Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH INDONESIA

BIOGRAFI MOHAMMAD HATTA

ANDREAS GIDRO
XI MIPA 4
MOHAMMAD HATTA

A. IDENTITAS TOKOH

Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta adalah  negarawan dan ekonom


Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia pertama.Mohammad
Hatta lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha yang berasal
dari Minangkabau. Ayahnya merupakan seorang keturunan ulama tarekat
di Batuhampar, dekat Payakumbuh, Sumatra Barat dan ibunya berasal dari
keluarga pedagang di Bukittinggi. Ia lahir dengan nama Muhammad Athar pada
tanggal 12 Agustus 1902 dan meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77
tahun. Ia bersama Soekarno memainkan peranan sentral dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda
sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia pernah menjabat
sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Pada 1956, ia
mundur dari jabatan wakil presiden karena berselisih dengan Presiden Soekarno.
Hatta dikenal akan komitmennya pada demokrasi. Ia mengeluarkan Maklumat
X yang menjadi tonggak awal demokrasi Indonesia. Di bidang ekonomi,
pemikiran dan sumbangsihnya terhadap perkembangan koperasi membuat ia
dijuluki sebagai Bapak Koperasi. Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai
salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui
Keppres nomor 081/TK/1986.Namanya bersanding dengan Soekarno sebagai
Dwi-Tunggal dan disematkan pada Bandar Udara Soekarno-Hatta. Di Belanda,
namanya diabadikan sebagai nama jalan di kawasan perumahan
Zuiderpolder, Haarlem.

B. PENDIDIKAN TOKOH
Mohammad Hatta pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah
swasta. Setelah enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan
Rafiah, kakaknya. Namun, pelajarannya berhenti pada pertengahan semester kelas
tiga. Ia lalu pindah ke ELS di Padang (kini SMA Negeri 1 Padang) sampai tahun
1913, dan melanjutkan ke MULO sampai tahun 1917. Di luar pendidikan formal,
ia pernah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan
beberapa ulama lainnya. Selain keluarga, perdagangan memengaruhi perhatian
Hatta terhadap perekonomian. Di Padang, ia mengenal pedagang-pedagang yang
masuk anggota Serikat Oesaha dan aktif dalam Jong Sumatranen Bond sebagai
bendahara. Kegiatannya ini tetap dilanjutkannya ketika ia bersekolah di Prins
Hendrik School. Mohammad Hatta tetap menjadi bendahara di Jakarta.
Kakeknya bermaksud akan ke Mekkah, dan pada kesempatan tersebut, ia
dapat membawa Mohammad Hatta melanjutkan pelajaran di bidang agama, yakni
ke Mesir (Al-Azhar).Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas surau di
Batuhmpar yang memang sudah menurun sejak meninggalnya Abdurrahman.
Namun, hal ini diprotes dan mengusulkan pamannya, Idris untuk
menggantikannya.Menurut catatan Amrin Imran, Pak Gaeknya kecewa dan Syekh
Arsyad pada akhirnya menyerahkan kepada Tuhan.
C. KEHIDUPAN RUMAH TANGGA TOKOH

Pada 18 November 1945, Hatta menikah dengan Rahmi Hatta dan tiga hari
setelah menikah, mereka bertempat tinggal di Yogyakarta. Kemudian, dikarunai 3
anak perempuan yang bernama Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi'ah Hatta,
dan Halida Nuriah Hatta.

D. LATAR BELAKANG PERJUANGAN TOKOH

Sejak bersekolah di MULO Hatta telah banyak terlibat dalam pergerakan


pemuda. Salah satunya adalah JBS (Jong Sumatranen Bond), sebuah perkumpulan
pemuda Sumatera. Di sana ia menjabat sebagai bendahara di kepengurusan pusat.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang bendahara, ia tidak pernah lalai dan
sangat menghargai waktu. Baginya, membuang waktu sama saja dengan
membuang kesempatan untuk berproduksi. Suatu ketika Hatta pernah menolak
bertemu dengan teman yang datang terlambat, saat berjanji akan bertemu
dengannya.  Karena hal ini, banyak koleganya yang menganggap dirinya
sombong.
Hatta adalah seorang pribumi yang aktif menyuarakan kemerdekaan melalui
pergerakan nasional. Sebagai ketua organisasi Perhimpunan Indonesia, Hatta 
merealisasikan gagasannya untuk mengawal Indonesia menuju kemerdekaan.
Bahkan, ia pernah berkata tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bukti
bahwa Hatta sangat mencintai bangsanya daripada dirinya sendiri. Hatta
memandang kemerdekaan bukan hanya simbol kemegahan bangsa, tetapi juga
untuk kemanusiaan dan peradaban.
Ia banyak memberi kritik terhadap pergerakan nasional di Indonesia yang
dianggapnya tidak mencerminkan kepribadian bangsa. Hatta pernah mengkritik
Soekarno karena dianggap tidak konsisten dalam menjalankan tuntutan
nonkooperasi dengan  Belanda. Pada saat itu, Hatta marah besar karena Soekarno
mengirimkan surat yang berisi penyesalannya kepada pemerintah Belanda.
Soekarno menulis akan berhenti melakukan pergerakan politik yang menentang
pemerintah. Ia juga menulis akan bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Hatta
mengecam tindakan Soekarno ini dengan menulis “Tragedie Soekarno” dalam
Daulat Ra’jat edisi 30 November 1933.
Hatta sangat menekankan pergerakan nasional yang disertai kesadaran,
bukan asal beramai-ramai mendendangkannya. Hatta selalu memikirkan solusi
sebuah masalah secara mendalam. Baginya, setiap keputusan yang diambil harus
melalui pertimbangan yang matang. Ia selalu memperhatikan berbagai aspek yang
berpengaruh dalam masalah. Memang dalam hal ini, Hatta lebih rasional
dibandingkan Soekarno yang dinilai emosional.
Saat menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Soekarno, hubungan
di antara keduanya terjalin sangat baik. Tidak ada yang tahu mengapa kedua tokoh
ini menjadi begitu akrab dan mesra. Setiap keputusan selalu mereka tetapkan
berdua. Sangat jarang terlihat perselisihan paham pada masa ini. Padahal, pada
masa-masa pergerakan nasional Hatta sering berbeda pendapat dengan Soekarno.
Bahkan, tidak jarang timbul konflik di antara keduannya. Hatta lebih berhati-hati
dalam mengambil keputusan. Meskipun begitu Hatta selalu bersikap tegas dalam
mempertahankan keputusannya. Ia tidak gegabah, tetapi berani dan konsisten.

E. PERAN TOKOH DALAM MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN

 MERUMUSKAN TEKS PROKLAMASI

Moh. Hatta memiliki peranan besar dalam persiapan kemerdekaan


Indonesia. Bersama Soekarno dan Ahmad Soebardjo, pria berdarah
Minang ini turut menyusun naskah proklamasi. Moh. Hatta diketahui
menyumbang kalimat pertama untuk teks proklamasi. Selain merumuskan
naskah, Bung Hatta juga menandatangani teks proklamasi bersama Bung
Karno.

 MEMPERJUANGKAN INDONESIA DI KONFERENSI MEJA


BUNDAR

Meski telah resmi merdeka, Belanda masih enggan mengakui


kedaulatan Indonesia. Belanda masih berupaya merebut Indonesia lewat
agresi militer hingga perjanjian internasional. Beruntungnya, Indonesia
memiliki sosok Moh. Hatta.
Berbekal tekad dan kemampuannya, Moh. Hatta berhasil mendesak
Belanda dan mengambil simpatik dunia pada Konferensi Meja Bundar.
Akhirnya, Indonesia pun mendapat pengakuan dari Belanda dan dunia.

 MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

Saat-saat mendekati Proklamasi pada 22 Juni 1945, Badan


Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
membentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan dengan tugas
mengolah usul dan konsep para anggota mengenai dasar negara Indonesia.
Panitia kecil itu beranggotakan 9 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno.
Anggota lainnya Bung Hatta, Mohammad Yamin, Achmad
Soebardjo, A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus
Salim, dan Abikusno Tjokrosujoso.

Kemudian pada 9 Agustus 1945, Bung Hatta bersama Bung Karno


dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat (Vietnam) untuk dilantik
sebagai Ketua dan Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Badan ini bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI dan
menyiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak Jepang kepada Indonesia.
Pelantikan dilakukan secara langsung oleh Panglima Asia
Tenggara Jenderal Terauchi. Puncaknya pada 16 Agustus 1945,
terjadilah Peristiwa Rengasdengklok hari dimana Bung Karno bersama
Bung Hatta diculik kemudian dibawa ke sebuah rumah milik salah seorang
pimpinan PETA, Djiaw Kie Siong, di sebuah kota
kecil Rengasdengklok (dekat Karawang, Jawa Barat).
Penculikan itu dilakukan oleh kalangan pemuda, dalam rangka
mempercepat tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia. Malam hari,
mereka mengadakan rapat untuk persiapan proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol 1
Jakarta. Sebelum rapat, mereka menemui somabuco (kepala pemerintahan
umum) Mayjen Nishimura untuk mengetahui sikapnya mengenai
pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pertemuan tersebut tidak
menghasilkan kesepahaman sehingga tidak adanya kesepahaman itu
meyakinkan mereka berdua untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan
itu tanpa kaitan lagi dengan Jepang.

F. PENGARUH PERJUANGAN TOKOH BAGI INDONESIA

 Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949)

Proklamasi kemerdekaan Indonesia memang sudah terlaksana 17


Agustus 1945, keesokan harinya Soekarno diangkat menjadi presiden,
sementara Hatta menjadi wakil presiden. Dalam situasi ini, jangan
dibayangkan proklamasi kemerdekaan dirayakan dengan sorak-sorai oleh
seluruh lapisan masyarakat seolah-olah kita sudah ‘menang sepenuhnya’.
Dalam kondisi ini, tantangan berikutnya yang harus dihadapi
adalah: pengakuan dunia internasional. Karena tanpa adanya pengakuan
dunia internasional, proklamasi 17 Agustus 1945 di Jakarta hanyalah
dianggap sebagai bentuk “upaya sekelompok orang yang ngaku-ngaku
mendirikan negara” yang hanya disaksikan oleh masyarakat lokal sekitar
dan tidak mewakili kehendak seluruh kepulauan Nusantara.

Negara Indonesia yang masih bayi memiliki 2 PR besar, yaitu upaya


mempertahankan status kemerdekaan dari serangan militer manapun yang
berupaya merebut daerah NKRI. Kedua adalah upaya memenangkan
pengakuan dunia internasional yang perlu diperjuangkan dalam
bentuk perundingan dan perjanjian. Dalam periode awal kemerdekaan,
Bapak-Bapak pendiri Bangsa Indonesia, betul-betul harus berjuang susah-
payah untuk menyelesaikan 2 PR besar tersebut. Dari mulai isi perjanjian
Linggarjati dan Renville yang sangat merugikan pihak Indonesia. Sampai
agresi militer Belanda 1-2 yang menggerogoti wilayah NKRI yang
notabene adalah bentuk pelanggaran oleh Belanda sendiri terhadap
perjanjian Linggarjati dan Renville.
Ini adalah peta daerah kekuasaan Indonesia pada 1 Desember 1948.
Bahkan tiga tahun berlalu setelah Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan, Belanda masih belum mau mengakui kedaulatan NKRI dan
berupaya merebutnya dengan agresi militer maupun perjanjian
internasional.

Status geografis Negara Indonesia 1 Desember 1948 yang hanya


meliputi sebagian Sumatera dan Jawa

Puncak “kekalahan” Indonesia adalah serangan agresi militer


Belanda II ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948 dan
berhasil menangkap Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan beberapa tokoh lainnya.
Saat itu, Indonesia saat itu benar-benar kalah telak, hancur berantakan
hampir tak berbekas. Jatuhnya ibukota negara (saat itu Yogyakarta adalah
ibukota RI), beserta presiden dan perdana menteri Indonesia menjadi
tawanan musuh ini memaksa Indonesia mendirikan Pemerintah Darurat
Republik Indonesia di Bukittinggi yang dipimpin oleh Sjafruddin
Prawiranegara.
Untungnya di saat-saat kritis, TNI masih bisa menunjukkan
taringnya dengan melakukan serangan 1 Maret 1949 ke Jogyakarta dan
memaksa Belanda untuk melakukan perundingan ulang yaitu Perjanjian
Roem-Roijen. Perjanjian ini berlangsung alot sehingga memerlukan
kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka untuk mewakili
Indonesia dalam kesempatan terakhir merebut kembali jati diri Negara di
Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Bung Hatta (duduk di meja kedua dari kanan) yang saat itu
berstatus sebagai Perdana Menteri,  mewakili Indonesia dalam
perundingan Konferensi Meja Bundar 1949

Di sinilah Bung Hatta berperan sangat luar biasa besar dalam masa-
masa kritis dan paling menentukan bagi keutuhan NKRI. Di saat Indonesia
sedang benar-benar di ambang kehancuran, seorang putera Minangkabau
yang telah ditempa oleh kedisiplinan belajar yang mencengangkan, oleh
keluasan wawasan yang didapat dari melahap 16 peti buku yang selalu ia
bawa kemanapun. Dengan kepiawaiannya berargumentasi dan
berdialektika, Hatta berhasil mendesak Belanda sekaligus mengambil
simpatik seluruh dunia pada Konferensi Meja Bundar (23 Agustus – 2
November 1949).
Dengan memanfaatkan reaksi keras dunia internasional terhadap
berbagai pelanggaran yang dilakukan Belanda pada perjanjian Linggarjati
dan Renville dengan melangsungkan agresi militer. Belum lagi tindakan
tegas Hatta pada penumpasan pemberontakan komunis di Madiun
1948 yang menambah simpatik pihak Amerika (yang anti-
komunis) terhadap Indonesia. Ditambah dengan penyalahgunaan alokasi
dana setelah Perang Dunia II yang seharusnya digunakan Belanda untuk
membangun negara, malah digunakan untuk menyerang negara lain. Bung
Hatta dapat pulang ke tanah air dengan senyum lebar penuh kemenangan,
karena dirinya telah berhasil menghadiahkan NKRI (kecuali Irian Barat)
sebuah pengakuan kedaulatan resmi dari Belanda dan juga dunia
internasional. Kalo bukan karena seorang Bung Hatta yang waktu itu
pergi mewakili Indonesia di KMB, mungkin yang namanya negara
Republik Indonesia sudah hilang dari peta dunia seutuhnya 65 tahun
yang lalu.
 SANG KREATOR EKONOMI BANGSA

Hatta adalah seorang ahli ekonomi terbesar yang pernah dimiliki


Indonesia. Bung Hatta memiliki pemikiran untuk melakukan
pembangunan Indonesia dengan mewujudkan kemakmuran dan keadilan
yang merata bagi rakyat sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. 

Inti dari pemikiran Bung Hatta sendiri terdiri atas dua aspek pokok,
yaitu transformasi ekonomi dan transformasi sosial (economics and social
transformation) yang ia nilai merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak
dapat dipisahkan. 

Pemikiran ekonomi Bung Hatta menghubungkan teori ekonomi,


realitas, dan keinginan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.
Hattanomics sendiri memiliki tiga pilar utama yaitu: penguasaan aset oleh
negara, kontrol terhadap swasta, dan tumbuhnya perekonomian rakyat
yang mandiri. 

Bung Hatta memiliki pandangan bahwa penguasaan negara atas aset


nasional bukan hanya pada produksi listrik, telepon, air minum, dan kereta
api, tetapi juga kekuasaan atas industri-industri pokok seperti
pertambangan, kehutanan bahkan perbankan. Sehingga negara benar-benar
memegang semua cabang produksi yang "menguasai hajat hidup orang
banyak". 

Untuk merealisasikan hal ini, Negara boleh menggunakan pinjaman


dari luar negeri dengan beberapa persyaratan, yaitu hutang harus bisa
diangsur dari kelebihan produksi sehingga tidak mengurangi pendapatan
negara dari pajak. 

Selain itu yang sangat penting adalah harus ada pengalihan


keterampilan pengelolaan perusahaan dari tenaga ahli asing kepada tenaga
lokal. Akhirnya, agar bisa mengubah kebijakan perekonomian pada masa
penjajahan Belanda, Bung Hatta terjun ke dunia politik. 

Dengan latar belakang penyusun UUD 1945, Bung Hatta berusaha


sekuat tenaga untuk memasukkan ekonomi kerakyatan sebagai prinsip
dasar sistem perekonomian Indonesia. Mohammad Hatta berusaha
menciptakan ekonomi yang mengimplementasikan nilai-nilai Pancaila
dalam kegiatan ekonomi. 

Mohammad Hatta membuat sistem perekonomian yang


menguntungkan anggotanya, menyejahterakan anggotanya agar
perekonomian di Indonesia berjalan dengan lancar. 
GALERI FOTO TOKOH

Anda mungkin juga menyukai