Anda di halaman 1dari 20

MODUL IV PENGENALAN MATLAB UNTUK

PERANCANGAN,ANALISIS, DAN SIMULASI


SISTEM KENDALI POSISI
Galih Pratama Sulaeman (1710631160058)
Asisten: - Krisna Aditya
- Livia Ayudia Yuliani
Tanggal Percobaan: 12/03/2020
TEL61650- Praktikum Sistem Kendali
Laboratorium Komputasi – Fakultas Teknik UNSIKA

Abstrak
• Melakukan simulasi sistem pengendalian
Praktikum modul 4 ini akan mempelajari
kecepatan motor DC menggunakan software
tentang pengenalan matlab untuk
Matlab.
perancangan, analisis dan simulasi sistem
kendali posisi. Percobaan pertama akan
membuat fungsi transfer dan mencari nilai
pole dan zero nya. Selanjutnya adalah
mensimulasikan sistem pengendali posisi
motor DC lingkar terbuka dalam waktu diskrit
dan waktu kontinyu. Terakhir adalah membuat
diagram Simulink untuk kontrol PID. Harapan
dari praktikum kali ini adalah praktikan
mengerti tentang alat-alat yang sering
digunakan khususnya bidang elektro yaitu
dalam praktikum ini adalah menggunakan
software mathlab. Selain itu dapat membuat
sebuah rancangan mengenai sistem kendali
posisi pada waktu diskrit maupun waktu
kontinyu serta dapat melakukan analisis pada
fungsi transfer model yang diperoleh.
Kata kunci: Matlab, Kendali posisi, motor
DC, Rancangan control PID.
.

1. PENDAHULUAN
Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem
pengendalian, yaitu pengendalian lingkar terbuka dan
pengendalian lingkar tertutup. Pada pengendalian
lingkar terbuka, keluaran sistem tidak
diumpanbalikkan untuk dibandingkan dengan sinyal
referensi dan pada pengendalian lingkar tertutup,
keluaran sistem diumpan balikkan untuk
dibandingkan dengan sinyal referensi. Elemen-elemen
kontroller P, I dan D masing-masing secara
keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi
sebuah sistem, menghilangkan offset dan
menghasilkan perubahan awal yang besar [1].
Tujuan yang ingin dicapai pada modul ini
diantaranya:

• Mampu melakukan analisis dan simulasi


sistem pengendalian waktu kontinu
maupun waktu diskrit.
• Memahami konsep kestabilan sistem
pengendalian kecepatan motor DC.
• Mampu memahami pengaruh periode
sampling terhadap kestabilan sistem pada
analisis sistem waktu diskrit.
• Melakukan perancangan sistem pengendali
PID menggunakan software Matlab.
2. STUDI PUSTAKA

2.1 PENGENDALIAN POSISI


Berdasarkan fungsi transfer motor yang telah
diperoleh dari percobaan pada modul
sebelumnya, maka hubungan antara tegangan
input motor dengan posisi sudut motor dalam
domain Laplace sebagaimana dinyatakan dalam
persamaan berikut:

Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem


pengendalian, yaitu pengendalian lingkar terbuka
dan pengendalian lingkar tertutup. Pada
pengendalian lingkar terbuka, keluaran sistem tidak
diumpanbalikkan untuk dibandingkan dengan
sinyal referensi. Hal ini bisa menimbulkan kesalahan
keadaan tunak. Berikut ini adalah gambar diagram
blok sistem pengendalian lingkar terbuka:

Gambar 3.1 Sistem Pengendalian Lingkar Terbuka


Sedangkan pada pengendalian lingkar tertutup,
keluaran sistem diumpan balikkan untuk
dibandingkan dengan sinyal referensi. Hal ini
bertujuan agar keluaran sistem bisa sama dengan
nilai referensi. Dengan kata lain, kesalahan keadaan
tunak bisa diminimalkan. Berikut ini adalah gambar
diagram blok sistem pengendalian lingkar tertutup:

Gambar 3.2 Sistem Pengendalian Lingkar Tertutup

2.2 PENGENDALI PID DISKRIT


Prinsip dari pengendali PID diskrit secara umum
sama dengan pengendali PID kontinyu. Berikut
ini adalah bentuk pengendali PID diskrit dalam
domain dengan ( ) sebagai sinyal kendali dan ( )
sebagai sinyal eror, yang dalam proses
integrasinya menggunakan metode forward Euler:.
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 1
3. Waktu Puncak (tp) : Waktu yang dibutuhkan
agar tanggapan mencapai puncak simpangan
pertama kali.
4. resentase simpangan puncak, Mp : Perbandingan
Pengendali ini merupakan gabungan dari pengedali antara nilai puncak tertinggi dari kurva tangapan
proportional (P), integral (I), dan derivative (D). terhadap nilai akhir tanggapan
Berikut ini merupakan blok diagram dari sistem % Mp merupakan indikator langsung kestabilan
pengendali dengan untai tertutup (closed loop): relatif sistem.
5. Waktu Menetap (ts) : Waktu yang dibutuhkan
agar kurva tanggapan mencapai dan tetap
berada didalam batas-batas yang dekat dengan
nilai akhir.
Batas-batas tersebut dinyatakan dalam
Gambar 2-1 Gambar Closed Loop presentase mutlak dari nilai akhir (2% atau
5%)., ts berkaitan langsung dengan konstanta
Keluaran pengendali PID akan mengubah respon waktu terbesar sistem kendali tersebut.
mengikuti perubahan yang ada pada hasil
pengukuran sensor dan set point yang ditentukan. 2.4 PENGENDALI PROPOSIONAL
Pembuat dan pengembang pengendali PID
menggunakan nama yang berbeda untuk Pengendali proposional memiliki keluaran yang
mengidentifikasi ketiga mode pada pengendali ini sebanding/proposional dengan besarnya sinyal
diantaranya yaitu: kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan
P Proportional Band = 100/gain I dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana
Integral = 1/reset (units of time) dapat dikatakan, bahwa keluaran Pengendali
D Derivative = rate = pre-act (units of time) proporsional merupakan perkalian antara konstanta
proporsional dengan masukannya. Perubahan pada
Atau secara umum persamaannya adalah sebagai sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem
berikut : secara langsung mengubah keluarannya sebesar
konstanta pengalinya. Gambar berikut
menunjukkan blok diagram yang menggambarkan
hubungan antara besaran setting, besaran aktual
dengan besaran keluaran kontroller proporsional.
2.3 KARAKTERISTIK PENGENDALI PID Sinyal keasalahan (error) merupakan selisih antara
besaran setting dengan besaran aktualmya. Selisih
Respon keluaran yang akan menjadi target ini akan mempengaruhi kontroller, untuk
keluaran adalah: mengeluarkan sinyal positip (mempercepat
pencapaian harga setting) atau negatif
(memperlambat tercapainya harga yang
diinginkan).

Ciri-ciri kontroler proporsional harus diperhatikan


ketika kontroler tersebut diterapkan pada suatu
sistem. Secara eksperimen, pengguna kontroller
proporsional harus memperhatikan ketentuan-
ketentuan berikut ini:
Gambar 2-2 Jenis respon keluaran
1) Kalau nilai Kp kecil, kontroler proporsional
hanya mampu melakukan koreksi kesalahan
1. Waktu tunda (td) : Waktu yang diperlukan
yang kecil, sehingga akan menghasilkan
agar tanggapan mencapai 50 % nilai akhir
respon sistem yang lambat.
pertama kali.
2. Waktu naik (tr) : Waktu yang dibutuhkan agar
2) Kalau nilai Kp dinaikkan, respon sistem
tanggapan naik dari :
menunjukkan semakin cepat mencapai
0 % ke 100 % dari nilai akhirnya (teredam
keadaan mantabnya.
kurang) dan 10 % ke 90 % dari nilai akhirnya
(teredam lebih).
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 2
3) Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga 2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran
mencapai harga yang berlebihan, akan kontroler akan bertahan pada nilai sebelumnya.
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau 3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol,
respon sistem akan berosilasi. keluaran akan menunjukkan kenaikan atau
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya
sinyal kesalahan dan nilai Ki.
2.5 KONTROLER INTEGRAL 4. Konstanta integral Ki yang berharga besar
Kontroller integral berfungsi menghasilkan respon akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
sistem yang memiliki kesalahan keadaan mantap semakin besar nilai konstanta Ki akan
nol. Kalau sebuah plant tidak memiliki unsur mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
integrator (1/s ), controller proporsional tidak akan keluaran kontroler.
mampu menjamin keluaran sistem dengan
kesalahan keadaan mantabnya nol. Dengan 2.6 KONTROLER DIFERENSIAL
kontroller integral, respon sistem dapat diperbaiki,
yaitu mempunyai kesalahan keadaan mantapnya Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat seperti
nol. Kontroler integral memiliki karakteristik halnya suatu operasi derivatif. Perubahan yang
seperti halnya sebuah integral. Keluaran kontroller mendadak pada masukan kontroler, akan
sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan
dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran kontroler cepat. Gambar berikut menunjukkan blok diagram
ini merupakan jumlahan yang terus menerus dari yang menggambarkan hubungan antara sinyal
perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan kesalahan dengan keluaran kontroler.
tidak mengalami perubahan, keluaran akan
menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya
perubahan masukan. Sinyal keluaran kontroler
integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh
kurva kesalahan penggerak- lihat konsep numerik.
Sinyal keluaran akan berharga sama dengan harga
sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol.
Gambar berikut menunjukkan contoh sinyal
kesalahan yang disulutkan ke dalam kontroller
integral dan keluaran kontroller integral terhadap
perubahan sinyal kesalahan tersebut. hubungan
antara tegangan input motor dengan posisi sudut
motor dalam domain Laplace sebagaimana
dinyatakan dalam persamaan berikut: Gambar 2-4 Kurva waktu hubungan input-output
kontroler diferensial

Karakteristik kontroler diferensial adalah sebagai


berikut:
1) Kontroler ini tidak dapat menghasilkan
keluaran bila tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa sinyal kesalahan).
2) Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu,
maka keluaran yang dihasilkan kontroler
tergantung pada nilai Td dan laju perubahan
sinyal kesalahan.
3) Kontroler diferensial mempunyai suatu karakter
untuk mendahului, sehingga kontroler ini dapat
Gambar 2-3 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum
dan kurva u(t) terhadap t pada pembangkit pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi
kontroler diferensial dapat
Ketika digunakan, kontroler integral mempunyai mengantisipasi pembangkit kesalahan,
beberapa karakteristik berikut ini: memberikan aksi yang bersifat korektif, dan
1. Keluaran kontroler membutuhkan selang cenderung meningkatkan stabilitas sistem .
waktu tertentu, sehingga kontroler integral
cenderung memperlambat respon. Berdasarkan karakteristik kontroler tersebut,
kontroler diferensial umumnya dipakai untuk

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 3


mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak menyebabkan terjadinya overshoot dan osilasi yang
memperkecil kesalahan pada keadaan tunaknya. mengakibatkan keadaan tunak lama dicapai.
Kerja kontrolller diferensial hanyalah efektif pada
lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. c. Derivatif
Oleh sebab itu kontroler diferensial tidak pernah
digunakan tanpa ada kontroler lain sebuah sistem. Pengendali derivatif akan memberikan suatu sinyal
kontrol yang bersesuaian dengan laju perubahan
2.7 KONTROLER PID sinyal eror sebagaimana dinyatakan dalam
persamaan berikut ini: ( )= ( ) .
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing- Pengendali ini digunakan untuk mempercepat
masing kontroler P, I dan D dapat saling menutupi respon transien meskipun memiliki kekurangan,
dengan menggabungkan ketiganya secara paralel yaitu dapat meningkatkan derau sistem.
menjadi kontroler proposional plus integral plus
diferensial (kontroller PID). Elemen-elemen Berikut ini adalah diagram blok sistem secara
kontroller P, I dan D masing-masing secara umum yang menggunakan pengendali PID:
keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi
sebuah sistem, menghilangkan offset dan
menghasilkan perubahan awal yang besar. Gambar
berikut menunjukkan blok diagram kontroler PID.

Gambar 2-6 Diagram blok sistem lingkar tertutup


dengan pengendali PID

Tabel 2-1 Karakteristik Masing-masing pengendali

Gambar 2-5 Blok diagram kontroler PID analog

Sistem pengendali PID (Proporsional Integral


Derivatif) merupakan Sistem pengendali PID
(Proporsional Integral Derivatif) merupakan suatu
sistem pengendali yang digunakan secara luas di 2.8 IDENTIFIKASI SISTEM
berbagai bidang industri. Pengendali PID terdiri
dari 3 komponen pengendali, yaitu proporsional, Estimasi Orde Sistem
integral, dan derivatif. Orde atau dikenal dengan derajat suatu sistem
dapat diestimasi dari fungsi step (step response)
a. Proporsonal yang dipergunakanatau dengan penggunaan Bode
Dalam domain waktu kontinyu, hubungan antara Plot. Derajat relative suatu sistem yaitu perbedaan
sinyal eror dengan sinyal kontrol dinyatakan dalam antara orde dari denominator (penyebut) dan orde
persamaan berikut: ( )= ( ). dari numerator (pembilang) dari fungsi alih
Dari persaamaan terlihat bahwa pengendali
proporsional menghasilkan sinyal kontrol berupa Step Response
sinyal eror yang dikalikan (proporsional) dengan Jika respon respon sistem merupakan non-zero step
konstanta proporsonal . Pengendali proporsional input akan memiliki slope yang bernilai 0 ketika
digunakan untuk memperbesar penguatan dan t=0, system harus merupakan orde kedua atau lebih
mempercepat respon transien. tinggi lagi sebab sistem memiliki derajat relative
dua atau lebih. Jika step respon menunjukkan
b. Integral osilasi sistem juga harus menunjukkan orde kedua
Dalam pengendali integral, nilai eror diumpankan atau lebih dengan sistem yang underdamped.
sebagai laju perubahan sinyal kontrol sebagaimana
dinyatakan dalam persamaan berikut ini: ( )= ∫ ( ) 0. Bode Plot – Penggambaran fasa (phase plot) juga
dapat menjadi indikator untuk mencari orde yang
Pengendali integral berfungsi untuk menghilangkan baik. Jika fasa turun hingga dibawah -90 degrees,
galat atau steady state error meskipun juga dapat sistem merupakan orde kedua atau lebih tinggi.

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 4


Derajat relative sistem memiliki nilai paling kecil 2.11 IDENTIFIKASI PARAMETER SISTEM
atau sama besar dengan bilangan dari perkalian -90
degrees hingga dicapai nilai asymtot pada nilai Jika tipe sistem telah diketahui, parameter khusus
paling rendah pada penggambaran fasa (phasa sistem dapat ditentukan dari step response atau
plot) sistem. bode plot. Bentuk umum fungsi alih dari sistem
orde satu yaitu :
G(s) = b/(s+a) = K/(τs+1).
2.9 IDENTIFIKASI SISTEM DARI
STEP RESPONSE Sedangkan bentuk umum fungsi alih dari sistem
orde dua yaitu :
Dumping Ration – Untuk kondisi underdamped
dari sistem orde dua, Nilai dumping ratio dapat G(s) = a/(s2+bs+c) = Kωn 2/(s2+2ζωns+ωn 2)
dihitung dari persentase overshoot dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : ζ = -
ln(%OS/100) / sqrt(π2+ln2(%OS/100)) dimana 2.12 SOFTWARE MATLAB
%OS merupakan persentase overshoot, yang dapat
diperkirakan dari penggambaran nilai off dari step Matlab adalah suatu bahasa tingkat tinggi untuk
response. komputasi numerik, visualisasi, dan pemrograman.
Matlab bisa digunakan untuk berbagai aplikasi,
DC Gain - Nilai Penguatan DC (DC gain) termasuk pemrosesan sinyal dan komunikasi,
merupakan perbandingan dari kondisi steady state gambar dan pemrosesan video, sistem kontrol, uji
dari step response dengan nilai magnitude dari dan pengukuran, keuangan komputasi, dan biologi
step input. DC Gain = steady state output / step komputasi. Di dalam Matlab, terdapat suatu tools
magnitude . yang bisa digunakan untuk simulasi, yaitu
Simulink. Simulink menyediakan fungsi-fungsi
Natural Frequency – Frekuensi alami (natural yang diprogram secara grafik untuk melakukan
frequency) dari kondisi underdamped sistem orde simulasi berbagai sistem.
dua dapat ditentukan dari nilai damped frekuensi
alami yang dapat diukur dari nilai penggambaran 2.13 SIMULINK
off step response dan nilai damping ratio seperti
yang telah dihitung diatas. ωn = ωd / sqrt(1 - ζ2) Perangkat lunak SIMULINK dikembangkan oleh
dimana ωd merupakan damped frekuensi dalam MATHWORK, untuk melakukan modelling,
rad/s yang bernilai 2π/Δt dimana t merupakan simulasi, dan analisis dinamika sistem proses.
interval wakti antara dua consecutive peaks dari Penyajian “statement” dalam bentuk diagram blok,
step response. yang berinteraksi dengan function, mfile dalam
MATLAB, juga dapat berinteraksi perangkat luar
2.10 IDENTIFIKASI SISTEM DARI dengan pemrogram dalam bahasa C maupun
BODE PLOT DC GAIN fortran. Blok-blok statement dikelompokkan
pustaka blok diagram (“Simulink Library
Nilai DC Gain sistem dapat dihitung dari nilai Browser”). Setiap Blok Statement dilengkapi
magnitude bode plot ketika s=0. DC Gain = dengan minimal salah satu jalur I/O (“port
10M(0)/20 where M(0) is the magnitude of the bode input/output”), digunakan sebagai perangkat
plot when jω=0. antarmuka dengan blok statement yang lain. Semua
kemudahan tersebut sangat didukung dengan
Natural Frequency sistem GUI (graphic user interface) yang ada dalam
Frekuensi alami (natural frequency) dari sistem paket program MATLAB.
orde dua terjadi ketika fasa dari respon mencepai
sudut relative -90 terhadap fasa input. ωn = ω-90°
dimana ω-90° merupakan frekuensi pada saat phase
plot di - 90 degree. 3. METODOLOGI

Damping Ratio Alat dan Bahan


Nilai damping ratio sistem ditemukan dengan nilai 1. Laptop
DC Gain dan nilai magnitude dari bode plot ketika 2. Software MATLAB
fasa plot -90 degrees. ζ = K / (2*10(M-90°/20))
dimana M-90° merupakan nilai magnitude bode Langkah Percobaan
plot ketika fasa -90 degrees.

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 5


Mencari pole dan zero dari fungsi transfer
pengendalian posisi motor DC persamaan waktu Carilah fungsi transfer
kontinu pengendalian posisi motor dc
kontiny dan fungsi oengendalian
posisi
Masukan fungsi transfer
pengendalian motor DC

Ubah dan amati grafik root locus,


nyquist plot dan bode plot
Carilah pole dan zeronya

Cari Gain margin dan phase


margin

mencari pole dan zero dari fungsi transfer


pengendalian posisi motor DC persamaan waktu -Mencari penguatan sistem yang tidak stabil
diskrit

Masukan fungsi transfer pengendalian Carilah fungsi transfer pengendali


motor DC waktu kontinyu posisi motor DC kontinyu dan
fungsi pengendali posisi motor DC
diskrit

Ubahlah fungsi transfer pengendalian


posisi dari waktu kontinyu ke waktu
diskrit Carilah nilai penguatan yang
membuat sistem tidak stabil
dengan root locus

Carilah pole dan zero pada fungsi


-Mencari pengaruh periode sampling pada sistem
transfer waktu diskrit

Carilah fungsi transfer


-Membuat plot respon sistem step, impulse, dan pengendalian posisi motor DC
sinusoidal waktu diskrit

Carilah fungsi transfer


pengendalian posisi motor DC pada
waktu kontinyu dan fungsi
pengendalian posisi Masukan nilai periode sampling
yang berbeda

Ubah dan amati respon waktu yang


keluar dalam bentuk sinyal impuse,
sinyal step dan sinyal sinusoidal Lihat grafik respon time dan root
locusnya

-Merancang pengendali sistem

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 6


Carilah fungsi transfer pengendalian
posis motor DC kntinyu dan diskrit Masukan konstanta PID

Rancang pengendali posisi motor DC


pada waktu kontinyu dan diskrit Amati grafik keluarannya

-Simulsi sistem dengan pengendali proporsional


dan periode sampling ynag berbeda
Analisis nilai polenya
Carilah fungsi transfer
-Simulasi sistem waktu diskrit dengan periode pengendalian posisi motor DC
sampling yang berbeda waktu diskrit

Carilah fungsi transfer pengendalian


posisi motor DC waktu diskrit
Buatlah Simulink dan pengendali
proporsional

Buatlah model simulasi dengan


simulink
Masukan konstanta Kp=1,75

Maukan nilai periode sampling


yang berbeda
Masukan nilai periode sampling
yang berbeda

Amati grafik keluarannya


Amati grafik keluarannya

-Simulasi sistem waktu kontinyu dan diskrit


dengan penegndalian PID -Merancang respon step open-loop secara
langsung menggunakan Simulink
Carilah fungsi
transferpengendalian motor DC Buka Simulink pada matlab
kontinyu dan diskrit

Pilih model configuration


Buatlah model simulasi dengan
parameter
Simulink dan pengendali PID

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 7


-Menganalisa dan merancang dari lead dan lag
Gunakan input step dan output kompensator
step

Buka Simulink pada matlab

Ubah parameter stop time pada


step menjadi “U”
Ubah step time simulation menjadi
-Merancang close-loop dengan lag compensator 1 detik

Buka Simulink pada matlab lalu


buka DCMotor.slx

Hapus step dan Mux, masukan 4


workspace ubah save format
menjadi array
Masukan sum,dan didalam list
sign masukan “1+-“

-Menganalisa hasil respon scope dengan hasil


control effort untuk lead dan lag kompensator
Masukan transfer function,
ubahlah num dan den Jalankan Simulink pada matlab
a

-Merancang close-loop dengan lead compensator

Ploting hasil ke workspace dengan memasukan


kode untuk control effort
Buka Simulink pada matlab lalu
buka DCMotor.slx

Lihat dan analisa hasil scope

Masukan step dan scope lalu lihat


hasilnya

Jalankan control effort


Masukan sum dan transfer
function
-Kontrol proporsional untuk motor DC

Rancanglah blok diagram control


proporsional
Masukan Mux hubungkan 2
output motor DC ke Mux

Tentukan variable Kp
Hubungkan semua dengan
inputan diawali dengan step
dan diakhiri dengan scope

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 8


Lakukan perbandingan grafik -Kontol Proporsional Integral Derivatif (PID)
output masing-masing Kp untuk motor DC

Rancanglah blok diagram control


proporsional integral derivatif
Analisa grafik yang dihasilkan

-Kontol Proporsional Integral (PI) untuk motor DC

Tentukan variable Kp dan Kd


Rancanglah blok diagram control
proporsional integral

Lakukan simulasi pada simulink


Tentukan variable Kp dan Ki

Lakukan perbandingan grafik


Lakukan simulasi pada simulink output masing-masing Kp dan Kd

Lakukan perbandingan grafik Analisa grafik yang dihasilkan


output masing-masing Kp dan Ki

Analisa grafik yang dihasilkan

-Kontrol Proporsional Derivatif (PD) untuk motor 4. HASIL DAN ANALISIS


DC 4.1 Percobaan 1 Script Matlab.

Rancanglah blok diagram control Tugas 1 membuat fungsi transfer motor DC


proporsional derivatif waktu kontinyu.
Buatlah fungsi transfer motor DC untuk pengendalian
posisi (persamaan 3.1) dengan nilai K sebesar 28,9
rad/V.s dan τ sebesar 0,0909 s. Carilah pole dan zero-
nya. Catat hasilnya pada buku catatan.
Tentukan variable Kp dan Kd

Pada percobaan ini, kami memasukan nilai pole


dan zero dari persamaan fungsi transfer berikut:

Lakukan perbandingan grafik


output masing-masing Kp dan Kd
Lalu tulis script matlab sebagai berikut:

Analisa grafik yang dihasilkan

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA


9
pangkat variabel s di penyebut fungsi transfer
tersebut. Berdasarkan persamaan umum pengendali
posisi, nilai pembilangnya hanya berupa konstanta,
sehingga tidak memiliki nilai zero
Tugas 2 mengubah fungsi transfer motor DC ke
Gambar 4-1 script matlab fungsi transfer dalam waktu diskrit.
Pada command window klik sys agar dapat Ubahlah fungsi transfer motor DC untuk
menghasilkan fungsi transfernya. pengendalian posisi (persamaan 3.1) yang telah
dibuat dalam Tugas 1 ke waktu diskrit dengan
periode sebesar 0.01 detik. Carilah pole dan zero-
nya. Catat hasilnya pada buku catatan.

Pada percobaan ini kami akan melakukan


percobaan membuat fungsi transfer sistem waktu
diskrit, yaitu dengan menambahkan script: sysd =
c2d(sys,Ts) dengan nilai Ts sebesar 0.01.
Gambar 4-2 hasil command window sys dari script
matlab fungsi transf
Selanjutnya menentukan nilai pole dan zero nya
denan memasukan komen pole(sys) dan zero(sys)
pada command window.
Gambar 4-4 Script matlab persamaan 1.3dengan nilai K
dan τ dalam waktu diskrit
Pada command window klik sysd agar dapat
menghasilkan fungsi transfernya.

Gambar 4.3 nilai pole dan zero di command


window
Nilai pole yang di dapatkan dari fungsi transfer Gambar 4-5 hasil command window sysd dari script
diatas adalah: matlab fungsi transfer persamaan 1.3 dalam waktu
diskrit
Selanjutnya menentukan nilai pole dan zero nya
Tabel 4.1 nilai pole dan zero dari fungsi transfer
denan memasukan komen pole(sysd) dan
Pole 1 -1.0000 zero(sysd) pada command window.

Pole 2 -0.4000

Pole 3 -0.1852

Zero 0

Selanjutnya pada kami mencari nilai pole dan zero


dan 2 persamaan yang berbeda dengan nilai K
sebesar 19,9 rad/V.s dan τ sebesar 0,0929 s.
Dari hasil percobaan yang didapat memperlihatkan
bahwa nilai pole berdasarkan nilai dari penyebut
fungsi transfer bervariabel s dan nilai zero Gambar 4-6 nilai pole dan zero di command
berdasarkan pembilang fungsi transfer bervariabel window persamaan 1.3 dalam waktu diskrit
s. Sama halnya dengan pole yaitu tergantung pada

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA


10
Dari hasil percobaan didapatkan nilai pole = 0.8979
dan nilai zero = 0.

Pada percobaan ini yang didapatkan


memperlihatkan hasil bahwa nilai koefisien pada
waktu diskrit dan kontinu berbeda. Nilai zero
pada tugas 2 berbeda dengan koefisien pole dan
zero pada tugas 1, Nilai pole dan zero dalam
waktu kontinu dan diskrit berbeda dikarenakan
dalam waktu kontinu ditransfomasi Gambar 4-8 respon impulse persamaan 1.3 waktu
menggunakan transformasi Z agar kontinu
menghasilkan domain waktu diskrit. Hasil respon impulse didapatkan nilai:

Tugas 3 membuat plot respon sistem DC lingkar Peak amplitudo = 214


terbuka Setling time = 0.363

Buatlah plot respon sistem terhadap input berupa


sinyal impuls, step, dan sinusoidal untuk model
sistem posisi DC lingkar terbuka dalam model
persamaan waktu kontinu dan waktu diskrit.
Untuk sinyal kotak, gunakan periode sebesar 5
detik, durasi sebesar 10 detik, dan sampling sebesar
0.01 detik. Sesuaikan tampilannya sehingga terlihat
respon waktunya dengan cukup jelas. Catat
hasilnya pada buku catatan lalu lakukan analisis.

• Persamaan 1.3 waktu kontinu


Gambar 4-9 respon step persamaan 1.3 waktu
Pada percobaan ini kami akan melakukan kontinu
percobaan respon waktu dengan menambahkan
script impulse(sys), impulse(sys) dan Hasil respon step didapatkan nilai:
[u,t]=gensig('sine',t,tf,dt); lsim(sys,u,t). Dalam script Rise time = 0.204
juga masukan nilai periode sebesar 5 detik, durasi
sebesar 10 detik, dan sampling sebesar 0.01 detik. Setling time = 0.363
Peak amplitudo = > 19.9
At time = 0.9

Gambar 4-7 Script matlab persamaan 1.3dengan


nilai K, τ, periode dan durasi waktu dalam waktu
kontinu
Setelah didapatkan script matlab lakukan run pada
Gambar 4-10 linear simulasi persamaan 1.3 waktu kontinu
script matlab.
Hasil simulasi linear didapatkan nilai:
Peak amplitudo = 19.8
• Persamaan 1.3 waktu diskrit

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA

11
Pada percobaan ini kami akan melakukan percobaan At time = 0.9
respon waktu dengan menambahkan script
impulse(sysd), impulse(sysd) dan
[u,t]=gensig('sine',t,tf,dt); lsim(sysd,u,t). Dalam
script juga masukan nilai periode sebesar 5 detik,
durasi sebesar 10 detik, dan sampling sebesar 0.01
detik.

Gambar 4.14 linear simulasi persamaan 1.3 waktu diskrit


Hasil simulasi linear didapatkan nilai:
Gambar 4-11 Script matlab persamaan 1.3 dengan
nilai K, τ, periode dan durasi waktu dalam waktu Peak amplitudo = 19.8
diskrit At time = 1.35
Setelah didapatkan script matlab lakukan run pada
script matlab.
Analisis:
Pada percobaan ini memperlihatkan sedikit
persamaan pada bentuk sinyal keluaran baik waktu
kontinu ataupun diskrit yang membedakan hanya
sinyal kontinu berupa gelombang garis lurus
sedangkan sinyal diskrit berupa gelombang kotak-
kotak. Pada respon step hanya berbeda di nilai
setling time dan pada simulasi linear yang
membedakan hanya at time saat peak amplitudo.
Hasil yang didapat untuk fungsi alih waktu
diskrit seperti pada pola respon waktu kontinu.
Gambar 4.12 respon impulse persamaan 1.3 waktu Perbedaannya adalah hasil yang diperoleh
diskrit nampak putus-putus pada sumbu Y karena
Hasil respon impulse didapatkan nilai: respon sistem diskrit dilakukan dengan proses
sample abd hold dengan periode sampling
Peak ampitudo = 203
pada percobaan ini sebesar 0.01 s
At time = 0.01
Tugas 4 plot root locus, Nyquist dan bode

plot Persamaan waktu kontinyu

Gambar 4.13 respon step persamaan 1.3 waktu


diskrit
Hasil respon step didapatkan nilai:
Gambar 4.15 Plot Root Locus Kontinyu
Rise time = 0.204
Setling time = 0.364 Pada percobaan root locus diatas waktu kontinyu
bersifat stabil karena menghasilkan root locus
Peak amplitudo = > 19.9
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 12
dengan nilai pole-polenya berada disebelah kiri dan
kanan sumbu imajiner. Dari gambar diatas dihasilkan
tabel sebgai berikut
Pole 1 -11
Pole 2 0
Zero 1 0
Zero 2 0

e
Gambar 4 .18 Plot Root Locus Diskrit

Pada hasil percobaan root locus diatas dapat kita


lihat bersifat stabil karena pole-polenya berada
diluar lingkaran satuan.

Gambar 4.16 Plot nyquist Kontinyu

Dari hasil percobaan nyquist kontinyu diatas


dihasilkan nilai GM = 20.2dB dan nilai PM = 36.4dB.

Gambar 4.19 Plot Nyquist Diskrit

Dari hasil percobaan nyquist kontinyu diatas


dihasilkan nilai GM = 20.2dB dan nilai PM = 36.4dB.

Gambar 4.17 Plot bode Kontinyu

Dari hasil percobaan bode plot kontinyu diatas


diperoleh nilai GM = -0.588dB(at 314rad/s) dan
nilai PM tidak terdefinisikan.
Gambar 4.20 Plot bode diksrit

Persamaan waktu diskrit Pada percobaan bode plot diatas dapat kita lihat
dan diperoleh nilai GM = 20.2dB(at 46rad/s) dan
PM = 36.4 deg(at 12.8rad/s).

Tugas 5 nilai penguatan sistem mulai tidak stabil

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA


13
Gambar 4.21 Grafik root locus waktu kontinyu Gambar 4.24 Hasil Sinyal saat Ts 0,01 s dan
frekuensi 100Hz

Berdasarkan pada percobaan diatas dimana kita


ingin mencari respon waktu dan fungsi transfer
dengan menggunakan periode sampling sebesar
100hz dan didapatkan fungsi transfer dan grafik
responnya seperti pada gambar diatas menyerupai
sinyal impulse dan gelombang gergaji. terjadi
overshoot pada 0.1s sebesar 2 amplitudo dan
diperoleh steady state eror stabil pada waktu 0.52s
sebesar amplitude = 20.

Gambar 4.22 Grafik root locus waktu diskrit


Pada sistem waktu kontinu root locus akan selalu
stabil karena jika nilai penguatan diubah maka zero
akan tetap bernilai nol dan pole
Gambar 4.25 Transfer function Ts 0,001 s frekuensi
juga tidak berubah. Jika tidak ada perubahan maka
1000Hz
letak pole-pole akan selalu disebelah kiri yang
menandakan sistem akan selalu stabil. dan jika pada
sistem waktu diskrit pun sama tidak akan ada yang
berubah pada zero maupun pole nya jika penguatan
diubah.

Tugas 6 kestabilan sistem dengan periode


sampling 100hz, 1000hz dan 10Khz

Gambar 4.26 Hasil Sinyal saat Ts 0,001 s dan


frekuensi 1000Hz

Berdasarkan pada percobaan diatas dimana kita


ingin mencari respon waktu dan fungsi transfer
dengan menggunakan periode sampling sebesar
1000hz dan didapatkan grafik respond an fungsi
Gambar 4.23 Transfer function Ts 0,01 s frekuensi transfernya seperti pada gambar diatas dimana
100Hz
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 14
overshootnya mulai dari waktu 0s, peak amplitudo
sebesar 18 pada waktu 0.2s dan mengalami steady
state eror stabil pada detik ke 0.62s sebesar 20
amplitudo.

Gambar 4.27 Transfer function Ts 0,0001 s Gambar 2.29. Hasil untuk sistem pnegndali PI Pada
frekuensi 10KHz hasil percobaan pengendali sistem PI pada waktu
kontinyu. Pada waktu kontinyu dengan input settling
time kurang dari 0.2s dan overshoot maksimal 15%
maka terjadi overshoot sebesar 6.5% pada waktu
0.102s nilai peak amplitude sebesar 1.06s dan
mengalami akhirnya mengalami settling time tanpa
adanya under damp pada waktu 0.211s. Dari
perbandingan antara waktu kontinyu dan waktu
diskrit dapat kita lihat pada gambar diatas bahwa
sinyal lebih cepat mengalami stabil pada waktu
kontinyu dibandingkan dengan waktu diskrit.

4.3 Simulasi Sistem Pengendali menggunakan


Simulink

Gambar 4.28 Hasil Sinyal saat Ts 0,0001 s dan Tugas 8 simulasi sistem pengendali posisi motor
frekuensi 10KHz DC lingkar terbuka waktu diskrit

Berdasarkan pada percobaan diatas dimana kita


ingin mencari respon waktu dan fungsi transfer
dengan menggunakan periode sampling sebesar
10khz dan didapatkan grafik respon dan fungsi
transfernya seperti pada gambar diatas dimana
overshootnya mulai dari waktu 0.001s, peak
amplitudo sebesar 16 pada waktu 0.15s dan
mengalami steady state eror stabil pada detik ke
0.45s sebesar 20 amplitudo.
Gambar 2.30 Ts 0.01s waktu diskrit
4.2 Perancangan Pengendali PID

Tugas 7 merancang pengendali untuk sistem


pengendali PI

Gambar 2.31 Ts 0.001s waktu diskrit

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 15


Gambar 2.33 Simulasi sistem pengendali posisi
motor DC lingkar tertutup waktu diskrit

Gambar 2.32 Ts 0.0001s waktu diskrit

Pada hasil percobaan posisi motor DC lingkar


terbuka waktu diskrit diatas dengan 3 sample Gambar 2.34 Simulasi sistem pengendali posisi
periode sampling yaitu, 0.01s, 0.001s dan 0.0001s. motor DC lingkar tertutup waktu kontinyu

Pada hasil percobaan pengendali posisi motor DC


lingkar tertutup dengan pengendali PID dengan
waktu diskrit dan waktu kontinyu dapat kita lihat
perbedaannya yaitu apabila pada waktu diskrit
sinyalnya bergejolak seperti gelombang gergaji dan
Terlihat dari hasil ketiga output pada masing - masing overshoot pada waktu 0.2s sebesar 0.1 ampllitudo
sinyal gambar diatas terlihat bahwa pada waktu dan stabil pada waktu 0.37s sedangkan pada waktu
diskrit semakin besar nilai periode samplingnya maka kontinyu sinyal mengalami overshoot pada waktu
hasil sinyal dihasilkan akan mengalami steady state 0s sebesar 0.2 ampllitudo dan stabil pada waktu
eror atau stabil semakin cepat stabilnya. Pada saat 0.348s. dapat dilihat dari hasil perbandingan sinyal
menggunakan nilai input ts=0.01 sinyal stabil pada lebih cepat mengalami steady state eror pada waktu
waktu 0.56s, 20 amplitudo lebih cepat jika kontinyu.
dibandingkan dengan menggunakan ts=0.001 stabil
pada waktu 0.58s 20 amplitudo.
Tugas 10 simulasi sistem pengendali posisi motor
DC lingkar tertutup

Gambar 4.35 Rangkaian PID motor DC lingkar


tertutup

Tugas 9 simulasi sistem pengendali posisi motor


DC lingkar tertutup dengan pengendali PID

Gambar 4.36 Ts 0.01s

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 16


Gambar 4.37 Ts 0.001s

Gambar 4.40 tanpa linearisasi


Pada hasil percobaan open loop ekstraksi linier
sinyal yang dihasilkan overshootnya lemah, tidak
langsung terjadi over damp. Nilai peak amplitude >
1.9x10^4 pada waktu 1500s.

Tugas 12 close loop dengan lag compensator pada


sistem kontinyu
Gambar 4.38 Ts 0.0001s

Pada hasil percobaan simulasi sistem pengendali


posisi motor DC lingkar tertutup dengan nilai
Kp=1.75 dan menggunakan 3 sample periode
sampling yaitu 0.01, 0.001 dan 0.0001 didapatkan
hasil sinyal pada grafik diatas. Jika pada percobaan
menggunakan nilai ts sebesar 0.01s lebih sering
naik turun sinyal secara berulang kali sedangkan
saat menggunakan nilai ts sebesar 0.001 dan 0.0001s
setelah sinyal overshoot pada waktu 0s sebesar 0.92 Gambar 4.41 Hasil grafik sistem menggunakan lag
amplitudo dan langsung stabil, jika kita lihat pada kompensator
gambar diatas sinyal lebih cepat stabil pada saat
menggunakan nilai ts sebesar 0.0001s pada waktu
0.035s sudah mengalami steady state eror.

Gambar 4.42 rangkaian tanpa lag kompensator

Tugas 11 grafik respon open loop hasil ekstraksi


linier

Gambar 4.43 Grafik sistem tanpa lag

Percobaan menggunakan lag membuat


sistem menjadi lebih cepat menuju steady state
Gambar 4.39 Hasil ekstraksi linier dengan nilai rise time dan settling time yang lebih
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 17
kecil. Waktu yang dibutuhkan menuju steady state
sangat kecil.
Saat sistem tidak menggunakan lag respon
transient sangat besar yang membuat nilai settling
time juga besar. Percobaan membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk mencapai steady
state.
Overshoot pada percobaan ini tidak memiliki
perbedaan saat menggunakan lag
kompensator maupun tanpa lag kompensator Gambar 4.45 Simulasi control PI

Ket : warna kuning = 20 Ki,


Kp = 4.9 (NPM).
Tugas 13 membuat simulasi kontrol proporsional
Pada percobaan simulasi control PI menggunakan
parameter Kp NPM yaitu 4.9, sedangkan Ki = 20
serta menggunakan 4 sample nilai Ki. Dapat kita
lihat pada gambar diatas hasil percobaan yaitu dari
ke 4 sample tersebut bentuk sinyalnya seperti
gelombang longitudinal terjadi osilasi beberapa kali
baru sinyal tersebut akan stabil. Contohnya apabila
kita menginput nilai Ki 20 maka sinyal tersebut
akan mengalami overshoot yang tinggi sehingga
terjadi osilasi beberapa kali dan membuatnya
menjadi lama untuk mencapai waktu stabilnya.
Karena pada percobaan sebelumnya apabila nilai
Kp melebihi dari 1 maka overshoot sinyal akan
melebihi sinyal referensi. Oleh sebab itu agar sinyal
disini tidak terlalu besar overshoot/overdampnya
Gambar 4.44 Simulasi control proporsional maka disarankan input Ki kurang dari 0.

Ket : warna kuning = 3 Kp, warna biru muda = 2 Tugas 15 membuat simulasi kontrol PD
Kp, warna merah = 1 Kp, warna hijau = 0.75 Kp,
warna biru = 0.5 Kp.
Pada hasil percobaan simulasi kontrol proporsional
dengan menggunakan 5 parameter inputan sample
Kp yang berbeda yaitu, 3, 2, 1, 0.75, 0.5. dapat
dilihat pada gambar diatas hasil output bentuk
sinyal, semakin besar kita menginput nilai Kp
(Contohnya Kp 3) maka sinyal keluarannya akan
mengalami overshoot / overdamp yang besar /
tinggi dan setelah itu terjadi osilasi beberapa kali
baru sinyal tersebut mengalami settling time pada
0.69s. tetapi apabila kita menginput nilai Kp 0.5 Gambar 4.46 Simulasi control PD
maka sinyal dikatakan stabil tidak terjadi overdamp
yang melebihi sinyal referensi bahkan langsung Ket : warna biru muda = 0.03
mengalami settling time pada 0.64s. dapat Kd, Kp = 4.9 (NPM).
disimpulkan bahwa nilai Kp sangat mempengaruhi Pada percobaan simulasi control PD menggunakan
output sinyal, semakin besar dari nilai 1 maka parameter nilai Kp dari NPM yaitu 4.6 dan 5
sinyal akan mengalami overshoot yang sangat sample nilai Kd. Dapat ki4a lihat pada gambar
tinggi dan melebihi nilai referensi, tetapi apabila diatas dari hasil percobaan bahwa semakin besar
semakin kecil dari nilai 1 Kpnya sinyal tersebut nilai Kdnya maka overshoot sinyal akan semakin
tidak akan mengalami osilasi dan dikatakan baik. kecil dan cepat untuk mencapai waktu stabilnya,
contohnya pada menggunakan Kd sebesar 0.1
Tugas 14 membuat simulasi kontrol PI sinyal lebih cepat stabil jika dibandingkan dengan
input nilai Kd lainnya.

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 18


Tugas 16 membuat simulasi kontrol P dengan overshoot yang besar melewati nilai referensi dan
pembebanan tidak terjadi osilasi.

5. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Modul 4


ini adalah sebagai berikut :
1. Software matlab dapat mencari fungsi
transfer dari semua persamaan, mencari
pole dan zero serta menampilkan grafik
sinyal inpulse, step , sinusoidal dan sinyal
kotak. Lalu dapat menampilkan plot Root
Locus , Nyquist dan bode plot.
Gambar 4.47 Simulasi control P dengan 2. Rangkaian motor DC terdiri dari beberapa
pembebanan komponen diantaranya Vm, ωm, Lm, Im, Rm,
Tm dan Vb.
Ket : warna kuning = 0 beban, warna biru muda = 3. Untuk membuat respon waktu dapat
0.001 menggunakan fungsi transfer waktu diskrit.
Kp = 4.9 (NPM) 4. Pengendali proporsional mampu
Pada percobaan simulasi control P menggunakan mengurangi nilai steady state eror, dan
beban. Dapat kita lihat pada gambar diatas bahwa memperkecil nilai settling time.
apabila input beban 0 maka sinyal akan lebih cepat 5. Pengendali proporsional yang diberikan
mengalami waktu stabilnya walaupun terjadi pada sistem memiliki batas nilai maksimal
overshoot yang tinggi dan osilasi beberapa kali yang bisa diberikan untuk menghasilkan
karena disebabkan oleh input nilai Kp lebih dari 1. respon transient terbaik. Jika melebihi batas
Apabila beban semakin kecil (kurang dari 0) maka maksimalnya maka akan muncul overshoot
overshoot sinyal akan semakin tinggi dan waktu dan memperburuk keadaan sistem sinyal.
stabil akan lebih lama walaupun tidak terlalu jauh 6. Dalam menentukan variabel Kp, Ki dan Kd
nilainya. memperhatikan kombinasi terbaik akan
mendapat output yang maksimal.
Tugas 17 membuat simulasi kontrol PD dengan
pembebanan

DAFTAR PUSTAKA

1. Latifa, Ulinnuha. Modul Praktikum sistem


kendali. Laboratorium Dasar Teknik
Elektro. Karawang, 2018
2. Camdi Prof, Materi Sistem Kendali.

Gambar 4.48 Simulasi control PDdengan


pembebanan
Ket : warna kuning = 0.001 beban,
Kp dan Kd = 4.9 (NPM)
Pada percobaan simulasi control PD dengan beban.
Dapat kita lihat pada gambar diatas dari hasil
percobaan bahwa semakin kecil kita menginput nilai
beban maka sinyal tersebut lebih cepat mengalami
stabil dan tidak terjadi overshoot yang tinggi juga
contohnya 0.001. dikarenakan apabila input nilai
Kpnya besar dan Kdnya besar atau bahkan sama.
Maka sinyal tersebut seimbang dan semakin besar
beban maka sinyal tersebut tidak akan mengalami

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 19

Anda mungkin juga menyukai