net/publication/348474196
CITATIONS READS
0 1,909
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by I Gede Suputra Widharma on 14 January 2021.
Oleh:
I Gede Suputra Widharma
TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BALI
2020
Metode dan Aplikasi Sistem Kontrol Otomatis
Abstrak:
A. Tujuan
- dapat membaca gambar gelombang keluaran dari kontroler proporsional (P).
- dapat menganalisa gelombang keluaran dari kontroler proporsional (P).
B. Dasar Teori
Metode kontrol proporsional (P) merupakan pengembangan dari
kontrol dua posisi (on/off). Dalam sistem kontrol dua posisi, elemen
pembangkit hanya mempunyai dua posisi tertentu yaitu on dan off. Kontrol
dua posisi atau on-off relatif sederhana dan tidak mahal dan dalam hal ini
sangat banyak digunakan dalam sistem kontrol industri maupun domestik.
Untuk kontroler dengan aksi kontrol proporsional, hubungan antara masukan
kontroler u(t) dan sinyal pembangkit kesalahan e(t) adalah
u(t) = Kpe(t)
atau dalam besaran transformasi Laplace
U ( s)
= Kp
E ( s)
dengan Kp adalah suku penguatan proporsional.
D. Gambar Rangkaian
3. Nilai Kp posisi 3
Kesimpulan
Ciri-ciri metode kontrol propersional harus di perhatikan ketika kontroler tersebut
diterapkan pada suatu sistem, secara experiment kontroler propersional harus
penggunaan memperhatikan ketentuan:
1. Jika nilai Kp kecil kontroler propesional hanya mampu mengkoreksi kesalahan
yang kecil schingga menghasilkan respon sistem yang lambat.
2. Jika Kp dinaikan respon sistem menunjukkan semakin cepat mencapai keaadan
mantapnya.
3. Namun jika Kp di perbesar sehingga mencapai harga berlebihan akan
mengakibatkan sistem bekerja tidal stabil atau menycbabkan sistem akan berisolasi.
METODE KONTROL DERIVATIVE (D)
A. Tujuan
- dapat membaca gambar gelombang keluaran dari kontroler derivative (D).
- dapat menganalisa gelombang keluaran dari kontroler derivative (D).
B. Dasar Teori
Pada kontrol derivative (D) gelombang output/keluaran Vout
adalah proporsional dengan daerah deviasi dari gelombang input/masukan
Vin. Proporsionalitas yang tetap disebut dengan koefisien dari aksi
derivative KD, sehingga :
Vout (t) = KDxVin(t)
𝑑𝑉𝑖𝑛(𝑡)
= KD 𝑑𝑡
∆𝑉𝑖𝑛(𝑡)
= KD lim
∆𝑡−0 ∆𝑇
Pada kondisi signal input konstan atau dalam hal ini Vin(t) =
konstan, sehingga diperoleh Vout(t) = 0. Ini berarti pengendali derivative
(D) tidak memberikan signal output jika signal input konstan.
Keluaran pengontrol Derivative memiliki sifat seperti halnya suatu operasi
differensial. Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol, akan
mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat. Gambar 1
menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara sinyal
esalahan dengan keluaran pengontrol.
E. Prosedur
1. Mengetest function generator (TFG) di seting pada kondisi:
Bentuk sinyal : Gelombang kotak (saklar A)
Ton/T : 9/10 (saklar C)
f/Hz : 10 Hz (potensiometer D)
u/V : 5 V (potensiometer B)
2. D controller, diseting pada kondisi, saklar E pada posisi ON, saklar dan
potensiometer F diatur pada nilai KD berturut-turut 0.02, 0.2, dan 2.
3. Osiloskop diseting menyesuaikan dengan konsisi gambar yang sedang
diamati, diatur pada posisi yang bagus.
4. Menghidupkan saklar utama pada modul power supply DL 2613, chanel 1
dari osiloskop (CH1) dihubungkan ke input (terminal Y1) dan chanel 2
(CH2) dihubungkan ke output kontroler (terminal Y2).
5. Membuat gambar keluaran dari kontroler D tersebut di dalam kertas grafik
pada nilai KD sesuai langkah no 2 diatas, catat besaran nilainya.
6. Mematikan saklar utama pada modul power supply DL 2613.
7. Menganalisa dan membandingkan ke tiga gambar yang telah anda buat.
8. Mematikan saklar utama pada modul power supply DL 2613
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil pengukuran gambar gelombang yang diperoleh dan
analisa data yang diperoleh bahwa control Deverative memiliki sifat untuk mendahului
sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan memprediksi eror
yang terjadi. Kontrol Deverative hanya berubah saat ada perubahan eror sehingga saat
eror statis control ini tidak bereaksi, hal ini pula yang akan menyebabkan kontroler
Deverative tidak dapat dipakai sendiri. Dengan meningkatkan nilai Kd dapat
meningkatkan stabilitas dan mengurangi overshoot.
METODE KONTROL INTEGRAL (I)
A. Tujuan
- dapat membaca gambar gelombang keluaran dari kontroler Integral (I).
- dapat menganalisa gelombang keluaran dari kontroler integral (I).
B. Dasar Teori
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon [sistem yang
memiliki kesalahan keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki
unsur integrator (1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu
menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan stabilnya nol.
Dengan pengontrol integral, respon sistem dapat diperbaiki, yaitu
mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol. Pengontrol integral
memiliki karaktiristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran sangat
dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan.
Keluaran pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus menerus dari
perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami
perubahan, keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya
perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas
bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan penggerak. Sinyal keluaran
akan berharga sama dengan harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan
berharga nol. Gambar 1 menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang
dimasukan ke dalam pengontrol integral dan keluaran pengontrol integral
terhadap perubahan sinyal kesalahan tersebut.
atau
Jika nilai e(t) ada dua (doubel), maka nilai u(t) bervariasi dua kali secara
cepat. Untuk pembangkit kesalahan nol, nilai u(t) tetap konstan. Aksi
kontrol integral biasanya disebut kontrol reset.
Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral
ditunjukkan oleh Gambar 3 Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka
nilai laju perubahan keluaran pengontrol berubah menjadi dua kali dari
semula. Jika nilai konstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal
kesalahan yang relatif kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi
besar.
Gambar 3. Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan
E. Prosedur
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
1. Membuat rangkaian seperti gambar rangkaian.
2. Mengetest function generator (TFG) di seting pada kondisi:
Bentuk sinyal : Gelombang kotak (saklar A)
Ton/T : 9/10 (saklar C)
f/Hz : 10 Hz (potensiometer D)
u/V : 5 V (potensiometer B)
3. Integral controller, diseting pada kondisi, saklar E untuk integral action
pada posisi ON, saklar dan potensiometer F diatur pada nilai KI berturut-
turut x1, dan 1.
4. Osiloskop diseting menyesuaikan dengan konsisi gambar yang sedang
diamati, diatur pada posisi yang bagus.
5. Menghidupkan saklar utama pada modul power supply DL 2613, channal
1 dari osiloskop (CH1) dihubungkan ke input (terminal Y1) dan channal 2
(CH2) dihubungkan ke output kontroler (terminal Y2).
6. Membuat gambar keluaran dari kontroler I tersebut di dalam kertas grafik,
mengukur besarnya nilai signal input U1 (terminal Y1) dan signal U2
(terminal Y2).
7. Mematikan saklar utama pada modul power supply DL 2613.
8. Saklar dan potensiometer F pada integral action element DL 2671 diatur
pada posisi X1 dan 2.
9. Membuat gambar keluaran dari kontroler I tersebut di dalam kertas grafik,
mengukur besarnya nilai signal input U1 (terminal Y1) dan signal U2
(terminal Y2).
10. Mematikan saklar utama pada modul power supply DL 2613.
11. Saklar dan potensiometer F pada integral action element DL 2671 diatur
pada posisi X1 dan 3.
12. Membuat gambar keluaran dari kontroler I tersebut di dalam kertas
grafik, ukurlah besarnya nilai signal input U1 (terminal Y1) dan signal
U2 (terminal Y2).
13. Mematikan saklar utama pada modul power supply DL 2613.
14. Menganalisa dan membandingkan ke tiga gambar yang telah anda buat.
15. Mematikan saklar utama pada modul power supply DL 2613.
F. Data Hasil Rangkaian Kontrol Integral
I. Analisis Data
Pengontrol integral memiliki karakteristik seperti halnya
sebuah integral keluarannya sangat dipengaruhi oleh perubahan
yang sebanding dengan sinyal nilai kesalahan, keluaran pengontrol
ini merupakan penjumlahan yang terus-menerus dari perubahan
masukannya, jika sinyal kesalan tidak mengalami perubahan
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadi perubahan
masukan.
Pada saat Ki = 10, maka grafik pada osiloskop menunjukan
gelombang transien, dimana gelombang tersebut memiliki tegangan
peak to peak sebesar 7,6V. Namun saat Ki = 20 dan Ki = 30 terjadi
pelonjakan tegangan.
Saat Ki = 20 tegang peak to peak sebesar 13,4V dan saat Ki =
30 gelombang memeliki tegangan peak to peak sebesar 24,8V. Hal
ini terjadi karena respon transien yang tinggi, sehingga dapat
menyebabkan ketidak stabilan system.
J. Kesimpulan
Kontrol Integral ini dapat memperbaiki sekaligus
menghilangkan respon steady state, namun pemilihan besarnya Ki
yang tidak tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi.
Sehingga dapat menyebabkan ketidak stabilan sistem.
Pemilihan nilai Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan
output berisolasi, namun konstanta integral Ki yang berharga besar
akan mempercepat hilangnya offset.
METODE PROPORSIONAL-DERIVATIVE CONTROLLER
A. Tujuan
- dapat membaca gambar gelombang keluaran dari kontroler proporsional
derivative (PD).
- dapat menganalisa gelombang keluaran dari kontroler proporsional
derivative (PD), dan dapat menjelaskan hubungan antara komponen-
komponen P dan D.
B. Dasar Teori
Pengendali derivative (D controller) selalu digunakan bersama-sama
dengan pengendali proporsional atau proporsional plus integral. Aksi
pengendali derivative mendahului kesalahan penggerak, mengawali
koreksi dini, dan cendrung memperbesar kestabilan sistem. Aksi kontrol
proporsional ditambah turunan didefinisikan dengan persamaan berikut.
E. Prosedur
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Membuat rangkaian seperti gambar rangkaian.
2. Test function generator (TFG) di seting pada kondisi:
Bentuk sinyal : Gelombang kotak (saklar A)
Ton/T : 9/10 (saklar C)
f/Hz : 10 Hz (potensiometer D)
u/V : 5 V (potensiometer B)
3. P controller DL 2670, diseting pada kondisi, saklar E dan potensiometer
aiatur pada KP = 10X0.1 = 1.
4. D controller DL 2672, saklar F pada posisi ON, saklar G dan
potensiometer diatur pada KD = 0.2X10s = 2s.
5. Osiloskop diseting menyesuaikan dengan konsisi gambar yang sedang
diamati, diatur pada posisi yang bagus.
6. Pengendali dalam konfigurasi parallel (cabel S1 connected – cabel S2 not
connected).
7. Hidupkan saklar utama pada modul power supply DL 2613, channal 1 dari
osiloskop (CH1) dihubungkan ke input (terminal Y1) dan channal 2 (CH2)
dihubungkan ke output kontroler (terminal Y2).
8. Buatlah gambar keluaran dari kontroler PD di dalam kertas grafik, ukurlah
besarnya nilai signal input U1 (terminal Y1) dan signal U2 (terminal Y2).
9. Matikan saklar utama pada modul power supply DL 2613.
10. Pengendali dalam konfigurasi seri (cabel S1 not connected – cabel S2
connected).
11. Buatlah gambar keluaran dari kontroler PD di dalam kertas grafik, ukurlah
besarnya nilai signal input U1 (terminal Y1) dan signal U2 (terminal Y2).
12. Matikan saklar utama pada modul power supply DL 2613.
13. Analisa dan bandingkan ke dua gambar yang telah anda buat.
14. Matikan saklar utam pada modul power supply DL 2613.
G. Analisi Data
Berdasarkan hasil pada rangkaian proporsional differensial (PD) mempunyai sifat
yang sama yaitu sinyal output akan melonjak pada posisi awal atau disebut dengan
dirac delta function. Kontroler ini berfungsi untuk menguatkan dan mengatur waktu
penurunan gelombang. Variable Kp (Konstanta Proporsional) berfungsi sebagai
penguat sinyal input, dan variable Kd (Konstanta Differensial) berfungsi untuk
mengatur waktu gelombang output berada di tegangan maksimal (pada saat berada di
tegangan maksimal). Jika nilai Kp diatur maka semakin tinggi Kp semakin besar
penguatan yang terjadi dan jika nilai Kd diatur maka akan semakin lama tegangan
berada di maksimalnya.
Pada grafik hasil dapat dilihat bahwa hasil gelombang memiliki bentuk perpaduan
antara output sinyal proporsional dan differensial. Berbeda jika kontrol yang
digunakan hanya proporsional maupun differensial maka sinyal output yang
dihasilkan masih memiliki kesalahan-kesalahan pada sinyal outputnya serta overhoot.
Disini perpaduan antara kontrol proporsional dan differensial akan mengurangi
kelemahan tersebut. Pada sistem pengendali PD saat dengan Kp = 1 dan Kd = 2
tampilan menunjukkan kenaikan pada nilai besaran pada sinyal output. Penggunaan
pengendali PD menghasilkan tanggapan yang lebih stabil dan overshoot lebih
berkurang dibandingkan dengan pengendali sebelumnya, namun pengaruh terhadap
terjadinya kesalahan – kesalahan masih terlihat.
H. Kesimpulan
Karena kontroler derivatif mampu mengurangi overshoot yang terjadi dalam
sistem kontrol, maka penggabungan dua tipe kontroler P dan D cukup efektif untuk
mendapatkan respon sistem yang baik. Kontroler PD memadukan fungsi kontroler P
dan D. Perpaduan antara pengendali Proporsional dan Differensial akan menghasilkan
gelombang output yang stabil jika dibandingkan dengan output sinyal dengan satu
pengendali.
METODE PROPORSIONAL-INTEGRAL (PI)
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Penggabungan beberapa alat pengendalian yang mempunyai aksi
berlainan, diharapkan akan saling melengkapi. Kelemahan (keterbatasan)
yang satu bisa ditutupi oleh kelebihan yang lain dan dimungkinkan juga
adanya penambahan keuntungan dari kelebihan masing-masing alat
pengendali individu.
Alat pengendali proporsional-integral (PI) adalah alat kendali hasil
kombinasi dari alat kendali proporsional (P) dan integral (I). Bentuk
matematis alat pengendalian ini merupakan kombinasi penambahan
persamaan alat kendali P dan alat kendali I :
𝐾𝑝 𝑡
𝑢(𝑡) = 𝐾𝑝. 𝑒(𝑡) + 𝑒(𝑡)𝑑𝑡
∫0
= Waktu Integral
Kedua parameter ini dapat diatur harganya. Waktu integral mengatur
aksi pengendalian integral namun perubahan penguatan proporsional
memengaruhi kedua bagian aksi pengendalian, yakni bagian proporsional
dan bagian integral. Dalam alat kendali integral, parameter
pengendaliannya biasa juga dinyatakan dengan laju reset (reset rate) atau
KI yang merupakan kebalikan dari waktu integral TI. Laju reset ini adalah
berapa kali per menit aksi bagian proporsional menjadi dua kali lipat.
Apabila pada masukan alat kendali diinjeksikan sinyal dengan fungsi
step, maka tanggapan yang terjadi pada keluaran alat kendali dapat
digambarkan sebagai berikut:
- Kabel secukupnnya
D. Gambar Rangkaian
E. Langkah
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.
2. Hubungkan trace 1 dari osiloskop ke signal U1 (terminal Y1) dari DL 2687
dengan volt/div = 1V/cm DC. Trace 2 dari osiloskop ke signal U2 (terminal
Y2) dari DL 2674 dengan volt/div = 1V/cm DC. Time base = 10ms/cm.
3. Lakukan setting peralatan sebagai berikut:
10. Ukurlah besar signal input U1 (terminal Y1) dan signal output U2
(terminal Y2). Analisa respon dari pengendali PI.
11. Matikan saklar utama pada power supply DL 2613.
F. Data Hasil Rangkaian
Konfigurasi Seri
Konfigurasi Paralel
H. Kesimpulan
Alat pengendali proporsional plus integral (PI) adalah alat kendali
hasil kombinasi dari alat kendali proporsional dengan integral. Dapat
disimpulkan bahwa respon signal output PI, yaitu pada saat signal
mengalami kenaikan atau penurunan, maka respon yang dihasilkan juga
akan naik ataupun turun pada outputnya. Pada saat signal output sudah
konstan, maka respon yang tadinya naik atau turun kemudian akan menjadi
konstan pula.
METODE PROPORSIONAL DERIVATIF INTEGRAL CONTROLLER
A. Tujuan
- Dapat menganalisa karakteristik dari pengendalian proporsional plus
integral plus derivative (PDI), dan dapat menjelaskan korelasi antara
komponen-komponen P, I, dan D.
- Dapat menganalisa respon dari PDI controller untuk signal step dan yang
terpenting untuk signal input, penguatan proporsional Kp, koefisien aksi
integral KI, dan koefisien aksi derivative KD.
- Dapat menganalisa respon dari PDI controller untuk signal ramp dan
yang terpenting untuk signal input, penguatan proporsional KP, koefisien
aksi integral KI, dan koefisien aksi derivative KD.
A. Dasar Teori
Kombinasi dari aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral, dan aksi kontrol
turunan disebut aksi kontrol proporsional ditambah integral ditambah turunan.
Kombinasi ini mempunyai keuntungan dibanding masing-masing kontroler. Untuk
menutupi semua kekurangan pada pengendali proporsional plus derivative (PD
controller) dan pengendali posional plus integral (PI controller). Ketiga mode yang ada
digabung menjadi pengendali proporsional plus derivative plus integral (PDI
controller). Persamaan dengan tiga kombinasi ini diberikan oleh:
𝐾𝑝 𝑡 𝑑𝑒(𝑡)
𝑢(𝑡) = 𝐾𝑝 𝑒(𝑡) + ∫ 𝑒 (𝑡)𝑑𝑡 + 𝐾𝑝 𝑇𝑑
𝑇𝑖 0 𝑑𝑡
𝑈(𝑠) 1
= 𝐾𝑝 (1 + + 𝑇𝑑 𝑠)
𝐸(𝑠) 𝑇𝑖 𝑠
1. Konfigurasi Seri
2. Konfigurasi Paralel
Kontrol ini merupakan system kendali analog yang menghasilkan sinyal output yang
sangat dipengaruhi oleh kontribusi hesar dari ketiga parameter P, I dan D. Penyetelan
konstanta Kp, Ki dan Kd akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-masing
elemen.
Pada pengendali jenis ini dapat dikatakan bahwa keluaran mengandalkan variabel proses
terukur, bukan pengetahuan mengenai prosesnya, maka dapat secara luas digunakan.
Dengan penyesuaian (tuning) ketiga parameter model, kontroler PID dapat memenuhi
kebutuhan proses. Respon kontroler dapat dijelaskan dengan bagaimana responnya PID
sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I dan D.
Penyetelan konstanta Kp, Ki dan Kd akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-
masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat disetel lebih menonjol
dibanding yang lain. Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi
pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.
Kontrol ini merupakan system kendali analog yang menghasilkan sinyal output yang
sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I dan D. Penyetelan
Konstanta Kp, Ki dan Kd akan mengakibatkun penonjolan sifat dari masing-masing
elemen.
Pada pengendali jenis ini dapat dikatakan buhwa keluaran mengandalkan variable proses
terukur, tuikan pengetahuan mengenai prosesnya, maka dapat secara luas digunakan.
Dengan penyesuaian (tuning) ketiga parameter model, kontroler PID dapat memenuhi
kebutuhan proses. Respon kontroler dapat dijelaskan dengan bagaimana responnya
terhadap kesalahan. besarnya overshoot dari setpoint, dan derajat osilasi sistem,
penggunaan algoritme PID tidak menjamin kontrol optimum sistem atau bahkan
kestabilan.
Pada grafik yang dihasilkan di layar osiloskop didapatkan bahwa pada saat Kp = 10x0.1,
Kd = 0.2x10 dan Ki = 10x10=100 maka gelombang output yang dihasilkan memiliki
bentuk gelombang yang hampir stabil. Hal tersebut dikarenakan pengaruhi oleh
kontribusi besar dari ketiga parameter P, I dan D.
F. Kesimpulan
Untuk menutupi semua kekurangan pada pengendali proporsional plus derivative (PD
controller) dan pengendali proporsional plus integral (PI controller), ketiga mode yang
ada digabung menjadi pengendali proporsional plus integral plus derivative (PID
contoller) unsur. P, I dan D masing-masing berguna untuk mempercepat reaksi sistem,
menghilangkan offset, dan mendapatkan energi ektra disaat-saat awal perubahan beban
(load).
Pada sistem pengendali proporsional (P), pengendali derivative (D) dan pengendali
integral (I) hasil dari pengukuran Pout merupakan setengah dari Pin, hal ini terjadi karena
jenis pengendali pada Pout dengan pengaturan potensiometer pada Kp, Ki dan Kd adalah
Kp = 10x0.1, Kd=0.2x10 dan Ki-10x10=100,
DAFTAR PUSTAKA
Amrutkar R, Vikharankar S, Ahire L. Security: Smart Homes Using Internet of Things (IOT),
International Engineering Research Journal (IERJ). 2016; 2(2): 558-561.
Astria F, Subito M, Nugraha D.W. Rancang Bangun Alat Ukur PH dan Suhu Berbasis Short
Message Service (SMS) Gateway. Jurnal MEKTRIK. 2014; 1(1):47-55.
Atmoko R.A. Sistem Monitoring dan Pengendalian Suhu dan Kelembaban Ruang pada Rumah
Walet Berbasis Android, Web, dan SMS, Seminar Nasional Teknologi Informasi &
Komunikasi Terapan. Semarang. 2013:283-290.
Hartalkar T, Bhore S, Borawake K, Naik S. GSM based Home Automation using MQTT.
International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences.
2015; 3(9):93-98.
Javed A. Building Arduino Projects for Internet of Things: Experiments with Real-World
Applications. Apress. 2016:4,190
Patel K.K, Patoliya J, Patel H. Low Cost Home Automation with ESP8266 and Lightweight
protocol MQTT.Transactions on Engineering and Sciences.2015; 3(6):14-19.
Suputra Widharma, I Gede, IGAP Arthadi, M Dian PP, Dimas DN, Gian FS. 2019. Paket
Program Aplikasi ArcGIS Analys dan Mapping. Politeknik Negeri Bali. Denpasar
Suputra Widharma, IG, M Sajayasa. 2017. Penerapan Mikrokontroller AT89S51 dalam Alat Uji
Ambang Batas Toleransi Kadar Alkohol pada Minuman Beralkohol (mikol). Logic:
Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi 13 (3), 124
Shafiudin S., Rohma. F.J., Prasetya A.E. Firmansyah R. Pemantau Ruang Inkubator Penetasan
Telur Ayam dengan Berbasis Telemetri Menggunakan Arduino UNO R3. Jurnal Nasional
Teknik Elektro, 2016:27-35.