Anda di halaman 1dari 8

Nama :Nurullathifah

Nis :1814308
Kelas :XI IPA 4

1. Menganalisis riwayat hidup dan peran BM.Diah di sekitar proklamasi.

Riwayat hidup:
Burhanuddin Mohammad Diah (lahir di Kutaraja, yang kini dikenal sebagai Banda
Aceh, 7 April 1917 – meninggal di Jakarta, 10 Juni 1996 pada umur 79 tahun) adalah
seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia.
Burhanuddin Mohammad Diah merupakan Menteri Penerangan Indonesia. Dengan
biografi sebagai berikut.
Masa jabatan:25 Juli 1966 – 17 Oktober 1967
Presiden:Soekarno
Pendahulu:W.J. Rumambi
Masa jabatan:17 Oktober 1967 – 6 Juni 1968
Presiden:Soeharto
Pengganti:Boediarjo
Informasi pribadi
Lahir:7 April 1917 di Banda Aceh, Hindia Belanda
Meninggal dunia:10 Juni 1996 (umur 79) di Jakarta, Indonesia.

Peran:
Peran beliau dimulai dari masa pra kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu,
Beliau ikut hadir menjadi saksi proses penulisan teks Naskah Proklamasi oleh
Soekarno dan Mohammad Hatta di kediaman laksamana Maeda. Kemudian setelah
teks Proklamasi dibacakan oleh Soekarno, beliau mengambil alih dan terlibat
langsung dalam penyiaran dan penyebaran berita kemerdekaan bersama rekan
rekannya secara terus menerus ke seluruh pelosok tanah air dan dunia
menggunakan semua alat komunikasi yang tersedia pada saat itu, contohnya seperti
radio dan surat kabar atas perintah langsung dari Soekarno dan Bung Hatta. Selain
itu, setelah diumumkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Beliau bersama
rekan wartawannya memberanikan diri untu mengangkat senjata dan berusaha
merebut dan mengambil alih percetakan jepang yang bernama " Djawa Shimbun "
dan mereka berhasil menguasainya.
Setelah Indonesia merdeka, beliau diberi kepercayaan oleh Pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia untuk menjadi diplomat / duta besar indonesia untuk
Chekoslovakia, Inggris dan Thailand selama 3 kali berturut turut. Dan setelah
menyelesaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai duta besar, beliau
kemudian kembali diberi kepercayaan untuk menjadi Menteri Penerangan Republik
Indonesia. Pada masa awal revolusi 17 Agustus 1945, beliau juga turut aktif sebagai
Anggota KNIP, Anggota Dewan Nasional, dan Anggota Dewan Penasihat Presiden
Soekarno. Semasa hidupnya, beliau pernah diberikan penghargaan penghargaan
oleh presiden Indonesia ke-2 yakni Soeharto, sebagai bentuk apresiasi untuk kerja
keras dan pengabdian beliau terhadap negara.

2. Menganalisis riwayat hidup dan peran Latief Hendraningrat di sekitar proklamasi.

Riwayat hidup:
Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat (lahir di Jakarta , 15 Februari 1911 –
meninggal di Jakarta, 14 Maret 1983 pada umur 72 tahun) merupakan seorang
prajurit PETA berpangkat Sudanco (komandan Kompi) dan juga pengerek bendera
Sang Saka Merah Putih didampingi oleh Soehoed Sastro Koesoemo, seorang
pemuda dari Barisan Pelopor, pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan
Timur 56, Jakarta Pusat.
Latief Hendraningrat merupakan Komandan SSKAD. Dengan biografi sebagai
berikut.
Masa jabatan:16 April 1958 – 27 Juli 1959
Pendahulu:A.Y. Mokoginta
Pengganti:Suadi Suromihardjo
Informasi pribadi
Lahir:15 Februari 1911 di Batavia, Hindia Belanda
Meninggal dunia:14 Maret 1983 (umur 72) di Jakarta, Indonesia
Hubungan:Raden Mas Djojo Dirono (Bupati Lamongan Ke-21)
Alma mater:PETA
Dinas militer:
● Kekaisaran Jepang (1943—1945)
● Indonesia (1945—1967)
Dinas/cabang:TNI Angkatan Darat
Masa dinas:1943—1967
Pangkat:Brigadir Jenderal TNI
Satuan:Infanteri

Peran:
Latief Hendraningrat tentara PETA berpangkat shodanco mengerek bendera merah
putih untuk pertama kalinya setelah proklamasi. Saat itu Latief berpakaian Perwira
PETA dan menyandang samurai. Tak ada yang memerintahkan Latief, dia hanya
mengambil inisiatif setelah SK Trimurti merasa tidak pantas mengerek bendera.
Dengan tangkas Latief menaikkan bendera merah putih buatan Fatmawati. Bendera
yang dijahit dari seperai berwarna putih dan kain tenda tukang soto berwarna merah
itu menjadi bendera pusaka. Berkibar di atas tiang bendera dari bambu yang dibuat
tergesa-gesa.
Saat menaikkan bendera, Latief dibantu oleh Suhud, seorang anggota barisan
pelopor.

3. Menganalisis riwayat hidup dan peran S.Suhud di sekitar proklamasi.

Riwayat hidup:
S. Suhud atau lengkapnya Suhud Sastro Kusumo, Beliau adalah salah seorang
pengibar bendera pusaka saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, tepatnya sebagai pendamping Latief Hendraningrat. S.Suhud
Pengibar Bendera Pusaka Sewaktu Proklamasi S. Suhud atau lengkapnya Suhud
Sastro Kusumo, lahir tahun 1920 dan meninggal pada tahun 1986.

Peran:
Dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, S. Suhud atau lengkapnya
Suhud Sastro Kusumo, ambil bagian dalam persiapannya sebagai pencari tiang
bendera untuk mengibarkan bendera Pusaka, sekaligus menjadi pengibar bendera
Pusaka sebagai pendamping Latief Hendraningrat.

4. Menganalisis riwayat hidup dan peran Suwiryo di sekitar proklamasi.


Riwayat hidup:
Raden Suwiryo (lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 17 Februari 1903 – meninggal di
Jakarta, 27 Agustus 1967 pada umur 64 tahun) adalah seorang tokoh pergerakan
Indonesia. Ia juga pernah menjadi Wali kota Jakarta dan Ketua Umum PNI. Ia juga
pernah menjadi Wakil Perdana Menteri pada Kabinet
Berikut biografi Raden Suwiryo.
Wali Kota Jakarta Raya ke-1
Masa jabatan:23 September 1945 – November 1947
Presiden:Soekarno
Pengganti:Daan Jahja
Masa jabatan:17 Februari 1950 – 2 Mei 1951
Presiden:Soekarno
Pendahulu:Daan Jahja
Pengganti:Sjamsuridjal
Wakil Perdana Menteri Indonesia ke-6
Masa jabatan:27 April 1951 – 3 April 1952
Presiden:Soekarno
Perdana Menteri:Soekiman Wirjosandjojo
Pendahulu:Hamengku Buwono IX
Pengganti:Prawoto Mangkusasmito
Informasi pribadi
Lahir:17 Februari 1903 di Wonogiri, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal dunia:27 Agustus 1967 (umur 64) di Jakarta, Indonesia
Kebangsaan:Indonesia

Peran:
Ketika kedua pemimpin bangsa ini memproklamirkan kemerdekaan,
Suwiryolah salah seorang yang bertanggung jawab atas terselenggaranya
proklamasi di kediaman Bung Karno. Semula akan diselenggarakan di Lapangan
Ikada (kini Monas) tapi karena balatentara Jepang masih gentayangan dengan
senjata lengkap, maka dipilihlah kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur.
Selain berperan dalam terselenggaranya proklamasi kemerdekaan, Suwiryo dari
PNI pada 17 September 1945 bersama para pemuda, ikut menggerakkan massa
menghadiri rapat raksasa di lapangan Ikada (Monas) untuk mewujudkan tekad rakyat
siap mati untuk mempertahankan kemerdekaan. Rapat raksasa di Ikada ini dihadiri
bukan saja oleh warga Jakarta tapi juga Bogor, Bekasi, dan Karawang.
5. Menganalisis riwayat hidup dan peran Muwardi,Frans Sumarto Mendur,Syahruddin
dan Yusuf Ranadipuro.

● Muwardi

Dr. Muwardi adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Muwardi adalah


seorang dokter lulusan STOVIA. Muwardi dilahirkan di Desa Randukuning, Pati,
Jawa Tengah, Rebo Pahing 30 Januari 1907. Sebagai putera ke-7 dari Mas
Sastrowardojo dan Roepeni, seorang mantri guru. Sebuah kedudukan yang sangat
berwibawa pada zaman itu.Pada tahun 1913 Bapak Sastrowardojo pindah ke Desa
Jakenan untuk mengajar di Sekolah Rakyat Bumi Putera, karena kepintarannya
Muwardi dipindahkan ke HIS (Hollandsch Inlandsche School) di Kudus yaitu sekolah
dasar dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Melihat kepandaian Muwardi dan
rasa sayang jika anaknya sekolah terlalu jauh dari rumah, maka Sastrowardojo
memindahkan Moewardi ke Europesche Lagere School di Pati.
Dr. Muwardi memiliki peran penting pada saat menjelang dikumandangkannya
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika itu ia sudah menjadi ketua
Barisan Pelopor untuk seluruh Jawa. Tanggal 16 Agustus 1945, ia memerintahkan
Barisan Pelopor untuk menjaga Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Monas) yang
rencananya akan digunakan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi. Muwardi
juga membacakan teks pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang disusun oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada peristiwa Madiun dia adalah
salah satu tokoh yang dikabarkan hilang dan diduga dibunuh oleh pemberontak
selain Gubernur Soeryo. Kini namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit
Umum Daerah Surakarta. Namanya juga diabadikan sebagai sebuah nama jalan di
Jakarta.
● Frans Sumarto Mendur
Frans Sumarto Mendur (lahir tahun 1913 – meninggal tahun 1971 pada umur 57/58
tahun) adalah salah satu dari para fotografer yang mengabadikan detik-detik
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Frans Mendur
bersama Alex Mendur, Justus Umbas, Frans "Nyong" Umbas, Alex Mamusung dan
Oscar Ganda, kemudian mendirikan IPPHOS (Indonesia Press Photo Service) pada
2 Oktober 1946.Beliau adalah seorang wartawan yang menjadi perekam sejarah
melalui gambar-gambar hasil bidikannya pada peristiwa-peristiwa perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia bersama rekan-rekannya.
● Syahruddin
Syahruddin adalah seorang telegraphis pada kantor berita Jepang (DOMEI) yang
mengabarkan berita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ke seluruh dunia
secara sembunyi-sembunyi ketika personil Jepang istirahat pada tanggal 17 agustus
1945 jam 4 sore. Ia dengan berani memasuki halaman gedung siaran yang dijaga
oleh Jepang dengan cara memanjat tembok belakang gedung dari jl. Tanah Abang.
Tanpa jasa Syahruddin, maka niscaya berita proklamasi tidak akan cepat
disebarluaskan.
● Yusuf Ranadipuro

Yusuf Ranadipuro (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 30 September 1919 –


meninggal di Jakarta Selatan, 27 Januari 2008 pada umur 88 tahun) adalah duta
besar Indonesia. Pada awalnya ia dikenal sebagai penyiar kemerdekaan Republik
Indonesia secara luas. Selain itu ia pernah menjadi Duta Besar luar biasa Indonesia
di Uruguay, Argentina, dan Chili. Yusuf Ronodipuro dianggap sebagai salah satu
tokoh pahlawan Indonesia karena perannya dalam menyiarkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia bersama F. Wuz ke seluruh dunia saat dia bekerja di Radio
Hoso Kyoku. Dia juga adalah salah satu pendiri dari Radio Republik Indonesia pada
tanggal 11 September 1945, yang masih berdiri sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai