energi.

1. Fotosintesis
Fotosintesis berasal dari kata foton artinya cahaya dan sintesis yang artinya menyusun.
Dari asal kata ini fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu proses penyusunan senyawa
organik dengan bantuan energi cahaya. Perlu dipahami bahwa pada dasarnya energi yang
dipakai oleh seluruh organisme hidup (tumbuhan, hewan, manusia, mikroorganisme) di
bumi ini berasal dari matahari. Proses fotosintesislah yang melakukan penyerapan energi
cahaya lalu dikonversi menjadi energi kimia. Komponen yang melakukan reaksi
fotosintesis adalah kloroplas yang mengandung pigmen fotosintetik yang menyerap
cahaya tampak dengan λ = 400-700 nm (kecuali warna hijau dan kuning). Pigmen
fotosintetik pada kloroplas: Klorofil a (hijau), mampu menyerap cahaya biru, ungu, dan
merah. Klorofil b (hijau kebiruan), mampu menyerap cahaya biru dan jingga. Karotenoid
(kuning), mampu menyerap cahaya biru. Energi cahaya yang diabsorpsi (diserap) oleh
klorofil menggerakkan sintesis molekul organic dalam kloroplas. Kloroplas terutama
ditemukan dalam sel mesofil, jaringan interior daun. Sel mesofil biasanya memiliki
sekitar 30-40 kloroplas, yang masing-masing berukuran sekitar 2-4 mikrometer kali 4-7
mikrometer.

Selaput yang terdiri dari dua membrane menyelubungi stroma, cairan kental di dalam
kloroplas. Suatu cakram yang di dalamnya terdapat pigmen fotosintetik yang disebut
tilakoid, memisahkan stroma dari kompartemen lain, yaitu interior tilakoid atau ruang
tilakoid. Di beberapa tempat, kantong-kantong tilakoid tertumpuk membentuk grana.
Fotosistem adalah suatu protein yang terdapat pada membran tilakoid yang mengandung
kumpulan pigmen fotosintetik dan senyawa organik di dalamnya. Fotosistem terdiri dari
fotosistem I (PI atau P700) dan fotosistem II (PII atau P680).
Perbedaan PI/P700 PII/P680
Waktu penemuan Ditemukan lebih dulu Setelah fotosistem I
Pigmen fotosintetik Klorofil a dan karotenoid Klorofil a dan klorofil b
Panjang gelombang Menyerap cahaya 700nm Menyerap cahaya 680nm
Aliran elektron Non-siklik Siklik
Hasil ATP, NADPH ATP
Persamaan fotosintesis merupakan rangkuman sederhana dari proses yang sangat
kompleks. Sebenarnya, reaksi fotosintesis bukanlah suatu proses tunggal, melainkan dua
proses, yaitu reaksi terang (light reaction, bagian foto dari fotosintesis) terjadi pada
tilakoid, dan reaksi gelap (siklus Calvin, bagian sintesis) terjadi pada stroma.

Tahapan Fotosintesis
1. Reaksi Terang

Fotosistem adalah pusat reaksi fotosintesis, di dalamnya terdapat pigmen-pigmen


klorofil yang akan menangkap energi cahaya matahari. Tumbuhan memiliki dua
jenis fotosistem, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Kedua fotosistem tersebut
dibedakan dari kemampuannya menangkap cahaya dari panjang gelombang yang
berbeda. Fotosistem I paling baik menangkap cahaya dengan panjang gelombang
700 nm, sedangkan fotosistem II paling baik menangkap cahaya dengan panjang
gelombang 680 nm.
Cahaya matahari akan menyebabkan elektron pada fotosistem tereksitasi dan naik ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron yang tereksitasi akan berusaha turun
kembali menuju tingkat energi awalnya disertai dengan pelepasan energi yang akan
dimanfaatkan untuk membuat ATP. Elektron yang mengalir dari tingkat energi tinggi
ke tingkat energi awalnya dinamakan dengan aliran elektron.
Proses aliran elektron dalam reaksi terang fotosintesis adalah sebagai berikut.
 Cahaya matahari akan ditangkap oleh klorofil dalam fotosistem II sehingga
elektron di pusat fotosistem naik ke tingkat energi yang lebih tinggi dan
ditangkap oleh akseptor primer. Elektron tersebut akan mengalir turun untuk
menuju tingkat energi awalnya namun melewati beberapa molekul sebagai
akseptornya (penerima elektron).
 Elektron yang telah naik menyebabkan pusat fotosistem II kekurangan elektron,
untuk mengisi kekosongan tersebut suatu enzim akan memecah H2O menjadi 2
molekul H+ dan 1 molekul O- dan mendonorkan elektronnya pada pusat
fotosistem II. Dua molekul O- akan bersatu dan akhirnya berubah menjadi
O2 yang akan dilepaskan tumbuhan.
 Elektron dari fotosistem II yang naik dan ditangkap akseptor primer tadi akan
dialirkan menuju sederetan protein yang meliputi Pq (plastoquinon), kompleks
sitokrom, dan Pc (plastosianin) yang akan mengantarkan elektron tersebut
kembali ke tingkat energi semula. Ketika ditangkap oleh protein-protein tersebut,
elektron akan melepaskan sebagian energinya sehingga dapat digunakan untuk
membentuk ATP.
 Disamping itu, elektron pada fotosistem I juga telah tereksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi karena menangkap energi cahaya matahari. Elektron dari
fotosistem II akan turun dari kompleks protein dan mengisi kekosongan yang
terjadi di fotosistem I.
 Sedangkan elektron dari fotosistem I yang naik akan ditangkap oleh akseptor
primer kemudian diteruskan menuju Fd (ferredoksin), yang menjadi perantara
sebelum elektron tersebut menuju enzim NADP+ reduktase. Enzim tersebut akan
menggunakan elektron untuk reaksi reduksi membentuk NADPH.

Hasil dari aliran elektron tersebut adalah molekul ATP dan NADPH yang akan
digunakan dalam reaksi gelap fotosintesis. Dalam reaksi terang terdapat 2 jenis aliran
elektron, yaitu aliran elektron non siklik dan aliran elektron siklik. Aliran elektron
yang dijelaskan seperti di atas adalah aliran elektron non siklik.
Sedangkan aliran elektron siklik terjadi apabila produksi ATP pada aliran elektron
non siklik tidak mencukupi untuk berlangsungnya reaksi gelap fotosintesis.
Kekurangan ATP ini akan dicukupi dengan menjalankan aliran elektron siklik yang
hanya menghasilkan ATP saja. Jalannya aliran elektron siklik adalah sebagai berikut.
 Energi cahaya akan menggerakkan elektron pada fotosistem I sehingga naik ke
tingkat energi yang lebih tinggi.
 Elektron yang naik tersebut akan ditangkap oleh akseptor primer kemudian
disalurkan menuju Fd, kompleks sitokrom, dan Pc sebelum kembali ke tempatnya
semula di fotosistem I.
 Saat bergerak dari Fd, kompleks sitokrom, dan Pc, elektron akan melepaskan
energi yang akan digunakan untuk membuat ATP melalui chemiosmosis.

Tumbuhan dapat menentukan penggunaan sistem transpor elektron. 1) Jika jumlah


ATP untuk reaksi gelap cukup, maka sistem yang dominan adalah aliran elektron
non-siklik. 2) Jika jumlah ATP untuk reaksi gelap kurang, NADPH akan
terakumulasi, menyebabkan aliran elektron beralih menjadi siklik.
Hasil dari aliran elektron:
a. Aliran elektron non-siklik Melibatkan fotosistem II dan I, memacu pembentukan
ATP pada plastosianin dan NADPH oleh NADP+ reduktase pada kompleks
ferredoksin.
b. Aliran elektron siklik Melibatkan fotosistem I, memacu pemompaan proton (H+ )
kembali ke ruang tilakoid dari kompleks sitokrom. Proton lalu bergerak melalui ATP-
sintase memacu pembentukan ATP.

Hasil reaksi terang berupa ATP dan NADPH, serta H+ dari ATP sintase selanjutnya
digunakan dalam reaksi gelap.

2. Reaksi Gelap

Reaksi gelap (light-independent reaction) adalah reaksi yang tidak bergantung pada
cahaya, dan terjadi dalam stroma pada mesofil. Namun demikian, reaksi ini tidak
mutlak terjadi hanya pada kondisi gelap. Reaksi gelap memerlukan ATP, hidrogen,
dan elektron dari NADPH, karbon dan oksigen dari karbondioksida, enzim yang
mengkatalisis setiap reaksi, dan RuBP (Ribulosa Bifosfat) yang merupakan suatu
senyawa yang mempunyai 5 atom karbon. Disebut juga siklus Calvin-Benson. Reaksi
gelap dilakukan apabila telah terjadi reaksi terang. Reaksi gelap merupakan proses
penggunaan ATP dan NADPH untuk mengubah CO2 menjadi gula. Karbohidrat
yang dihasilkan langsung dari siklus Calvin sebenarnya bukanlah glukosa, melainkan
gula berkarbon tiga (gliseraldehida-3-fosfat, G3P). Untuk sintesis netto satu
molekul G3P, siklus Calvin harus berlangsung tiga kali, memfiksasi tiga molekul
CO2 (fiksasi karbon adalah penggabungan awal CO2 ke dalam materi organic).
Siklus Calvin terbagi menjadi tiga fase:
- Pengikatan (fiksasi) CO2
- Reduksi
- Pembentukan RuBP

Fase 1: Fiksasi CO2


Siklus Calvin menggabungkan setiap molekul CO2, satu per-satu, dengan cara
melekatkannya dengan gula berkarbon lima yang bernama ribulose bifosfat (RuBP).
Enzim yang mengkatalisis reaksi tersebut adalah RuBP karboksilase, atau rubisco
(rubisco). Produk reaksi ini adalah intermediat berkarbon-enam yang sedemikian
tidak stabil sehingga segera pecah menjadi dua membentuk dua molekul 3-
fosfogliserat (untuk setiap CO2yang difiksasi).

Fase 2: Reduksi
Setiap molekul 3-fosfogliserat menerima satu gugus fosfat tambahan dari ATP,
menjadi 1, 3-bisfosfogliserat. Kemudian, sepasang electron yang disumbangkan dari
NADPH mereduksi 1, 3-bisfosfogliserat, yang juga kehilangan satu gugus fosfat,
menjadi G3P. Secara spesifik, electron dari NADPH mereduksi gugus karboksil pada
1, 3-bisfosfogliserat menjadi gugus aldehida G3P yang menyimpan lebih banyak
energy potensial. G3P merupakan gula-gula berkarbon-tiga yang sama yang
terbentuk dalam glikolisis melalui pemecahan glukosa.
Pada gambar di atas, untuk setiap tiga molekul CO2 yang memasuki siklus, terbentuk
enam molekul G3P. Namun hanya satu molekul dari gula berkarbon-tiga ini yang
dapat dihitung sebagai perolehan netto karbohidrat. Siklus dimulai dengan
karbohidrat senilai 15 karbon, dalam bentuk tiga molekul gula RuBP berkarbon-lima.
Sekarang ada karbohidrat senilai 18 karbon dalam bentuk enam molekul G3P. Satu
molekul keluar dari siklus dan digunakan oleh sel tumbuhan, namun lima molekul
yang lain harus disiklus ulang untuk menghasilkan tiga molekul RuBP.

Fase 3: Pembentukan RuBP


Dalam serangkaian reaksi kompleks, rangka karbon lima molekul G3P disusun ulang
oleh langkah-langkah terakhir siklus Calvin menjadi tiga molekul RuBP. Untuk
melakukan hal ini, siklus harus menggunakan tiga molekul ATP lagi. RuBP kini siap
menerima CO2 kembali, dan siklus pun berlanjut.

Untuk sintesis netto satu molekul G3P, siklus Calvin mengonsumsi total 9 molekul
ATP dan 6 molekul NADH. Reaksi terang meregenerasi ATP dan NADPH. G3P
yang keluar dari siklus Calvin menjadi materi awal bagi jalur-jalur metabolik yang
menyintesis senyawa-senyawa organic lain, termasuk glukosa dan berbagai
karbohidrat lain. Reaksi terang saja atau siklus Calvin saja tidak bias membuat gula
dari CO2. Fotosintesis inilah merupakan sifat emergen kloroplas utuh, yang
mengintegrasikan kedua tahap fotosintesis.

Anda mungkin juga menyukai