Anda di halaman 1dari 28

UTS

Sejarah Indonesia

Disusun oleh:
DAVIN RAMADHAN A.N
UTS

Sejarah Indonesia

Disusun oleh:
MENTARI FIRA ANUGRAH
IR.SOEKARNO

Ir Soekarno atau yang lebih akrab disapa Bung Karno merupakan salah satu Pahlawan
Proklamator yang dijuluki Singa Podium karena keahliannya dalam berpidato. Sosoknya yang
penuh kharisma membuat tokoh penting satu ini disegani dunia internasional.

Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada kurun waktu
1945–1967. Ia adalah seorang tokoh perjuangan yang berperan penting dalam memerdekakan
bangsa Indonesia dari pengaruh kolonialisme Belanda. Bersama Mohammad Hatta, ia
memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kelahiran: 6 Juni 1901, Peneleh, Surabaya

Meninggal: 21 Juni 1970, RSPAD GATOT Subroto, Jakarta


Pasangan: Heldy Djafar (m. 1966–1969), Yurike Sanger (m. 1964–1968), Haryati (m. 1963–
1966), lainnya

Anak: Megawati Soekarnoputri, Kartika Sari Dewi Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri, lainnya

Cucu: Puan Maharani, Prananda Prabowo, Mohammad Rizki Pratama, Paundrakarna, lainnya

Jabatan sebelumnya: Perdana Menteri Indonesia (1959–1966), Presiden Indonesia (1950–


1967), lainnya

Cicit: Jeje Soekarno, Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari, Praba Diwangkara Caraka Putra Soma,
lainnya

PERAN IR.SOEKARNO DALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN

1. Mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia


Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) merupakan perkumpulan yang dibentuk Soekarno pada
4 Juli 1927. Soekarno dipilih menjadi ketua karena dianggap paling populer dan paling mampu
mempimpin organisasi tersebut. Dalam anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI
adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia.

Perkumpulan ini menjadikan nasionalisme sebagai haluan ideologi. Sebab, Soekarno


menegaskan bahwa nasionalisme adalah ideologi yang mampu menyatukan berbagai
perbedaan dan melapangkan jalan menuju kemerdekaan.

Organisasi ini mulai terkenal. Propaganda-propaganda tulisan maupun lisan dari para anggota
PNI banyak mempengaruhi rakyat. Para anggota PNI juga sering menyanyikan lagu Inodnoesia
Raya di rapat-rapatnya.

PNI pun dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda karena menyebarkan ajaran-
ajaran kemerdekaan. Pada 24 Desember 1929, Soekarno ditangkap oleh pemerintah Hindia
Belanda. Beliau dan beberapa anggota PNI lainnya dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman
4 tahun penjara.

2.Terang-terangan Menentang Imperialisme


Bung Karno merupakan sosok yang vokal menentang kesewenang-wenangan penjajah. Setelah
ditahan karena dituduh hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda, Soekarno dengan
lantang membacakan pidato pembelaan yang ia beri judul “Indonesia Menggugat” pada 1930.

Hal yang perlu digarisbawahi dalam pidato ini adalah, pidato tersebut bukanlah pembelaan
Bung Karno terhadap dirinya sendiri, melainkan pembelaan terhadap pergerakan nasional
Indonesia. Soekarno menyampaikan kritiknya terhadap imperialisme dan menyebut Belanda
menerapkan politik drainase yang menghisap dan mengalirkan kekayaan Indonesia ke negeri-
negeri imperialis yang menyebabkan kemelaratan rakyat Indonesia.

Soekarno menerangkan, kesengsaraan akibat penindasan kolonialisme Belanda-lah yang


melahirkan perlawanan rakyat, bukan dari hasutan kaum intelektual. Sayangnya, pidato
pembelaan ini tidak dapat membebaskan Soekarno.

Namun, isi pidato bernada sindiran keras tersebut cukup mengusik Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, Andries Cornelis Dirk de Graef dan jajarannya. Kepercayaan diri dan sikap Bung Karno
yang berapi-api di hadapan pengadilan kolonial membangkitkan semangat perjuangan.

Aktif Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia


Saat Jepang berkuasa di Indonesia, mereka membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 April 1945. Badan ini dibentuk sebagai
upaya Jepang untuk mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia. Jepang menjanjikan akan
membantu proses kemerdekaan Indonesia.

Tugas dari BPUPKI adalah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek politik,
ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara
Indonesia merdeka. Sebagai salah satu tokoh intelektual yang berpengaruh, Bung Karno
tergabung dalam BPUPKI.

Dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno turut mengemukakan lima sila yang menjadi dasar
negara Indonesia merdeka kelak. Ir. Soekarno juga tergabung dalam Panitia 9 yang bertugas
untuk merumuskan dasar negara. Selain itu, beliau juga terlibat dalam pembahasan mengenai
Undang-Undang Dasar (UUD).

Setelah Jepang makin terdesak akibat dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki
oleh tentara sekutu, perwira tinggi Angkatan Darat Jepang di Saigon, Hisaichi Terauchi
menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk melanjutkan
tugas BPUPKI dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Soekarno ditunjuk sebagai ketua
PPKI.

Merumuskan Naskah Proklamasi Kemerdekaan


Bung Karno dikenal sebagai proklamator. Sebab, beliau-lah salah satu penyusun naskah
proklamasi dan orang yang membacakan teks bersejarah tersebut. Pada 17 Agustus 1945
pukul 03.00, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad
Soebardjo di kediaman Laksamana Tadashi Maeda.
Akhirnya, pada pukul 10.00 WIB di hari yang sama, naskah proklamasi dibacakan oleh Bung
Karno di halaman rumahnya di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 dalam suasana khidmat. Inilah
momen bersejarah Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.

DRS.Moh Hatta

Dr. Drs. H. Mohammad Hatta adalah seorang tokoh perjuangan kemerdekaan indonesia,
pahlawan nasional, negarawan dan ekonom Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Presiden
Indonesia pertama

Kelahiran: 12 Agustus 1902, Bukittinggi

Meninggal: 14 Maret 1980, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital


Jabatan sebelumnya: Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Serikat (1949–1950), lainnya

Cucu: Gustika Fardani Jusuf, Tansri Yusuf Zulfikar, Sri Juwita Hanum Swasono, Mohammad
Athar, lainnya

Anak: Halida Hatta, Meutia Hatta, Gemala Hatta

Pasangan: Rachmi Hatta (m. 1945–1980)

Dimakamkan: 15 Maret 1980, Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta

Peran Bung Hatta dalam persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia:

Merumuskan dan menandatangani naskah proklamasi Sebelum proklamasi kemerdekaan


dilakukan, Mohammad Hatta dan Soekarno sempat diasingkan ke Rengasdengklok oleh para
golongan muda agar terhindar dari pengaruh Jepang.

Selama di pengasingan, Bung Hatta dan Soekarno terus didesak untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan.

Setelah keduanya setuju, Mohammad Hatta dan Soekarno dibawa kembali ke Jakarta untuk
merumuskan naskah proklamasi bersama Ahmad Soebardjo.

Mohammad Hatta diketahui menyumbang kalimat pertama dalam teks proklamasi, yang
berbunyi, "Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya".

Makna di balik kalimat itu adalah untuk bisa mencapai kemerdekaan, maka harus ada
pelaksanaan yang nyata.

Naskah proklamasi yang selesai disusun kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan
Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Pendamping Soekarno
Setelah naskah proklamasi selesai disusun dan ditandatangani, Soekarno didesak oleh para
golongan muda untuk segera membacakannya.

Namun, Soekarno tidak akan membacakannya jika Mohammad Hatta belum hadir.

Lima menit sebelum upacara dimulai, Mohammad Hatta akhirnya muncul dan mengikuti
upacara bersama dengan Soekarno.
Mohammad Hatta mendampingi Soekarno selama pembacaan teks proklamasi berlangsung.

Usai upacara proklamasi kemerdekaan dilangsungkan, Mohammad Hatta secara resmi dilantik
sebagai Wakil Presiden Indonesia pertama.

Ia mendampingi Soekarno sebagai Presiden Indonesia pertama sejak 1945 hingga 1956.
Setelah pembacaan proklamasi,

Mohammad Hatta juga terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan Republik
Indonesia.

Fatmawati
Mantan Ibu Negara Indonesia

Hj. Fatmawati adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara
Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari presiden
pertama Indonesia yaitu Soekarno dan merupakan ibunda dari presiden kelima, Megawati
Soekarnoputri.

Kelahiran: 5 Februari 1923, Bengkulu

Meninggal: 14 Mei 1980, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Malaysia


Anak: Megawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guntur Soekarnoputra, lainnya

Cucu: Puan Maharani, Prananda Prabowo, Puti Guntur Soekarno, Mohammad Rizki Pratama,
lainnya

Pasangan: Soekarno (m. 1943–1970)

Orang tua: Hasan Din, Siti Chadijah

Buku: Catatan kecil bersama Bung Karno

PERAN FATMAWATI DALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN:


Menjahit Bendera Pusaka
Wanita yang tercatat dalam sejarah sebagai penjahit Bendera Pusaka Indonesia adalah
Fatmawati. Fatmawati lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923. Ia merupakan putri dari pasangan
Hasan Din dan Siti Chadijah.

Ia bertemu dan kemudian menikah dengan Soekarno pada 1943, ketika pendudukan Jepang di
Indonesia.

Soekarno, yang dipandang sebagai sosok penting dalam memperjuangkan kemerdekaan


Indonesia, membuat Fatmawati ikut berperan di dalamnya.

Setahun setelah Fatmawati dan Soekarno menikah, Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk
Indonesia.

Jepang juga mengizinkan untuk mengibarkan bendera Indonesia. Mengetahui hal tersebut,
terbesit sebuah ide di benak Fatmawati bahwa perlu adanya bendera merah putih untuk
dikibarkan

Fatmawati pun mencoba mencari cara untuk bisa mendapatkan kain merah dan putih.
Pemerintah Jepang kemudian menunjuk seorang ahli propaganda, Shimizu, untuk mencarikan
kain itu
Achmad Soebardjo

Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia,
diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia
yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten, yang diperoleh di
Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933.

Kelahiran: 23 Maret 1896, Karawang

Meninggal: 15 Desember 1978, Jakarta

Anak: Rohadi Soebardjo, Pudjiwati Insia, Nurwati Dewi Seribudiarti


Jabatan sebelumnya: Menteri Luar Negeri Indonesia (1951–1952), lainnya

Orang tua: Teuku Muhammad Yusuf, Wardinah

Kebangsaan: Indonesia

Pendidikan: Rijksuniversiteit Leiden (1933), Hoogere Burgerschoo

PERANAN Achmad Soebardjo DALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN:


Meyakinkan para golongan muda
Selama di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta terus didesak oleh para golongan muda untuk
segera melakukan proklamasi.

Namun, banyak yang setuju jika proklamasi dilakukan di Jakarta. Oleh karena itu, Achmad
Soebardjo maju sebagai tokoh yang meyakinkan golongan muda mengizinkan Soekarno-Hatta
kembali ke Jakarta.

Bahkan, Achmad Soebardjo memberi jaminan taruhan nyawa bahwa proklamasi akan
dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.

Setelah permintaan Achmad Soebardjo disetujui, Soekarno-Hatta pun dibawa kembali ke


Jakarta.

Sesampainya di Jakarta, Achmad Soebardjo langsung meminta izin kepada Laksamana Maeda
agar rumahnya dapat digunakan untuk menyusun naskah proklamasi.

Menyusun naskah proklamasi


Setelah mendapat izin dari Laksamana Maeda, Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo
langsung merumuskan naskah proklamasi.

Selama proses perumusan, Achmad Soebardjo turut menyumbangkan gagasannya pada


bagian pertama naskah proklamasi.

Kalimat proklamasi yang disumbangkan oleh Achmad Soebardjo berbunyi, "Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia".

Disusul kemudian dengan gagasan dari Bung Hatta pada bagian kedua konsep naskah
proklamasi.
Setelah naskah proklamasi selesai disusun dan ditandatangani, upacara proklamasi
dilaksanakan

soekarni kartodiwirjo

Soekarni, yang nama lengkapnya adalah Soekarni Kartodiwirjo, adalah tokoh pejuang
kemerdekaan dan Pahlawan Nasional Indonesia. Gelar Pahlawan Nasional Indonesia
disematkan oleh Presiden Joko Widodo, pada 7 November 2014 kepada perwakilan keluarga di
Istana Negara Jakarta.

Kelahiran: 14 Juli 1916, Blitar


Meninggal: 7 Mei 1971, Jakarta

Pasangan: Nursjiar Machmoed (m. ?–1967)

Anak: Emilia Iragiliati Soekarni

Orang tua: Kartodiwirjo, Supiah

Kebangsaan: Indonesia

Jabatan sebelumnya: Indonesian Ambassador to the People's Republic of China (1961–1964)

PERANAN Soekarni Kartodiwirjo DALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN:


1.Menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok
Setelah berita menyerahnya Jepang terhadap Sekutu terdengar, para golongan muda segera
meminta Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Namun, Soekarno-Hatta masih menolak. Berawal dari situ, timbul konflik antara golongan
muda dan golongan tua.

Pada 15 Agustus 1945, para pemuda memutuskan untuk mengadakan rapat yang diketuai oleh
Chareul Saleh di Pegangsaan Timur.

Mereka berusaha untuk mendesak Soekarno-Hatta agar proklamasi kemerdekaan segera


dilaksanakan.

Karena usulan mereka terus ditolak, akhirnya, para golongan muda kembali berunding pada 16
Agustus 1945 di Jalan Cikini 71.

Hasilnya, para golongan muda memutuskan untuk menculik Soekarno-Hatta ke


Rengasdengklok agar tidak terpengaruh oleh Jepang.

Sukarni, yang termasuk dalam golongan muda, ikut terlibat dalam upaya penculikan
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.

2.Mengusulkan tanda tangan Soekarno-Hatta


Selama di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta terus didesak untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan, selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus 1945.

Pada akhirnya, Soekarno-Hatta menyetujui hal tersebut dan dibawa kembali ke Jakarta untuk
segera mempersiapkan kemerdekaan dengan menyusun naskah proklamasi
Begitu naskah selesai dibuat, Soekarno yang didukung oleh Hatta mengusulkan agar semua
peserta yang hadir dalam rapat menandatangani teks tersebut.

Namun, Sukarni mengusulkan agar Soekarno dan Hatta saja yang menandatangani naskah
proklamasi.

Selain itu, ia juga mengusulkan supaya naskah proklamasi dituliskan atas nama bangsa
Indonesia.

Pada akhirnya, naskah proklamasi ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa
Indonesia

Burhanuddin Mohammad Diah

Burhanuddin Mohammad Diah (7 April 1917 – 10 Juni 1996) adalah seorang tokoh pers,
pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia.

Meninggal: 10 Juni 1996 (umur 79); Jakarta, Indonesia

Lahir: 7 April 1917; Banda Aceh, Hindia Belanda

Pekerjaan: Diplomat

Presiden: Soekarno
Peran B.M Diah dalam proklamasi Indonesia:
Merebut percetakan Jepang
Karena Asia Raya ditutup ketika Jepang kalah dari Sekutu, pada akhir September 1945, BM
Diah berusaha untuk merebut percetakan Jepang, Djawa Shimbun

Pada 1 Oktober 1945, BM Diah kemudian membuat koran Indonesia bernama Harian
Merdeka, di mana ia berperan sebagai pemimpin redaksi.

Diangkat sebagai Duta Besar Indonesia Pada 1959, BM Diah dipercaya menjadi duta besar
Indoensia untuk Cekoslovakia dan Hongaria.

Setelah itu, BM Diah dipindahkan ke Inggris (1962-1964), kemudian ke Thailand (1964-1966).

Sayuti Melik

Mohamad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik, dicatat dalam sejarah
Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dia adalah
suami dari Soerastri Karma Trimurti, seorang wartawati dan aktivis perempuan pada zaman
pergerakan dan zaman setelah kemerdekaan

Kelahiran: 22 November 1908, Kabupaten Sleman

Meninggal: 27 Februari 1989, Jakarta

Anak: Moesafir Karma Boediman, Heru Baskoro


Pasangan: S.K. Trimurti (m. 1938–1989)

Orang tua: Abdul Mu'in, Sumilah

Tempat pemakaman: Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta

Kebangsaan: Indonesia

peran Sayuti Melik dalam kemerdekaan Indonesia:


Saksi penyusunan teks proklamasi
Sebelum menjadi juru ketik proklamasi, Sayuti Melik telah terlibat dalam proses
penyusunannya sejak awal

Ia diketahui menjadi saksi penyusunan teks proklamasi kemerdekaan di ruang makan rumah
Laksamana Maeda.

Sayuti Melik mewakili golongan muda untuk membantu Soekarno menyusun naskah
proklamasi. Sedangkan Moh Hatta dibantu oleh Sukarni.

Setelah selesai dibuat, Sayuti Melik mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh
Soekarno dan Mohammad Hatta.

Pada awalnya, sempat terjadi perdebatan mengenai siapa yang akan mendantangani naskah
proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Soekarno mulanya mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh semua peserta
yang datang, seperti deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat.

Akan tetapi, usulan tersebut ditolak oleh golongan muda yang menginginkan bebas dari
pengaruh Jepang.

Sayuti Melik pun akhirnya mengusulkan agar Soekarno dan Hatta saja yang menandatangani
naskah proklamasi.

Alasan pemilihan Soekarno dan Hatta adalah karena kedua tokoh ini telah diakui sebagai
pemimpin rakyat Indonesia.

Usulan Sayuti Melik pun disetujui oleh para peserta yang datang, sehingga Soekarno dan Hatta
yang menandatangani teks proklamasi atas nama rakyat Indonesia.
Mengubah tiga kata dalam naskah proklamasi

Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik teks proklamasi yang sudah disusun bersama.

Naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dari Soekarno diketik oleh Sayuti Melik dengan
alasan agar tidak menimbulkan persepsi yang salah tentang proklamasi.

Ditemani BM Diah, Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi di ruang bawah dekat dapur
rumah Laksamana Maeda.

Dalam proses pengetikan, Sayuti Melik mengubah tiga kata di dalamnya teks proklamasi yang
telah disusun sebelumnya

Latief Hendraningrat

Brigadir Jenderal TNI lahir dari pasangan Raden Mas Mochamad Said Hendraningrat dan
Raden Ajeng Haerani. Ayah Latief adalah seorang demang atau wedana di wilayah Jatinegara
yang berdarah ningrat Jawa.

Kelahiran: 15 Februari 1911, Jakarta

Meninggal: 14 Maret 1983, Jakarta

Pendidikan: Rechtshoogeschool te Batavia

Kebangsaan: Indonesia, Kekaisaran Jepang


Lahir: 15 Februari 1911; Batavia, Hindia Belanda

Masa dinas: 1943—1967

Pangkat: Brigadir Jenderal TNI

Peran Latief Hendraningrat dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan:


Memastikan keamanan upacara proklamasi
Pada 17 Agustus 1945 pagi, ketika para tokoh telah hadir di Jalan Pegangsaan Timur untuk
mengikuti prosesi upacara proklamasi, Latief mendampingi Soekarno-Hatta menuju serambi
depan.

Latief mendampingi Soekarno dan Hatta karena ia bertanggung jawab atas keamanan selama
upacara berlangsung.

Menurut catatan sejarah, Latief berdiri di sebelah kanan Soekarno. Pasukan lainnya juga siap
siaga menjaga keamanan di rumah Bung Karno.

Hal ini sangat perlu dilakukan apabila tiba-tiba Jepang melakukan penyerangan

Mengibarkan bendera merah putih


Setelah Soekarno selesai membacakan naskah proklamasi, muncul dua pemuda membawa
baki yang sudah ditaruh bendera Merah Putih di atasnya.

Kedua pemuda ini rupanya berjalan mendekat ke arah Latief. Tanpa ada arahan sebelumnya,
tiba-tiba Latief diberi amanat untuk mengibarkan bendera Merah Putih bersama dengan
Suhud.

Latief yang tidak bisa menolak pun memenuhi amanat tersebut. Sehingga peran Latief
Hendraningrat dan Suhud dalam upacara proklamasi kemerdekaan adalah sebagai pengibar
Sang Saka Merah Putih.

Dalam mengibarkan Sang Saka Merah Putih, keduanya juga ditemani SK Trimurti

Pada upacara bendera pertama setelah Indonesia merdeka, Sang Saka Merah Putih dinaikkan
dengan diiringi lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman.

Meski dilakukan dengan sangat sederhana, upacara tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Pasca-kemerdekaan, Latief terlibat dalam beberapa pertempuran untuk mempertahankan
kedaulatan Indonesia. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 1948, Latief menjabat
sebagai Komandan Komando Kota Yogyakarta.

Latief sempat dikepung ketika sedang bergerilya bersama pasukannya di Yogyakarta.

Setelah Agresi Militer berakhir, pada 1949, ia ditugaskan di Markas Besar Angkatan Darat dan
ditunjuk menjadi atase militer RI untuk Filipina pada 1952.

A.R. Soehoed

Dr. Ir. Abdoel Raoef Soehoed adalah Menteri Perindustrian Indonesia pada Kabinet
Pembangunan III pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Ia juga pernah bertugas sebagai
anggota Angkatan Udara Republik Indonesia dengan pangkat terakhir Mayor Udara

Kelahiran: 2 Maret 1920

Meninggal: 7 Juni 2014

Pendidikan: Institut Teknologi Bandung


Buku: Banjir ibukota: tinjauan historis dan pandangan ke depan : serangkaian pemikiran
strategi terpadu jangka panjang, lainnya

Lahir: 2 Maret 1920; Batavia, Hindia Belanda

peranan Soehoed pada proklamasi kemerdekan:


Terletak pada andil mereka untuk mengamankan, serta melakukan pengibaran Bendera Merah
Putih pertama kali sejak Indonesia menyatakan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945

Raden Suwiryo

Raden Suwiryo adalah seorang tokoh pergerakan Indonesia. Ia juga pernah menjadi Wali kota
Jakarta dan Ketua Umum PNI. Ia juga pernah menjadi Wakil Perdana Menteri pada Kabinet
Sukiman-Suwiryo.

Kelahiran: 17 Februari 1903, Kabupaten Wonogiri


Meninggal: 27 Agustus 1967, Jakarta

Pendidikan: Rechtshoogeschool te Batavia

Jabatan sebelumnya: Wakil Perdana Menteri Indonesia (1950–1951), lainnya

Tempat pemakaman: Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta

Partai: Partai Nasional Indonesia

Lahir: 17 Februari 1903; Wonogiri, Kadipaten Mangkunegaran, Keresidenan Surakarta, Hindia


Belanda

Peranan Raden suwiryo pada proklamasi kemerdekan:


Peran Soewirjo (Suwiryo) :

Beliau adalah Gubernur Jakarta Raya yang mengusahakan kegiatan upacara proklamasi dan
pembacaan proklamasi berjalan aman dan lancar.

Moewardi

Dr. Moewardi adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya pernah diabadikan
menjadi sebuah rumah sakit di Surakarta, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

Kelahiran: 30 Januari 1907, Kabupaten Pati


Meninggal: Surakarta

Pendidikan: School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (1933), Europeesche Lagere School
(1921), lainnya

Kebangsaan: Indonesia

Anak: 7

Lahir: 30 Januari 1907; Randukuning, Pati, Keresidenan Semarang, Hindia Belanda

Orang tua: : Mas Sastrowardojo (ayah); Roepeni (ibu);

Peranan Mewardi dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia:


Moewardi ditunjuk menjadi pemimpin Barisan Pelopor untuk seluruh Jawa, dan bertugas
mengamankan para pemimpin perjuangan dan lokasi pembacaan teks proklamasi dari
ancaman kerusuhan. Sesudah pembacaan teks proklamasi, Moewardi juga membentuk
Barisan Pelopor Istimewa untuk mengawal Presiden Soekarno.

Frans Mendur

Frans Soemarta Mendur adalah salah satu dari para fotografer yang mengabadikan detik-detik
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Bersama saudara kandungnya,
Alex Mendur, mereka turut mengabadikan persitiwa bersejarah ini.

Kelahiran: 16 April 1913, Kecamatan Kawangkoan


Meninggal: 24 April 1971, Jakarta

Saudara kandung: Alex Mendur, Juliana Mendur, Bernard Mendur, Paul A Mendur, Tientje
Mendur, lainnya

Kebangsaan: Indonesia

Lahir: 16 April 1913; Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara

Peran Frans Mendur PADA Kemerdekaan Indonesia:


salah satu dari para fotografer yang mengabadikan detik-detik proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Bersama saudara kandungnya, Alex Mendur, mereka
turut mengabadikan persitiwa bersejarah ini

Joesoef Ronodipoero

Moehammad Joesoef Ronodipoero adalah duta besar Indonesia. Pada awalnya ia dikenal
sebagai penyiar kemerdekaan Republik Indonesia secara luas. Selain itu ia pernah menjadi
Duta Besar luar biasa Indonesia di Uruguay, Argentina, dan Chili.

Kelahiran: 30 September 1919, Salatiga

Meninggal: 27 Januari 2008, Jakarta Pusat


Dimakamkan: 28 Januari 2008, Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta

Organisasi didirikan: Radio Republik Indonesia

Dikenal atas: Menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; Mendirikan Radio Republik


Indonesia

Lahir: 30 September 1919; Salatiga, Hindia Belanda

Peran Joesoef Ronodipoero


Muhammad Yusuf Ronodipuro atau Yusuf Ronodipuro dianggap sebagai salah satu tokoh
pahlawan Indonesia karena perannya dalam menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
ke seluruh dunia saat dia bekerja di Radio Hoso Kyoku. Dia juga adalah salah satu pendiri dari
Radio Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1945, yang berdiri sampai sekarang, dan
kemudian hari jadinya diperingati setiap tanggal 11 September.

Wikana

Wikana adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Bersama Chaerul Saleh, Sukarni dan
pemuda-pemuda lainnya dari Menteng 31, mereka menculik Soekarno dan Hatta dalam
Peristiwa Rengasdengklok dengan ...

Kelahiran: 18 Oktober 1914, Sumedang

Meninggal: Jakarta
Anak: Kania Kingkin Pratapa, Lenina Soewarti Wiasti Wikana Putri, lainnya

Partai: Partai Komunis Indonesia

Jabatan sebelumnya: Anggota Konstituante Republik Indonesia (1956–1959)

Kebangsaan: Indonesia

Lahir: 18 Oktober 1914; Sumedang, Jawa Barat, Hindia Belanda

peran Wikana dalam kemerdekaan Indonesia:


Memiliki koneksi dengan Angkatan Laut Jepang
Pada 16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta diculik ke Rengasdengklok oleh Wikana dan para tokoh
golongan muda supaya segera memproklamasikan kemerdekaan dan terhindar dari pengaruh
Jepang.

Wikana menyampaikan kepada Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan


kemerdekaan Indonesia, karena Jepang sudah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Setelah dibujuk di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia untuk


memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Berkat Wikana, yang memiliki koneksi dengan Angkatan Laut Jepang (Kaigun), proses
penyusunan proklamasi bisa dilakukan di rumah Laksamana Maeda di Menteng, begitu
Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Proses perumusan proklamasi pun terjamin keamanannya karena dilakukan di rumah


Laksamana Maeda

Mengatur kebutuhan pembacaan proklamasi


Pada 16 Agustus 1945, Laksamana Maeda mengizinkan Soekarno-Hatta, Wikana, dan tokoh
lainnya untuk menyusun proklamasi di kediamannya.

Selama penyusunan teks proklamasi berlangsung, Wikana mempersiapkan hal lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan proklamasi.

Ia mengatur segala macam keperluan pembacaan proklamasi di rumah Bung Karno di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56

Menjamin keamanan selama proklamasi


Begitu naskah proklamasi selesai disusun dan ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama
bangsa Indonesia, keesokan harinya, pada 17 Agustus 1945, upacara kemerdekaan
dilaksanakan.

Wikana berperan penting dalam peristiwa ini. Pasalnya, ia membujuk para tentara Jepang
untuk tidak mengganggu prosesi upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Wikana ditunjuk sebagai Menteri Negara Urusan Kepemudaan
dalam Kabinet Sjahrir I dan II periode 1945-1946

Sutan Sjahrir

Sutan Syahrir adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi politikus dan perdana menteri pertama Indonesia. Ia
menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947.

Kelahiran: 5 Maret 1909, Padang Panjang

Meninggal: 9 April 1966, Zürich, Swiss

Pasangan: Siti Wahyunah (m. 1951–1966), Maria Duchateau (m. 1936–1948), lainnya

Jabatan sebelumnya: Perdana Menteri Indonesia (1945–1947), lainnya


Anak: Siti Rabyah Parvati Sjahrir, Kriya Arsyah Sjahrir

Cucu: Shahrina Tiara Wardhani

Partai: Partai Sosialis Indonesia

Peran Sutan Sjahrir dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia:


Mengetahui kabar kekalahan Jepang
Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Orang yang pertama kali mendengar atau mengetahui berita kekalahan Jepang dalam Perang
Dunia II ialah Sutan Sjahrir.

Berita kekalahan Jepang ini awalnya berusaha ditutupi, tetapi berhasil terdengar oleh Sutan
Sjahrir, melalui siaran radio yang saat itu dilarang.

Selama Perang Dunia II, Sutan Sjahrir terus mengikuti perkembangannya dengan cara
sembunyi-sembunyi mendengarkan berita dari stasiun radio luar negeri.

Begitu mengetahuinya, Sutan Sjahrir segera menghubungi Chairil Anwar dan menyebarluaskan
berita tersebut kepada para pemuda pro-kemerdekaan.

Sutan Sjahrir juga langsung menginfokan kabar tersebut kepada Mohammad Hatta. Akan
tetapi, reaksi yang ia dapatkan tidak seperti yang diharapkan.

Moh Hatta sempat tidak memercayai berita tersebut dan memilih untuk menunggu kepastian
bahwa Jepang memang betul-betul kalah.

Merasa kecewa, Sutan Sjahrir memilih pola pergerakan yang nonkooperatif dengan
menggunakan gerakan bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang

Menculik Soekarno dan Hatta


Sutan Sjahrir dan para golongan muda lainnya mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun, Soekarno dan Hatta tidak memenuhi permintaan para golongan muda, karena mereka
ingin proklamasi dilaksanakan melalui PPKI, organisasi kemerdekaan bentukan Jepang.
Alhasil, untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang, Sutan Sjahrir berinisiatif
untuk mengasingkan mereka ke Rengasdengklok.

Selama di pengasingan, Soekarno dan Hatta terus dibujuk agar bersedia melakukan
proklamasi kemerdekaan Indonesia selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus 1945

Akhirnya, karena terus didesak oleh golongan muda, Soekarno menyetujui usulan tersebut.

Soekarno dan Hatta pun segera dibawa kembali ke Jakarta dan memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Anda mungkin juga menyukai