Anda di halaman 1dari 13

METABOLISME

Salah satu ciri makhluk hidup ataupun sel hidup adalah melakukan metabolisme
(pertukaran zat), yakni seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi
yang menyertai perubahan reaksi kimia tersebut.
Semua kegiatan hidup yang terdapat dalam sel tidak dapat dipisahkan dengan reaksi
kimia. Pertumbuhan, perkembangan, sekresi, ekskresi, dan kegiatan hidup lainnya
merupakan proses reaksi kimia. Namun secara garis besarnya, perubahan reaksi kimia
atau metabolisme dalam sel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anabolisme atau reaksi
penyusunan atau sintesis dan katabolisme atau pembongkaran atau pemecahan. Untuk
berlangsungnya proses anabolisme dan katabolisme diperlukan berbagai molekul zat
sebagai bahan reaksi kimia, dan energi untuk mendukung berlangsungnya reaksi kimia
serta molekul zat yang berfungsi sebagai pengaktif reaksi, yaitu enzim.

A. ANABOLISME DAN KATABOLISME


Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi senyawa kirnia
atau molekul kompleks. Pada peristiwa ini diperlukan energi dari luar. Energi tersebut
selanjutnya digunakan untuk mengikatkan senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa
yang lebih kompleks. Jadi dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang,
tetapi tersimpan di dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa atau materi kompleks
yang baru terbentuk. Energi yang digunakan dalam anabolisme dapat berupa energi
cahaya atau energi kimia.
Anabolisme yang menggunakan cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan
anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
Senyawa kompleks yang disintesis organisme tersebut adalah senyawa organik atau
senyawa hidrokarbon. Organisme yang dapat menyusun senyawa organik yang
diperlukan disebut autotrof. Kalau dalam menyintesis senyawa organik tersebut
menggunakan energi cahaya, disebut fotoautotrof. Apabila dalam menyintesis 'senyawa
organik tersebut memerlukan energi kimia disebut kemoautotrof.
Katabolisme adalah reaksi pemecahan atau penguraian senyawa kimia kompleks
yang mengandung energi tinggi menjadi sefiyawa kimia yang lebih sederhana dan
mengandung energi lebih rendah. Pada waktu terjadi pemecahan ini, energi kimia yang
terikat akan lepas, sehingga reaksi katabolisme membebaskan energi. Contoh reaksi
katabolisme antara lain pengubahan glukosa menjadi CO2 dan H2O dalam respirasi
aerob yang berlangsung di dalam sel. Dalam pemecahan glukosa tersebut diperlukan
oksigen dan dibebaskan sejumlah energi. Energi inilah yang selanjutnya akan digunakan
untuk berbagai aktivitas kehidupan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada reaksi anabolisme
terjadi penyimpanan energi. Jadi anabolisme merupakan reaksi endergonik, yakni reaksi
yang memerlukan energi. Jika reaksinya memerlukan energi dalam bentuk panas maka
reaksinya disebut! reaksi endoterm. Sebaliknya katabolisme merupakan reaksi yang
membebaskan energi, sehingga reaksinya bersifat eksorgenik. Jika dalam reaksi tersebut
membebaskan energi berupa panas maka disebut reaksi eksoterm.
B. TRANSFORMASI ENERGI DALAM METABOLISME
Seluruh reaksi kimia dalam kehidupan hanya dapat berlangsung jika didukung
energi yang cukup. Sumber energi kimia dalam kehidupan tersebut adalah suatu senyawa
organik berenergi tinggi yang dikenal dengan ATP (Adenosin Trifosfat). ATP adalah
senyawa organik yang merupakan sumber langsung untuk energi bagi semua kegiatan
metabolisme dalam sel. Energi yang terikat di dalam ATP tersebut berasal dari energi
yang dibebaskan dalam pemecahan senyawa organik dalam sel, yaitu dalam proses
respirasi. Sedangkan energi yang terikat dalam senyawa organik bahan respirasi
hakikatnya merupakan energi kimia yang dibentuk dalam proses fotosintesis. Pada proses
fotosintesis ini energinya berasal dari energi cahaya matahari. Energi cahaya matahari
merupakan sumber energi primer bagi semua kehidupan. Untuk dapat sampai dan
digunakan oleh sel-sel atau kehidupan, akan mengalami tiga tahap transformasi.
Pertama, energi radiasi sinar matahari ditangkap oleh klorofil tumbuhan hijau.
Melalui proses fotosintesis, energi ini digunakan untuk mengikat CO2 dan H2O menjadi
karbohidrat. Jadi dalam proses ini terjadi transformasi dari energi cahaya yang berupa
energi kinetik menjadi energi kimia yang merupakan energi potensial. Energi kimia ini
disimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia senyawa organik hasil fotosintesis, yaitu
karbohidrat dan senyawa-senyawa organik lainnya.
Kedua, energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat dan senyawa organik
lainnya akan dipecah melalui proses respirasi di dalam sel organisme. Dari proses
respirasi ini akan dibebaskan sejumlah energi, yang selanjutnya akan digunakan untuk
membentuk senyawa dengan ikatan fosfat yang mengandung energi tinggi. Transformasi
energi kedua ini berlangsung di dalam mitokondria.
Ketiga, energi yang terdapat di dalam ikatan fosfat akan keluar saat akan digunakan
oleh sel untuk berbagai aktivitas kehidupan, seperti untuk kontraksi otot, penghantaran
impuls saraf, serta kerja kimia lain seperti sintesis senyawa-senyawa lain di dalam sel.

C. MOLEKUL YANG TERLI.-BAT DALAM METABOLISME


Metabolisme merupakan suatu totalitas proses kimia yang berlangsung di dalam sel.
Proses tersebut hanya dapat berlangsung jika terdapat materi atau zat yang bereaksi dan
didukung energi proses metabolisme tersebut. Di samping dua komponen tersebut, masih
ada lagi molekul yang mutlak diperlukan agar metabolisme berlangsung. Molekul
tersebut adalah ATP dan enzim.

1. ATP
ATP adalah molekul nukleotida berenergi tinggi yang tersusun atas gula pentosa,
basa nitrogen adenina dan mengikat tiga gugus fosfat yang disebut trifosfat. Kandungan
energi tinggi ini terdapat ada ikatan antara gugus fosfat 1 dan 2 serta gugus fosfat 2 dan 3.
Jika terjadi reaksi hidrolisis terhadap ikatan fosfat tersebut akan dibebaskan banyak
energi. Rumus bangun ATP tampak seperti pada Gambar 3.1.

2. Enzim
Enzim adalah senyawa organik yang tersusun atas protein yang dalam peristiwa
metabolisme bertindak sebagai biokatalisator, artinya zat yang mampu mempercepat
reaksi kimia tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Adanya enzim tersebut, akan
menurunkan jumlah energi yang diperlukan dalam suatu reaksi kimia.
a. Komponen Enzim
Penyusun enzim yang utama adalah mt lekul protein. Namun demikian, banyak
enzim yang tidak mampu bekerja tanpa adanya zat tambahan yang disebut kofaktor.
Kofaktor ini dapat berupa ion metal seperti Cu'+ Mg+' K', Fe+', dan Na`. Kofaktor dapat
pula berupa suatu molekul organik yang disebut koenzim. Koenzim adalah molekul yang
mempunyai peranan yang terkait dengan sifat katalisasi enzim.
Beberapa jenis vitamin seperti kelompok vitamin B (B1, B2) merupakan koenzim.
Jadi enzim yang utuh tersusun atas bagian protein yang aktif, disebut apoenzim dan
koenzim. Apoenzim dan koenzim yang bersatu disebut holoenzim.

b. Kerja Enzim
Suatu enzim dapat bekerja aktif menghidrolisis suatu substrat apabila ada ikatan
antara substrat dengan enzim. Mula-mula bagian aktif enzim (apoenzim) berikatan
dengan substrat, sehingga terbentuk enzim substrat. Setelah terbentuk ikatan maka bagian
yang aktif akan menghidrolisis substrat. Setelah terbentuk zat baru, enzim akan
melepaskan diri dari substrat tersebut.
Jika bagian yang aktif dari enzim ditempeli oleh zat tertentu, misalnya zat basil
penguraian enzim tadi, maka enzim tersebut tidak akan dapat aktif lagi. Zat yang
menghambat kerja enzim ini disebut zat inhibitor. Perhatikan Gambar 3.5!

c. Sifat-Sifat Enzim
Sebagai molekul zat yang mempunyai peranan besar dalam metabolisme, enzim
memiliki beberapa sifat penting, di antaranya adalah:

1) Enzim berfungsi sebagai katalisator, artinya sebagai zat yang mampu mempercepat
reaksi kimia, tetapi enzim tidak ikut bereaksi. Dengan demikian, enzim tidak
diperlukan dalam jumlah yang banyak. Dalam jumlah sedikit saja enzim telah
menyelenggarakan suatu perubahan zat yang beribu-ribu kali lebih berat daripada
berat molekulnya sendiri. Sebagai contoh sebuah molekul enzim katalase mampu
mengubah 5 juta molekul H2O2 tanpa enzim itu mengalami perubahan.
2) Enzim adalah suatu protein, ini terbukti karena enzim di dalam larutan membentuk
suatu koloid. Keadaan ini akan memungkinkan luasnya permukaan enzim sehingga
bidang aktivitasnya juga besar.
3) Kerja enzim bersifat khusus/khas, artinya bahwa enzim tidak dapat bekerja pada
semua zat, tetapi hanya mampu bekerja pada zat tertentu yang disebut sebagai
substrat. Misalnya enzim katalase hanya mampu menghidrolisis H2O2 menjadi H2O +
O2. Enzim maltase hanya mampu menguraikan maltosa menjadi glukosa + glukosa,
enzim protease hanya mampu mengubah protein menjadi asam amino. Di samping
itu, suatu jenis enzim hanya dapat mengubah segolongan zat-zat yang mempunyai
ikatan yang bersamaan. Misalnya enzim emulsin hanya dapat mengubah semua ikatan
betaglikosida.
4) Kerja enzim dapat bolak-balik, artinya enzim tidak menentukan arah dari reaksi tetapi
hanya sekadar mempercepat laju reaksi, sehingga reaksi mencapai keseimbangan.
Sebagai contoh adalah kerja enzim lipase. Enzim ini dapat mengubah lemak menjadi
asam lemak dan gliserol, tetapi lipase juga mampu menyatukan gliserol dan asam
lemak menjadi lemak. Dengan kata lain jika dalam permulaannya larutan
menggunakan lemak maka akan terjadi penguraian lemak menjadi gliserol dan asam
lemak. Jika permulaannya adalah asam lemak dan gliserol maka enzim akan
menyintesisnya menjadi lemak. Jika peristiwanya berlangsung lama maka dalam
larutan akan terjadi keseimbangan antara lemak, asam lemak, dan gliserol.
5) Enzim tidak tahan panas. Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan dalam sel. Kebanyakan enzim akan aktif pada kisaran ternperatur tertentu.
Umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu normal, yaitu antara 30°C sampai
37°C, sedangkan pada suhu 50°C atau lebih sedikit enzim akan menjadi tidak aktif
dan akan binasa pada suhu 60°C dan 70°C.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim


Banyak faktor yang mempengaruhi kerja enzim, di antaranya adalah:
1) Temperatur
Seperti halnya reaksi kimia pada umumnya, reaksi kimia yang dikendalikan oleh
enzim juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya. Dalam batas-batas tertentu,
makin tinggi suhu akan mengakibatkan reaksi kimia yang dipengaruhi enzim
berlangsung makin cepat, sebaliknya semakin rendah temperatur reaksinya akan
makin lambat. Pada suhu 0°C enzim tidak akan aktif, tetapi tidak rusak. Jika
temperaturnya dikembalikan ke kondisi normal maka enzim akan aktif kembali.
Sebaliknya dengan pemanasan hingga 40°C, enzim sudah tidak aktif bahkan beberapa
jenis enzim sudah mati, tetapi reaksi kimia yang diatur enzim masih tetap
berlangsung, asal pemanasannya tidak terlalu lama.
2) Pengaruh pH
Ko'hsentrasi ion H' atau pH larutan sangat mempengaruhi aktivitas enzim, Ada enzim
yang bekerja baik pada lingkungan asam, atau pH-nya rendah. Jika pH lingkungannya
dinaikkan maka aktivitasnya akan menurun atau bahkan enzim itu akan rusak.
Sebaliknya enzim yang aktivitasnya baik pada lingkungan basa atau netral, jika pH
diturunkan menjadi lebih asam maka enzim juga tidak akan mampu bekerja.
Sebagai contoh enzim ptialin yang terdapat pada air liur hanya mampu bekerja baik
selama masih berada pada lingkungan netral, yaitu di rongga mulut hingga
kerongkongan. Setelah enzim ini bersama makanan masuk ke dalam lam-bung,
lingkungannya bersifat asam maka enzim ini tidak akan mampu bekerja.
3) Pengaruh konsentrasi enzim
Jika faktor lain seperti temperatur lingkungan, kadar substrat dan pH-nya konstan
maka pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi kimia adalah berbanding
lurus, artinya makin tinggi konsentrasi enzim, makin cepat reaksi kimia berlangsung.
4) Pengaruh hasil akhir
Kecepatan reaksi kimia yang disokong oleh enzim pada permulaannya cepat, tetapi
makin lama makin melemah. Penurunan kecepatan reaksi ini antara lain disebabkan
oleh makin menimbunnya basil reaksi kimia yang berlangsung. Jika basil akhir ini
dapat disingkirkan maka kegiatan reaksi kimia akan meningkat kembali. Dengan
demikian, jelas bahwa hakikat basil akhir dari suatu reaksi kimia yang disokong oleh
enzim akan menghambat aktivitas enzim itu sendiri.
5) Pengaruh zat penggiat
Ada beberapa jenis zat seperti ion kobalt, mangan, nikel, magnesium, klor, dan
garam-garam dari logam alkali tanah yang encer dapat menambah kegiatan suatu
enzim atau suatu kelompok enzim. Mekanisme kerja zat penggiat tersebut hingga kini
belum diketahui.
6) Pengaruh zat penghambat
Di samping ada zat penggiat ada pula zat penghambat kegiatan enzim, misalnya
garam-garam dari logam berat, seperti air raksa.
7) Pengaruh konsentrasi substrat
Ada hubungan linear antara konsentrasi substrat dengan kegiatan enzim. Artinya jika
faktor-faktor seperti pH, temperatur dan kadar enzim tetap, dan konsentrasi
substratnya ditingkatkan maka pada suatu ketika basil akhir dari suatu reaksi kimia
juga akan meningkat.

D. RESPIRASI
Respirasi atau pernapasan merupakan salah satu contoh proses katabolisme, yakni
suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses
kimia dengan menggunakan oksigen. Zat sumber energi dalam tubuh organisme terdiri
atas zat-zat organik seperti karbohidrat, lemak, protein, asam amino, dan lain-lain. Dui
proses kimia yang memerlukan oksigen tersebut, zat-zat organik diuraikan menjadi
karbon dioksida (CO2) dan air (H20) dengan membebaskan sejumlah energi yang akan
digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan. Persamaan reaksi kimia respirasi meru-
pakan penjumlahan rangkaian reaksi kimia, dan merupakan kebalikan dari reaksi kimia
fotosintesis. Kalau zat sumber energinya adalah glukosa maka reaksi kimia respirasi tea-
but dapat disederhanakan sebagai berikut :
Sebenarnya proses reaksi kimia penguraian zat sumber energi menjadi CO2 dan
H2O serta pembebasan sejumlah energi tersebut merupakan rangkaian proses reaksi yang
kompleks. Reaksi yang kompleks tersebut melalui rentetan reaksi kimia, yang secara
sederhana dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yakni :
a. Glikosis;
b. Daur krebs;
c. Transpor elektron respirasi

1. Glikolisis
Pada prinsipnya peristiwa glikolisis adalah pengubahan molekul sumber energi
yaitu glukosa yang mempunyai 6 atom C menjadi senyawa yang lebih sederhana, yakni
asam piruvat yang mempunyai 3 atom C. Peristiwa .glikolisis amat panjang, yaitu terdiri
atas 10 tahap seperti tampak pada Gambar 3.6. Secara sederhana proses glikolisis yaitu
sebagai berikut.
1) Langkah awal dari glikolisis adalah pemindahan gugus fosfat dari ATP ke atom
karbon nomor 6 dari glukosa, sehingga terbentuk senyawa glukosa 6 fosfat. Senyawa
ini memperoleh energi bebas yang dilepaskan oleh pelepasan gugus fosfat dari ATP.
2) Langkah selanjutnya, glukosa 6 fosfat dikatalisis oleh enzim menjadi senyawa
fruktosa 6 fosfat. ATP lainnya memindahkan gugus P kedua kalinya kepada atom
karbon nomor 1, sehingga dihasilkan senyawa fruktosa 1.6 difosfat. Penambahan
gugus fosfat pada senyawa fruktosa 6 fosfat berarti menambah kandungan energinya.
3) Langkah glikolisis selanjutnya adalah pemecahan secara enzimatik dari fruktosa 1.6
difosfat menjadi 2 senyawa beratom C tiga buah, yaitu dihidrosiaseton fosfat dan 3-
fosfogliseraldehida atau PGAL.
4) Melalui liku-liku reaksi kimia yang panjang, akhirnya dihasilkan tiga senyawa
penting yaitu:
a) 2 molekul asam piruvat;
b) 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi tinggi; dan
c) 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa.

Sebenarnya dalam glikolisis ini, setiap molekul glukosa akan menghasilkan empat
molekul ATP, tetapi dua molekul yang terbentuk digunakan untuk beberapa reaksi kimia
yang bersifat endergonik.

2. Daur Krebs
Daur Krebs ini dikenal pula sebagai siklus asam sitrat atau siklus asam
trikarboksilat. Peristiwa ini berlangsung di dalam mitokondria. Dua proses yang
menentukan dalam respirasi ini yaitu sebagai berikut.
1) Oksidasi sempurna dari asam piruvat melalui pemisahan bertahap dari semua atom
hidrogen sehingga menghasilkan 3 molekul CO2!
2) Pemindahan elektron yang dipisahkan dari atom hidrogen kepada molekul oksigen.
Secara keseluruhan rangkaian langkah reaksi kimia daur krebs yang berlangsung di
dalam mitokondria.
Dapat disimpulkan bahwa rangkaian peristiwa reaksi kimia yang terjadi pada daur
krebs yaitu sebagai berikut.
1) Asam piruvat hasil peristiwa glikolisis masuk ke siklus krebs. Sebelumnya asam
piruvat bereaksi lebih dulu dengan Nikotinamin Adenina Dinukleotida (NAD)` dan
Koenzim A (Ko-A) membentuk senyawa Asetil Koenzim A. Dalam peristiwa ini
terjadi perubahan jumlah atom C dari 3 atom C pada asam piruvat menjadi 2 atom C
pada asetil Ko-A, serta dibebaskan CO2.
2) Reaksi antara asetil Ko-A (2 C) dengan asam oksaloasetat (4 C), menghasilkan asam
sitrat (6 C). Dalam peristiwa ini Ko-A dibebaskan kembali.
3) Reaksi antara asam sitrat (6 C) dengan NAD' membentuk asam alfa ketoglutarat (6 C)
dengan membebaskan CO2.
4) Rangkaian reaksi yang cukup kompleks, yakni pembentukan asam suksinat (4 C)
setelah bereaksi dengan NAD dan membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan
ATP, setelah bereaksinya ADP dan gugus fosfat anorganik.
5) Terjadi oksidasi asam suksinat menjadi asam fumarat. Dalam peristiwa ini dibebaskan
2 atom H. Zat yang mengoksidasi adalah suatu koenzim yang disebut FAD (flavin
adenina dinukleotida). Sedangkan FAD direduksi menjadi FAD.H2.
6) Dengan penyisipan satu molekul air, asam fumarat yang terbentuk akan diubah
menjadi asam malat.
7) Selanjutnya asam malat (4 C) bereaksi denan NAD+ membentuk asam oksaloasetiat
(4 C). Dengan demikian siklus krebs telah tuntas.
Pada daur krebs ini ada beberapa prinsip penting yaitu:
a. hakikatnya dalam setiap siklus ditempatkan satu molekul asam asetat dalalrL bentuk
asetil Ko-A;
b. pada waktu siklus itu berputar terjadi penambahan dua molekul air;
c. terjadi dua dekarboksilasi dan pada tempat kejadian yang berlainan dipisahkan dua
atom H.
Hidrogen tersebut dipisahkan dari NAD`. Selanjutnya hidrogen tersebut diikat oleh
O2 sehingga terbentuk air. Dengan demikian asam asetat teroksidasi sempurna menjadi
CO2 + H2O

3. Rantai Transportasi Elektron Respirasi


Transpor elektron berlangsung di dalam mitrokondria. Proses ini berakhir dengan
elektron bersama H+ bereaksi dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir
membentuk air.
Reaksi rantai transpor elektron dalam respirasi amat kompleks, namun yang berperan
dalam peristiwa tersebut adalah NADH, FAD dan molekul-molekul khusus yang
berperan dalam proses respirasi, seperti:
1. suatu koenzim yang disebut koenzim Q
2. suatu rangkaian enzim-enzim sitokrom;
3. molekul oksigen.

Jenis sitokrom ada beberapa macam, di antaranya adalah sitokrom c1, c, a, dan a3.
Elektron berenergi, pertama-tama berasal dari NADH, kemudian ditransfer ke
FADH, terus ke koenzim Q, terus ke sitokrom b, c, dan akhimya ke sitokrom a.
Selanjutnya elektron dari sitokrom a disampaikan ke 0. Molekul 02 menangkap elektron
dari sitokrom a dan selanjutnya berikatan dengan H dari lingkungan dan terbentuklah
molekul H201 Dengan demikian, air sebagai basil sampingan respirasi terbentuk.
Hasil sampingan respirasi yang berupa CO2 diangkut ke alat pernapasan untuk
dikeluarkan.
Hasil utama dan respirasi adalah energi. Energi tersebut akan digunakan untuk
membentuk ATP yang selanjutnya akan digunakan untuk proses hidup yang selalu
memerlukan energi. Energi terbesar yang dihasilkan oleh proses respirasi adalah pada
reaksi transpor elektron.
Secara sederhana jumlah ATP yang dihasilkan oleh seluruh proses respirasi sel yang
meliputi tiga tahap, yakni glikolisis, daur krebs, dan transpor elektron dapat diringkaskan.

E. RESPIRASI ANAEROB/ FERMENTASI


Dalam keadaan normal, organisme melakukan pembongkaran zat dengan cara
oksidasi biologi atau respirasi aerob, yakni respirasi yang memerlukan oksigen babas.
Namun demikian dapat terjadi bahwa pada suatu ketika oksidasi biologi tersebut tidak
dapat berlangsung, misalnya pada tumbuhan darat yang tanahnya tergenang air, sehingga
kadar oksigen dalam rongga tanah sangat rendah. Dalam kondisi yang demikian akar
tidak dapat mengisap oksigen untuk keperluan respirasi.
Pada manusia kekurangan oksigen sering terjadi pada para atlet yang berlari jarak
jauh dengan kencang. Pada atlet yang demikian kebutuhan oksigen lebih besar daripada
yang tersedia, yang diambil dari pemapasan. Dengan kurangnya oksigen dalam tubuh,
maka baik tumbuhan maupun manusia melakukan pembongkaran zat untuk memperoleh
energi dalam keadaan anaerob, disebut fermentasi. Fermentasi tidak hams selalu dalam
keadaan anaerob. Pada beberapa jenis mikroorganisme mampu melakukan fermentasi
dalam keadaan aerob, misalnya fermentasi asam cuka.
Jika dibanding respirasi, sebenarnya fermentasi itu sangat merugikan sel, karena
dua alasan:
a. sering dihasilkan senyawa yang merusak sel, misalnya alkohol;
b. dari jumlah mol zat yang sama akan dihasilkan energi lebih rendah.

Fermentasi diberi nama sesuai dengan jenis senyawa akhir yang dihasilkan.
Berdasarkan senyawa atau jenis zat yang dihasilkan, fermentasi dibedakan menjadi
fermentasi asam laktat, fermentasi alkohol, fermentasi asam cuka, dan lain-lain.

1. Fermentasi Asam Laktat


Pada hewan tingkat tinggi dan manusia, jika bekerja terlalu berat dan kebutuhan
oksigennya untuk respirasi sel tidak tercukupi maka senyawa asam piruvat di dalam sel•
ototnya akan direduksi oleh NADH menjadi asam laktat.
Asam laktat adalah suatu senyawa yang dapat menurunkan pH sampai pada suatu
titik yang mengakibatkan gangguan serius pada fungsi sel. Salah satu gangguan yang
ditimbulkannya adalah menyebabkan kelelahan, sehingga asam laktat sering disebut asam
kelelahan.
Proses fermentasi asam laktat adalah sebagai berikut. Pada proses glikolisis
dihasilkan asam piruvat. Jika cukup oksigen maka glikolisis akan dilanjutkan daur krebs,
tetapi karena kondisinya kekurangan oksigen, asam piruvat diubah menjadi asam laktat.
Akibatnya rantai transpor elektron tidak terjadi, karena tidak lagi menerima elektron dari
NADH dan FAD yang dalam keadaan aerob dihasilkan oleh daur krebs. Karena tidak
terjadi penyaluran elektron maka NAD+ dan FAD yang mutlak diperlukan dalam reaksi
kimia dalam daur krebs juga tidak terbentuk, sehingga siklus krebs terhenti.
Secara sederhana proses respirasi aerob yang diikuti terjadinya fermentasi asam
laktat dibagankan seperti pada Bagan 3.2.

2. Fermentasi Alkohol
Beberapa organisme seperti Saccharomyces dapat hidup baik dalam kondisi
lingkungan cukup oksigen maupun kurang oksigen. Organisme yang demikian disebut
aerob fakultatif.
Dalam keadaan cukup oksigen (aerob). Saccharomyces akan melakukan respirasi
biasa. Tetapi jika dalam keadaan lingkungan kurang oksigen maka akan melakukan
fermentasi.
Proses fermentasi alkohol berlangsung sebagai berikut. Asam piruvat yang
dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah menjadi asam asetat + CO2. Selarjutnya
asam asetat diubah menjadi alkohol. Pada proses perubahan asam asetat menjadi alkohol
ini, terjadi pula pengubahan NAD.H2 menjadi NAD.H+. Terbentuknya NAD.H+
mengakibatkan peristiwa glikolisis dapat terjadi. Dengan demikian, asam piruvat akan
selalu tersedia untuk selanjutnya diubah menjadi energi.
Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 mol
ATP. Sedangkan dalam respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38
molekul ATP. Mengapa demikian? Untuk membandingkan proses fermentasi asam laktat
dan fermentasi alkohol.
3. Fermentasi Asam Cuka
Fermentasi asam cuka merupakan satu conto fermentasi yang berlangsung dalam
keadaan aerob. Fermentasi ini biasa dilakukan oleh bakteri asam cuka dengan substrat
etanol. Dari proses fermentasi asam cuka ini dihasilkan energi 5 kali lebih besar dari
energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol yang berlangsung secara anaerob.
Secara sederhana persamaan reaksi kimia fermentasi asam cuka adalah:
Manfaat Energi Hasil Respirasi
Hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi
energi bebas yang ditimbun di dalam ATP. Selanjutnya oleh sel, ATP digunakan sebagai
sumber energi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi.
Aktivitas hidup yang memerlukan energi dibedakan menjadi empat golongan,
yakni:
a. Kerja mekanis. Salah satu bentuk kerja mekanis adalah lokomosi, kerja mekanis
selalu terjadi jika sel otot berkontraksi.
b. Transpor aktif. Dalam transpor aktif selsel harus mengeluarkan energi untuk
mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien konsentrasi zat.
c. Produksi panas. Energi panas penting bagi tubuh burung dan hewan menyusui.
Energi panas ini umumnya timbul sebagai hasil sampingan transformasi energi
lain dalam sel. Misalnya pada proses kontraksi otot, terjadi pemecahan ATP. Di
samping timbul energi mekanik timbul juga energi panas yang penting bagi tubuh.
d. Anabolisme, yakni sintesis senyawa kompleks dari senyawa yang sederhana.
Cahaya matahari terdiri atas beberapa merah, jingga, kuning, biru, nila, ungu, dan
ultra ungu. Ultra ungu juga tidak kelihatan.

F. FOTOSINTESIS Masing-masing spektrum mempunyai


panjang gelombang berbeda, sehingga Fotosintesis berasal dari katafoton berarti
pengaruhnya terhadap proses fotosintesis
cahaya, dan sintesis berarti menyusun. Jadi, juga berbeda.
fotosintesis dapat diartikan suatu Dalam fotosintesis dihasilkan senyawa
penyusunan senyawa kimia kompleks karbohidrat dan senyawa sampingan berupa

2. Pigmen Fotosintesis
Proses fotosintesis tidak dapat bergsung pada setiap sel, tetapi hanya pada 1 yang
mengandung pigmen fotosintetik. 1 yang tidak mempunyai pigmen tidak
pu menyelenggarakan fotosintesis. Pada rcobaan Ingenhouz yang dimodifikasi ngan cara
menyungkupi perangkat rcobaan memakai kertas beraneka warna, enunjukkan bahwa
pengaruh jenis sinar atahari terhadap hasil fotosintesis berbeda. al ini dapat terjadi karena
energi yang asilkan setiap jenis spektrum berbeda. Di ping adanya perbedaan energi
tersebut, dalam daun juga terdapat faktor pembeda g memungkinkan penyerapan
terhadap rbagai spektrum tersebut berbeda. Faktor pembeda tersebut adalah jenis pigmen
yang terkandung di dalam jaringan daun.
Di dalam daun terdapat mesofil atau daging daun yang terdiri atas jaringan bunga karang
dan jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini sel-selnya mengandung kloroplas atau
organel yang mengandung zat warna/ pigmen hijau atau klorofil. Pigmen ini merupakan
salah satu pigmen fotosintetik yang mampu menyerap energi cahaya matahari.
Struktur Kloroplas
Kloroplas merupakan struktur memipih yang dibatasi oleh sistem membran ganda,
dengan panjang rata-rata 7 .tm dan lebar 3 µm. Struktur tersebut terdiri atas ruangan
berisi cairan yang disebut stroma dan membran dalam yang terlipat berpasangan disebut
lamela. Secara berkala lamela
membesar, sehingga membentuk gelembung pipih yang membungkus membran, disebut
membran tilakoid, yang berwujud sebagai bangunan kantong tilakoid. Kantong-kantong
tilakoid biasanya berlapis-lapis tersusun seperti tumpukan koin, disebut grana.
Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid. Pengubahan energi cahaya menjadi
energi kimia berlangsung dalam tilakoid. Produk akhir yang berupa glukosa dibentuk di
dalam stroma. Untuk mengenali struktur kloroplas, perhatikan Gambar 3.14!
Sebenarnya klorofil hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang
dikenal sebagai fotosistem.
3. Fotosistem
Fotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap energi cahaya matahari yang
terdiri dari klorofil a, kompleks antene, dan akseptor elektron.
Di dalam kloroplas terdapat beberapa macam klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a
yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwama
kuning sampai jingga. Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid
dan membentuk perangkat pigmen yang berperan penting dalam fotosintesis.
Klorofil a berada dalam bagian pusat reaksi, berperan dalam menyalurkan elektron yang
berenergi tinggi ke akseptor utarna elektron, elektron yang selanjutnya masuk ke sistem
siklus elektron. Elektron yang dilepaskan klorofil a mempunyai energi tinggi sebab
memperoleh energi dari cahaya yang berasal dari molekul perangkat pigmen yang dikenal
dengan kompleks antene.
Fotosistem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.
Fotosistem I. Pada fotosistem ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a
yang sensitif terhadap cahaya dengan panjang

Fotosistem II. Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh idorofil a yang
sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm, sehingga disebut P680. P680 yang
teroksidasi merupakan agen pengoksidasi yang lebih kuat daripada P700. Dengan
potensial redoks yang lebih besar, akan cukup elektronegatif untuk memperoleh elektron
dari molekulmolekul air.
Untuk memahami proses absorpsi energi cahaya pada fotosistem I dan II, perhatikan
Gambar 3.15!
Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron berenergi tinggi dari
klorofil a, yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron. Proses
ini merupakan awal dari rangkaian panjang proses fotosintesis. Secara sederhana reaksi
kimia proses fotosintesis dapat dibedakan menjadi dua, yakni reaksi terang dan reaksi
gelap. Reaksi terang menggunakan energi cahaya, berlangsung di dalam membran
tilakoid dari klorofil, menghasilkan senyawa ATP dan NADPH. Kedua senyawa yang
dihasilkan dalam reaksi terang ini akan digunakan dalam reaksi gelap. Reaksi gelap
berlangsung di dalam stroma dari kloroplas, menghasilkan glukosa.
4. Transpor Elektron
Elektron berenergi tinggi yang lepas dan klorofil a akan berpindah dari satu senyawa ke
senyawa lain membentuk suatu rangkaian transpor elektron. Dikenal ada dua tipe rute
transpor elektron, yaitu rute siklik dan rute nonsiklik.
Rute sildik hanya terjadi pada fotosistem
Gambar 3.14 Struktur kioroplas dan lokasi reaksi I, yakni dimulai dari P700 dan kembali
ke fotosintesis P700. Elektron yang dilepaskan P700 akan
pindah dari akseptor yang satu ke akseptor
gelombang 700 nm, sehingga klorofil a lainnya. Selama perpindahan elektron dan disebut
P700. Energi yang diperoleh P700 akseptor satu ke akseptor lain selalu terjadi ditransfer
dari kompleks antene. transformasi hidrogen bersama-sama

Hubungan Fotosintesis dengan Respirasi Sel


Antara fotosintesis dengan respirasi sel merupakan dua reaksi yang saling melengkapi.
Hasil proses yang satu akan menyediakan sumber energi untuk menunjang proses yang
lainnya. Dan di dalam proses ini akan menjamin cadangan ATP konstan, sehingga
penyediaan sumber energi untuk proses hidup seperti pemeliharaan sel, pertumbuhan, dan
perkembangan senantiasa tersedia. Secara sederhana hubungan antara respirasi sel
dengan fotosintesis dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.19.
Kegiatan respirasi tumbuhan berlangsung sepanjang hari, baik siang, sore, petang,
malam, pagi, dan seterusnya. Kegiatan respirasi tumbuhan dinyatakan dengan volume
oksigen (02) yang diambil atau volume CO yang dibebaskan dalam 24 jam per gram
berat kering tumbuhan.
Pada siang hari, tumbuhan melakukan fotosintesis dan juga melakukan respirasi. Proses
fotosintesis memerlukan CO2 dan membebaskan 02. Sebaliknya, respirasi memerlukan
O2 dan membebaskan CO2. Banyak sedikitnya zat yang diambil ataupun yang dilepaskan
bergantung kepada aktivitasnya. Pada suatu saat, secara teoretis volume CO2 yang
dilepaskan dalam proses respirasi sama dengan volume CO2 yang diperlukan oleh proses
fotosintesis, atau
Kegiatan fratakan dengan vodiambil atau volume Ilam 24 jam per gram
Ft uhan melakukan ukan respirasi. lukan CO2 dan iknya, respirasi Inembebaskan CO2.
ang diambil ataupun Tgantung kepada t saat, secara teoretis atskan dalam proses volume
CO2 yang
fotosintesis, atau
sebaliknya volume oksigen yang dilepaskan oleh proses fotosintesis sama dengan volume
oksigen yang diperlukan oleh proses pernapasan. Dengan kata lain, tumbuhan yang
bersangkutan dalam keadaan statis. Hal ini dapat terjadi pada suatu intensitas cahaya
tertentu dan berbeda-beda untuk berbagai jenis tumbuhan. Intensitas cahaya di mana
aktivitas fotosintesis sama dengan aktivitas respirasi disebut titik kompensasi.
G. KEMOSINTESIS
Kemosintesis adalah anabolisme yang mgnggunakan energi kimia. Organisme autotrop
yang melakukan kemosintesis disebut kemoautotrop. Energi kimia adalah energi yang
dihasilkan dari suatu reaksi kimia, yakni reaksi oksidasi. Kemampuan melakukan
kemosintesis hanya dimiliki oleh beberapa jenis mikroorganisme, misalnya bakteri
autotrop.
Ada beberapa jenis bakteri yang tidak memiliki pigmen fotosintetik, tetapi mampu
melakukan sintesis zat makanannya sendiri. Untuk menyintesis makanannya, bakteri
tersebut menggunakan energi hasil oksidasi senyawa anorganik yang ada pada medianya.
Bakteri belerang, dikenal ada dua ma-cam, yakni bakteri belerang yang mempunyai
pigmen fotosintetik dan yang tidak memiliki pigmen fotosintetik. Bakteri belerang yang
memiliki pigmen fotosintetik melakukan fotosintesis, sedangkan yang tidak memiliki
pigmen melakukan kemosintesis.
Bakteri besi, melakukan kemosintesis dengan menggunakan energi basil oksidasi ferro
(Fe++) menjadi ferri.
Bakteri nitrogen, seperti Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi dengan
cara mengoksidasi NH3 yang telah bereaksi dengan CO2. NH3 dan CO2 akan
membentuk amonium karbonat (NH4)2 CO3.
TUGAS BIOLOGI
METABOLISME

DISUSUN OLEH :
TOMMY IRIANTO
XII IPA

Anda mungkin juga menyukai