Anda di halaman 1dari 8

MOHAMMAD HATTA

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia yang diampu oleh
Bapak Mahdi Taruna Putra

Oleh:
Nama : Arya Saputra
NIS : 0018017637

Kelas :
XII IPA 3

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 MUARA JAWA
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian integrasi bangsa yaitu usaha atau proses menyatukan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional. Konsep integrasi nasional di Indonesia cukup unik karena banyaknya
keragaman yang dijumpai dari mulai suku, budaya, ras dan agama. Integrasi nasional
dalam bingkai bhinneka tunggal ika pun bisa diwujudkan. Tentu ada syarat syarat
integrasi nasional yang harus dipenuhi demi terwujudnya persatuan bangsa.
Terwujudnya sebuah negara kesatuan yang terintegrasi juga tidak lepas dari peran
sejumlah tokoh bangsa. Mereka tetap menghendaki dan mempertahankan bangsa
Indonesia dalam kesatuan yang utuh baik dari Sabang sampai dengan Merauke.
Banyak para tokoh pejuang prontegrasi yang berjuang untuk mewujudkan indonesia
dalam kesatuan yang utuh, salah satunya yaitu Mohammad Hatta.

B. Rumusan Masalah

1. Latar belakang kehidupan Mohammad Hatta.

2. Perjuangan Mohammad Hatta dalam mempertahankan Integrasi Bangsa.


BAB II
ISI

A. Biografi Mohammad Hatta


Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12
Agustus 1902. Nama asli dari Moh Hatta adalah Mohammad Athar. Muhammad
Djamil, ayahnya merupakan seorang pemuka agama yang meninggal ketika Moh
Hatta berusia 8 bulan. Sehingga Moh Hatta dibesarkan oleh keluarga ibunya yang
merupakan keluarga saudagar.Beliau terkenal sebagai salah satu pahlawan nasional
dan tokoh Proklamator yang membawa Indonesia merdeka bersama Presiden
Soekarno. Mohammad Hatta merupakan tokoh yang sangat bersahaja dan
sederhana hingga akhir hayatnya. Peran Mohammad Hatta dalam merintis dan
membawa Indonesia merdeka sangat besar. Tak heran banyak yang
mengidolakannya. Hatta juga yng akrab dikenal dengan sebutan Bung Hatta
merupakan salah satu founding father Indonesia dan Wakil Presiden RI Pertama.
Hatta mempunyai sumbangan pemikiran penting bagi masyarakat Indonesia
mengenai koperasi. Dasar- dasar pemikirannya, kemudia dirumuskan dalam Pasal 33
UUD 1945. Oleh karena itu, Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi.

1. Masa Muda Mohammad Hatta Hingga ke Belanda


Bung Hatta kecil atau Mohammad Athar awalnya bersekolah di
sekolah swasta, kemudia pindah setelah 6 bulan ke sekolah rakyat. Pada
pertengahan semester 3, beliau pindah ke ELS (Europeesche Lagere
School) hingga tahun 1913 yang saat ini dikenal sebagai SMA N 1 Padang.
Setelah itu, beliau menempuh pendidikan ke MULO (Meer Uitgerbreid
Lager Onderwijs).

Semenjak bersekolah di MULO, Mohammad Hatta sudah mulai tertarik


untuk belajar dan mengikuti berbagai bidang seperti organisasi pemuda.
Hinga akhirnya beliau menjadi bendahara dalam Jong Sumatranen Bond.

Bung Hatta kemudian meneruskan pendidikannya di Handels Hogeschool,


Belanda pada tahun 1921 hingga 1931 yang saat ini bernama Universitas
Erasmus Rotterdarm. Selama melanjutkan pendidikan tingginya, beliau
mengikuti organisasi sosial dan bergeser menajdi organisasi politik karena
adanya 3 serangkai yang sedang diasingkan di negeri Belanda.
Bersama Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, dan Tjipto
Mangoenkoesoemoe, organisasi tersebut bernama Isdische Vereniging
yang kemudian pada 1922 berganti nama menjadi Indonesische
Vereniging dan berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Bung
Hatta menjadi bendahara sekaligus pembimbing sebuah majalah
bernama Hindia Putera.

Pada tahun 1926, tepatnya tanggal 17 Januari, Bung Hatta memimpin


Perhimpunan Indonesia yang mengakibatkan keterlambatan dalam
menyelesaikan pendidikannya. Pada tahun yang sama, bung Hatta
didatangi oleh Semaun, anggota PKI yang kemudian tercipta sebuah
perjainjan bernama Konvensi Semaun-Hatta. Konvensi tersebut
menyebabkan Hatta dimusuhi oleh Pemerintah Belanda.

Tahun berikutnya, 25 September tahun 1927, Mohammad Hatta resmi


ditangkap oleh pihak Belanda karena mengikuti pertai teralarang yang
dikaitkan dengan konvensi Semaun-Hatta. Dipenjara di Rotterdarm,
Belanda, selama 3 tahun, hingga akhirnya Bung Hatta beserta 3 rekannya
dibebaskan oleh Mahkamah Pengadilan Den Haag dari segala tuduhan
pada dirinya.

2. Mohammad Hatta Kembali Ke Indonesia


Setelah menyelesaikan studinya di Belanda, bung Hatta kembali ke
Tanah Air. Hatta kemudian sibuk menuliskan berbagai artikel dari politik
hingga ekonomi di Daulah Ra’jat dan mengikuti berbagai kegiatan politik
lainnya. Beberapa artikel yang terkenal dan ditulis oleh Bung Hatta adalah
“Soekarno Ditahan” terbit 10 Agustus 1933 dan “Tragedi Soekarno” terbit
pada 30 November 1933

Semua tulisan Bung Hatta merupakan salah satu reaksi penolakan


terhadap Soekarno yang ditahan oleh Pemerintah Belanda, berikut
pengasingan Soekarno ke Pulau Flores. Pemerintah Belanda melanjutkan
penangkapan dan pengasingan pada kompeni Partai Pendidikan Nasional
Indonesia, dan mereka ditahan selama satu tahun, kemudian diasingkan
ke Boen Digoel.

Selama pengasingan di Boen Digoel, Bung Hatta tetap menulis artikel


untuk beberapa surat kabar pemandangan. Bung Hatta sempat
dipindahkan pengasingan ke Banda Neira dan lebih bebas berekspresi
hingga akhirnya dipertemukan dengan Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr.
Iwa Kusumasumantri.

Tahun 1942, Belanda mulai menyerah kepada Jepang. Jepang mulai


menguasai wilayah Tanah Air. Hatta kembali ke Jakarta dan menjadi
penasihat hingga diberikan penghargaan berupa kantor dan rumah untuk
ditinggali.

3. Pengunduran Diri Mohammad Hatta Sebagai Wakil Presiden dan


Wafatnya Mohammad Hatta

Pada 12 Juli 1947, Bung Hatta mengadakan Kongres Koperasi Pertama


yang saat ini diperingati sebagai Hari Koperasi Indonesia, berikut
ditetapkannya Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia karena jasa
dan pergerakannya yang istimewa dalam bidang ekonomi dan bidang
koperasi. Hal tersebut melengkapi biografi Mohammad Hatta yang luar
biasa.

Pada 1955, Bung Hatta menyatakan bahwa beliau akan mengundurkan


diri dari jabatan wakil presiden karena pada pemerintahan parlementer,
wakil presiden sudah tidak diperlukan lagi. Setelah menulis surat
sebanyak 2 kali, permintaan Bung Hatta dikabulkan oleh DPR. Beliau
lengser dai kedudukannya setelah 11 tahun menjadi wakil presiden
indonesia pada 30 Noember 1956.

Pada tahun 1963, ketika Presiden Soekarno berada pada masa kejayaan,
Bung Hatta sakit hingga dilarikan ke Swedia agar perawatan lebih
maksimal. Tahun 1980 tepat pada tanggal 14 Maret Pukul 18.56, Bung
Hatta meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Beliau dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta dengan upacara
kenegaraan.

Tahun 1972, Bung Hatta dianugerahi Bintang Republik Indonesia Kelas 1.


Tahun 1986, beliau diangkat sebagai Pahlawan proklamator dan pada 7
November 2012, beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

B. Perjuangan Mohammad Hatta Mempertahankan Integrasi Bangsa

Semangat perjuangannya mulai muncul ketika dirinya menjadi


mahasiswa di Sekolah Tinggi Dagang ( Handels Hoge School ) yang berada di
Rotterdam Belanda. Mohammad Hatta membentuk Perhimpunan Indonesia (
Indoesische Vereeniging ) pada tahin 1922. Sejalan dengan Soekarno atau
yang biasa dikenal dengan Bung Karno, Hatta juga berpaham nasionalis.
Menurutnya , rasa nasionalisme atau kebangsaan muncul karena adanya
perasaan senasib yang dirasakan dalam diri bangsa Indonesia. Nasionalisme
itu juga ditentukan oleh adanya kesadaran terhadap persamaan dan tujuan.
Bung Hatta juga menginginkan agar masyarakat Indonesia menganut paham
kebangsaan yang menjunjung tinggi nilai – nilai kebersamaan. Hal ini
merupakan pijakan utama agar terjadi integrasi nasional.
Bung Hatta juga dikenal sebagai peletak dasar politik luar negeri
Indonesia. Melalui Pidatonya di depan KNIP pada 2 September 1948 yang
diberi judu; “ Mendatung di Antara Dua Karang”, Bung hatta mengatakan, “
Mestikah kita bangsa Indonesia yang berjuang untuk kemerdakaan bangsa
dan negara kita hanya harus memilih antara pro-Rusia atau pro-Amerika?
Apakah tidak ada pendirian lain yang harus kita ambil untuk mengejar cita-
cita kita?” Menurut Bung Hatta, politik luar negeri Indonesia setidak-tidaknya
mengandung empat tujuan, yaitu 1() mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dan menjaga keselamatan negara, (2) mengimpor barang- barang
yang dibutuhkan rakyat, terutama yang tidak diproduksi atau tersedia dalam
negeri, (3) perdamaian internasional, (4) persaudaraan antarbangsa yang
sesuai dengan cita-cita yang terkandung dalam Pancasila

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara


Indonesia masih memiliki tugas yang diantaranya yaitu berupaya
mempertahankan status kemerdekaan bangsa Indonesia dan juga
mempertahankan serangan militer dari manapun yang akan berupaya
merebut kembali bangsa Indonesia. Dalam periode awal kemerdekaan, para
tokoh pejuang Bangsa Indonesia, betul-betul harus berjuang susah-
payah untuk mengerjakan tugas tersebut. Mulai dari perjanjian Linggarjati
dan Renville yang sangat merugikan pihak Indonesia. Sampai agresi militer
Belanda 1 dan 2 yang bertujuan untuk merebut kembali bangsa Indonesia ke
tangan bangsa Belanda.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 Mohammad Hatta ditunjuk sebagai


Wakil Presiden pertama bangsa Indonesia bersama dengan Soekarno yang
sekaligus menjadi Presiden pertama bangsa Indonesia. Pemerintan Indonesia
pindah dari Yogyakarta ke Jakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda
melalui perjanjian Renville dan Linggarjati namun tidak membuahkan hasil
yang baik untuk bangsa Indonesia, akhirnya Bung Hatta bergerak untuk
mencari dukungan dari luar negeri, dan akhirnya pada Juli 1947, Bung Hatta
pergi ke India menemui Jawahalarl Nehru dan Mahatma Gandhi, dengan
menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat Biju Patnaik
yang kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana
Menteri Monarji Desai). Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia
dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Para pejuang rela berkorban untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah,
tidak sedikit pula mereka yang rela mengorbankan nyawa mereka dan meninggalkan orang
yang mereka sayangi hanya untuk bangsa Indonesia. Maka dari itu kita sebagai penerus
bangsa haruslah mengingat dan menghargai jasa mereka yang sudah berjuang dengan cara
mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia agar tidak hilang kembali.

Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari perjuangan mereka, seperti Mohammad
Hatta walaupun dia sudah berulang kali keluar masuk penjara bahkan sampai diasingkan,
tetapi ia tetap tidak menyerah berjuang untuk bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Hapsari, Ratna dan Adil, M. 2018. Sejarah Indonesia. Untuk SMA Kelas XII. Jakarta :
PT. Penerbit Erlangga.
Sunarti, Linda dan Zuhdi, Susanto 2018. Sejarah Indonesia. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Sumber Internet :

Anda mungkin juga menyukai