Anda di halaman 1dari 4

Ir. Soekarno adalah presiden pertama Republik Indonesia, sekaligus tokoh proklamator negara ini.

Soekarno akrab dipanggil dengan julukan Bung Karno. Bung Karno juga dikenal sebagai Putra Sang Fajar
karena lahir saat fajar menyingsing. Soekarno merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan
Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunda Bung Karno merupakan bangsawan Bali. Kedua orang tua Soekarno
bertemu saat sang ayah menjadi guru di Bali.

Soekarni hanya sebentar tinggal dengan kedua orang tuanya di Blitar. Kemudian beliau pindah ke
Surabaya untuk menamatkan SD. Selama di Surabaya, Bung Karno tinggal di kediaman Haji Oemar Said
Tjokroaminoto. Setelah tamat, Bung karno melanjutkan pendidikan di HBS (Hoogere Burger School).
Lulus tahun 1920, Soekarno melanjutkan pendidikan di THS (Technische Hoogeschool) di Bandung. THS
ini merupakan cikal bakal Institut Teknologi Bandung. Soekarno lulus pada 25 Mei 1926 dan mendapat
gelar "Ir". Setelah lulus, Soekarno mendirikan Biro Insinyur bersama dengan Ir. Anwari tahun 1926.
Selama di Bandung, Bung Karno aktif dalam banyak organisasi. Beliau juga mendirikan Partai Nasional
Indonesia pada 4 Juli 1927. Soekarno sebelumnya sudah mengemukakan dasar negara, Pancasila, pada sidang
BPUPKI 1 Juni 1945. Dasar ini kemudian menjadi dasar negara Indonesia. Kiprah Bung Karno tidak berhenti
di lingkup negara Indonesia saja. Bung Karno tercatat berusaha menghimpun bangsa-bangsa untuk membuat
Gerakan Non Blok. Gerakan ini beranggotakan bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Gerakan ini
merupakan hasil dari Konferensi Asia Afrika pada 1955 di Bandung. Bersumber dari laman Kepustakaan
Presiden-Presiden Republik Indonesia, Bung Karno memiliki 3 orang istri selama hidupnya. Dari ketiga
istrinya, Soekarno dikarunia 8 orang anak. Fatmawati, istri pertama Bung Karno, melahirkan Guntur,
Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Taufan dan Bayu adalah putra Soekarno dari Hartini. Ratna
Sari Dewi, istri Soekarno berdarah Jepang, memiliki anak bernama Kartika. Bung Karno menyerahkan
jabatannya sebagai presiden Indonesia setelah terjadi gejolak politik. Gejolak ini disebabkan oleh
pemberontakan G-30-S/PKI yang menewaskan banyak perwira TNI. Soekarno wafat di RSPAD tanggal 21
Juni 1970 karena sakit yang terus memburuk. Beliau dimakamkan di Blitar, dekat dengan makam sang ibunda,
Ida Ayu Nyoman Rai.

-Ir.Soekarno
Sosok Mohammad Hatta tida bisa dilepaskan dari perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau adalah
salah satu pemikir terhebat yang dimiliki Indonesia. Tak hanya dikenal sebagai Bapaqk Proklamator Indoensia,
Mohammad Hatta juga Bakap Koperasi, Bapak Kedaulatan Rakyat, Bapak Perumahan Nasional, dan Bapak
Hak Asasi Manusia.
Lahir di Bukittinggi Dalam buku Kumpulan Pahlawan Indonesia (2012) karya Mirnawati, Mohammad Hatta
lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Memiliki nama asli dari orangtuanya, Mohammad
Athar. Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau.

Lulus dari Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School pada 1921, Hatta pergi ke Rotterdam untuk belajar
ilmu bisnis di Nederland Handelshogeschool, Belanda. Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Hatta tinggal di Belanda selama 11 tahun. Di sana, Hatta aktif bergabung dalam organisasi
pergerakan dan tergabung dalam Perhimpunan Indonesia. Salah satu dampak aktivitasnya dalam organisasi
menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Namun, kemudian dibebaskan karena Hatta melakukan
pidato pembelaannya yang terkenal, Indonesia Free. Gemar membaca Dalam buku Bung Hatta di Mata Tiga
Putrinya (2015) oleh Meutia Farida Hatta, Bung Hatta merupakan orang Indonesia yang mengoleksi buku
sejak bnerusia 16 tahun. Dari situ, koleksi bukunya semakin bertambah. Bahkan selama 11 tahun tinggal di
Belanda, Hatta merupakan mahasiswa yang memiliki koleksi buku terbanyak di antara mahasiswa yang
lainnya.Akhir hayat Mohammad Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Jakarta. Kemudian dikebumikan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta.Bung Hatta diberikan gelar
Pahlawan Proklamator pada 23 Oktober 1986 bersama dengan Bung Karno, melalui Keppres No 81/TK/1986.
Kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Hatta
pada 7 November 2012.

-Drs.Moh.hatta

Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo. Soebardjo adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia juga Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Semasa remaja Subarjo
sekolah di Hogere Burger School, Jakarta (Setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Ia
kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah Meester in de
Rechten (saat ini setara dengan Sarjana Hukum) di bidang undang-undang pada tahun 1933. Dalam bidang
pendidikan, Sebardjo merupakan profesor dalam bidang Sejarah Perlembagaan dan Diplomasi Republik
Indonesia di Fakultas Kesusasteraan, Universitas Indonesia. Achmad Soebardjo lahir di Teluk Jambe,
Karawang, Jawa Barat, tanggal 23 Maret 1896. Ayahnya bernama Teuku Muhammad Yusuf, masih keturunan
bangsawan Aceh dari Pidie. Ibu Ahmad Soebardjo bernama Wardinah. Ia keturunan Jawa-Bugis, dan anak dari
Camat di Telukagung, Cirebon. Ketika menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia melalui organisasi kepemudaan seperti Jong Jawa dan Persatuan Mahasiswa Indonesia
di Belanda. Ahmad Subarjo juga pernah menjadi utusan Indonesia bersama dengan Mohmmad Hatta pada
konferensi antar bangsa "Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels
dan kemudiannya di Jerman. Pada persidangan pertama itu juga ia bertemu Jawaharlal Nehru dan pemimpin-
pemimpin nasionalis yang terkenal dari Asia dan Afrika. Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi
anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Karir Ahmad Subarjo terus
naik ketika dilantik menjadi Menteri Luar Negeri tanggal 17 Agustus 1945, sekaligus sebagai menteri luar
negeri pertama. Kabinet saat itu bernama Kabinet Presidensial, kemudian menjabat Menteri Luar Negeri sekali
lagi pada tahun 1951 - 1952. Selain itu, ia juga menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Switzerland antara
tahun-tahun 1957 - 1961. Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah
Sakit Pertamina, Kebayoran Baru, akibat flu yang menimbulkan komplikasi. Ia dimakamkan di rumah
peristirahatnya di Cipayung, Bogor. Pemerintah mengangkat almarhum sebagai Pahlawan Nasionl pada tahun
2009.

-AhmadSoebarjo

Sayuti Melik dikenal sebagai pengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal aktif dalam
bidang jurnalistik dan politik. Mohamad Ibnu Sayuti atau Sayuti Melik dilahirkan di Kadisobo, Rejodani,
Sleman, Yogyakarta pada 25 November 1908. Ia meninggal di Jakarta pada 2 Maret 1989. Sayuti Melik adalah
putra dari Abdul Muin alias Partoprawito dan Sumilah. Istrinya bernama Soerastri Karma Trimurti, seorang
aktivis perempuan dan wartawati. Pendidikan Mohamad Ibnu Sayuti memulai pendidikannya di Sekolah
Ongko Loro (setara dengan SD) di Desa Srowolan hingga kelas IV. Ia meneruskan pendidikannya ini hingga
mendapatkan ijazah di Yogyakarta. Mengutip dari situs Encyclopedia Jakarta, Sayuti Melik melanjutkan
pendidikannya ke Sekolah Guru di Solo. Namun, ia ditangkap Belanda karena dicurigai tergabung dalam
kegiatan politik.
Semenjak saat itu, ia lebih sering belajar mandiri atau belajar sendiri. Setelah Indonesia merdeka, ia
memutuskan untuk kuliah di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Indonesia. Namun, hanya dalam waktu yang
singkat dan Sayuti Melik tidak mendapat gelar. Nasionalisme dalam diri Sayuti Melik didapat dari didikan
bapaknya, yang saat itu menentang kebijakan Belanda terkait penanaman tembakau di sawah miliknya. Ia juga
mempelajari nasionalisme saat mengenyam pendidikan di Sekolah Guru di Solo. Perannya dalam Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud), Sayuti Melik turut menjadi saksi penyusunan teks proklamasi kemerdekaan, di ruang makan
rumah Laksamana Maeda. Dalam hal ini, ia mewakili golongan pemuda bersama Sukarni. Saat proses
penyusunan naskah proklamasi, Sayuti Melik membantu Ir. Soekarno. Sedangkan Mohammad Hatta dibantu
oleh Sukarni.

-SayutiMelik

Fatmawati, wanita asli pribumi ini lahir di Bengkulu pada tanggal 5 Februari 1923 dengan nama asli Fatimah.
Nama Fatimah merupakan pemberian dari kedua orang tuanya. Fatmawati merupakan keturunan dari pasangan
Hassan Din dan Siti Chadijah yang mana kedua orangtuanya adalah keturunan Puti Indrapura atau biasa
disebut seorang keluarga raja dari kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ayah Fatmawati juga
terkenal sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Fatmawati dididik dan dibesarkan kedua
orangtuanya di Bengkulu. Ketika beranjak dewasa, Fatmawati menikah dengan Presiden Indonesia Pertama
Soekarno pada tanggal 01 Juni 1943, saat itu Fatmawati berusia 20 tahun. Dari pernikahan tersebut, secara
otomatis Fatmawati menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967. Fatmawati
merupakan istri yang ketiga dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Pasangan Pemimpin Negara Indonesia
tersebut dikaruniai lima orang putra dan putri, di antaranya adalah Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan yang terakhir Guruh
Soekarnoputra. Ibu Negara Indonesia Pertama ini terkenal sebagai wanita yang berjasa dalam menjahit bendera
Sang Saka Merah Putih yang dengan tegas dikibarkan pada upacara pertama Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di Jakarta tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Fatmawati meninggal pada tanggal 14 Mei 1980
pada usia 57 tahun di Kuala Lumpur, Malaysia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh
dari Mekkah. Fatmawati dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta. Saat ini nama Fatmawati dijadikan sebuah nama
Rumah Sakit di Jakarta, nama Fatmawati Soekarno juga dijadikan sebuah nama Bandara Udara di Indonesia
tepatnya di Bengkulu, kota kelahiran Fatmawati. Ketiga putri pasangan Presiden pertama Soekarno dan
Fatmawati ini pernah meraih penghargaan MURI di Indonesia, dan salah satu putrinya Megawati
Soekarnoputri juga pernah mengikuti jejak ayahnya dalam menduduki kursi kepresidenan yang sekaligus
merupakan Presiden Wanita Pertama di Indonesia.

-Fatmawati

Anda mungkin juga menyukai