Anda di halaman 1dari 4

a) Siapa saja tokoh yang layak diajukan?

b) Mengapa tokoh yang bersangkutan layak untuk diambil sebagai bahan pembelajaran
Profesionalisme Kedokteran?
c) Apa kelebihan tokoh yang bersangkutan yang belum tentu dimiliki dokter lain?
d) Apa penghargaan yang sudah pernah ia terima? (dari Lembaga, dari negara, dari
masyarakat)
e) Dalam hal apa sajakah tokoh tersebut menjadi Agent of change bagi lingkungannya?
f) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya kesuksesan tokoh tersebut?
g) Bagaimana peran ayah dan ibu pada keberhasilan yang ia capai?
h) Bagaimana peran keluarga (istri, anak anak) pada keberhasilan yang ia capai?

Wafat :

Berdasarkan catatan sejarah dari berbagai sumber, dokter Kariadi gugur dalam sebuah
perjuangan untuk menyelamatkan warga Semarang.

Saat itu, berembus kabar bahwa orang-orang Jepang yang kala itu menjajah telah meracuni
sumber air minum warga Semarang. Pada 14 Oktober 1945, isu soal racun yang telah dilarutkan
ke dalam sumber air minum warga Semarang itu beredar cepat. Mendengar hal tersebut, dokter
Kariadi segera mengambil tindakan untuk membuktikan kebenaran dari berita yang tersebar di
seluruh pelosok Semarang.

Di tengah situasi yang mencekam, dokter Kariadi pun berusaha menerobos Reservoir Siranda,


sebuah bangunan yang menjadi tempat penampungan air di Semarang.

Saat itu suasana kota Semarang sangat mencekam, karena tentara Jepang bersiaga dan
banyak melakukan serangan di beberapa titik, termasuk di sepanjang jalan menuju Reservoir
Siranda. Namun keadaan tersebut sama sekali tidak menggoyahkan niat dokter Kariadi, yang
menilai bahwa nyawa ribuan warga Semarang tengah dipertaruhkan.

Bergegas, dia lantas berangkat dari rumahnya di Karangtempel 196 (kini jalan dr Cipto
Semarang), menuju Siranda. Namun, baru mencapai sekitar Jalan Pandanaran (Bojong), dia
dihalang-halangi oleh tentara Jepang. Menurut luka yang tampak, putri dr Kariadi yang juga
seorang dokter menyatakan bahwa dr Kriadi dipukul pada bagian kepala sebelum ditembak dan
akhirnya terbunuh.

Gugurnya dokter Kariadi memicu kemarahan rakyat yang memang sedang terlibat konflik hebat
dengan pasukan Jepang. Saat itulah pecah pertempuran 5 hari di Semarang, yang memakan
korban sebanyak 2000 orang.

Perjuangan :

Kariadi, pria yang lahir pada 15 September 1905 itu, lahir di sebuah desa bernama Singosari,
Malang Jawa Timur.

Sejak kecil, Kariadi sudah menjadi yatim piatu yaitu ditinggal ayah dan ibunya yang wafat
pada usia muda. Situasinya semakin menyedihkan mengingat ia bukan datang dari keluarga
yang berada.

Beruntung, Kariadi masih memiliki kerabat yang peduli. Pamannya yang bekerja sebagai
Wedana di Singosari, Jawa Timur, kemudian merawatnya hingga besar.
Pendidikan Kariadi dimulai di Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Malang dan ditamatkan
di HIS Sidoardjo, Surabaya, lulus pada 1920. Pada 1921, dengan prestasi gemilang, dia
berhasil masuk  Nederlands Indische Artsen School (NIAS) atau Sekolah Kedokteran untuk
Pribumi di Surabaya sebagai angkatan ke-9.

Karena ketekunannya, dia berhasil menamatkan sekolah kedokteran Nederlandsch Indische


Artsen School pada 1931. Begitu lulus, dr Kariadi bekerja sebagai asisten tokoh pergerakan,
dr Sutomo, di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ, Rumah Sakit Umum) di Surabaya.
berat pekerjaannya, dr Kariadi mendapatkan pujian dari atasannya sebagai dokter terbaik
di antara 14 dokter lainnya.

Pada 1 Agustus 1933, dr Kariadi menikahi Sunarti yang merupakan lulusan dokter gigi
pribumi pertama di Hindia Belanda. Sayangnya ia tidak menghadiri prosesi pernikahan
tersebut. Sebagai gantinya pernikahan itu diwakilkan dengan sebilah keris miliknya.

Mengapa dr Kariadi tidak bisa hadir di pernikahannya sendiri? Alasannya, ia harus


menjalankan tugas di Manokwari, Papua. Kebetulan, penelitian Kariadi berfokus
memberantas penyakit malaria dan filariasis atau yang biasa dikenal dengan kaki gajah.

Demi keselamatan warga dan kelanjutan penelitiannya, Kariadi lalu memutuskan untuk
tinggal di Manokwari. Tidak sendirian, Sunarti pun kemudian mendampingi dirinya di
daerah bagian timur Indonesia itu.

Peran :

- Lahir dari keluarga sederhana membuat Kariadi tidak lupa dari mana ia berasal.
Kariadi juga dikenal sebagai sosok dokter yang dermawan. Setelah mendapat gaji
yang lumayan, tidak jarang dia membantu pasien yang hanya mampu membayar
jasa pengobatan dengan hasil pertanian. Bahkan ia rela memberi pengobatan
secara cuma-cuma atau gratis dengan merogoh koceknya sendiri untuk obat-
obatan dan membantu masyarakat.
- Kariadi juga menemukan formula minyak kenanga untuk menggantikan immersion oil.
Minyak tersebut diperlukan pada pemeriksaan spesimen darah pada mikroskop
karena saat itu minyak imersi (untuk memperjelas penglihatan di bawah mikroskop)
susah didapatkan, Kariadi menggunakan minyak (bunga) kenanga guna melakukan
penelitian malaria, saat menjalankan tugas dinasnya di manokwari, papua.
- Dengan kondisi serba terbatas, dr Kariadi meneliti virus malaria di manokwari
berbekal mikroskop. Berkat penelitiannya, Kariadi berhasil menemukan jenis
nyamuk baru yang menyebabkan malaria tersebut pada 1933.
- kepala laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara), 1 Juli 1942. Pada masa itu,
dia juga ditunjuk kepala jawatan pemberantasan malaria di Jawa Tengah.
- Di luar pekerjaannya, dr Kariadi gemar meneliti dan menulis beberapa artikel dan
jurnal tentang kesehatan salah satunya di majalah kedokteran saat itu, Het
Geneeskundige Tijdscrijft van Nederlands Indie. Jurnal dr Kariadi yang berjudul
"Enkele ervaringen met chinine en atebrin bij de behandeling van chronische
malaria in verband met het optreden van zwartwaterkoorts te Manokwari"
seringkali menjadi rujukan dalam penelitian malaria yang lebih lanjut.

Profesionalisme dan kelebihan :

sikap altruis (mendahulukan kepentingan orang lain), menjadi pribadi Kariadi. Ditunjukkan :

- tidak menghadiri pernikahannya sendiri


- Dalam kegentingan pemeriksaan air reservoir siranda, dia mengesampingkan
kenyamanan rumah dimana saat itu ia sudah dicegah oleh Soenarti istrinya yang juga
seorang dokter, serta dua anaknya Numaya Kartini dan Sri Hartini,

selain itu Kariadi bekerja untuk kemanusiaan.

- Kasus (malaria) di (Manokwari) Papua misalnya, dia berusaha memahami penyakit untuk
menyelamatkan orang Papua.
- hendak meneliti air yang diracun, dia melakukan tugas kemanusiaan bagi banyak orang,
” ujar Wasino yang juga wakil dekan bidang akademik Fakultas Ilmu Sosial Unnes.

Dr Kariadi tetap memilih berangkat memeriksa sumber air tersebut karena ini
menyangkut keselamatan ribuan penduduk kota Semarang. Langkahnya sempat dicegah
oleh keluarga dan tentunya istrinya Sunarti yang khawatir akan keselamatannya. Hanya
saja sang suami bersikeras untuk bergegas, Sunarti pun hanya bisa pasrah melepas
kepergian suaminya.

Penghargaan :

Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, pada 1962, di gedung induk RS Purusara


dibangun monumen dr Kariadi. Dua tahun berselang, RS Purusara (yang sejak 1949
menjadi RSUP Semarang), diganti namanya menjadi "Rumah Sakit Umum Pusat Dokter
Kariadi". Lalu pada Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1968, dr Kariadi dianugerahi
Satyalencana Kebaktian Sosial oleh Presiden Suharto, secara anumerta.

Anda mungkin juga menyukai