Anda di halaman 1dari 34

BIOGRAFI TOKOH

Ir. Soekarno atau yang biasa dipanggil Bung Karno yang


lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Raden
Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai.Di Mojokerto, ayahnya
memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School. Di tahun 1911, Soekarno
dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya
diterima di Hoogere Burger School (HBS).Setelah lulus pada tahun 1915,
Soekarno melanjutkan pendidikannya di HBS, Surabaya, Jawa Timur..Di tahun
1920 seusai tamat dari HBS, Soekarno melanjutkan studinya ke Technische Hoge
School  (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) di Bandung
dan mengambil jurusan teknik sipil.Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan
Algemene Studie Club di Bandung yang  merupakan cikal bakal berdirinya Partai
Nasional Indonesia pada tahun 1927.Bulan Desember 1929, Soekarno ditangkap
oleh Belanda dan dipenjara di Penjara Banceuy karena aktivitasnya di PNI. Pada
tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Dari dalam penjara
inilah, Soekarno membuat pledoi yang fenomenal, Indonesia Menggugat.Soekarno
dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno
bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari
PNI.Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda pada bulan Agustus 1933 dan
diasingkan ke Flores. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke
Provinsi Bengkulu.Pada masa pendudukan Jepang, Soekarno dimanfaatkan untuk
menarik perhatian penduduk Indonesia terhadap propaganda Jepang. Pada
akhirnya , di akhir masa pendudukan Jepang,Soekarno bersama tokoh-tokoh
nasional lainnya mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno membacakan teks
proklamasi di halaman rumahnya, Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
• Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama
Mohammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di
Fort de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatera Barat),
Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta,
14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang,
negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia
yang pertama. Ia bersama Soekarno memainkan peranan
penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada
17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai
Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS.
Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956,
karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga
dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
• Selain diabadikan di Indonesia, nama Mohammad Hatta
juga diabadikan di Belanda yaitu sebagai nama jalan di
kawasan perumahan Zuiderpolder, Haarlem dengan nama
Mohammed Hattastraat. Pada tahun 1980, ia meninggal
dan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Bung Hatta
ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia

Muhammad Hatta
pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor
081/TK/1986/
• Fatmawati yang bernama asli Fatimah (lahir di Bengkulu,
5 Februari 1923 – meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei
1980 pada umur 57 tahun)[1] adalah istri dari

FATMAWATI
Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi
Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967
dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno.
Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka
Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal
17 Agustus 1945.
• Kehidupan
• Fatmawati lahir dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah. [2]
Orang tuanya merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang
keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan,
Sumatera Barat.[3] Ayahnya merupakan salah seorang tokoh
Muhammadiyah di Bengkulu.
• Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno,
yang kelak menjadi presiden pertama Indonesia. Dari pernikahan itu,
ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur Soekarnoputra,
Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri,
Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
• Makam Fatmawati di TPU Karet Bivak, Jakarta
• Pada tanggal 14 Mei 1980 ia meninggal dunia karena serangan
jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekah yang lalu
dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.
• Soekarni (EYD: Sukarni; lahir di Blitar,
Jawa Timur, 14 Juli 1916 – meninggal di
Jakarta, 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun), yang
nama lengkapnya adalah Soekarni
Kartodiwirjo, adalah tokoh pejuang
kemerdekaan dan Pahlawan Nasional Indonesia
. Ia berperan dalam peristiwa Rengasdengklok,
Persatuan Perjuangan an Pemimpin partai
Murba. Pernah menjadi Duta Besar Indonesia
untuk Tiongkok.
• Gelar Pahlawan Nasional Indonesia disematkan
oleh Presiden Joko Widodo, pada 7 November
2014 kepada perwakilan keluarga di
Istana Negara Jakarta[

SUKARNI
• Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (lahir di Karawang, Jawa Barat
MR ACHMAD , 23 Maret 1896 – meninggal 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun). Semasa
masih menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan

SOEBARDJO
kemerdekaan Indonesia melalui beberapa organisasi seperti Jong Java dan
Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Pada bulan Februari 1927, ia pun
menjadi wakil Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta dan para ahli
gerakan-gerakan Indonesia pada persidangan antarbangsa "Liga Menentang
Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels dan
kemudiannya di Jerman. Pada persidangan pertama itu juga ada
Jawaharlal Nehru dan pemimpin-pemimpin nasionalis yang terkenal dari Asia
dan Afrika.[4] Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan
kemudian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
• Peristiwa Rengasdengklok
• Pada tanggal 16 Agustus 1945 Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh,
Sukarni, dan Wikana, Shodanco Singgih, dan pemuda lain, membawa Soekarno
dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.[5] Peristiwa ini dinamakan
Peristiwa Rengasdengklok.
• Naskah proklamasi
• Konsep naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad
Soebardjo di rumah Laksamana Muda Maeda.[10] Setelah selesai dan
beragumentasi dengan para pemuda, dinihari 17 Agustus 1945, Bung Karno pun
segera memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi.
• Masa setelah kemerdekaan
• Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soebardjo dilantik sebagai Menteri Luar Negeri
pada Kabinet Presidensial, kabinet Indonesia yang pertama, dan kembali
menjabat menjadi Menteri Luar Negeri sekali lagi pada tahun 1951 - 1952.
Selain itu, ia juga menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Switzerland antara
tahun-tahun 1957 - 1961.
• Chaerul Saleh gelar Datuk Paduko Rajo
(lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat,
13 September 1916 – meninggal di Jakarta
, 8 Februari 1967 pada umur 50 tahun)[1]
adalah seorang pejuang dan tokoh politik
Indonesia yang pernah menjabat sebagai
wakil perdana menteri, menteri, dan ketua
MPRS antara tahun 1957 sampai 1966. Ia
juga menelurkan ide negara kepulauan
dengan batas teritorial 12 mil laut yang di­
sahkan pada 13 Desember 1957. Atas jasa-
jasanya Chaerul dianugerahi pangkat
Jenderal TNI Kehormatan.

CHAERUL SALEH
• Wikana (lahir di Sumedang, Jawa Barat,
18 Oktober 1914 [1] - meninggal di ?, 1966)
adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia
. Bersama Chaerul Saleh, Sukarni dan pemuda-
pemuda lainnya dari Menteng 31, mereka
menculik Soekarno dan Hatta dalam
Peristiwa Rengasdengklok dengan tujuan agar
kedua tokoh ini segera membacakan
Proklamasi Kemerdekaan setelah kekalahan
Jepang dari Sekutu pada tahun 1945. Wikana
termasuk dalam daftar orang yang menghilang
dan diduga meninggal dibunuh dalam lembaran
hitam tragedi
Pembantaian di Indonesia 1965–1966 pasca
peristiwa G30S.

WIKANA
DARWIS
• Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Raden
Mas Abdul Latief Hendraningrat
(lahir di Jakarta , 15 Februari 1911
 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1983
pada umur 72 tahun) adalah seorang
prajurit PETA berpangkat Sudanco
(komandan Kompi) dan juga pengerek
bendera Sang Saka Merah Putih dengan
didampingi oleh Soehoed Sastro
Koesoemo, seorang pemuda dari barisan
pelopor. Pada tanggal 17 Agustus 1945
di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta Pusat.

LATIEF
HENDRANINGRAT
• Suhud sendiri adalah anak buah Soediro yang
menjadi salah satu asisten Bung Karno.
Menjelang proklamasi, Suhud dan beberapa
orang anggota pelopor istimewa memang
ditugaskan untuk menjaga Bung Karno.
• Suhud pulalah yang ditugaskan untuk
menyiapkan tiang bendera dengan mencari
bambu. Padahal menurut catatan Prof. Dr. H.
Dadan Wildan, sebenarnya di depan rumah
Bung Karno sebenarnya ada dua tiang bendera
dari besi yang tidak digunakan. Tetapi karena
suasana cukup tegang karena penghindari
Jepang, akhirnya bambu tersebutlah yang
digunakan dengan cara diberi tali dan ditanam
beberapa langkah saja dari teras rumah.

SOEHOED
• Raden Suwiryo (lahir di
Wonogiri, Jawa Tengah,
17 Februari 1903 – meninggal di
Jakarta, 27 Agustus 1967 pada
umur 64 tahun) adalah seorang
tokoh pergerakan Indonesia. Ia
juga pernah menjadi Walikota
Jakarta dan Ketua Umum PNI. Ia
juga pernah menjadi Wakil
Perdana Menteri pada Kabinet
Sukiman-Suwiryo.

R. SOEWIRJO
• Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EBI: Suwardi Suryaningrat,
sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EBI: Ki Hajar
Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki
Hajar Dewantoro; lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889 – meninggal di
Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun;[1] selanjutnya disingkat
sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan
kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah
pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-
orang Belanda.
• Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri
handayani, menjadi slogan
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan
sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia,
KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas
pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998.[2]
• Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI,
Sukarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)

KI HADJAR
DEWANTARA
• Pringgodigdo lahir di Bojonegoro, Jawa Timur,
Hindia Belanda pada tanggal 24 Agustus 1904.[2] Dia
merupakan kakak kandung dari duta besar Abdoel Kareem
Pringgodigdo.[3] Setelah dua tahun di sekolah rakyat, dia
belajar di Europeeche Lagore School dari tahun 1911 hingga
1918, lalu di Hogere Burger School.[2] Setelah lulus pada tahun
1923, dia berangkat ke Leiden, Belanda, untuk belajar di
Universitas Leiden, dari mana dia lulus pada tahun 1927
sebagai sarjana hukum.[2] Dia juga mendapatkan sertifikat
cum laude dalam ilmu Indologi.[2]
• Ketika kembali ke Indonesia, Pringgodigdo mendapatkan kerja
sebagai juru tulis (bahasa Belanda: revredaris), lalu menjadi
wedana Karang Kobar di bagian timur Kabupaten Purbalingga.
[4] Menjelang akhir pendudukan Indonesia oleh Jepang,

Pringgodigdo menjadi anggota


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
sebagai sekretarisnya Radjiman Widyoningrat, pemimpin
BPUPKI.[5] Dia juga menjadi anggota Panitian Lima, yang
bertanggung jawab atas perumusan Pancasila

ABDUL GAFFAR
PRINGGODIGDO
• Mr. Alexander Andries Maramis (lahir di Manado,
Sulawesi Utara, Hindia Belanda 20 Juni tahun 1897 –
meninggal di Indonesia tahun 1977; usia 80 tahun) adalah
pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia pernah jadi anggota
KNIP, anggota BPUPKI dan Menteri Keuangan pertama
Republik Indonesia dan merupakan orang yang
menandatangani Oeang Republik Indonesia pada tahun
1945. Adik kandung Maria Walanda Maramis ini
menyelesaikan pendidikannya dalam bidang hukum pada
tahun 1924 di Belanda. Ia mempunyai istri bernama
Elizabeth Maramis Velthoed yang merupakan seorang
wanita asal Belanda.[butuh rujukan]
• Pada waktu Agresi Militer Belanda II, AA Maramis
berada di New Delhi, India dan ditugasi untuk memimpin
Pemerintah RI dalam pengasingan. Ia kemudian menjadi
Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Darurat dimasa
PDRI yang diketuai oleh Sjafruddin Prawiranegara.

ALEX ANDRIES MARAMIS


• Dr. Moewardi (Pati, Jawa Tengah, 1907 - Surakarta,
Jawa Tengah, 13 Oktober 1948) adalah seorang
pahlawan nasional Indonesia.
• Moewardi adalah seorang dokter lulusan STOVIA. Setelah
lulus, ia melanjutkan pendidikan Spesialisasi Telinga
Hidung Tenggorokan (THT). Selain itu aa adalah ketua
Barisan Pelopor tahun 1945 di Surakarta dan terlibat dalam
peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam acara
tersebut, ia juga turut memberikan sambutan setelah
Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu.
• Di Solo, dr.Muwardi mendirikan sekolah kedokteran dan
membentuk gerakan rakyat untuk melawan aksi-aksi PKI.
Pada peristiwa Madiun dia adalah salah satu tokoh yang
dikabarkan hilang dan diduga dibunuh oleh pemberontak
selain Gubernur Soeryo.
• Kini namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit
Umum Daerah Surakarta. Namanya juga diabadikan sebagai
sebuah nama jalan di jakartaDr Muwardi (1907-1948)

Dr. Moewardi
• Boentaran Martoatmodjo (lahir di Loano, Purworejo,
11 Januari 1896 – meninggal di Jakarta, 3 Oktober 1979
pada umur 83 tahun) adalah Menteri Kesehatan
Indonesia yang pertama pada masa Kabinet Presidensial.

• Ia menikah dengan seorang wanita yang bernama


Maryam dan dikaruniai 5 orang anak yang salah satunya
adalah Soekarni Catur Oetami Munandar, salah satu
pakar psikologi Indonesia.
• Ia adalah wakil ketua dari Tyuooo Sangi-In (semacam
Volksraad) buatan pemerintahan pendudukan Jepang dan
anggota dari organisasi pemuda pergerakan kemerdekaan
Indonesia, Barisan Pelopor.[1]
• Selain itu ia adalah salah satu pendiri dan ketua PELTI
(Persatuan Lawn Tenis Indonesia) pertama selama 5
tahun sejak pendiriannya pada 26 Desember 1935.[2]
• Ia pulalah yang membentuk PMI (Palang Merah

Dr Buntaran Indonesia) pada tanggal 5 September 1945 atas perintah


Presiden Soekarno.

Martoatmodjo
• Ia pernah pula menjabat sebagai anggota Seksi
Kemasyarakatan Bappenas periode 21 September 1959 -
18 November 1959.[3]
• Johannes Latuharhary adalah putra daerah Maluku pertama
yang meraih gelar Meester in de Rechten di Universitas Leiden
. Sepulangnya dari Belanda ia bekerja menjadi pegawai pada
ketua pengadilan tinggi di Surabaya pada Desember 1927 –
Maret 1929. Ia aktif dalam Sarekat Ambon dan pergerakan
Nasional dan banyak membwa ide dan persepektif baru dari
Eropa. Ia juga menjadi pemimpin umum media
Sarekat Ambon “Haloean”. Ia diangkat menjadi Hakim di
Surabaya, lalu menjadi Ketua Pengadilan Negeri di
Jawa Timur selama 2 tahun, lalu ia memutuskan berhenti
supaya dapat lebih aktif dalam organisasi pergerakan. Lalu ia
diangkat menjadi Dewan Perwakilan Kabupaten Jawa Timur,
kemudian ia pindah ke Malang dan menjadi anggota Dewan
Perwakilan Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Ia juga
mengetuai Fraksi Nasional sampai Jepang masuk ke Indonesia.
• Anggota BPUPKI dan PPKI

Mr. J.
• Pada saat pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Johanes menjadi anggota

Latuharhary yang mewakili wilayah kepulauan Maluku. Ia juga hadir pada


saat perumusan naskah proklamasi di rumah Laksamana
Tadashi Maeda. Selain itu ia menjadi wakil ketua dalam KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat).
• Abikoesno Tjokrosoejoso (juga dieja Abikusno
Cokrosuyoso, lahir di Kota Karanganyar, Kebumen tahun 1897
meninggal tahun 1968) adalah salah satu Bapak Pendiri
Kemerdekaan Indonesia dan penandatangan konstitusi. Ia
merupakan anggota Panitia Sembilan yang merancang
pembukaan UUD 1945 (dikenal sebagai Piagam Jakarta).
Setelah kemerdekaan, ia menjabat sebagai
Menteri Perhubungan dalam Kabinet Presidensial pertama
Soekarno dan juga menjadi penasihat Biro Pekerjaan Umum.
• Kakak Tjokrosoejoso adalah Oemar Said Tjokroaminoto,
pemimpin pertama Sarekat Islam. Setelah kematian saudaranya
pada 17 Desember 1934, Abikoesno mewarisi jabatan sebagai
pemimpin Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Bersama
dengan Mohammad Husni Thamrin, dan Amir Sjarifoeddin,
Tjokrosoejoso membentuk Gabungan Politik Indonesia, sebuah
front persatuan yang terdiri dari semua partai politik, kelompok,
dan organisasi sosial yang menganjurkan kemerdekaan negara
itu. Mereka menawarkan dukungan penuh kepada otoritas
pemerintahan kolonial Belanda dalam hal pertahanan untuk

ABIKUSNO
melawan Jepang jika mereka diberikan hak untuk mendirikan
parlemen di bawah kekuasaan Ratu Belanda. Belanda menolak
tawaran tersebut.

TJOKROSUJOSO
• Selama masa pendudukan Jepang, Abikoesno Tjokrosoejoso
adalah tokoh kunci dalam Masyumi.
• Agus Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim
dan Siti Zainab. Jabatan terakhir ayahnya adalah Jaksa Kepala di
Pengadilan Tinggi Riau.
• Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah
khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (
HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS
se-Hindia Belanda.
• Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada
sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim berangkat
ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada
periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih
merupakan pamannya.
• Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di
Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua
Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak.
Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya
menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan
Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika
di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau
Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun
dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.

H. AGUS • Haji Agus Salim (lahir dengan nama Mashudul Haq (berarti "pembela
• kebenaran"); lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda,

SALIM
8 Oktober 1884 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada
umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Haji Agus
Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada
tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961 [1].
• Dalam kegiatan pergarakannya pada masa sebelum kemerdekaan,
Otto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang
Bandung pada periode 1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi
Utomo cabang Pekalongan tahun 1924. Ketika itu, ia menjadi
anggota Gemeenteraad ("Dewan Kota") Pekalongan mewakili Budi
Utomo.
• Oto juga aktif pada organisasi budaya Sunda bernama
Paguyuban Pasundan. Ia menjadi Sekretaris Pengurus Besar tahun
1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942. Organisasi
tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik,
ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.
• Otto juga menjadi anggota Volksraad ("Dewan Rakyat", semacam
DPR) yang dibentuk pada masa Hindia Belanda untuk periode 1930-
1941.
• Pada masa penjajahan Jepang, Otto menjadi Pemimpin surat kabar
Tjahaja (1942-1945). Ia kemudian menjadi anggota BPUPKI dan
PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai
lembaga-lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.
• Pasca kemerdekaan
• Setelah proklamasi kemerdekaan, Otto menjabat sebagai
Menteri Negara pada kabinet yang pertama Republik Indonesia tahun
1945. Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar-
laskar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam

OTTO melaksanakan tugasnya, Otto diperkirakan telah menimbulkan


ketidakpuasan pada salah satu laskar tersebut. Ia menjadi korban
penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, hingga

ISKANDARDINATA kemudian hilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten.[3].


• Pandu Kartawiguna adalah pejuang Angkatan 1945,
salah satu Tokoh Pers Indonesia yang mempelopori
berdirinya Lembaga Kantor Berita Nasional Antara pada
1937 berkantor di JI. Pinangsia 38 Jakarta Kota. Dengan
modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu
mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai
surat kabar nasional.[1][2][3][4]
• Pada fragmen genting menjelang revolusi 17 Agustus
1945, Pandu menggebrak meja dan marah-marah
mendengar Sjahrir yang ragu ketika didaulat untuk
menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia setelah
sebelumnya para pemuda-pemuda pergerakan bawah tanah
sudah menyusun Proklamasi alih-alih mencegah dugaan
''Proklamasi buatan Djepang'' dan bersepakat Sjahrir yang
akan memimpin perjuangan, karena Sjahrir dianggap
bersih dari tuduhan isu kolaborator dengan Jepang. Adam
Malik ketawa dan ia paham dengan jalan pikiran Sjahrir,
Chaerul Saleh idem dengan Adam Malik.

PANDU KARTAWIGUNA
• Sutan Syahrir (ejaan lama:Soetan Sjahrir) (lahir di
Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909 – meninggal di
Zürich, Swiss, 9 April 1966 pada umur 57 tahun) adalah seorang
intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia.[1]
Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi politikus dan
perdana menteri pertama Indonesia. Ia menjabat sebagai
Perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945 hingga
20 Juni 1947. Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada
tahun 1948. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan
politik dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Perjuangan
Kita adalah karya terbesar Syahrir, kata Salomon Tas, bersama
surat-surat politiknya semasa pembuangan di Boven Digul dan
Bandaneira. Manuskrip itu disebut Indonesianis Ben Anderson
sebagai, "Satu-satunya usaha untuk menganalisa secara sistematis
kekuatan domestik dan internasional yang memperngaruhi
Indonesia dan yang memberikan perspektif yang masuk akal bagi
gerakan kemerdekaan pada masa depan."
• Sutan Syahrir ditetapkan sebagai salah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 April 1966 melalui
Keppres nomor 76 tahun 1966

SUTAN SYAHRIR
• Teuku Mohammad Syarif Thayeb (Peureulak, Aceh,
7 Juli 1920 - 1989) adalah Letnan Jendral TNI-AD
purnawirawan, dokter, professor dan tokoh pemerintahan.
Jabatan yang pernah diduduki adalah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia tahun
1974 hingga tahun 1978 pada Kabinet Pembangunan II. Ia
juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk
Amerika Serikat pada tahun 1971 (menggantikan
Soedjatmoko) hingga 1974. Terakhir ia menjadi anggota
DPA. Ia berpendapat, kebebasan mimbar akademis
meliputi kebebasan berpendapat serta penyampaian ilmu
pengetahuan dan teknologi secannnra lisan maupun
tertulis.
• Pendidikan
• Ika Dai Gaku Jakarta (Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta)
• Harvard Medical School, Boston, Amerika Serikat
• Gelar Ph.D dari Mindanao University, Filipina

SYARIF THAYEB
• Frans Soemarto Mendur (lahir tahun 1913 – meninggal
tahun 1971 pada umur 57/58 tahun) adalah salah satu dari
para fotografer yang mengabadikan detik-detik
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus
1945. Bersama saudara kandungnya, Alex Mendur,
mereka turut mengabadikan persitiwa bersejarah ini.
Frans berhasil mengabadikan tiga foto, dari tiga frame
film yang tersisa. Foto pertama, Soekarno membaca teks
proklamasi. Foto kedua, pengibaran bendera Merah Putih
oleh Latief Hendraningrat, anggota PETA (Pembela
Tanah Air). Foto ketiga, suasana upacara dan para
pemuda yang menyaksikan pengibaran bendera.

• Frans Mendur bersama Alex Mendur, Justus Umbas,


Frans "Nyong" Umbas, Alex Mamusung dan Oscar
Ganda, kemudian mendirikan IPPHOS (Indonesia Press
Photo Service) pada 2 Oktober 1946.

FRANS MENDUR
• Mohamad Ibnu Sayuti atau yang lebih
dikenal sebagai Sayuti Melik (lahir di
Sleman, Yogyakarta, 22 November 1908
 – meninggal di Jakarta, 27 Februari
1989 pada umur 80 tahun), dicatat
dalam sejarah Indonesia sebagai
pengetik
naskah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Dia adalah suami
dari Soerastri Karma Trimurti, seorang
wartawati dan aktivis perempuan di
zaman pergerakan dan zaman setelah
kemerdekaan.

SAYUTI MELIK
• Burhanuddin Mohammad Diah (lahir di Kutaraja, yang kini dikenal sebagai
Banda Aceh, 7 April 1917 – meninggal di Jakarta, 10 Juni 1996 pada umur 79 tahun)
adalah seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha
Indonesia.
• Pada akhir September 1945, setelah diumumkannya Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, Diah bersama sejumlah rekannya seperti Joesoef Isak dan
Rosihan Anwar, mengangkat senjata dan berusaha merebut percetakan Jepang
"Djawa Shimbun", yang menerbitkan Harian Asia Raja. Meskipun Jepang telah
menyerah kalah, teman-teman Diah ragu-ragu, mengingat Jepang masih memegang
senjata. Namun kenyataannya malah sebaliknya. Tentara Jepang yang menjaga
percetakan tidak melawan, bahkan menyerah. Percetakan pun jatuh ke tangan Diah
dan rekan-rekannya.
• Pada 1 Oktober 1945 B.M. Diah mendirikan Harian Merdeka. Diah menjadi
pemimpin redaksi, Joesoef Isak menjadi wakilnya, dan Rosihan Anwar menjadi
redaktur. Diah memimpin surat kabar ini hingga akhir hayatnya, meskipun
belakangan ia lebih banyak menangani PT Masa Merdeka, penerbit Harian
"Merdeka".
• Setelah Indonesia merdeka, pada 1959, B.M. Diah diangkat menjadi duta besar untuk
Cekoslowakia dan Hongaria. Dari sana kemudian ia dipindahkan ke Inggris, lalu ke
Thailand - semuanya untuk jabatan yang sama. Pada 1968 ia diangkat oleh Presiden
Soeharto menjadi menteri penerangan. Belakangan Diah diangkat menjadi anggota
DPR dan kemudian anggota DPA.
• Pada usia tuanya, Diah mendirikan sebuah hotel di Jakarta, Hyatt Aryadutta, di
tempat yang dulunya merupakan rumah orangtua Herawati. Jabatan terakhir yang
dipegangnya adalah sebagai Presiden Direktur PT Masa Merdeka, dan Wakil
Pemimpin PT Hotel Prapatan-Jakarta.

BM DIAH
• Surastri Karma Trimurti (lahir 11 Mei 1912
 – meninggal 20 Mei 2008 pada umur 96 tahun),
yang dikenal sebagai S. K. Trimuti atau S.K.
Trimoerti, adalah wartawan, penulis dan guru
Indonesia, yang mengambil bagian dalam
gerakan kemerdekaan Indonesia terhadap
penjajahan oleh Belanda.[1] Dia kemudian menjabat
sebagai menteri tenaga kerja pertama di Indonesia
dari tahun 1947 sampai 1948 di bawah
Perdana Menteri Indonesia Amir Sjarifuddin.
• Pada tahun 1938 ia menikah dengan
Muhammad Ibnu Sayuti, yang pengetik dari
Deklarasi Kemerdekaan Indonesia, yang
diproklamasikan oleh Soekarno pada 17 Agustus
1945. Trimurti banyak menghabiskan sisa hidupnya
di rumah kontrakan nya di Bekasi, Jawa Barat.

SK TRIMURTI
• Sodancho Soeprijadi (lahir di Trenggalek,
Jawa Timur, 13 April 1923 - tidak diketahui)
adalah pahlawan nasional Indonesia dan
pemimpin pemberontakan pasukan
Pembela Tanah Air (PETA) terhadap
pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada
Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai Menteri
Keamanan Rakyat dalam
Kabinet Presidensial, tetapi digantikan oleh
Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada
20 Oktober 1945 karena Supriyadi tidak
pernah muncul. Bagaimana dan di mana
Supriyadi wafat, masih menjadi misteri yang
belum terpecahkan.

SOEPRIJADI
• Dimulai dengan model pembelajaran hanya dengan mendengarkan pelajaran di
bawah jendela kelas saat mengantarkan putra Dr. Wahidin Soedirohoesodo ke
sekolah, kemudian atas belas kasihan guru Belanda disuruh mengikuti pelajaran di
dalam kelas sampai akhirnya di usia 20 tahun ia sudah berhasil mendapatkan gelar
dokter dan mendapat gelar Master of Art pada usia 24 tahun. Ia juga pernah belajar
di Belanda, Perancis, Inggris dan Amerika.
• Dr. Radjiman adalah salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo dan sempat
menjadi ketuanya pada tahun 1914-1915.[1]
• Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-
satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai
dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat
memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap
daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan
kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai
wakil dari Boedi Utomo.
• Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar
negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno
dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam
sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa
Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang
berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan
baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno
adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.
• Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon
Dr. RADJIMAN dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait
dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana

WEDYODININGRAT menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan
kekuasaan di Indonesia.
• Pada masa setelah kemerdekaan RI Radjiman pernah menjadi anggota DPA, KNIP
dan pemimpin sidang DPR pertama di saat Indonesia kembali menjadi negara
kesatuan dari RIS.
• Prof. Mr. Dr. Soepomo (Ejaan Soewandi: Supomo; lahir
di Sukoharjo, Jawa Tengah, 22 Januari 1903 – meninggal
di Jakarta, 12 September 1958 pada umur 55 tahun)
adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Soepomo
dikenal sebagai arsitek Undang-undang Dasar 1945,
bersama dengan Muhammad Yamin dan Soekarno
• Sebagai putra keluarga priyayi, ia berkesempatan
meneruskan pendidikannya di ELS (
Europeesche Lagere School) di Boyolali (1917), MULO (
Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Solo (1920), dan
menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di
Bataviasche Rechtsschool di Batavia pada tahun 1923. Ia
kemudian ditunjuk sebagai pegawai negeri pemerintah
kolonial Hindia Belanda yang diperbantukan pada Ketua
Pengadilan Negeri Sragen (Soegito 1977).
• Antara tahun 1924 dan 1927 Soepomo mendapat

PROF DR
kesempatan melanjutkan pendidikannya ke
Rijksuniversiteit Leiden di Belanda di bawah bimbingan
Cornelis van Vollenhoven, profesor hukum yang dikenal

SOEPOMO sebagai "arsitek" ilmu hukum adat Indonesia dan ahli


hukum internasional, salah satu konseptor
Liga Bangsa Bangsa.
• Ia adalah Menteri Kehakiman Indonesia yang ke-1
• Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus
1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah sastrawan,
sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai
pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan

Mr MOHAMMAD pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah
persatuan Indonesia.
• Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia
YAMIN bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond[3] dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda
yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan
Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia.
Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan
sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa
resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.
• Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang
hukum di Jakarta hingga tahun 1942. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota
Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia
mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Tahun 1939, ia terpilih sebagai anggota
Volksraad.
• Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat
(PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun
1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak
asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.[4] Ia juga mengusulkan agar wilayah
Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya,
Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda. Soekarno yang juga merupakan anggota
BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi
Presiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang
penting dalam pemerintahannya.
• Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR
sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952),
Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955),
Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962),
Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962) dan Menteri Penerangan (1962-1963).
• Mr. Kasman Singodimedjo (lahir di Poerworedjo, Jawa Tengah,
25 Februari 1904 – meninggal di Jakarta, 25 Oktober 1982 pada umur
78 tahun) adalah Jaksa Agung Indonesia periode 1945 sampai 1946 dan
juga mantan Menteri Muda Kehakiman pada
Kabinet Amir Sjarifuddin II. Selain itu ia juga adalah Ketua KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) yang menjadi cikal bakal dari DPR.
• Peran dan pemikiran Kasman Singodimedjo berkembang dalam tempaan
tokoh-tokoh besar pada saat ia bergabung dengan organisasi Jong
Islamieten Bond (JIB). Dalam organisasi tersebut, ia berhubungan
dengan tokoh-tokoh seperti KH Agus Salim, HOS Tjokroaminoto,
KH Ahmad Dahlan, Syeikh Ahmad Surkati, Natsir, Roem, Prawoto, dan
Jusuf Wibisono. Karena aktivitas politiknya, pada Mei 1940 Kasman
ditangkap dan ditahan oleh pemerintahan penjajah Belanda.

Pada masa pendudukan Jepang, Kasman menjadi Komandan PETA


Jakarta. Kasman merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam
mengamankan pelaksanaan upacara pembacaan Proklamasi 17 Agustus
1945 dan rapat umum IKADA. Setelah proklamasi, Mr. Kasman
Singodimedjo diangkat menjadi anggota PPKI sebagai anggota yang
ditambahkan oleh Soekarno untuk mengubah sifat lembaga ini yang
semula adalah bentukan Jepang. Anggota yang ditambahkan selain Mr.
Kasman Singodimedjo adalah Wiranatakoesoemah, Ki Hajar Dewantara,
Sajuti Melik, Mr. Iwa Koesoema Soemantri, dan Mr. Achmad Soebardjo
. Dengan demikian anggota PPKI bertambah menjadi 27 orang

KASMAN SINGODIMEJO
• Ki Bagoes Hadikoesoemo atau Ki Bagus Hadikusumo (lahir di Yogyakarta,
24 November 1890 – meninggal di Jakarta, 4 November 1954 pada umur 63
tahun) adalah seorang tokoh BPUPKI. Ia dilahirkan di kampung Kauman
dengan nama R. Hidayat pada 11 Rabi'ul Akhir 1308 H (24 November 1890).
Ki Bagus adalah putra ketiga dari lima bersaudara Raden Kaji Lurah Hasyim,
seorang abdi dalem putihan (pejabat) agama Islam di Kraton Yogyakarta.
• Ia mendapat pendidikan sekolah rakyat (kini SD) dan pendidikan agama di
pondok pesantren tradisional Wonokromo Yogyakarta. Kemahirannya dalam
sastra Jawa, Melayu, dan Belanda didapat dari seorang yang bernama Ngabehi
Sasrasoeganda, dan Ki Bagus juga belajar bahasa Inggris dari seorang tokoh
Ahmadiyah yang bernama Mirza Wali Ahmad Baig.
• Selanjutnya Ki Bagus pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh (1922), Ketua
Majelis Tarjih, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadijah (1926),
dan Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953). Ia sempat pula aktif mendirikan
perkumpulan sandiwara dengan nama Setambul. Selain itu, bersama kawan-
kawannya ia mendirikan klub bernama Kauman Voetbal Club (KVC), yang
kelak dikenal dengan nama Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW).
• Pada tahun 1937, Ki Bagus diajak oleh Mas Mansoer untuk menjadi Wakil
Ketua PP Muhammadiyah. Pada tahun 1942, ketika KH Mas Mansur dipaksa
Jepang untuk menjadi ketua Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Ki Bagus
menggantikan posisi ketua umum yang ditinggalkannya. Posisi ini dijabat
hingga tahun 1953. Semasa menjadi pemimpin Muhammadiyah, ia termasuk
dalam anggota BPUPKI dan PPKI.

KI BAGUS
• Ki Bagus aktif membuat karya tulis, antara lain Islam Sebagai Dasar Negara
dan Achlaq Pemimpin. Karya-karyanya yang lain yaitu Risalah Katresnan Djati
(1935), Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940), Poestaka Ichsan (1941),
dan Poestaka Iman (1954).

HADIKUSUMO
• Setelah meninggal, Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai
Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai