Anda di halaman 1dari 25

Biografi Soekarno - Soekarno merupakan presiden pertama Indonesia dan dikenal sebagai tokoh

proklamator kemerdekaan Indonesia. Ir. Soekarno lahir dengan nama Koesno Sosrodiharjo.
Tanggal lahir Soekarno yaitu pada 6 Juni 1901 dimana ia lahir di kota Surabaya. Soekarno wafat
di Jakarta tanggal 21 Juni 1970 pada usia yang ke 69 tahun. Lantas siapa sebenarnya Soekarno
dan apa perannya bagi Republik Indonesia? Kami akan tampilkan profil biodata dan biografi
Soekarno lengkap beserta perjalanan hidup dan riwayat hidup Soekarno semasa hidupnya.

Biografi Soekarno

Soekarno merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah negara Indonesia, dan bahkan juga
di dunia. Ia menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tanggal 17 Agustus
1945, yang kini diperingati sebagai hari kemerdekaan Indonesia. Soekarno menjabat
sebagai presiden Republik Indonesia dimana masa jabatan presiden Soekarno yaitu sejak tahun
1945 hingga tahun 1966. Ia bersama dengan wakil presidennya saat itu, Mohammad Hatta
disebut sebagai pahlawan proklamator.

Biodata Soekarno

Berikut ini merupakan biodata Ir Soekarno lengkap meliputi nama asli, tempat tanggal lahir,
tanggal meninggal, agama dan profesinya.

Nama lengkap : Kusno Sosrodihardjo


Tempat lahir : Surabaya, Hindia Belanda
Tanggal lahir : 6 Juni 1901
Tempat meninggal : Jakarta, Indonesia
Tanggal meninggal : 21 Juni 1970

Kebangsaan : Indonesia
Profesi : Tokoh politik, insinyur
Agama : Islam

Keluarga Soekarno

Soekarno lahir dengan nama Kusno Sosrodihardjo di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901, disaat
Indonesia masih dijajah oleh negeri Belanda. Ayah Soekarno bernama Raden Soekemi
Sosrodihardjo sedangkan Ibu Soekarno bernama Ida Ayu Nyoman Rai.

Namun karena sewaktu kecil ia sering sakit, maka orangtuanya kemudian mengubah namanya
dari awalnya Kusno Sosrodihardjo menjadi Soekarno saat ia berusia 5 tahun. Nama ini kemudian
berubah ejaan menjadi Sukarno, namun orang-orang masih mengenalnya dengan ejaan
Soekarno. 

Pendidikan Soekarno

Saat kecil, Soekarno bersekolah Europeesche Lagere School (setingkat SMP) di Mojokerto sejak
tahun 1912. Ia kemudian melanjutkan studi di sekolah Hogere Burgerschool (setingkat SMA) di
kota Surabaya pada tahun 1916.

Pada tahun 1926, Soekarno menamatkan pendidikan kuliahnya, di jurusan Teknik Sipil di
perguruan tinggi Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia kemudian mendapatkan gelar insinyur dan
mulai dikenal dengan sebutan Ir Soekarno.

Riwayat Hidup Soekarno

Karirnya di dunia politik dimulai ketika ia bergabung dengan organisasi pemuda Jong Java. Ia
termasuk aktif di organisasi dan mencetuskan beberapa ide yang menentang Belanda, termasuk
mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Hal ini membuat Soekarno beberapa kali ia
ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda.

Tahun 1938 hingga 1942, ia diasingkan ke Bengkulu sebelum dibebaskan saat masa penjajahan
Jepang. Sejak tahun 1942, Belanda tidak lagi menjajah Indonesia. Sebagai gantinya, Jepang lah
yang menjajah Indonesia. Soekarno dan tokoh-tokoh Indonesia lain sempat diajak kerja sama
oleh Jepang.

Sejak tahun 1943, Soekarno mulai aktif dalam tahap persiapan kemerdekaan Indonesia, seperti
perumusan rancangan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Persiapan
kemerdekaan Indonesia juga terjadi berkat andil beberapa komite seperti BPUPKI, Panitia
Sembilan dan PPKI.

Tanggal 16 Agustus 1945, terjadi peristiwa Rengasdengklok, dimana golongan pemuda


'menculik' dan membujuk golongan tua yang diwakili oleh Soekarno dan Hatta, untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hal ini juga dilandasi oleh kekalahaan Jepang oleh
sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. 

Setelah melalui perundingan, akhirnya pada 17 Agustus 1945 terjadi peristiwa proklamasi
kemerdekaan yang menandakan bahwa Indonesia telah merdeka. Soekarno sendiri yang
menyusun dan kemudian membacakan naskah proklamasi di depan kediamannya, di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta pada pukul 10.00 WIB. 

(baca juga biografi BJ Habibie)

Masa Jabatan Presiden Soekarno

Soekarno kemudian ditunjuk sebagai presiden pertama Republik Indonesia pada tanggal 18
Agustus 1945 dan Mohammad Hatta sebagai wakil presidennya. Ia dianggap sebagai tokoh
paling pantas sebagai presiden RI, apalagi perannya yang besar bagi kemerdekaan Indonesia
sebagai tokoh proklamator.

Selama menjabat sebagai presiden, Soekarno dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani. Ia
juga dikenal berkat pidato-pidato nya yang terkenal. Ia juga sering memberikan ide kepada dunia
internasional, termasuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di kota Bandung.

Di era 60-an, situasi politik Indonesia menjadi tak menentu. Munculnya Gerakan 30 September
PKI atau G30S PKI pada tahun 1965 membuat situasi negeri menjadi memanas. Pada tahun itu
juga, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditandatangani oleh
Soekarno, yang memerintahkan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu
guna mengamankan pemerintahan. 

Pada tanggal 20 Februari 1967, Soekarno menandatangani surat pernyataan kekuasaan di Istana
Merdeka ke Soeharto yang mengakhiri jabatannya sebagai presiden Indonesia. Ia kemudian
meninggal pada tanggal 21 Juni 1970.

Soekarno pun dikenal sebagai founding fathers Indonesia. Namanya kemudian banyak
diabadikan ke berbagai objek dan tempat, seperti nama jalan, stadion hingga bandara. Soekarno
juga diresmikan sebagai pahlawan proklamator Indonesia.
Istri Soekarno

Semasa hidupnya, Soekarno beberapa kali menikah. Terdapat 9 wanita yang pernah menikah dan
menjadi istri Soekarno. Beriku tmerupakan nama nama istri Soekarno sepanjang perjalanan
hidup Ir Soekarno selengkapnya.

Oetari Tjokroaminoto (1920-1923)

Inggit Garnasih (1923-1943)

Fatmawati (1943-1960)

Hartini (1954-1970)

Kartini Manoppo (1959-1968)

Ratna Sari Dewi (1962-1970)

Haryati (1963-1966)

Yurike Sanger (1964-1968)

Heldy Djafar (1966-1969)

Anak Anak Soekarno

Soekarno total memiliki 10 orang anak dari beberapa istrinya. Berikut merupakan semua nama
anak anak Soekarno termasuk presiden Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri.

Guntur Sukarnoputra (dari Fatmawati)

Megawati Sukarnoputri (dari Fatmawati)

Rachmawati Sukarnoputri (dari Fatmawati)

Sukmawati Sukarnoputri (dari Fatmawati)

Guruh Sukarnoputra (dari Fatmawati)

Taufan Sukarnoputra (dari Hartini)


Bayu Sukarnoputra (dari Hartini)

Karina Kartika Sari Dewi (dari Ratna Sari Dewi)

Ayu Gembirowati (dari Haryati)

Totok Suryawan Sukarnoputra (dari Kartini Manoppo)


Soekarno

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigationJump to search

Soekarno

Presiden Indonesia ke-1

Masa jabatan
18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967

Perdana Daftar[tampilkan]
Menteri

Wakil Presiden Mohammad Hatta (1945–1956)

Pendahulu Tidak ada, jabatan baru

Pengganti Soeharto

Perdana Menteri Indonesia ke-11


Masa jabatan
9 Juli 1959 – 25 Juli 1966

Pendahulu Djuanda Kartawidjaja

Pengganti Soeharto
(Ketua Presidium Kabinet)

Informasi pribadi

Lahir Koesno Sosrodihardjo


6 Juni 1901
 Surabaya, Jawa Timur, Hindia
Belanda

Meninggal 21 Juni 1970 (umur 69)


dunia  Jakarta, Indonesia

Kebangsaan  Indonesia

Partai politik Partai Nasional Indonesia

Pasangan Oetari (1921–1923) 
Inggit Garnasih (1923–1943) 
Fatmawati (1943–1956) 
Hartini (1952–1970) 
Kartini Manoppo (1959–1968) 
Ratna Sari Dewi (1962–1970) 
Haryati (1963–1966) 
Yurike Sanger (1964–1968) 
Heldy Djafar (1966–1969)

Anak Dari Inggit[tampilkan]

Dari Fatmawati[tampilkan]

Dari Hartini[tampilkan]

Dari Ratna[tampilkan]

Dari Haryati[tampilkan]

Dari Kartini Manoppo[tampilkan]


Orang tua Soekemi Sosrodihardjo

Ida Ayu Nyoman Rai

Profesi Insinyur
Politikus

Tanda tangan

Pidato Soekarno pada peringatan Maulud Nabi Muhammad S.A.W

MENU

0:00

Pidato Soekarno pada peringatan Maulud Nabi Muhammad S.A.W

Problems playing this file? See media help.

Soekarno di Konferensi Asia-Afrika

Dr.(H.C.) Ir. H. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir


di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun)
[note 1][note 2] adalah Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945–
1967.[5]:11, 81 Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda.[6]:26-32 Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus1945. Soekarno adalah yang
pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia
sendiri yang menamainya.[6]

Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang


isinya —berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat—
menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan
institusi kepresidenan.[6] Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk
di parlemen.[6]Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari
jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto
menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.[6]

Daftar isi

1Nama

1.1Achmed Soekarno

2Kehidupan

2.1Masa kecil dan remaja

2.2Sebagai arsitek

2.2.1Pekerjaan

2.2.2Pengaruh terhadap karya arsitektur

2.3Silsilah keluarga

3Kiprah politik

3.1Masa pergerakan nasional

3.2Masa penjajahan Jepang

3.3Masa Perang Revolusi

3.4Masa kemerdekaan

3.5Masa marabahaya

3.5.1Granat Cikini

3.5.2Penembakan Istana Presiden

3.5.3Pencegatan Rajamandala

3.5.4Granat Makassar

3.5.5Penembakan Idul Adha

3.5.6Penembakan mortir Kahar Muzakar

3.5.7Granat Cimanggis
3.5.8Upaya pembunuhan karakter

3.6Masa embargo negara Adi Kuasa

3.7Masa keterpurukan

4Sakit hingga meninggal

5Peninggalan

6Penghargaan

6.1Gelar Doctor Honoris Causa

6.2Lain-lain

7Karya tulis

8Pidato

9Budaya populer

9.1Buku

9.2Lagu

9.3Film, televisi, dan panggung pertunjukan

10Catatan

11Galeri

12Referensi

13Lihat pula

14Pranala luar

Nama

Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno oleh orangtuanya.[5] Namun karena ia sering


sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.[5]
[7]:35-36 Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata
Yudha yaitu Karna.[5][7] Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a"
berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".[7]

Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri
menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda)
[7]:32. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan
tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah
berumur 50 tahun[7]:32. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.

Achmed Soekarno

Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini
terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan
bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?"[butuh rujukan]karena mereka tidak mengerti
kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak
memiliki nama keluarga.

Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.
[8] Dalam beberapa versi lain,[butuh rujukan] disebutkan pemberian nama Achmed di depan
nama Soekarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan
misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh
negara-negara Arab.

Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (terjemahan Syamsu Hadi. Ed.
Rev. 2011. Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9)
halaman 32 dijelaskan bahwa namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam masyarakat
Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu kata.

Kehidupan

Masa kecil dan remaja

Rumah masa kecil Bung Karno

Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjodan


ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.[5] Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang
merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.[5]Nyoman
Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi
sendiri beragama Islam.[5] Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini
sebelum Soekarno lahir.[9]:4-6, 247-251 Ketika kecil Soekarno tinggal bersama
kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.[5]

Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti
orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.[5] Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno
ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.[9] Kemudian pada Juni 1911 Soekarno
dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS)untuk memudahkannya diterima di Hogere
Burger School (HBS).[5] Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS
dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.[5] Ia dapat diterima di HBS atas
bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.[5] Tjokroaminoto
bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.[5] Di Surabaya,
Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin
Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.
[5]Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk
sebagai organisasi dari Budi Utomo.[5] Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti
menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.[5] Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di
harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.[9]

Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja

Soekarno bersama mahasiswa pribumi TH Bandung tahun 1923. Baris belakang dari kiri ke
kanan: M. Anwari, Soetedjo, Soetojo, Soekarno, R. Soemani, Soetono/Soetoto(?), R. M.
Koesoemaningrat, Djokoasmo, Marsito. Duduk di depan: Soetono/Soetoto(?), M. Hoedioro,
Katamso.

Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921[10], bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS,


Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB)
di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921,[1]:38 setelah dua bulan dia
meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali[1]:38 dan tamat pada
tahun 1926.[11] Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei1926 dan
pada Dies Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan
belas insinyur lainnya.[1]:37 Prof. Jacob Clay selaku ketua fakultas pada saat itu
menyatakan "Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur
orang Jawa".[1]:37 Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo,[12]:167 selain itu ada
seorang lagi dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.[12]:167

Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat


Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto.[5] Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar
Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin
organisasi National Indische Partij.

Sebagai arsitek

Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitekalumni
dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil
jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926. [note 3] [note 4] [13]
Pekerjaan

Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan
rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun
rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.

Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total


masjid Jami' di tengah kota.[14]

Pengaruh terhadap karya arsitektur

Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau
dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada
tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss.
Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik
dan menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka.[15]

Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala


internasional yang diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang
diharapkan sebagai pusat pemerintahan pada masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh
Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich
Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Beberapa desain
arsitektural juga dibuat melalui sayembara.[16]

Masjid Istiqlal 1951

Monumen Nasional 1960

Gedung Conefo [16]

Gedung Sarinah [16]

Wisma Nusantara [16]

Hotel Indonesia 1962 [17]

Tugu Selamat Datang[17]

Monumen Pembebasan Irian Barat[17]

Patung Dirgantara[17]

Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek,
Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar
membuat bangunan untuk melakukan sa’imenjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai.
Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada
tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi
dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf [13]

Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun 1957 [13]

Silsilah keluarga

[tampilkan]

Konten yang diperluas

Kiprah politik

Artikel atau bagian artikel


ini tidak
memiliki referensi atau su
mber tepercayasehingga
isinya tidak
bisa dipastikan. Bantu perb
aiki artikel ini dengan
menambahkan referensi
yang layak. Tulisan tanpa
sumber dapat
dipertanyakan dan dihapus
sewaktu-waktu
oleh Pengurus.

Soekarno tampil pertama kali pada kulit muka majalah Time tanggal 23 Desember 1946 Vol.
XLVIII No. 26, ilustrasi karya Boris Chaliapin untuk media asal Amerika tersebut

Masa pergerakan nasional

Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Javacabang
Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya
memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang
diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato
menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit
dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan
bukan dalam bahasa Belanda.[18]
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC)[note 5][20] di Bandung
yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo.[5] Organisasi
ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.[11] Aktivitas
Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di
Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada
tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskindan di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember
1930 ia membacakan pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan
kembali pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan
pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan
ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya
tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan
Islam bernama Ahmad Hasan.

Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu, ia baru kembali


bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Masa penjajahan Jepang

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942–1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan
tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia.
Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu
populer.

Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan


tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap
organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan
dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat
(Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H.
Mas Mansyur, dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh
nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir
Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang
sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.

Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah


merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk
merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir
ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni
Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung
oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga
tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan
Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar
Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan
Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.

Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno


dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.

Masa Perang Revolusi

Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok.

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi


kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia
Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI), Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa


Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hattadibujuk oleh
para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Rengasdengklok.
Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para
pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia,
karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah
dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan
menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah
Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17
Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang
diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad
SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat
oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus
1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal
19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah
peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang
yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison,
Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan
pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di
Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang
membonceng Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
dan gugurnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby.

Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan
Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi
negara lainnya.

Presiden Soekarno dan Nikita Khruschev dalam sebuah pertemuan Kepala Negara

Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala
pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,
sistem pemerintahan berubah menjadi semi presidensiil atau double executive. Presiden
Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala
Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat
pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik
Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.

Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden
Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat
Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad
Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada
kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-
Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat
menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.

Masa kemerdekaan

Kunjungan Presiden Soekarno ke Amerika pada 1961 yang disambut oleh Presiden John F.
Kennedy

Presiden Soekarno, Presiden Osvaldo Dorticos, Fidel Castro dan Che Guevara, pada 9 Mei 1960,


kunjungan kenegaraan ke Havana, Kuba

Soekarno berbincang dengan Mao Tse-Tung, 24 November 1956, Peking, Tiongkok


Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan
Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan
Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia
diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena
tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal
17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno
menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan
kembali kepada Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden
konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi
dengannya.

Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat
dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet
yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang memercayai
sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut
turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh
bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan
Udara.

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional.


Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai
hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955,
mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang
menghasilkan Dasasila Bandung. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan
dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih
mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya
perang nuklir yang mengubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam
penyelesaian konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz
Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu,
(Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang
membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang
memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik
berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih
dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan
Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.[butuh
rujukan]

Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden
Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di
antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika
Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (Tiongkok).
Masa marabahaya

Soekarno di antara barisan prajurit

Soekarno, Presiden Indonesia pertama, sedikitnya pernah mengalami percobaan pembunuhan


lebih dari satu kali, Putrinya, Megawati Soekarnoputri pernah menyebut angka 23. "Saya ingin
mengambil satu contoh konkrit, Presiden Soekarno itu mengalami percobaan pembunuhan dari
tingkat yang namanya baru rencana sampai eksekusi (sebanyak) 23 kali," tutur Mega
pada Juli 2009. Sementara itu, angka lebih kecil keluar dari mulut Sudarto Danusubroto. Dia
ajudan presiden pada masa-masa akhir kekuasaan Soekarno. Sudarto pernah mengatakan ada 7
kali percobaan pembunuhan terhadap Soekarno. Jumlah ini pernah diamini oleh eks Wakil
Komandan Tjakrabirawa, Kolonel Maulwi Saelan. Namun bekas pengawal pribadinya, hanya
mampu mengingat 7 kali upaya percobaan pembunuhan.[21]

Granat Cikini

Pada 30 November 1957, Presiden Soekarno datang ke Perguruan Cikini (Percik), tempat


bersekolah putra-putrinya, dalam rangka perayaan ulang tahun ke-15 Percik. Granat tiba-tiba
meledak di tengah pesta penyambutan presiden. Sembilan orang tewas, 100 orang terluka,
termasuk pengawal presiden. Soekarno sendiri beserta putra-putrinya selamat. Tiga orang
ditangkap akibat kejadian tersebut. Mereka perantauan dari Bima yang dituduh sebagai antek
teror gerakan DI/TII.[21]

Penembakan Istana Presiden

Pada 9 Maret 1960, Tepat siang bolong Istana presiden dihentakkan oleh ledakan yang berasal
dari tembakan kanon 23 mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel Maukar. Maukar adalah
Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta. Kanon yang dijatuhkan Maukar menghantam pilar
dan salah satunya jatuh tak jauh dari meja kerja Soekarno. Untunglah Soekarno tak ada di situ.
Soekarno tengah memimpin rapat di gedung sebelah Istana Presiden. Maukar sendiri membantah
ia mencoba membunuh Soekarno. Aksinya hanya sekadar peringatan. Sebelum menembak Istana
Presiden, dia sudah memastikan tak melihat bendera kuning dikibarkan di Istana – tanda presiden
ada di Istana. Aksi ini membuat 'Tiger', call sign Maukar, harus mendekam di bui selama 8
tahun.[21]

Pencegatan Rajamandala

Pada April 1960, Perdana Menteri Uni Soviet saat itu, Nikita Kruschev mengadakan kunjungan


kenegaraan ke Indonesia. Dia menyempatkan diri mengunjungi Bandung, Yogya dan Bali.
Presiden Soekarno menyertainya dalam perjalanan ke Jawa Barat. Tatkala, sampai di Jembatan
Rajamandala, ternyata sekelompok anggota DI/TII melakukan penghadangan. Beruntung
pasukan pengawal presiden sigap meloloskan kedua pemimpin dunia tersebut.[21]
Granat Makassar

Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno tengah berada di Makassar. Malam itu, ia akan
menghadiri acara di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat melewati jalan
Cendrawasih, seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai mobil lain.
Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya divonis
hukuman mati.[21]

Penembakan Idul Adha

Pada 14 Mei 1962, Bachrum sangat senang ketika berhasil mendapatkan posisi duduk pada saf
depan dalam barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno, dia
mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong lalu diarahkan ke tubuh Soekarno.
Dalam sepersekian detik ketika tersadar, arah pun melenceng, dan peluru meleset dari tubuh
Soekarno, menyerempet Ketua DPR GR KH Zainul Arifin. Haji Bachrum divonis hukuman
mati, namun kemudian dia mendapatkan grasi.[21]

Penembakan mortir Kahar Muzakar

Pada 1960-an, Presiden Soekarno dalam kunjungan kerja ke Sulawesi. Saat berada dalam
perjalanan keluar dari Lapangan Terbang Mandai, sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah
Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung Karno, tetapi ternyata meleset jauh. Soekarno sekali
lagi, selamat.[21]

Granat Cimanggis

Pada Desember 1964, Presiden Soekarno dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta.


Rombongannya membentuk konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang perlahan, mata
Soekarno sempat bersirobok dengan seorang lelaki tak dikenal di pinggir jalan. Perasaan
Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu melemparkan sebuah granat ke arah mobil
presiden. Beruntung, jarak pelemparannya sudah di luar jangkauan mobil yang melaju. Soekarno
pun selamat.[21]

Upaya pembunuhan karakter

Presiden Soekarno dan Dr.J. Leimena bernyanyi bersama para artis ibukota pada Resepsi
Peringatan HUT ke-21 Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Bogor.

Dekade 1950-an dan 1960-an, Amerika melalui perpanjangtanganannya Central Intelligence


Agency melancarkan misi rahasia yang bertujuan membunuh karakter dan kewibawaan Presiden
Soekarno melalui agitasi dan propaganda media popular via produksi film porno yang
diperankan oleh pemeran yang mirip Soekarno. Tujuan dari kampanye hitam ini adalah
mengubah persepsi masyarakat internasional terhadap Soekarno yang anti kapitalisme dan
mengagumi kaum Hawa tetapi tunduk tak berdaya di bawah kendali agen rahasia Rusia.[22][23]

"Kesuksesan itu menginspirasi para pejabat CIA membuat langkah lebih jauh lagi. Mereka
berniat memproduksi film porno Soekarno dengan seorang wanita pirang yang dibuat seolah-
olah pramugari Rusia itu," tulis Blum mengutip pengakuan mantan agen CIA, Joseph Burkholder
Smith, yang menulis buku Portrait of a Cold Warrior. Kepala Kepolisian Los Angeles sampai
turun tangan mencari pria berkulit gelap yang sedikit botak dan wanita pirang yang cantik. Tak
ada yang mirip Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang mirip Soekarno kemudian dikirim
ke Los Angeles. Bintang porno disuruh memakai topeng Soekarno selama beradegan mesum.
CIA merekam dan mengambil foto-foto adegan biru tersebut.[22]

Menurut Kenneth J. Conboy dan James Morrison dalam Feet to the Fire: CIA Covert Operations
in Indonesia, 1957–1958, film porno itu dikerjakan di studio Hollywood yang dioperasikan Bing
Crosby dan saudaranya. Film ini dimaksudkan sebagai bahan bakar tuduhan bahwa Soekarno
(diperankan pria Chicano) mempermalukan diri dengan meniduri agen Soviet (diperankan
perempuan pirang Kaukasia) yang menyamar sebagai pramugari maskapai penerbangan. “Proyek
ini menghasilkan setidaknya beberapa foto, meski tampaknya tak pernah digunakan,” tulis
William Blum dalam Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II.[23]

Namun foto-foto itu akhirnya tak jadi disebarluaskan. Banyak versi kenapa CIA batal
menyebarkan adegan mesum itu. Sebagian peneliti menilai kampanye hitam seperti itu tak
mempan untuk menjatuhkan Soekarno. Apalagi ada mitos yang percaya jika seorang laki-laki
"gagah" dan "berkuasa", maka dirasa sah-sah saja berhubungan dengan banyak wanita, terutama
mengingat bahwa raja-raja di Nusantara pun dulu memiliki banyak istri dan selir.[22] Nasib
akhir dari film yang berjudul Happy Days pada akhirnya tak pernah dilaporkan.[23]

Masa embargo negara Adi Kuasa

Zhou Enlai, Presiden Soekarno, dan Kawashima pada saat Peringatan 10 Tahun Konferensi Asia


Afrika di Bandung pada 19 April 1965.

Pada masa pra maupun paska kemerdekaan, Indonesia terjepit pada dua blok negara Adi Kuasa
dengan ideologi yang bertentangan satu sama lain. Blok kapitalis yang dikomandoi Amerika dan
sekutu di satu sisi, dan blok kiri yang diperebutkan antara poros Rusia dan Tiongkok. Amerika
melakukan kebijakan embargo terhadap Indonesia karena menilai kecenderungan Soekarno
dekat dengan blok rival. Amerika tidak dapat berkutik ketika Allen Lawrence Pope, agen Central
Intelligence Agency tertangkap tangan. Tawar-menawar penangkapan Allen Pope, Amerika
Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk
menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu
setelah diplomasi tingkat tinggi antara John F. Kennedy dengan Soekarno.[24] Sementara Rusia
menerapkan embargo militer terhadap Indonesia karena genosida terhadap elemen kiri,
orang Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965–1967.[25] Indonesia sendiri terjepit di antara
geopolitik Asia Tenggara, Malaysia yang dianggap Soekarno adalah negara boneka Inggris, juga
Singapura yang memisahkan diri sebagai negara baru pada 9 Agustus 1965. Soekarno
mengumumkan sikap konfrontatif terhadap pembentukan negara federasi Malaysia pada Januari
1963. Sehingga pada 1964–1965 negara federasi Malaysia yang dideklarasikan 16 September
1963 tersebut diembargo Soekarno.[26] Singapura membuka keran kerja sama dan berusaha
dengan segala cara untuk mempertahankan perdagangan dengan Indonesia meski telah diboikot
dan diembargo. Hal ini dianggap merugikan aspek ekonomi bagi Singapura akibat konfrontasi
tersebut.[27]

Masa keterpurukan

Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa


yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.[11][28] Pelaku
sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh
terlibat di dalamnya.[11] Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)
dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan
menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI
dibubarkan.[28] Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan
dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).[6][28] Sikap Soekarno yang
menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.[6][11]

Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh


Soekarno.[28] Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi
presiden.[28] Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat
menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai
organisasi terlarang.[28]Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No.
IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang
memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi
presiden apabila presiden berhalangan.[29]

Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap


peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS.[28] Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan
dibacakan pada 22 Juni 1966.[6] MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato
tersebut.[28] Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10
Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.[28]

Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan


Kekuasaan di Istana Merdeka.[29] Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de
facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.[29]Setelah melakukan Sidang Istimewa maka
MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi
dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan
umum berikutnya.[29]

Sakit hingga meninggal

Pemakaman Soekarno pada 22 Juni 1970 di Blitar, Jawa Timur

Makam Presiden Soekarno di Blitar, Jawa Timur

Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965.[29] Sebelumnya, ia telah


dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan
di Wina, Austria tahun 1961dan 1964.[29] Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran
Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan
lebih memilih pengobatan tradisional.[29] Ia bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya
meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.[5][29] Jenazah Soekarno
pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.
[29] Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh
Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.[29] Tidak lama
kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar
Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.[29]

Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:[29]

Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin
memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.

Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada
jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.

Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat
meninggalnya.

Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor,


namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat
pemakaman Soekarno.[29] Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.
[29] Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan
harinya bersebelahan dengan makam ibunya.[29] Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh
Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.[29] Pemerintah kemudian
menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.[29]
Peninggalan

Gelanggang Olahraga Bung Karno pada 1962.

Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka
Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno".[9]:247-251 Prangko
yang diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah Putihserta
menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik
Indonesia.[9] Prangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno
pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di
perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga
memiliki nominal Rp900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI.
Prangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal
Rp1000. Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta
set oleh Perum Peruri.[9]Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima
macam kemasan prangko, album koleksi prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster
Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.[9]

Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19


Juni 2008. Prangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.
[30] Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan
kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.

Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan
tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan
penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, kompleks
olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan
Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang
Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.[31]

Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah


Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah
organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang
diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga
Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf
Habibiemeresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung
Karno, Nation and Character Buildingkepada mahasiswa-mahasiswanya.[32]

Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan
benda-benda seni maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia.[33] Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri
Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu
Soekarnoputra, dan Kartika Sari Dewi Soekarno.[33] Pada tahun 2003, Yayasan Bung Karno
membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.[9] Di stan tersebut ditampilkan video pidato
Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930
serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.[9] Selain memperlihatkan video dan foto,
berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut.[9] Di antaranya adalah kaus, jam emas,
koin emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.[9]

Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan
Soekarno.[9] Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan
Udara Sedang.[9] Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan
Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor.[9] Benda-benda
tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register
emas JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta
plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah.[9] Selain itu
terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi
di BankSwiss dan Bank Netherland.[9] Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso
bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.[34]

Anda mungkin juga menyukai