Anda di halaman 1dari 5

Dr. (H.C.

) Drs. H. Mohammad Hatta

Bung Hatta juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri mulai dari Kabinet Hatta I
hingga RIS. Kemudian Bung Hatta mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956
karena ada perselisihan pendapat dengan Presiden Soekarno. Selain peran yang sudah
disebutkan di kalimat pertama, Hatta juga berjasa dalam memajukan koperasi di Indonesia.
Sehingga Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Sebagai penghargaan untuk menghargai jasa Bung Hatta, namanya sangat sering
diabadikan di berbagai tempat. Contohnya seperti bandara internasional Tangerang Banten
yang bernama Bandar Udara Soekarno-Hatta. Pada tanggal 14 Maret 1980, Hatta
menghembuskan nafas terakhir dan dimakamkan di Tanah Kusir di Jakarta. Bung Hatta
diangkat menjadi salah satu Pahlawan Proklamator Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1986
yang pada waktu itu Indonesia di bawah pemerintahan Suharto. Disebut pahlawan
proklamator karena termasuk orang yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Termasuk membuat teks kemerdekaan yang mengandung makna proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Sehingga beliau termasuk pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat.
Selain Muhammad Hatta, anda perlu mengetahui biodata pahlawan kemerdekaan yang lain.
Kehidupan di Masa Muda Muhammad Hatta

Mohammad Hatta lahir di Fort De


Kock pada tanggal 12 Agustus 1902.
Ayahnya bernama Muhammad Djamil dan
ibunya bernama Siti Saleha yang berasal dari
Minangkabau. Ayahnya adalah keturunan
dari ulama tarekat di Batuhampar yang masih
termasuk Sumatra Barat.[5] Sedangkan latar
belakang ibunya berasal dari keluarga
pedagang di Bukittinggi. Sebenarnya, Hatta
lahir dengan nama Muhammad Athar.Athar
adalah Bahasa Arab berarti harum. Sejak kecil Hatta sangat dekat dengan lingkungan yang
taat menjalankan ajaran agama Islam. Ayah Hatta meninggal saat dia umur tujuh bulan.
Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah dengan seorang pedagang dari Palembang
bernama Agus Haji Ning. Sejarah Islam di Indonesia memiliki cerita yang panjang.
Khususnya perkembangan Islam di Bukittinggi yang pesat membuat Hatta menjadi orang
yang sangat religius.

Mohammad Hatta pertama kali memasuki dunia pendidikan di sekolah swasta.


Setelah enam bulan, Hatta pindah ke sekolah rakyat. Hatta lalu pindah ke ELS di Padang
sampai tahun 1913. Lalu lanjut ke MULO hingga tahun 1917. Selain pengetahuan umum, ia
telah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad dan banyak ulama
lainnya. Hatta juga tertarik terhadap perekonomian. Di Padang, ia juga aktif dalam Jong
Sumatranen Bond sebagai bendahara.

Pada tanggal 18 November 1945, Hatta melangsungkan pernikahan dengan Rahmi


Hatta. Tiga hari setelah menikah mereka pindah dan bertempat tinggal di Yogyakarta. Dari
pernikahan mereka dikarunai tiga anak perempuan yang diberi nama Meutia Farida Hatta,
Gemala Rabi’ah Hatta dan Halida Nuriah Hatta.

Hatta memulai Pergerakan politiknya ketika dia mulai bersekolah di Belanda dari
1921 hingga 1932. Hatta bersekolah di Handels Hogeschool dan selama bersekolah di sana,
ia masuk organisasi sosial Indische Vereeniging yang awalnya organisasi biasa dan kini
berubah menjadi organisasi politik setelah adanya pengaruh dari Tiga Serangkai yaitu Ki
Hadjar Dewantara, Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker. Pada tahun 1923, Hatta
menjadi bendahara dan mengelola majalah Hindia Putera yang lalu berganti nama menjadi
Indonesia Merdeka.[16] Pada tahun 1924, organisasi ini berubah nama menjadi Indische
Vereeniging yang berarti Perhimpunan Indonesia.

Pada tahun 1926, ia diangkat menjadi pimpinan Perhimpunan Indonesia. Di bawah


kepemimpinannya, PI mulai berubah. Perhimpunan ini lebih fokus mengamati perkembangan
pergerakan di Indonesia dengan memberikan banyak ulasan dan banyak komentar di media
massa di Indonesia.  Pada tahun 1927, Hatta mengikuti sidang bertema “Liga Menentang
Imperialisme, Penindasan Kolonial dan untuk Kemerdekaan Nasional” di Frankfurt, Jerman.
Dalam sidang ini, ada gelagat dari pihak komunis dan utusan dari Uni Soviet yang ingin
menguasai sidang ini. Sehingga penilaian Hatta pada komunis menjadi negatif dan tidak bisa
percaya terhadap komunis.

Pada 25 September 1927, Hatta bersama Ali Sastroamijoyo ditangkap oleh penguasa
Hindia Belanda atas tuduhan mengikuti partai terlarang yang berhubungan dengan Semaun.
Dengan kata lain terlibat pemberontakan di Indonesia yang dilakukan PKI dari tahun 1926-
1927 dan melakukan penghasutan supaya menentang Kerajaan Belanda. Moh. Hatta sendiri
mendapat hukuman tiga tahun penjara. Tiga tokoh penting ini dipenjara di Rotterdam. Hingga
akhirnya mereka bebas karena semua tuduhan tidak bisa dibuktikan.

Sampai pada tahun 1931, Mohammad Hatta mundur dari kedudukannya ia berhenti
dari PI karena ingin fokus skripsi. Tapi tetap akan membantu PI. Akibatnya, PI jatuh ke
tangan komunis dan dikontrol langsung oleh partai komunis Belanda ditambah juga campur
tangan dari Moskow. Setelah tahun 1931, PI mengecam keras kebijakan Hatta dan Hatta
ditendang keluar dari organisasi.

Sekembalinya Hatta dari Belanda, ia ditawari untuk masuk kalangan Sosialis Merdeka
(Onafhankelijke Socialistische Partij, OSP). Sebenarnya dia menolak masuk, dengan alasan
ia harus berada dan berjuang hanya untuk Indonesia. Namun, pemberitaan media di Indonesia
waktu itu mengatakan bahwa Hatta bersedia menerima kedudukan tersebut. sehingga
Soekarno menuduhnya kurang konsisten. Kemudian, Hatta ditangkap Belanda dan dibuang
ke Digul lalu dipindah ke Neira. Di pengasingannya, Hatta terus menulis tentang analisis dan
mendidik pembaca. Selain menulis, dia juga aktif membaca. Sering kali juga Hatta diajak
bekerja sama dengan penguasa setempat. Kalau mau dia diberi gaji tinggi dan kalau tidak
mau, dia diberi gaji kurang. Gajinya tidak dia habiskan sendiri, tapi juga dibagi ke teman
yang kekurangan. Hatta juga aktif bercocok tanam di tahanan.

Pada tanggal 8 Desember 1941, angkatan perang Jepang menghancurkan Pearl Harbor
dan Ini memicu Perang Pasifik. Tentu saja serangan ini memicu perang pasifik dan perang
meluas hingga ke Indonesia. Dalam keadaan seperti ini Pemerintah Belanda memerintahkan
untuk memindahkan orang-orang buangan yang ada di Digul. Hatta dan Syahrir dipindahkan
pada Februari 1942, ke Sukabumi setelah menginap sehari di Surabaya dan naik kereta api ke
Jakarta.

Setelah itu Ia bertemu Mayor Jenderal Harada dan Harada menawarkan kerjasama
dengan Hatta. Kalau mau, ia akan diberi jabatan penting. Jepang mengharapkan agar Hatta
memberikan nasihat yang menguntungkan. Tapi Hatta memanfaatkan hal ini untuk membela
kepentingan rakyat Indonesia.
Bung Hatta dan para tokoh lain diundang ke Dalat (Vietnam) untuk dilakukan
pelantikan sebagai Ketua dan Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Badan ini bertujuan untuk melanjutkan hasil kerja BPUPKI dan menyiapkan pemindahan
kekuasaan dari pihak Jepang kepada Indonesia. Sejarah berdirinya BPUPKI sebenarnya juga
merupakan cara Jepang untuk menarik simpati.

Pelantikan dilakukan secara langsung oleh Panglima Jepang yang menguasai yaitu
Asia Tenggara Jenderal Terauchi. Puncaknya pada 16 Agustus 1945, terjadilah Peristiwa
Rengasdengklok hari dimana Bung Hatta dan Bung Karno diculik kemudian dibawa ke
sebuah rumah milik salah seorang pimpinan PETA yang berada di kota kecil
Rengasdengklok. Penculikan ini bertujuan untuk mempercepat tanggal proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945. Sejarah peristiwa Rengasdengklok cukup rumit karena perbedaan pendapat.

Di masa mempertahankan kemerdekaan, sebagai Wakil Presiden, Bung Hatta amat


gigih menyelamatkan Republik dengan cara mempertahankan naskah Linggarjati di Sidang
Pleno KNIP di Malang yang diselenggarakan pada tanggal 25 Februari – 6 Maret
1947. Sejarah perjanjian Linggarjati mempunyai cerita yang kompleks. Hasilnya, Persetujuan
Linggajati diterima oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Ketika saat terjadinya
Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, Hatta dapat meloloskan diri dari kepungan
Belanda bersama dengan Gubernur Sumatra Mr. T. Hassan.

Kemudian, Bung Hatta berhasil memperjuangkan Perjanjian Renville yang akhirnya


jatuh jatuhnya Kabinet Amir dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Latar belakang Perjanjian
Renville ini perlu diketahui. Pada era Kabinet Hatta yang dibentuk pada 29 Januari 1948,
Bung Hatta menjadi Perdana Menteri dan juga merangkap jabatan sebagai Menteri
Pertahanan. Di akhir tahun 1956, Hatta sudah tidak sejalan lagi dengan Bung Karno karena
dia tidak suka dengan politik memasukkan unsur komunis dalam kabinet pada waktu itu.
Sebelum mundur, dia mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah
Mada.
Biografi Mohammad Hatta: Pensiun dan Wafat

Hatta menghembuskan nafas terakhir tanggal 14 Maret 1980 pukul 18.56 di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta setelah hampir dua minggu dia dirawat di sana. Selama
hidupnya, Bung Hatta telah dirawat di rumah sakit sebanyak enam kali hingga dia meninggal.
Tepat keesokan harinya, Hatta disemayamkan di kediamannya Jalan Diponegoro 57, Jakarta
lalu dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Upacara pemakaman ini disambut dengan
upacara kenegaraan yang dipimpin secara langsung oleh Wakil Presiden pada era itu yaitu
Adam Malik. Hatta ditetapkan sebagai pahlawan proklamator pada tahun 1986 oleh ketika
Soeharto berkuasa. Pada 7 November 2012, Bung Karno dan Bung Hatta secara resmi
diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain
pahlawan nasional, Hatta juga termasuk tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia.
Demikian informasi tentang Biografi Mohammad Hatta sang pahlawan proklamator sekaligus
pahlawan nasional kita. Biografi Mohammad Hatta perlu anda ketahui agar memahami kisah
perjuangan Muhammad Hatta sejak dia lahir hingga, masa-masa perjuangan dan
pergerakannya hingga beliau meninggal dan dimakamkan. Tidak hanya Sumatera Barat yang
menghasilkan penyakit hebat. Pahlawan nasional Sumatera Utara juga cukup banyak.

Referensi :

 Soejitno, Hardjosoediro (1984). Kronologi Pergerakan Kemerdekaan


Indonesia. Jakarta: Pradnya Parmita.
 Imran, Amrin (1991). Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia
Biasa. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. OCLC 9072338.
 Noer, Deliar (2012). Jaap Erkelens, ed. Mohammad Hatta:Hati Nurani
Bangsa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-709-633-5.

Anda mungkin juga menyukai