Anda di halaman 1dari 9

KLIPING

Tokoh-Tokoh yang Terlibat dalam Proklamasi Kemerdekaan RI

Kliping ini disusun untuk memenuhi tugas Sejarah P

Disusun oleh: Nadila Ayu Prasetiyana (24)

XI IPS 1

SMAN 1 BANJARNEGARA

2023
1. Ir. Soekarno

Tokoh Proklamasi pertama, yaitu Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901, anak seorang guru Sekolah
Rakyat bernama Raden Soekami dan wanita Bali berdarah bangsawan, Ida Ayu Nyoman Rai. Dia lahir
dengan nama Koesno Sosrodihardjo yang diberikan oleh orang tuanya. Sebagai anak priayi, dia bisa
mengenyam pendidikan tinggi dan lulus dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini Institut
Teknologi Bandung) pada 1925 dengan mengambil jurusan teknik sipil. Soekarno dinyatakan lulus ujian
insinyur pada tanggal 25 Mei 1926. Setelah lulus kuliah, dia memuatkan ide-ide politiknya di media
massa dengan artikel berjudul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme”. Tulisan ini begitu menekankan
pentingnya ide-ide persatuan antarkelompok, yang kemudian menandai pemikiran politik sepanjang
kariernya. Perjuangan politiknya berlanjut dengan membentuk Algemeene Studie Club (ASC) di Bandung
pada 1926, yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi
ini di kemudian hari menjadi cikal bakal pendirian Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 1927. Dia
menerapkan sikap nonkooperatif dengan Belanda yang membuatnya beberapa kali masuk tahanan.
Aktivitasnya di PNI menyebabkan dirinya ditangkap oleh Belanda pada 29 Desember 1929 di Yogyakarta,
dan esoknya kemudian dipindahkan ke Bandung untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada 1930, dia
dipindahkan ke Sukamiskin dan membacakan pleidoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat di
pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930, hingga dibebaskan kembali pada 31 Desember 1931.
2. Drs. Moh. Hatta

Tokoh Proklamasi kedua, yaitu Mohammad Hatta adalah wakil presiden pertama Indonesia, sekaligus
tokoh proklamasi yang bertugas menyusun teks proklamasi, memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia, dan menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Ir. Soekarno.

Selain itu, dia juga pemberi ide kalimat teks proklamasi “hal-hal tentang pemindahan kekuasaan dan
lain-lain dilaksanakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Hatta menjadi
pendamping Ir. Soekarno dalam upacara proklamasi dengan menggunakan pakaian serba putih. Hatta
lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 12 Agustus 1902 dengan nama Muhammad Athar. Dia lahir dari
pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha yang berasal dari Minangkabau.Ayahnya merupakan
seorang keturunan ulama tarekat di Batuhampar, dekat Payakumbuh, Sumatra Barat dan ibunya berasal
dari keluarga pedagang di Bukittinggi. Dia pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah
swasta. Setelah enam bulan, dia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan kakaknya. Dia kemudian
pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang (kini SMA Negeri 1 Padang) sampai tahun 1913,
dan melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) sampai tahun 1917.Pendidikan non-
formalnya diperoleh dari Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan beberapa ulama lainnya.
Pada 18 November 1945, Hatta menikah dengan Rahmi Hatta dan tiga hari sesudahnya mereka
bertempat tinggal di Yogyakarta. Pasangan tersebut kemudian dikaruniai tiga anak perempuan yang
bernama Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta. Hatta pernah menjabat
sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Kabinet Hatta II, dan Kabinet Republik Indonesia Serikat
(RIS). Pada 1956, dia mundur dari jabatan wakil presiden. Pada 14 Maret 1980, Hatta wafat di RSUD dr.
Cipto Mangunkusumo dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir Jakarta Selatan.
Dikarenakan perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta mendapatkan anugerah tanda
kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” yang diberikan oleh Presiden Soeharto. Selain
itu, Pemerintah Indonesia juga menetapkannya sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia
pada 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor 081/TK/1986.
3. Mr. Achmad Soebardjo

Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo lahir di Karawang, Jawa Barat, pada 23 Maret 1896 dan
meninggal 15 Desember 1978 di usia 82 tahun. Ia adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia,
diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Jika Soekarno dan Moh Hatta adalah Presiden dan
Wakil Presiden pertama Indonesia, Achmad Soebarjo adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang
pertama. Ia memiliki gelar Meester in de Rechten, yang diperolehnya di Universitas Leiden, Belanda
pada tahun 1933.

Sama seperti kedua tokoh sebelumnya, ia yang masuk ke dalam golongan tua juga memiliki peran yang
sangat penting dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun peranan Mr.
Achmad Soebardjo adalah sebagai penyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi
Maeda

4. Laksamana Tadashi Maeda

Laksamana Tadashi Maeda adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia
Belanda pada masa Perang Pasifik. Ia melanggar perintah Sekutu yang melarang para pemimpin
Indonesia mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peranannya dalam mempersiapkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah menyediakan rumahnya untuk tempat penyusunan konsep
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

5. Sukarni

Soekarni memiliki nama lengkap Soekarni Kartodiwirjo. Dia lahir pada 14 Juli 1916 di Desa Sumberdiran,
Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Ayahnya bernama Dimoen Kartodiwirjo, keturunan
dari Eyang Onggo, juru masak Pangeran Diponegoro. Ibunya bernama Pidjah, wanita asal Kediri.

Soekarni merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara, yaitu Hono Karto Dihardjo, Soekarmilah
(Ny. H. Sopran), Soekardi, Soekarlim, Soekarni, Soekarti (Ny. Sastro Roesdi), Karmijem (Ny. Parto
Widjono), Endang Sartini (Ny. Muslimin), Soekarpo (Endi Soekarto), dan Soekarjo.

Dia memperoleh pendidikan di Sekolah Mardisiswo yang berada di Blitar (semacam Taman Siswa yang
dibuat oleh Ki Hajar Dewantara). Sukarni di sekolah itu belajar mengenai nasionalisme melalui Moh.
Anwar yang berasal dari Banyumas, pendiri Mardidiswo sekaligus tokoh pergerakan Indonesia.

Pada 1934, dia berhasil menjadi Ketua Pengurus Besar Indonesia Muda. Sementara itu, Belanda mulai
mencurigainya sebagai anak muda militan. Pada 1936, Belanda melakukan penggerebekan terhadap
para pengurus Indonesia Muda, tetapi dia berhasil kabur dan hidup dalam pelarian selama beberapa
tahun.

Soekarni termasuk dalam golongan muda yang ikut terlibat dalam upaya penculikan Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Selama di Rengasdengklok, keduanya terus didesak untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan, selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus 1945.

Pada akhirnya, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta menyetujui hal tersebut dan dibawa kembali ke Jakarta oleh
Achmad Soebardjo untuk segera mempersiapkan kemerdekaan dengan menyusun naskah
proklamasi.Begitu naskah Silesia dibuat, Ir. Soekarno yang didukung oleh Moh. Hatta mengusulkan agar
semua peserta yang hadir dalam rapat menandatangani teks tersebut. Namun, Soekarni mengusulkan
agar hanya mereka berdua sajalah yang menandatangani naskah proklamasi sebagai wakil dari bangsa
Indonesia. Pada 1961, Soekarni ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia di Peking, RRT (Republik Rakyat
Tiongkok) dan kembali ke tanah air bulan Maret 1964. Konon, dalam pertemuan di Istana Bogor pada
Desember 1964, dia sempat memperingatkan Ir. Soekarno atas sepak terjang PKI.Namun, berlawanan
dengan harapannya, Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) malah dibekukan tahun 1965. Dia dan
para pemimpin Murba lainnya dipenjara. Pada masa Orde Baru, dia dibebaskan dan larangan Murba
dicabut (direhabilitasikan 17 Oktober 1966). Soekarni kemudian ditunjuk sebagai anggota Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) pada 1967, yang menjadi jabatan resmi terakhirnya. Tokoh yang
mendapatkan Bintang Mahaputra Kelas Dua dan Empat ini meninggal dunia pada 7 Mei 1971.
Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara kenegaraan.

6. Sayuti Melik

Sayuti Melik memang tidak menyusun konsep teks proklamasi, apalagi menandatanganinya. Namun
demikian, perannya tak kalah penting. Ia adalah orang yang mengetik teks Proklamasi yang dibacakan
Ir.Soekarno di hadapan rakyat Indonesia. Sayuti Melik memiliki nama lengkap Mohamad Ibnu Sayuti. Ia
lahir di Sleman, Yogyakarta pada 22 November 1908 dan meninggal di Jakarta, di usia 80 tahun,
tepatnya pada 27 Februari 1989. Dalam sejarah Indonesia, Sayuti Melik tercatat sebagai pengetik naskah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain tokoh-tokoh di atas, beberapa nama juga tercatat memiliki peranan yang tak kalah penting dalam
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah B.M. Diah, yang merupakan tokoh yang berperan
sebagai wartawan dalam menyiarkan kabar berita Indonesia Merdeka ke seluruh penjuru tanah air; Latif
Hendraningrat, S. Suhud dan Tri Murti yang menjadi pengibar bendera merah putih pada acara
proklamasi 17 Agustus 1945.Selain itu, ada Frans S. Mendur, yang merupakan wartawan yang menjadi
perekam sejarah lewat gambar-gambar hasil jepretannya pada peristiwa-peristiwa perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia; Syahrudin, seorang telegraphis pada kantor berita Jepang yang
mengabarkan berita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ke seluruh dunia secara sembunyi-
sembunyi; Soewirjo, Gubernur Jakarta Raya yang mengusahakan kegiatan upacara proklamasi dan
pembacaan proklamasi berjalan aman dan lancar; serta tentu saja Fatmawati, ibu negara yang juga
menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
7. Fatmawati

Fatmawati adalah istri ketiga dari presiden Indonesia pertama Ir. Soekarno. Dia menjadi ibu negara
pertama sejak 1945–1967. Dia berjasa dalam kemerdekaan Indonesia sebagai penjahit Bendera Pusaka
Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan ketika upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945. Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera itu dalam kondisi fisiknya
yang cukup rentan karena sedang hamil tua dan sudah waktunya melahirkan anak sulungnya. Bendera
tersebut dijahit dengan berangsur-angsur menggunakan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan
tangan.Fatmawati lahir dari pasangan Hasan Din dan Siti Chadijah, dengan nama Fatimah. Orang tuanya
merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir
Selatan, Sumatra Barat. Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh Muhammadiyah di
Bengkulu. Fatmawati menikah dengan Soekarno pada 1 Juni 1943 dan dikaruniai lima orang putra dan
putri, di antaranya adalah Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri,
Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

Pada 14 Mei 1980, dia meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh
dari Makkah. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak,
Jakarta Pusat.
8. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir dikenal sebagai seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Dia
lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Ayahnya bernama Mohammad Rasad gelar
Maharaja Soetan bin Leman gelar Soetan Palindih Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat dan ibunya
bernama Puti Siti Rabiah yang berasal dari Mandailing Natal, Sumatra Utara. Sjahrir mengenyam
pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) dan sekolah menengah di Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO) yang berada di Medan. Pada 1926, dia selesai sekolah dari MULO dan masuk ke
sekolah lanjutan atas Algemeene Middelbare School (AMS) di Bandung. Dia bergabung dalam Himpunan
Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) di sekolah itu sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor.
Pada 20 Februari 1927, Syahrir termasuk sepuluh orang penggagas pendirian himpunan pemuda
nasionalis, yaitu Jong Indonesië. Perhimpunan itu kemudian berubah nama menjadi Pemuda Indonesia
yang menjadi motor terselenggaranya Kongres Pemuda Indonesia, kongres monumental yang
mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.

mendalami tentang sosialisme. Selain mendalami tentang sosialisme, dia juga aktif dalam Perhimpunan
Indonesia (PI) saat dipimpin oleh Moh. Hatta. Akhir tahun 1931, Syahrir meninggalkan kampusnya untuk
kembali ke tanah air dan terjun dalam pergerakan nasional. Dia segera bergabung dalam organisasi
Partai Nasional Indonesia (PNI) Baru, yang pada Juni 1932 diketuai oleh dirinya sendiri. Setelah
Indonesia merdeka, dia menjadi politikus dan perdana menteri pertama Indonesia. Dia menjabat
sebagai Perdana Menteri Indonesia pertama dengan masa jabatan dari 14 November 1945 hingga 3 Juli
1947, sebagai ketua Partai Sosialis Indonesia (PSI), Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam
Perundingan Linggarjati, dan sebagai Duta Besar Keliling (Ambassador-at-Large) Republik Indonesia.
Syahrir mendirikan PSI pada 1948 sebagai partai alternatif lain yang tumbuh dari gerakan komunis
internasional. Meskipun PSI berhaluan kiri dan mendasarkan pedomannya kepada ajaran Marx-Engels,
dia menentang sistem kenegaraan Uni Soviet. Dia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik
pada 9 April 1966, ketika berumur 57 tahun di Zürich, Swiss. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Sutan Sjahrir ditetapkan sebagai salah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia pada 9 April 1966 melalui Keppres nomor 76 tahun 1966.

Anda mungkin juga menyukai