Ia juga menempatkan beberapa prajurit PETA pilihannya untuk berjaga-jaga di sekitar jalan kereta api yang
membujur di belakang rumah itu.
Usai pembacaan teks proklamasi, Latief bertindak sebagai pengibar sang saka Merah-Putih bersama Suhud Sastro
Kusumo
S. Suhud
Nama : Suhud Sastro Kusumo
Nama kecil : -
Tempat, tanggal lahir : 10 April 1925
Meninggal : 20 Agustus 2012
Peranan :
Ø Pengibar sang saka merah putih Tepatnya sebagai pendamping Latif
Hendraningrat
Ø Petugas pencari tiang bendera untuk proklamasi
Beliau merupakan sosok yang patut untuk diteladani.Ide-ide dan gagasan-gagasannya sangat
baik.Contohnya, beliau sangat taat pada pemimpin.Apa yang telah diamanatkan kepadanya
dapat beliau laksanakan dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab.
Seperti saat beliau diberi tugas untuk mencari tiang bendera, karena beliau gugup akhirnya
beliau membuat tiang bendera sendiri dari bambu.Walaupun begitu, usaha dan kerja kerasnya
dapat menghasilkan kepuasan.Pelaksanaan upacara bendera dapat tetap dilaksanakan dengan
baik.Selain itu,
keberaniannya dalam mengibarkan bendera merah putih untuk pertama kalinya, beliau mampu
menjalankannya dengan benar dan penuh rasa khidmat.
Suwirjo
Nama : Raden Suwiryo
Tempat, Tanggal Lahir : 17 Februari 1903, Wonogiri, Jawa Tengah.
Meninggal : 27 Agustus 1967 (umur 64)
Merupakan Gubernur Provinsi Jakarta yang Pertama.
Suwiryo menamatkan AMS dan kuliah di Rechtshogeschool namun tidak tamat.
Suwiryo sempat bekerja sebentar di Centraal Kantoor voor de Statistik. Kemudia ia
bergiat di bidang partikelir, menjadi guru Perguruan Rakyat, kemudian memimpin
majalah Kemudi. Menjadi pegawai pusat Bowkas "Beringin" sebuah kantor
asuransi. Pernah juga menjadi pengusaha obat di Cepu.
Beliau adalah Gubernur Jakarta Raya yang mengusahakan kegiatan upacara
proklamasi dan pembacaan proklamasi berjalan aman dan lancar. Semula akan
diselenggarakan di Lapangan Ikada (kini Monas) tetapi karena balatentara Jepang
masih gentayangan dengan senjata lengkap, dipilih di kediaman Bung Karno.
Sayuti Melik
Nama Asli : Mohamad Ibnu Sayuti.
Lahir : Sleman, Yogyakarta, 22 November 1908.
Meninggal : Jakarta, 27 Februari 1989 {umur 80 tahun).
Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah Ongko Loro (setingkat SD) di desa
Srowolan, sampai kelas IV dan diteruskan sampai mendapat ijazah di Yogyakarta. Lalu
pendidikan Sayuti dilanjutkan di Solo (1920-1924).
Sayuti Melik termasuk dalam kelompok Menteng 31, yang berperan dalam penculikan
Soekarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945 (Peristiwa Rengasdengklok).
Sayuti memberi gagasan, yakni agar teks proklamasi ditandatangani Bung Karno dan
Bung Hatta saja, atas nama bangsa Indonesia. Usulnya diterima, Bung Karno pun
segera memerintahkan Sayuti untuk mengetiknya. Ia mengubah kalimat “Wakil-wakil
bangsa Indonesia” menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”.
Sutan Sjahrir
Lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat tanggal 5 Maret 1909
Mengenyam pendidikan dasar di ELS, sekolah menegah di MULO, kemudian melanjutkan
sekolah menengah atas di AMS.
Ia sudah aktif dalam organisasi kepemudaan sejak usianya masih muda, salah satunya Jong
Indonesia (Pemuda Indonesia)
Pada sekitar tahun 1928 ia mendirikan sebuah badan pendidikan yang diberi nama,
“Volksuniversiteit“.
Di pulau Jawa Sutan Sjahrir masuk partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Merdeka) di
bawah pimpinan Mohammad Hatta.
Pada tahun 1934 pemerintah kolonial Belanda mengambil tindakan keras, dan mengadakan
penangkapan secara besar-besaran. Banyak pemimpin partai ditangkap, yaitu dari Permi, PSII,
Partindo dan juga dari PNI (Merdeka). Muhammad Hatta dan Sjahrir sebagai pemimpin-
pemimpin radikal ditangkap pula. Sjahrir dipenjarakan di penjara Struiswijk di Jakarta selama
11 bulan.
Merupakan orang pertama yang mendengar kekalahan Jepang dan langsung melaporkan ke Ir.
Soekarno.
Pelopor golongan muda untuk mendesak Ir. Soekarno agar segera menproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Laksamana Tadashi Maeda
Lahir di Kagoshima, Jepang tanggal 3 Maret 1898
Perwira tinggi angkatan laut kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang
Pasifik.
Sebelum tanggal 15 Agustus 1945, Maeda sudah dua kali meminta kepada Pemerintah
Jepang agar memerdekakan Indonesia.
Laksamana Jepang itu pernah dipenjara oleh pihak sekutu karena dianggap berperan
dalam memerdekakan Indonesia. Namun, Maeda membantah tuduhan tersebut. Kata
dia, tidak mungkin orang seperti dirinya mampu menggerakkan 80 juta orang rakyat
Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan.
Ia mengaitkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan prinsip yang pernah
dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat Wilson, bahwa setiap bangsa berhak
menentukan nasibnya sendiri. "Nasib saya sendiri tidak penting, yang penting adalah
kemerdekaan Bangsa Indonesia," kata Maeda.
Maeda meminjamkan rumahnya di Jalan Imam Bonjol sebagai tempat penyusunan teks.
B. M. Diah
Nama Asli: Burhanuddin
Tempat lahir: Kutaraja atau sekarang dikenal Banda Aceh, 7 April 1917
Meninggal: Jakarta, 10 Juni 1996 pada umur 79 tahun
Ia lahir dari pasangan Mohammad Diah dan Siti Sa`idah, ia anak bungsu dari 8 bersaudara,
juga mempunyai 2 orang saudara tiri dari istri kedua ayahnya
Beliau adalah seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia
Penghargaan yang diraihnya:
Bintang Mahaputra Utama dari presiden Soeharto (10 Mei 1978)
Piagam penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan `45 dari dewan harian Nasional
Angkatan `45 (17 Agustus 1995)
Beliau memimpi rapat para Golongan Muda mengenai keputusan kemerdekaan Indonesia
B.M Diah diminta menggadakan teks proklamasi sebanyak – banyaknya dan menyiarkan secara
langsung ke seluruh dunia dengan menggunakan semua alat komunikasi yang ada meskipun
cakupanya hanya terbatas
Chaerul Saleh
Nama asli: Chaerul Saleh Datuk Paduko Rajo
Tempat lahir: Sawahlunto, Sumatera Barat, 13 September 1916
Meninggal: jakarta, 8 Februari 1967 pada umur 50 tahun
Beliau adalah seorang pejuang dan tokoh politik Indonesia yang pernah menjabat
sebagai wakil perdana menteri, menteri, dan ketua MPRS antara tahun 1957 – 1966
Beliau adalah putra dari pasangan Acmad Saleh dan Zubaidah binti Ahmad Marzuki,
tetapi orang tuanya bercerai pada saat ia berusia 2 tahun
Ia bersama Wikana, Sukarni, dan pemuda lainya dari Menteng 31 yang menculik
Soekarno dan Hatta dalam peristiwa Rengasdengklok agar segera
memproklamasikan kemerdekaan setelah kekalahan jepang terhadap sekutu
Jabatan yang diraihnya:
- Menteri Negara urusan Veteran, kabinet Djuanda (1957)
Menteri Muda Perindustrian Dasar dan Pertambangan, kabinet kerja I (1959 -
1960)
Wakil Perdana Menteri III, Kabinet Kerja IV dan Kabinet Dwikora I (1963 - 1966)
Ketuta mejelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (1960 - 1965)
Caherul Saleh berperan penting dalam mewarnai perjuangan kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 1 – 23 Agustus 1944 untuk pertama kalinya ia beserta kawan – kawanya mewakili
peran pemuda
Beliau juga sebagai pemimpin pemuda berusaha mendesak agar Soekarno dan Hatta segera
menyatakan kemerdekaan Indonesia. Awal pergerakan perhimpunan Indonesia Chaerul Saleh
merupakan orang kepercayaan Soekarno yang paling dekat sehingga masuk dalam kabinet
menjadi menteri urusan Veteran