proklamator kemerdekaan Indonesia. Ir. Soekarno lahir dengan nama Koesno Sosrodiharjo.
Tanggal lahir Soekarno yaitu pada 6 Juni 1901 dimana ia lahir di kota Surabaya. Soekarno wafat
di Jakarta tanggal 21 Juni 1970 pada usia yang ke 69 tahun. Lantas siapa sebenarnya Soekarno
dan apa perannya bagi Republik Indonesia? Kami akan tampilkan profil biodata dan biografi
Soekarno lengkap beserta perjalanan hidup dan riwayat hidup Soekarno semasa hidupnya.
Biografi Soekarno
Soekarno merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah negara Indonesia, dan bahkan juga
di dunia. Ia menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tanggal 17 Agustus
1945, yang kini diperingati sebagai hari kemerdekaan Indonesia. Soekarno menjabat
sebagai presiden Republik Indonesia dimana masa jabatan presiden Soekarno yaitu sejak tahun
1945 hingga tahun 1966. Ia bersama dengan wakil presidennya saat itu, Mohammad Hatta
disebut sebagai pahlawan proklamator.
Biodata Soekarno
Berikut ini merupakan biodata Ir Soekarno lengkap meliputi nama asli, tempat tanggal lahir,
tanggal meninggal, agama dan profesinya.
Kebangsaan : Indonesia
Profesi : Tokoh politik, insinyur
Agama : Islam
Keluarga Soekarno
Soekarno lahir dengan nama Kusno Sosrodihardjo di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901, disaat
Indonesia masih dijajah oleh negeri Belanda. Ayah Soekarno bernama Raden Soekemi
Sosrodihardjo sedangkan Ibu Soekarno bernama Ida Ayu Nyoman Rai.
Namun karena sewaktu kecil ia sering sakit, maka orangtuanya kemudian mengubah namanya
dari awalnya Kusno Sosrodihardjo menjadi Soekarno saat ia berusia 5 tahun. Nama ini kemudian
berubah ejaan menjadi Sukarno, namun orang-orang masih mengenalnya dengan ejaan
Soekarno.
Pendidikan Soekarno
Saat kecil, Soekarno bersekolah Europeesche Lagere School (setingkat SMP) di Mojokerto sejak
tahun 1912. Ia kemudian melanjutkan studi di sekolah Hogere Burgerschool (setingkat SMA) di
kota Surabaya pada tahun 1916.
Pada tahun 1926, Soekarno menamatkan pendidikan kuliahnya, di jurusan Teknik Sipil di
perguruan tinggi Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia kemudian mendapatkan gelar insinyur dan
mulai dikenal dengan sebutan Ir Soekarno.
Karirnya di dunia politik dimulai ketika ia bergabung dengan organisasi pemuda Jong Java. Ia
termasuk aktif di organisasi dan mencetuskan beberapa ide yang menentang Belanda, termasuk
mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Hal ini membuat Soekarno beberapa kali ia
ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda.
Tahun 1938 hingga 1942, ia diasingkan ke Bengkulu sebelum dibebaskan saat masa penjajahan
Jepang. Sejak tahun 1942, Belanda tidak lagi menjajah Indonesia. Sebagai gantinya, Jepang lah
yang menjajah Indonesia. Soekarno dan tokoh-tokoh Indonesia lain sempat diajak kerja sama
oleh Jepang.
Sejak tahun 1943, Soekarno mulai aktif dalam tahap persiapan kemerdekaan Indonesia, seperti
perumusan rancangan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Persiapan
kemerdekaan Indonesia juga terjadi berkat andil beberapa komite seperti BPUPKI, Panitia
Sembilan dan PPKI.
Setelah melalui perundingan, akhirnya pada 17 Agustus 1945 terjadi peristiwa proklamasi
kemerdekaan yang menandakan bahwa Indonesia telah merdeka. Soekarno sendiri yang
menyusun dan kemudian membacakan naskah proklamasi di depan kediamannya, di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta pada pukul 10.00 WIB.
Soekarno kemudian ditunjuk sebagai presiden pertama Republik Indonesia pada tanggal 18
Agustus 1945 dan Mohammad Hatta sebagai wakil presidennya. Ia dianggap sebagai tokoh
paling pantas sebagai presiden RI, apalagi perannya yang besar bagi kemerdekaan Indonesia
sebagai tokoh proklamator.
Selama menjabat sebagai presiden, Soekarno dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani. Ia
juga dikenal berkat pidato-pidato nya yang terkenal. Ia juga sering memberikan ide kepada dunia
internasional, termasuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di kota Bandung.
Di era 60-an, situasi politik Indonesia menjadi tak menentu. Munculnya Gerakan 30 September
PKI atau G30S PKI pada tahun 1965 membuat situasi negeri menjadi memanas. Pada tahun itu
juga, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditandatangani oleh
Soekarno, yang memerintahkan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu
guna mengamankan pemerintahan.
Pada tanggal 20 Februari 1967, Soekarno menandatangani surat pernyataan kekuasaan di Istana
Merdeka ke Soeharto yang mengakhiri jabatannya sebagai presiden Indonesia. Ia kemudian
meninggal pada tanggal 21 Juni 1970.
Soekarno pun dikenal sebagai founding fathers Indonesia. Namanya kemudian banyak
diabadikan ke berbagai objek dan tempat, seperti nama jalan, stadion hingga bandara. Soekarno
juga diresmikan sebagai pahlawan proklamator Indonesia.
Istri Soekarno
Semasa hidupnya, Soekarno beberapa kali menikah. Terdapat 9 wanita yang pernah menikah dan
menjadi istri Soekarno. Beriku tmerupakan nama nama istri Soekarno sepanjang perjalanan
hidup Ir Soekarno selengkapnya.
Fatmawati (1943-1960)
Hartini (1954-1970)
Haryati (1963-1966)
Soekarno total memiliki 10 orang anak dari beberapa istrinya. Berikut merupakan semua nama
anak anak Soekarno termasuk presiden Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Soekarno
Presiden Indonesia ke-1
Masa jabatan
18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967
Perdana Daftar[tampilkan]
Menteri
Pengganti Soeharto
Pengganti Soeharto
(Ketua Presidium Kabinet)
Informasi pribadi
Kebangsaan Indonesia
Pasangan Oetari (1921–1923)
Inggit Garnasih (1923–1943)
Fatmawati (1943–1956)
Hartini (1952–1970)
Kartini Manoppo (1959–1968)
Ratna Sari Dewi (1962–1970)
Haryati (1963–1966)
Yurike Sanger (1964–1968)
Heldy Djafar (1966–1969)
Dari Fatmawati[tampilkan]
Dari Hartini[tampilkan]
Dari Ratna[tampilkan]
Dari Haryati[tampilkan]
Profesi Insinyur
Politikus
Tanda tangan
MENU
0:00
Daftar isi
1Nama
1.1Achmed Soekarno
2Kehidupan
2.2Sebagai arsitek
2.2.1Pekerjaan
2.3Silsilah keluarga
3Kiprah politik
3.4Masa kemerdekaan
3.5Masa marabahaya
3.5.1Granat Cikini
3.5.3Pencegatan Rajamandala
3.5.4Granat Makassar
3.5.7Granat Cimanggis
3.5.8Upaya pembunuhan karakter
3.7Masa keterpurukan
5Peninggalan
6Penghargaan
6.2Lain-lain
7Karya tulis
8Pidato
9Budaya populer
9.1Buku
9.2Lagu
10Catatan
11Galeri
12Referensi
13Lihat pula
14Pranala luar
Nama
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri
menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda)
[7]:32. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan
tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah
berumur 50 tahun[7]:32. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.
Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini
terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan
bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?"[butuh rujukan]karena mereka tidak mengerti
kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak
memiliki nama keluarga.
Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.
[8] Dalam beberapa versi lain,[butuh rujukan] disebutkan pemberian nama Achmed di depan
nama Soekarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan
misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh
negara-negara Arab.
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (terjemahan Syamsu Hadi. Ed.
Rev. 2011. Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9)
halaman 32 dijelaskan bahwa namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam masyarakat
Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu kata.
Kehidupan
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti
orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.[5] Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno
ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.[9] Kemudian pada Juni 1911 Soekarno
dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS)untuk memudahkannya diterima di Hogere
Burger School (HBS).[5] Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS
dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.[5] Ia dapat diterima di HBS atas
bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.[5] Tjokroaminoto
bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.[5] Di Surabaya,
Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin
Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.
[5]Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk
sebagai organisasi dari Budi Utomo.[5] Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti
menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.[5] Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di
harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.[9]
Soekarno bersama mahasiswa pribumi TH Bandung tahun 1923. Baris belakang dari kiri ke
kanan: M. Anwari, Soetedjo, Soetojo, Soekarno, R. Soemani, Soetono/Soetoto(?), R. M.
Koesoemaningrat, Djokoasmo, Marsito. Duduk di depan: Soetono/Soetoto(?), M. Hoedioro,
Katamso.
Sebagai arsitek
Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitekalumni
dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil
jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926. [note 3] [note 4] [13]
Pekerjaan
Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan
rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun
rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau
dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada
tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss.
Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik
dan menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka.[15]
Masjid Istiqlal 1951
Monumen Nasional 1960
Gedung Conefo [16]
Gedung Sarinah [16]
Wisma Nusantara [16]
Hotel Indonesia 1962 [17]
Patung Dirgantara[17]
Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek,
Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar
membuat bangunan untuk melakukan sa’imenjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai.
Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada
tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi
dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf [13]
Silsilah keluarga
[tampilkan]
Kiprah politik
Soekarno tampil pertama kali pada kulit muka majalah Time tanggal 23 Desember 1946 Vol.
XLVIII No. 26, ilustrasi karya Boris Chaliapin untuk media asal Amerika tersebut
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Javacabang
Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya
memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang
diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato
menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit
dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan
bukan dalam bahasa Belanda.[18]
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC)[note 5][20] di Bandung
yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo.[5] Organisasi
ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.[11] Aktivitas
Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di
Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada
tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskindan di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember
1930 ia membacakan pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan
kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan
pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan
ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya
tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan
Islam bernama Ahmad Hasan.
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942–1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan
tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia.
Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu
populer.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang
sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan
Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi
negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala
pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,
sistem pemerintahan berubah menjadi semi presidensiil atau double executive. Presiden
Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala
Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat
pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik
Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden
Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat
Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad
Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada
kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-
Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat
menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan
Kunjungan Presiden Soekarno ke Amerika pada 1961 yang disambut oleh Presiden John F.
Kennedy
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat
dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet
yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang memercayai
sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut
turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh
bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan
Udara.
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden
Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di
antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika
Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (Tiongkok).
Masa marabahaya
Granat Cikini
Pada 9 Maret 1960, Tepat siang bolong Istana presiden dihentakkan oleh ledakan yang berasal
dari tembakan kanon 23 mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel Maukar. Maukar adalah
Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta. Kanon yang dijatuhkan Maukar menghantam pilar
dan salah satunya jatuh tak jauh dari meja kerja Soekarno. Untunglah Soekarno tak ada di situ.
Soekarno tengah memimpin rapat di gedung sebelah Istana Presiden. Maukar sendiri membantah
ia mencoba membunuh Soekarno. Aksinya hanya sekadar peringatan. Sebelum menembak Istana
Presiden, dia sudah memastikan tak melihat bendera kuning dikibarkan di Istana – tanda presiden
ada di Istana. Aksi ini membuat 'Tiger', call sign Maukar, harus mendekam di bui selama 8
tahun.[21]
Pencegatan Rajamandala
Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno tengah berada di Makassar. Malam itu, ia akan
menghadiri acara di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat melewati jalan
Cendrawasih, seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai mobil lain.
Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya divonis
hukuman mati.[21]
Pada 14 Mei 1962, Bachrum sangat senang ketika berhasil mendapatkan posisi duduk pada saf
depan dalam barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno, dia
mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong lalu diarahkan ke tubuh Soekarno.
Dalam sepersekian detik ketika tersadar, arah pun melenceng, dan peluru meleset dari tubuh
Soekarno, menyerempet Ketua DPR GR KH Zainul Arifin. Haji Bachrum divonis hukuman
mati, namun kemudian dia mendapatkan grasi.[21]
Pada 1960-an, Presiden Soekarno dalam kunjungan kerja ke Sulawesi. Saat berada dalam
perjalanan keluar dari Lapangan Terbang Mandai, sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah
Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung Karno, tetapi ternyata meleset jauh. Soekarno sekali
lagi, selamat.[21]
Granat Cimanggis
Presiden Soekarno dan Dr.J. Leimena bernyanyi bersama para artis ibukota pada Resepsi
Peringatan HUT ke-21 Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Bogor.
"Kesuksesan itu menginspirasi para pejabat CIA membuat langkah lebih jauh lagi. Mereka
berniat memproduksi film porno Soekarno dengan seorang wanita pirang yang dibuat seolah-
olah pramugari Rusia itu," tulis Blum mengutip pengakuan mantan agen CIA, Joseph Burkholder
Smith, yang menulis buku Portrait of a Cold Warrior. Kepala Kepolisian Los Angeles sampai
turun tangan mencari pria berkulit gelap yang sedikit botak dan wanita pirang yang cantik. Tak
ada yang mirip Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang mirip Soekarno kemudian dikirim
ke Los Angeles. Bintang porno disuruh memakai topeng Soekarno selama beradegan mesum.
CIA merekam dan mengambil foto-foto adegan biru tersebut.[22]
Menurut Kenneth J. Conboy dan James Morrison dalam Feet to the Fire: CIA Covert Operations
in Indonesia, 1957–1958, film porno itu dikerjakan di studio Hollywood yang dioperasikan Bing
Crosby dan saudaranya. Film ini dimaksudkan sebagai bahan bakar tuduhan bahwa Soekarno
(diperankan pria Chicano) mempermalukan diri dengan meniduri agen Soviet (diperankan
perempuan pirang Kaukasia) yang menyamar sebagai pramugari maskapai penerbangan. “Proyek
ini menghasilkan setidaknya beberapa foto, meski tampaknya tak pernah digunakan,” tulis
William Blum dalam Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II.[23]
Namun foto-foto itu akhirnya tak jadi disebarluaskan. Banyak versi kenapa CIA batal
menyebarkan adegan mesum itu. Sebagian peneliti menilai kampanye hitam seperti itu tak
mempan untuk menjatuhkan Soekarno. Apalagi ada mitos yang percaya jika seorang laki-laki
"gagah" dan "berkuasa", maka dirasa sah-sah saja berhubungan dengan banyak wanita, terutama
mengingat bahwa raja-raja di Nusantara pun dulu memiliki banyak istri dan selir.[22] Nasib
akhir dari film yang berjudul Happy Days pada akhirnya tak pernah dilaporkan.[23]
Pada masa pra maupun paska kemerdekaan, Indonesia terjepit pada dua blok negara Adi Kuasa
dengan ideologi yang bertentangan satu sama lain. Blok kapitalis yang dikomandoi Amerika dan
sekutu di satu sisi, dan blok kiri yang diperebutkan antara poros Rusia dan Tiongkok. Amerika
melakukan kebijakan embargo terhadap Indonesia karena menilai kecenderungan Soekarno
dekat dengan blok rival. Amerika tidak dapat berkutik ketika Allen Lawrence Pope, agen Central
Intelligence Agency tertangkap tangan. Tawar-menawar penangkapan Allen Pope, Amerika
Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk
menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu
setelah diplomasi tingkat tinggi antara John F. Kennedy dengan Soekarno.[24] Sementara Rusia
menerapkan embargo militer terhadap Indonesia karena genosida terhadap elemen kiri,
orang Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965–1967.[25] Indonesia sendiri terjepit di antara
geopolitik Asia Tenggara, Malaysia yang dianggap Soekarno adalah negara boneka Inggris, juga
Singapura yang memisahkan diri sebagai negara baru pada 9 Agustus 1965. Soekarno
mengumumkan sikap konfrontatif terhadap pembentukan negara federasi Malaysia pada Januari
1963. Sehingga pada 1964–1965 negara federasi Malaysia yang dideklarasikan 16 September
1963 tersebut diembargo Soekarno.[26] Singapura membuka keran kerja sama dan berusaha
dengan segala cara untuk mempertahankan perdagangan dengan Indonesia meski telah diboikot
dan diembargo. Hal ini dianggap merugikan aspek ekonomi bagi Singapura akibat konfrontasi
tersebut.[27]
Masa keterpurukan
Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin
memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada
jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat
meninggalnya.
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka
Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno".[9]:247-251 Prangko
yang diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah Putihserta
menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik
Indonesia.[9] Prangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno
pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di
perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga
memiliki nominal Rp900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI.
Prangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal
Rp1000. Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta
set oleh Perum Peruri.[9]Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima
macam kemasan prangko, album koleksi prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster
Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.[9]
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan
tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan
penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, kompleks
olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan
Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang
Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.[31]
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan
benda-benda seni maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia.[33] Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri
Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu
Soekarnoputra, dan Kartika Sari Dewi Soekarno.[33] Pada tahun 2003, Yayasan Bung Karno
membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.[9] Di stan tersebut ditampilkan video pidato
Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930
serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.[9] Selain memperlihatkan video dan foto,
berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut.[9] Di antaranya adalah kaus, jam emas,
koin emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.[9]
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan
Soekarno.[9] Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan
Udara Sedang.[9] Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan
Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor.[9] Benda-benda
tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register
emas JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta
plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah.[9] Selain itu
terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi
di BankSwiss dan Bank Netherland.[9] Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso
bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.[34]