ANDREAS GIDRO
XI MIPA 4
MOHAMMAD HATTA
A. IDENTITAS TOKOH
B. PENDIDIKAN TOKOH
Mohammad Hatta pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah
swasta. Setelah enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan
Rafiah, kakaknya. Namun, pelajarannya berhenti pada pertengahan semester kelas
tiga. Ia lalu pindah ke ELS di Padang (kini SMA Negeri 1 Padang) sampai tahun
1913, dan melanjutkan ke MULO sampai tahun 1917. Di luar pendidikan formal,
ia pernah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan
beberapa ulama lainnya. Selain keluarga, perdagangan memengaruhi perhatian
Hatta terhadap perekonomian. Di Padang, ia mengenal pedagang-pedagang yang
masuk anggota Serikat Oesaha dan aktif dalam Jong Sumatranen Bond sebagai
bendahara. Kegiatannya ini tetap dilanjutkannya ketika ia bersekolah di Prins
Hendrik School. Mohammad Hatta tetap menjadi bendahara di Jakarta.
Kakeknya bermaksud akan ke Mekkah, dan pada kesempatan tersebut, ia
dapat membawa Mohammad Hatta melanjutkan pelajaran di bidang agama, yakni
ke Mesir (Al-Azhar).Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas surau di
Batuhmpar yang memang sudah menurun sejak meninggalnya Abdurrahman.
Namun, hal ini diprotes dan mengusulkan pamannya, Idris untuk
menggantikannya.Menurut catatan Amrin Imran, Pak Gaeknya kecewa dan Syekh
Arsyad pada akhirnya menyerahkan kepada Tuhan.
C. KEHIDUPAN RUMAH TANGGA TOKOH
Pada 18 November 1945, Hatta menikah dengan Rahmi Hatta dan tiga hari
setelah menikah, mereka bertempat tinggal di Yogyakarta. Kemudian, dikarunai 3
anak perempuan yang bernama Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi'ah Hatta,
dan Halida Nuriah Hatta.
Di sinilah Bung Hatta berperan sangat luar biasa besar dalam masa-
masa kritis dan paling menentukan bagi keutuhan NKRI. Di saat Indonesia
sedang benar-benar di ambang kehancuran, seorang putera Minangkabau
yang telah ditempa oleh kedisiplinan belajar yang mencengangkan, oleh
keluasan wawasan yang didapat dari melahap 16 peti buku yang selalu ia
bawa kemanapun. Dengan kepiawaiannya berargumentasi dan
berdialektika, Hatta berhasil mendesak Belanda sekaligus mengambil
simpatik seluruh dunia pada Konferensi Meja Bundar (23 Agustus – 2
November 1949).
Dengan memanfaatkan reaksi keras dunia internasional terhadap
berbagai pelanggaran yang dilakukan Belanda pada perjanjian Linggarjati
dan Renville dengan melangsungkan agresi militer. Belum lagi tindakan
tegas Hatta pada penumpasan pemberontakan komunis di Madiun
1948 yang menambah simpatik pihak Amerika (yang anti-
komunis) terhadap Indonesia. Ditambah dengan penyalahgunaan alokasi
dana setelah Perang Dunia II yang seharusnya digunakan Belanda untuk
membangun negara, malah digunakan untuk menyerang negara lain. Bung
Hatta dapat pulang ke tanah air dengan senyum lebar penuh kemenangan,
karena dirinya telah berhasil menghadiahkan NKRI (kecuali Irian Barat)
sebuah pengakuan kedaulatan resmi dari Belanda dan juga dunia
internasional. Kalo bukan karena seorang Bung Hatta yang waktu itu
pergi mewakili Indonesia di KMB, mungkin yang namanya negara
Republik Indonesia sudah hilang dari peta dunia seutuhnya 65 tahun
yang lalu.
SANG KREATOR EKONOMI BANGSA
Inti dari pemikiran Bung Hatta sendiri terdiri atas dua aspek pokok,
yaitu transformasi ekonomi dan transformasi sosial (economics and social
transformation) yang ia nilai merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak
dapat dipisahkan.