Anda di halaman 1dari 13

Suwiryo

 Nama : Raden Suwiryo


 Lahir : 17 Februari 1903, Wonogiri, Jawa Tengah
 Kebangsaan : Indonesia
 Pendidikan : Rechtshogeschool
 Organisasi : Jong Java, PNI, Jawa Hokokai, Putera, Pertindo
(ikut mendirikan)
Perjuangan
◦ Awal Perjuangan
Pada masa mudanya Suwiryo aktif dalam perhimpunan pemuda Jong Java dan kemudian PNI. Setelah PNI
bubar tahun 1931, Suwiryo turut mendirikan Partindo . Pada zaman kependudukan Jepang, Suwiryo aktif
di Jawa Hokokai dan Putera.

◦ Menjadi Wakil Walikota Jakarta


Proses Suwiryo menjabat sebagai wali kota dimulai pada Juli 1945 pada masa pendudukan Jepang. Kala itu
dia menjabat sebagai wakil wali kota pertama Jakarta, sedangkan yang menjadi wali kota seorang
pembesar Jepang (Tokubetsyu Sityo) dan wali kota kedua adalah Baginda Dahlan Abdullah. Dengan
kapasitasnya sebagai wakil wali kota, secara diam-diam Suwiryo melakukan nasionalisasi pemerintah dan
kekuasaan kota
◦ Peralihan kekuasaan dari Jepang
Pada 10 Agustus 1945, Jepang menyerah pada Sekutu setelah bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki. Berita
takluknya Jepang ini sengaja ditutup-tutupi. Tapi Suwiryo, dengan berani menanggung segala akibat menyampaikan
kekalahan Jepang ini pada masyarakat Jakarta dalam suatu pertemuan. Hingga demam kemerdekaan melanda Ibu Kota,
termasuk meminta Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Perpindahan kekuasaan dari
Jepang dilakukan tanggal 19 September 1945 dan Suwiryo ditunjuk jadi Walikota Jakarta tanggal 23 September 1945.

◦ Setelah proklamasi kemerdekaan


Ketika kedua pemimpin bangsa ini memproklamirkan kemerdekaan, Suwiryo-lah salah seorang yang bertanggungjawab
atas terselenggaranya proklamasi di kediaman Bung Karno. Semula akan diselenggarakan di Lapangan Ikada (kini Monas)
tapi karena balatentara Jepang masih gentayangan dengan senjata lengkap, dipilih di kediaman Bung Karno. Rapat Raksasa
di Lapangan IKADA Suwiryo dari PNI pada 17 September 1945 bersama para pemuda ikut menggerakkan massa rakyat
menghadiri rapat raksasa di lapangan Ikada (Monas) untuk mewujudkan tekad bangsa Indonesia siap mati untuk
mempertahankan kemerdekaan. Rapat raksasa di Ikada ini dihadiri bukan saja oleh warga Jakarta tapi juga Bogor, Bekasi,
dan Karawang. Ditangkap NICA Ketika pasukan Sekutu mendarat yang didomplengi oleh pasukan NICA (Nederlands
Indies Civil Administration), pada awal 1946, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden, Hatta hijrah ke Yogyakarta. Suwiryo
yang tetap berada di Jakarta menginstruksikan kepada semua pegawai pamongpraja agar tetap tinggal di tempat
menyelesaikan tugas seperti biasa. Pada 21 Juli 1947 saat Belanda melancarkan aksi militernya, Suwiryo diculik oleh
pasukan NICA di kediamannya di kawasan Menteng pada pukul 24.00 WIB. Selama lima bulan dia disekap di daerah Jl
Gajah Mada, dan kemudian (Nopember 1947) diterbangkan ke Semarang untuk kemudian ke Yogyakarta.
◦ Perjuangan di Jogja
Di kota perjuangan, wali kota pertama Jakarta ini disambut besar-besaran oleh Panglima Besar Sudirman yang datang ke
stasion Tugu. Di sana Suwiryo ditempatkan di Kementrian Dalam Negeri RI sebagai pimpinan Biro Urusan Daerah
Pendudukan (1947-1949). Pada September 1949, Suwiryo kembali ke Jakarta sebagai wakil Pemerintah RI pada Republik
Indonesia Serikat (RIS).
◦  Setelah Perang Kemerdekaan
Pada 17 Februari 1950 Presiden RIS, Sukarno mengangkatnya kembali sebagai Walikota Jakarta Raya. Pada 2 Mei 1951,
Suwiryo diangkat jadi Wakil PM dalam Kabinet Sukiman- Suwirjo (April 1951 - April 1952). Jabatan wali kota diganti
oleh Syamsurizal (Masyumi). Setelah berhenti menjadi Wakil PM, kemudian Suwiryo diperbantukan beberapa saat di
Kementrian Dalam Negri. Setelah itu Suwiryo menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Umum merangkap Presiden
Komisaris Bank Industri Negara (BIN) yang kemudian dikenal dengan Bapindo. Suwiryo meninggalkan dunia perbankan
setelah terpilih menjadi Ketua Umum PNI. Lepas dari kegiatan partai, Suwiryo menjadi anggota MPRS dan kemudian
menjadi anggota DPA.
dr. Muwardi
 Nama : Muwardi
 Lahir : 30 Januari 1907, Pati, Jawa Tengah
 Kebangsaan : Indonesia
 Pendidikan : STOVIA, pendidikan Spesialisasi Telinga Hidung
Tenggorokan (THT)
Moewardi merupakan ketua Barisan Pelopor tahun 1945 di Surakarta dan terlibat dalam peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam
acara tersebut, ia juga turut memberikan sambutan setelah Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu.
Di Solo, dr.Muwardi mendirikan sekolah kedokteran dan membentuk gerakan rakyat untuk melawan aksi-aksi PKI. Pada peristiwa
Madiun dia adalah salah satu tokoh yang dikabarkan hilang dan diduga dibunuh oleh pemberontak selain Gubernur Soeryo.
Kini namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta. Namanya juga diabadikan sebagai sebuah nama jalan di
jakartaDr Muwardi (1907-1948)
13 September yang patut dikenang Alkisah pada tahun 1930 di daerah Tanah abang Jakarta ada seorang lelaki bernama Muwardi, yang
terkenal sebagai Dokter Muwardi atau biasa disebut Dokter Gembel. Karena dokter itu senang bergaul dengan gembel daripada
golongan atas.
Golongan masyarakat yang kebanyakan sangat miskin sekaligus orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan. Pernah karena
diminta pertolongan untuk mengobati seorang gembel yang tinggal jauh dalam kampung dengan gang becek dan berlumpur yang hanya
kering saat hujan reda.Meskipun hanya gembel, namun gembel tersebut adalah orang yang mempunyai rasa perikemanusiaan yang
luhur.
Dia memandangi pakaian Muwardi yang masih bersih tak bernoda sedikit pun, “baru ganti itu !”, pikirnya. Sayang kalau ia harus jalan
di lumpur. Air kotor dan lumpurnya tentu akan segera melekat pada sepatu dan celananya. “Tidak !”. “Jangan !” “Pak dokter harus tetap
bersih, agar dapat segera mengunjungi orang sakit lainnya,” Akhirnya mau tidak mau, Muwardi digendong oleh si gembel. Sehingga
Muwardi digendong di punggung si gembel dari jalan besar hingga ke rumah si sakit.
Demikian pula pulangnya kembali ke mobil. Begitulah kecintaan rakyat gembel kepadanya. Setiap kalender menunjuk tanggal 13
September, itu adalah tanggal yang patut dikenang oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab pada tanggal 13 September 1930 oleh
prakarsa seorang pemuda Muwardi lahirlah kepanduan baru di Jakarta, sebagai penjelmaan dari bersatunya tiga organisasi kepanduan
di Indonesia yaitu Pandu Kebangsaan, Pandu Pemuda Sumatra dan Indonesische Nationaal Padvinders Organisatie.
Sutan Syahrir
 Nama : Sutan Syahrir
 Lahir : 5 Maret 1909, Kota Padang Panjang
 Kebangsaan : Indonesia
 Pendidikan : ELS, MULO, AMS, Fakultas Hukum Universitas
Amsterdam
 Organisasi :
Peranan yang dimiliki oleh Sutan Syahrir dalam persiapan kemerdekaan Indonesia adalah melakukan
kegiatan penculikan bertujuan untuk menculik Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta dikarenakan Sutan
Syahrir telah mengetahui kekalahan Jepang dengan cara mendengar berita yang berasal dari stasiun radio
yang berasla dari luar negeri. Kemudian ia bersama dengan rekan-rekannya membawa Ir. Soekarno dan
Mohammad Hatta ke wilayah Rengasdengklok dengan tujuan untuk mempercepat kemerdekaan dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan oleh Sutan Syahrir tersebut berguna untuk melakukan pemaksaan guna
menyegerakan kemerdekaan yang dimiliki oleh Indonesia. Akan tetapi, dalam kegiatan tersebut pula
terdapat penolakan yang dilakukan oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta dikarenakan mereka ingin
mendapatkan info dari Jepang terlebih dahulu ketika akan melakukan pelaksanaan kemerdekaan di
Indonesia sesuai dengan prosedur yang
Frans Soemarto
Mendur
 Nama : Frans Soemarto Mendur
 Lahir : 16 April 1913 Kawangkoan, Sulawesi Utara
 Kebangsaan : Indonesia
 Pendidikan :
◦ Frans Soemarto Mendur (lahir tahun 1913 – meninggal tahun 1971 pada umur 57/58 tahun) adalah salah
satu dari para fotografer yang mengabadikan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 1945. Bersama saudara kandungnya, Alex Mendur, mereka turut mengabadikan persitiwa
bersejarah ini[butuh rujukan].

◦ Frans Mendur bersama Alex Mendur, Justus Umbas, Frans “Nyong” Umbas, Alex Mamusung dan Oscar
Ganda, kemudian mendirikan IPPHOS (Indonesia Press Photo Service) pada 2 Oktober 1946.
◦ Peran :

◦ Sebagai fotografer pengabadi detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
bersama abangnya yang bernama Alexius Impurung Mendur.
◦ Mengabadikan peristiwa penting sekitar proklamasi yang terdiri dari tiga foto dari tiga frame film yang
tersisa. Foto tersebut meliputi :
◦ Foto pertama, Soekarno membaca teks proklamasi.
◦ Foto kedua, pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat, anggota PETA
◦ Foto ketiga, suasana upacara dan para pemuda yang menyaksikan pengibaran bendera.
◦ Bergabung dengan IPPHOS (Indonesia Press Photo Services).

Anda mungkin juga menyukai