Anda di halaman 1dari 16

MODUL III PENGENALAN MATLAB UNTUK

PERANCANGANANALISIS, DAN SIMULASI


SISTEM KENDALI KECEPATAN

Ahmad Rahmat Hidayat (1710631160001)


Asisten: Krisna Aditya dan Livia Ayudia Yuliani
Tanggal Percobaan: 09/03/2020
TEL61650-Praktikum Sistem Kendali
Laboratorium Komputasi – Fakultas Teknik UNSIKA

Abstrak 2. STUDI PUSTAKA


Pada percobaan di modul 3 ini dilakukan
2.1 PENGENDALIAN
suatu perancangan,analisis dan simulasi
KECEPATAN
kecepatan sistem kendali pada motor Pengendalian Kecepatan motor DC yang
DC. Untuk percobaan 1 hingga selesai memberikan hubungan antara tegangan input
dilakukan proses analisis bagaimana
motor 𝑉𝑚 dengan kecepatan putaran motor 𝜔𝑚
sistem kerja suatu pengendalian sistem dalam domain Laplace sebagaimana dinyatakan
pada waktu kontinu dan diskrit. Selain dalam persamaan berikut:
itu agar dari tiap praktikan memahami
materi praktikum maka para praktiknan
harus memiliki pemahaman dari konsep
simulasi dan analisis sisem kendali
motor bisa tercapai. 2.2 PENGENDALI PID DISKRIT
Prinsip dari pengendali PID diskrit secara umum
lKata kunci: Motor DC, Diskrit , sama dengan pengendali PID kontinyu. Berikut ini
Kontinyu. adalah bentuk pengendali PID diskrit dalam
domain 𝑧 dengan (𝑧) sebagai sinyal kendali dan (𝑧)
1. PENDAHULUAN sebagai sinyal eror, yang dalam proses
Pengendalian Kecepatan motor DC yang integrasinya menggunakan metode forward Euler:.
memberikan hubungan antara tegangan input
motor 𝑉𝑚 dengan kecepatan putaran motor 𝜔𝑚
dalam domain Laplace. Tujuan dari percobaan
ini adalah mampu melakukan simulasi dan
memahami konsep dari perancangan, analisis
dan simulasi sistem kendali kecepatan. Agar hal Pengendali ini merupakan gabungan dari
bisa tercapai, maka dalam percobaan ini pengedali proportional (P), integral (I), dan
diharapkan mampu untuk: derivative (D). Berikut ini merupakan blok
1. Mampu melakukan analisis dan simulasi diagram dari sistem pengendali dengan untai
sistem pengendalian waktu kontinu tertutup (closed loop):
maupun waktu diskrit.
2. Memahami konsep kestabilan sistem
pengendalian kecepatan motor DC.
3. Mampu memahami pengaruh periode
sampling terhadap kestabilan sistem Gambar 2.1 Gambar Closed Loop
pada analisis sistem waktu diskrit.
4. Melakukan perancangan sistem Keluaran pengendali PID akan mengubah respon
pengendali PID menggunakan software mengikuti perubahan yang ada pada hasil
Matlab. pengukuran sensor dan set point yang ditentukan.
5. Melakukan simulasi sistem Pembuat dan pengembang pengendali PID
pengendalian kecepatan motor DC menggunakan nama yang berbeda untuk
menggunakan software Matlab. mengidentifikasi ketiga mode pada pengendali ini
diantaranya yaitu: P Proportional Band = 100/gain
I Integral = 1/reset (units of time)
D Derivative = rate = pre-act (units of time)
1
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Batas-batas tersebut dinyatakan dalam
Atau secara umum persamaannya adalah sebagai presentase mutlak dari nilai akhir (2% atau
berikut : 5%)., ts berkaitan langsung dengan
konstanta waktu terbesar sistem kendali
tersebut.

2.4 PENGENDALI PROPOSIONAL


2.3 KARAKTERISTIK PENGENDALI PID

Respon keluaran yang akan menjadi target


Pengendali proposional memiliki keluaran
keluaran adalah: yang sebanding/proposional dengan
besarnya sinyal kesalahan (selisih antara
besaran yang diingi nkan dengan harga
aktualnya). Secara lebih sederhana dapat
dikatakan, bahwa keluaran Pengendali
proporsional merupakan perkalian antara
konstanta proporsional dengan masukannya.
Perubahan pada sinyal masukan akan segera
menyebabkan sistem secara langsung mengubah
keluarannya sebesar konstanta pengalinya.
Gambar berikut menunjukkan blok diagram
yang menggambarkan hubungan antara besaran
- setting, besaran aktual dengan besaran keluaran
kontroller proporsional. Sinyal keasalahan
(error) merupakan selisih antara besaran setting
dengan besaran aktualmya. Selisih ini akan
mempengaruhi kontroller, untuk mengeluarkan
sinyal positip (mempercepat pencapaian harga
setting) atau negatif (memperlambat tercapainya
harga yang diinginkan).

Ciri-ciri kontroler proporsional harus diperhatikan


Gambar 2.2 Jenis respon keluaran ketika kontroler tersebut diterapkan pada suatu
sistem. Secara eksperimen, pengguna kontroller
proporsional harus memperhatikan
1. Waktu tunda (td) : Waktu yang diperlukan ketentuanketentuan berikut ini:
agar tanggapan mencapai 50 % nilai akhir 1) Kalau nilai Kp kecil, kontroler proporsional
pertama kali. hanya mampu melakukan koreksi kesalahan
2. Waktu naik (tr) : Waktu yang dibutuhkan yang kecil, sehingga akan menghasilkan
agar tanggapan naik dari : respon sistem yang lambat.
0 % ke 100 % dari nilai akhirnya (teredam 2) Kalau nilai Kp dinaikkan, respon sistem
kurang) dan 10 % ke 90 % dari nilai menunjukkan semakin cepat mencapai
akhirnya (teredam lebih). keadaan mantabnya.
3. Waktu Puncak (tp) : Waktu yang 3) Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga
dibutuhkan agar tanggapan mencapai mencapai harga yang berlebihan, akan
puncak simpangan pertama kali. mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil,
4. Resentase simpangan puncak, atau respon sistem akan berosilasi.
Mp : Perbandingan antara nilai puncak
tertinggi dari kurva tangapan terhadap nilai
akhir tanggapan % Mp merupakan
2.5 KONTROLER INTEGRAL
indikator langsung kestabilan relatif sistem.
5. Waktu Menetap (ts) : Waktu yang Kontroller integral berfungsi menghasilkan respon
dibutuhkan agar kurva tanggapan sistem yang memiliki kesalahan keadaan mantap
mencapai dan tetap berada didalam batas- nol. Kalau sebuah plant tidak memiliki unsur
batas yang dekat dengan nilai akhir. integrator (1/s ), controller proporsional tidak akan
2
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
mampu menjamin keluaran sistem dengan 2.6 KONTROLER DIFERENSIAL
kesalahan keadaan mantabnya nol. Dengan
kontroller integral, respon sistem dapat diperbaiki,
Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat
yaitu mempunyai kesalahan keadaan mantapnya
seperti halnya suatu operasi derivatif.
nol. Kontroler integral memiliki karakteristik
Perubahan yang mendadak pada masukan
seperti halnya sebuah integral. Keluaran kontroller
kontroler, akan mengakibatkan perubahan yang
sangat dipengaruhi oleh perubahan yang
sangat besar dan cepat. Gambar berikut
sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran
menunjukkan blok diagram yang
kontroler ini merupakan jumlahan yang terus
menggambarkan hubungan antara sinyal
menerus dari perubahan masukannya. Kalau
kesalahan dengan keluaran kontroler.
sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum
terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran
kontroler integral merupakan luas bidang yang
dibentuk oleh kurva kesalahan penggerak- lihat
konsep numerik. Sinyal keluaran akan berharga
sama dengan harga sebelumnya ketika sinyal
kesalahan berharga nol. Gambar berikut
menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang
disulutkan ke dalam kontroller integral dan
keluaran kontroller integral terhadap perubahan
sinyal kesalahan tersebut. hubungan antara
tegangan input motor 𝑉𝑚 dengan posisi sudut
motor 𝜃𝑚 dalam domain Laplace sebagaimana
dinyatakan dalam persamaan berikut:
Gambar 2.4 Kurva waktu hubungan
inputoutput kontroler diferensial

Karakteristik kontroler diferensial adalah sebagai


berikut:
1) Kontroler ini tidak dapat menghasilkan
keluaran bila tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa sinyal kesalahan).
2) Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu,
maka keluaran yang dihasilkan kontroler
tergantung pada nilai Td dan laju perubahan
sinyal kesalahan.
Gambar 2.3 Kurva sinyal kesalahan e(t) 3) Kontroler diferensial mempunyai suatu
terhadap t dan kurva u(t) terhadap t pada karakter untuk mendahului, sehingga
pembangkit kontroler ini dapat menghasilkan koreksi yang
signifikan sebelum pembangkit kesalahan
Ketika digunakan, kontroler integral menjadi sangat besar. Jadi kontroler diferensial
mempunyai beberapa karakteristik berikut ini: dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan,
1. Keluaran kontroler membutuhkan selang memberikan aksi yang bersifat korektif, dan
waktu tertentu, sehingga kontroler integral cenderung meningkatkan stabilitas sistem .
cenderung memperlambat respon.
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, Berdasarkan karakteristik kontroler tersebut,
keluaran kontroler akan bertahan pada nilai kontroler diferensial umumnya dipakai untuk
sebelumnya. mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, tidak memperkecil kesalahan pada keadaan
keluaran akan menunjukkan kenaikan atau tunaknya. Kerja kontrolller diferensial hanyalah
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada
sinyal kesalahan dan nilai Ki. periode peralihan. Oleh sebab itu kontroler
diferensial tidak pernah digunakan tanpa ada
4. Konstanta integral Ki yang berharga besar
kontroler lain sebuah sistem.
akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan
mengakibatkan peningkatan osilasi dari 2.7 KONTROLER PID
sinyal keluaran kontroler.
3
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Setiap kekurangan dan kelebihan dari Pengendali ini digunakan untuk mempercepat
masingmasing kontroler P, I dan D dapat saling respon transien meskipun memiliki kekurangan,
menutupi dengan menggabungkan ketiganya yaitu dapat meningkatkan derau sistem.
secara paralel menjadi kontroler proposional plus
integral plus diferensial (kontroller PID). Berikut ini adalah diagram blok sistem secara
Elemenelemen kontroller P, I dan D masing- umum yang menggunakan pengendali PID:
masing secara keseluruhan bertujuan untuk
mempercepat reaksi sebuah sistem,
menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan n
awal yang besar. Gambar berikut menunjukkan
blok diagram kontroler PID.

Gambar 2.6 Blok diagram sistem lingkar tertutup


dengan PID tertutup.

Tabel 2.1 Karakteristik masing-masing pengendali


Gambar 2.5 Blok diagram controller PID analog

Sistem pengendali PID (Proporsional Integral


Derivatif) merupakan Sistem pengendali PID
(Proporsional Integral Derivatif) merupakan suatu
sistem pengendali yang digunakan secara luas di
berbagai bidang industri. Pengendali PID terdiri
dari 3 komponen pengendali, yaitu proporsional,
integral, dan derivatif. 2.8 IDENTIFIKASI SISTEM

a. Proporsonal Estimasi Orde Sistem Orde atau dikenal dengan


derajat suatu sistem dapat diestimasi dari fungsi
Dalam domain waktu kontinyu, hubungan antara step (step response) yang dipergunakanatau
sinyal eror 𝑒 dengan sinyal kontrol 𝑢 dinyatakan dengan penggunaan Bode Plot. Derajat relative
dalam persamaan berikut: (𝑡)=𝐾𝑝𝑒(𝑡). suatu sistem yaitu perbedaan antara orde dari
Dari persaamaan terlihat bahwa pengendali denominator (penyebut) dan orde dari numerator
proporsional menghasilkan sinyal kontrol berupa (pembilang) dari fungsi alih
sinyal eror yang dikalikan (proporsional) dengan
konstanta proporsonal 𝐾𝑝. Pengendali
Step Response Jika respon respon sistem
proporsional digunakan untuk memperbesar
merupakan non-zero step input akan memiliki
penguatan dan mempercepat respon transien.
slope yang bernilai 0 ketika t=0, system harus
merupakan orde kedua atau lebih tinggi lagi sebab
b. Integral
sistem memiliki derajat relative dua atau lebih. Jika
Dalam pengendali integral, nilai eror 𝑒 step respon menunjukkan osilasi sistem juga harus
diumpankan sebagai laju perubahan sinyal menunjukkan orde kedua atau lebih dengan sistem
kontrol 𝑢 sebagaimana dinyatakan dalam yang underdamped.
persamaan berikut ini: (𝑡)= 𝐾𝑖∫𝑒(𝑡) 𝑑𝑡𝑡0.
Pengendali integral berfungsi untuk Bode Plot – Penggambaran fasa (phase plot) juga
menghilangkan galat atau steady state error dapat menjadi indikator untuk mencari orde yang
meskipun juga dapat menyebabkan terjadinya baik. Jika fasa turun hingga dibawah -90 degrees,
overshoot dan osilasi yang mengakibatkan sistem merupakan orde kedua atau lebih tinggi.
keadaan tunak lama dicapai. Derajat relative sistem memiliki nilai paling kecil
atau sama besar dengan bilangan dari perkalian 90
degrees hingga dicapai nilai asymtot pada nilai
c. Derivatif paling rendah pada penggambaran fasa (phasa
Pengendali derivatif akan memberikan suatu plot) sistem.
sinyal kontrol 𝑢 yang bersesuaian dengan laju
perubahan sinyal eror 𝑒 sebagaimana 2.9 IDENTIFIKASI SISTEM DARI STEP
dinyatakan dalam persamaan berikut ini: (𝑡)= RESPONSE
𝐾𝑑𝑑𝑒(𝑡)𝑑𝑡.

4
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Dumping Ration – Untuk kondisi underdamped
dari sistem orde dua, Nilai dumping ratio dapat Matlab adalah suatu bahasa tingkat tinggi untuk
dihitung dari persentase overshoot dengan komputasi numerik, visualisasi, dan pemrograman.
menggunakan rumus sebagai berikut : ζ = Matlab bisa digunakan untuk berbagai aplikasi,
ln(%OS/100) / sqrt(π2+ln2(%OS/100)) dimana termasuk pemrosesan sinyal dan komunikasi,
%OS merupakan persentase overshoot, yang dapat gambar dan pemrosesan video, sistem kontrol, uji
diperkirakan dari penggambaran nilai dan pengukuran, keuangan komputasi, dan biologi
off dari step response. DC Gain - Nilai Penguatan komputasi. Di dalam Matlab, terdapat suatu tools
DC (DC gain) merupakan perbandingan dari yang bisa digunakan untuk simulasi, yaitu
kondisi steady state dari step response dengan nilai Simulink. Simulink menyediakan fungsi-fungsi
magnitude dari step input. DC Gain = steady state yang diprogram secara grafik untuk melakukan
output / step magnitude . simulasi berbagai sistem.

Natural Frequency – Frekuensi alami (natural 2.13 SIMULINK


frequency) dari kondisi underdamped sistem orde Perangkat lunak SIMULINK dikembangkan oleh
dua dapat ditentukan dari nilai damped frekuensi MATHWORK, untuk melakukan modelling,
alami yang dapat diukur dari nilai penggambaran simulasi, dan analisis dinamika sistem proses.
off step response dan nilai damping ratio seperti Dengan demikian sangat bermanfaat dalam
yang telah dihitung diatas. ωn = ωd / sqrt(1 - ζ2) perancangan kendali dan pemrosesan sinyal, baik
dimana ωd merupakan damped frekuensi dalam dalam bentuk kontinyu maupun digital. Didalam
rad/s yang bernilai 2π/Δt dimana Δt merupakan folder MATLAB, Simulink menempati satu
interval wakti antara dua consecutive peaks dari directory tersendiri, terlepas dari directory
step response. “TOOLBOX”, sehingga diperlukan perhatian
tersendiri saat menginstal paket program
2.10 IDENTIFIKASI SISTEM DARI BODE MATLAB. Penyajian “statement” dalam bentuk
PLOT DC GAIN diagram blok, yang berinteraksi dengan function,
mfile dalam MATLAB, juga dapat berinteraksi
Nilai DC Gain sistem dapat dihitung dari nilai perangkat luar dengan pemrogram dalam bahasa C
magnitude bode plot ketika s=0. DC Gain = maupun fortran. Blok-blok statement
10M(0)/20 where M(0) is the magnitude of the bode dikelompokkan pustaka blok diagram (“Simulink
plot when jω=0. Library Browser”). Setiap Blok Statement
dilengkapi dengan minimal salah satu jalur I/O
Natural Frequency Frekuensi alami (natural (“port input/output”), digunakan sebagai
frequency) dari sistem orde dua terjadi ketika fasa perangkat antarmuka dengan blok statement yang
dari respon mencepai sudut relative -90 terhadap lain. Adapun parameter blok statement dapat
fasa input. ωn = ω-90° dimana ω-90° merupakan diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan saat
frekuensi pada saat phase plot di -90 degree. melakukan simulasi. Semua kemudahan tersebut
Damping Ratio Nilai damping ratio sistem sangat didukung dengan sistem GUI (graphic user
ditemukan dengan nilai DC Gain dan nilai interface) yang ada dalam paket program
magnitude dari bode plot ketika fasa plot -90 MATLAB.
degrees. ζ = K / (2*10(M90°/20)) dimana M-90°
merupakan nilai magnitude bode plot ketika fasa
-90 degrees. 3. METODOLOGI
Pada modul III ini, alat dan bahan yang digunakan
2.11 IDENTIFIKASI PARAMETER yaitu:
SISTEM 1. Komputer beserta Software Matlab
2. Buku Catatan
Jika tipe sistem telah diketahui, parameter khusus
sistem dapat ditentukan dari step response atau
bode plot. Bentuk umum fungsi alih dari sistem Langkah percobaan
orde satu yaitu : G(s) = b/(s+a) = K/(τs+1).

Pada modul 3 langkah percobaan 1-21 telah


Sedangkan bentuk umum fungsi alih dari sistem dilakukan pada modul 2 pengenalan script
orde dua yaitu : matlab

G(s) = a/(s2+bs+c) = Kωn 2/(s2+2ζωns+ωn 2)

2.12 SOFTWARE MATLAB

Laporan PraktikumMatlab menyediakan


- Laboratorium perintah–untuk
Komputasi FT UNSIKA
5

membuat suatu fungsi transfer pengendali


PID dalam konfigurasi paralel yang
ditunjukkan dalam contoh kode berikut ini:
C = pid(Kp,Ki,Kd,Tf,Ts);
Tugas 4: Simulasikan sistem pengendali
kecepatan motor DC lingkar tertutup untuk
3 nilai periode sampling yang digunakan
pada Tugas 6 (modul 1) dengan pengendali
proporsional. Gunakan nilai Kp = 0.7 untuk
sistem pengendalian kecepatan

Matlab juga menyediakan perintah untuk


melakukan tuning PID otomatis untuk plant
yang linear, yaitu:
C = pidtune(sys,'pid'); Kemudian buat penegendialn kecepatan
motor DC menggunakan Simulink

Pada fungsi pid, dihasilkan fungsi transfer Desain kontrol menggunakan Simulink,
pengendali PID, dengan syarat konstanta dengan parameterparameter yang sudah
PID-nya sudah diketahui. Pada fungsi kita gunakan sebelumnya. Kemudian
pidtune, dihasilkan konstanta PID secara identifikasi input dan output dari model
otomatis. Agar konstanta PID bisa yang akan kita ekstrak. Klik kanan pada
didapatkan sedemikian sehingga sistem sinyal yang menunjukkan input tegangan
lingkar tertutupnya memenuhi kriteria, (voltage) pada model Simulink. Kemudian
maka Matlab menyediakan toolbox desain pilih Linear Analysis Points > Open-loop
PID yang dapat diakses dengan
Input dari tampilan menu yang muncul.
menggunakan perintah berikut: •
pidtool(sys, 'pid');

Tugas 5 : Buatlah analisis dari respon step


Tugas 1: Dengan menggunakan PID open-loop yang didapat dari proses
toolbox, rancanglah pengendali untuk ekstraksi model linier ke Matlab Workspace
sistem-sistem dengan kriteria berikut ini: • yang sudah dibuat
a) Plant: sistem kecepatan motor waktu
kontinu, Pengendali: PI, dan Kriteria:
settling time kurang dari 0.25 detik dengan
overshoot maksimal 10%. • b) Plant: sistem
kecepatan motor waktu diskrit (waktu Buat respon open-loop, dengan cara pilih
sampling 0.01 detik), Pengendali: PI, dan Model Configuration Parameters dari menu
Kriteria: settling time kurang dari 0.3 detik Simulation
dengan overshoot maksimal 10%.

Tugas 6 : Buatlah respon open-loop


Tugas 2 : Simulasikan sistem pengendali tersebut, bandingkan dan analisis hasilnya
kecepatan motor DC lingkar terbuka sistem dengan yang menggunakan proses ekstraksi
waktu diskrit untuk ketiga nilai periode ke MATLAB worksheet.
sampling yang digunakan pada Tugas 6
(modul 1). Catat hasilnya pada buku catatan
lalu lakukan analisis.

Buat respon closed-loop dengan lag


compensator pada Simulink

Tugas 3 : Simulasikan sistem pengendali


kecepatan motor DC lingkar tertutup
dengan pengendali PID untuk waktu
kontinu dan waktu diskrit dengan Tugas 7: Tampilkan hasil simulasi
menggunakan konstanta PID yang telah kemudian analisis hasilnya dan bandingkan
diperoleh dari Tugas 1 (modul 1). Catat dengan model yang tidak menggunakan lag
hasilnya pada buku catatan lalu lakukan compensator
analisis

6
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Tugas 11: Buatlah diagram Simulink untuk
kontrol PI menggunakan parameter-
parameter yang sudah diberikan, tampilkan
dalam satu grafik yang sama hasil simulasi
kontrol proporsional untuk skema Kp = 0.1;
Buat respon closed-loop dengan lead Ki = 0; 0.5; 2; 3 dan 5, analisis grafik hasil
compensator dengan memodifikasi model simulasi tersebut
Simulink yang sudah dibuat.

Mendesain kontrol Proporsional Derivatif


Tugas 8: Jalankan simulasi, kemudian (PD) untuk motor DC .
analisis hasil responnya dengan double-
click blok scope. Akan muncul
perbandingan sinyal antara lag dan juga
lead compensator, apakah kompensator
satu lebih baik dari yang lainya? Mengapa
demikian? Tugas 12: Buatlah diagram Simulink untuk
kontrol PD menggunakan parameter-
parameter yang sudah diberikan, tampilkan
dalam satu grafik yang sama hasil simulasi
kontrol proporsional untuk skema Kp =
Selanjutnya kita akan memodifikasi 0.75; Kd = 0; 0.0075 dan 0.01. , dan nalisis
simulasi untuk secara eksplisit grafik hasil simulasi tersebut.
mengobservasi upaya peryaratan
pengendalian dari dua buah sistem umpan
balik. Caranya dengan mengirimkan
beragam sinyal ke workspace untuk proses
plotting dan manipulasi lebih jauh sesuai
Desain kontrol Proporsional Integral
keinginan
Derivatif (PID) untuk motor DC

Tugas 9: Jalankan simulasi, kemudian


analisis hasil responnya dengan double-
click blok scope. Bagaimana hasil Tugas 13: Buatlah diagram Simulink untuk
perbandingan control effort untuk lag dan kontrol PID menggunakan parameter-
lead compensator dengan terlebih dahulu parameter yang sudah diberikan, tampilkan
menjelaskan apa itu control effort! dalam satu grafik yang sama hasil simulasi
kontrol proporsional untuk skema Kp Ki Kd
yang paling ideal

Mendesain kontrol PID pada kecepatan


Motor DC menggunakan Simulink
Tugas 14:Buatlah diagram Simulink untuk
kontrol PID menggunakan parameter-
parameter yang sudah diberikan, tampilkan
dalam satu grafik yang sama hasil simulasi
kontrol proporsional untuk skema Kp Ki Kd
Tugas 10: Buatlah diagram Simulink yang paling ideal. Kombinasikan nilai Kp Ki
menggunakan parameter-parameter yang Kd dari angka paling belakang NPM
sudah diberikan, Tampilkan dalam satu masing-masing mahasiswa, dan nalisis
grafik yang sama hasil simulasi kontrol grafik hasil simulasi tersebut
proporsional untuk skema Kp = 0.1; 0.25;
0.75; 2 dan 4,dan analisis grafik hasil
simulasi tersebut

Selesai

Mendesain kontrol Proporsional Integral


(PI) untuk motor DC

7
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
4. HASIL DAN ANALISIS Pada waktu Kontinyu didapatkan nilai pole dan
zero sebagai berikut
TUGAS 1
Nilai Pole -10,7643
catatlah konstanta pengendalinya (untuk semua
sistem, dari a sampai d). Catatah pada buku
Nilai Zero 0
catatan, lalu analisislah letak pole sistem lingkar
tertutupnya. Hasil dari Tugas 1 ini akan digunakan
Pada waktu diskrit didapatkan nilai pole dan zero
pada percobaan selanjutnya.
sebagai berikut:

Nilai Pole 0,8979

Nilai Zero 0

Dapat disimpulkan bahwa nilai Kp dan Ki adalah


sebuah konstanta yang harus disetting agar sistem
memberikan respon yang diinginkan. Respon yang
diinginkan harus memiliki setting time yang
minimal dengan overshoot yang kecil. Karena pada
dasarnya setiap kontroler baik P maupun masing-
masing memiliki parameter tertentu yang harus di
atur untuk dapat beroperasi dengan baik. Apabila
Gambar 4.1 Step plot waktu kontinyu
nilai Kp besar menyebabkan sistem bekerja tidak
stabil karena nilai overshoot serta steady sate error
nya menurun. Sedangkan apabila nilai Ki dapat
membuat nilai steady state error hilang dari sistem
namun respon lebih lambat bahkan nilai Ki yang
besar dapat menambah overshoot.

TUGAS 2
Simulasikan sistem pengendali kecepatan motor
DC lingkar terbuka sistem waktu diskrit untuk
ketiga nilai periode sampling yang digunakan pada
Tugas 6 (modul 1). Catat hasilnya pada buku
Gambar 4.2 Step plot waktu diskrit catatan lalu lakukan analisis.
Pada percobaan ini praktikan merancang sistem
pengendalian menggunakan PID dengan keriteria
sebagai berikut:
Sistem kecepatan Motor DC waktu kontinyu

Setting Time Overshoot Kurang dari 0,25


Max 10%

Sistem Kecepatan Motor DC waktu Diskrit Gambar 4.3 Desain system lingkar terbuka
sampling 0,01s
Setting Time Overshoot Kurang dari 0,3
Max 10%

Maka sebuah parameter dari konstanta


pengendalian adalah nilai Kp dan Ki. Untuk waktu
kontinu dengan kriteria yang ada dihasilkan nilai ki
sebesar 2,003 dan nilai kp 0.080941.
Sementara untuk waktu diskrit yang dihasilkan
nilai dari kp yang didapat ini sebesar 0,066244 dan
nilai ki sebesar 1.3573. Dan nilai pole dan zero yang
Gambar 4.4 Hasil scope system lingkar terbuka
dihasilkan pada percobaan ini adalah sebagai
sampling 0,01s
berikut:

8
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Pada percobaan ini dilakukan simulasi system didapatkan pada persamaan 1.5 percobaan pada
pengendalian motor DC dengan system lingkar modul sebelumnya dan untuk nilai periode
terbuka pada sampling 0,01s di waktu diskrit yang sampling nya menjadi 0,0001s .
mana hal yang harus dilakukan pertama adalah
Bentuk respon dari ketiga sinyal dengan frekuensi
mendesain rangkaianpada matlab seperti pada
sampling yang berbeda. Respon sistem sudah
gambar 4.3 setelah itu klik scope pada desain
sesuai dengan yang diingkan karena nilai setting
tersebut sehingga akan muncul hasil grafik seperti
time, rise time serta overshoot sudah sesuai dengan
gambar 4.4
apa yang diinginkan. Sehingga respon sistem sudah
stabil

TUGAS 3
Simulasikan sistem pengendali kecepatan motor
DC lingkar tertutup dengan pengendali PID untuk
waktu kontinu dan waktu diskrit dengan
Gambar 4.5 Desain system lingkar terbuka periode menggunakan konstanta PID yang telah diperoleh
sampling 0,001s dari Tugas 1 (modul 1). Catat hasilnya pada buku
catatan lalu lakukan analisis

Gambar 4.6 Hasil Scope system lingkar terbuka Gambar 4.9 Desain system lingkar tertutup waktu
periode sampling 0,001s kontinyu

Sama seperti sebelumnya hanya saja nilai yang


dimasukan pada discreate transfer functionnya
berubah dan untuk nilai periode sampling nya
menjadi 0,001s

Gambar 4.10 Hasil system lingkar tertutup waktu


diskrit
Gambar 4.7 Desain system lingkar terbuka periode
Pada percobaan ini dilakukan pengendalian sistem
sampling 0,0001s
kecepatan motor DC lingkar tertutup pada saat
waktu diskrit sehingga didapatkan hasil pada
gambar diatas.

5. KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan uraian singkat berupa

Gambar 4.8 Hasil Scope system lingkar terbuka


periode sampling 0,0001s Gambar 4.11 Desain sistem lingkar terbutup waktu
Sama seperti sebelumnya hanya saja nilai yang kontinyu
dimasukan pada discreate transfer functionnya
berubah mngikuti perintah modul dimana
9
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Gambar 4.15 Desain sistem lingkar tertutup
sampling 0,001s

Gambar 4.12 Hasil Scope sistem lingkar terbutup


waktu kontinyu
Pada percobaan ini dilakukan pengendalian sistem
kecepatan motor DC lingkar tertutup pada saat
waktu kontinyu sehingga didapatkan hasil pada
gambar diatas.
Pada percobaan ini praktikan mensimulasikan
sistem pengendali kecepatan motor DC lingkar Gambar 4.16 Hasil scope sistem lingkar tertutup
tertutup dengan pengendali PID untuk waktu sampling 0,001s
kontinu dan waktu diskrit dengan menggunakan
konstanta PID yang telah diperoleh dari Tugas 1
(modul 2). Dan hasil dari percobaan ini dapat
dilihat dari gambar yang telah ada. Pada sistem
pengendalian kecepatan motor DC digunakan PID
toolbox untuk mengatur nilai – nilai parameter
sistem agar sesuai dengan yang diinginkan. Artinya
sistem tersebut stabil.
Gambar 4.17 Desain sistem lingkar tertutup
TUGAS 4 sampling 0,0001s
Simulasikan sistem pengendali kecepatan motor
DC lingkar tertutup untuk 3 nilai periode sampling
yang digunakan pada Tugas 6 (modul 1) dengan
pengendali proporsional. Gunakan nilai Kp = 0.7
untuk sistem pengendalian kecepatan

Gambar 4.18 Hasil scope sistem lingkar tertutup


Gambar 4.13 Desain sistem lingkar tertutup
sampling 0,0001s
sampling 0,01s
Pada percobaan ini praktikan melakukan percobaan
sistem pengendali kecepatan motor DC lingkar
tertutup untuk 3 nilai periode sampling yang
digunakan pada Tugas 6 (modul 1) dengan
rangkaian berikut: percobaan apa yang dilakukan,
pengendali proporsional. Gunakan nilai Kp = 0.7
data hasil percobaan dan analisisnya.
untuk sistem pengendalian kecepatan.
Daftar Pustaka dituliskan mengikuti aturan [3]
Ketiga nilai periode sampling yang berbeda pada
untuk rujukan berupa textbook dan gunakan aturan
desain sistem lingkar tertutup menghasilkan
[4] untuk rujukan berupa web site.
bentuk respon sinyal yang berbeda pula. Artinya
Gambar 4.14 Hasil scope sistem lingkar tertutup besar kecilnya nilai periode sampling
sampling 0,01s mempengaruhi respon sistem yang dihasilkan.
Selain itu, periode sampling berpengaruh pada
settling time dimana semakin besar nilai periode
10
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
samplingnya maka akan semakin kecil nilai settling
time nya. Semakin kecil nilai periode sampling nya
maka hasil sinyal keluarannya akan semakin
mendekat bentuk sinyal analog aslinya. Periode
sampling yang besar, membuat respon step
semakin bagus, karena memiliki nilai settling time
yang kecil dan mencapai keadaan steady state yang
semakin cepat. Pada percobaan ini, ditunjukan
pada gambar 11 bahwa respn step terbaik dengan
periode sampling 0,01 sekon.

TUGAS 5
Buatlah analisis dari respon step open-loop yang
didapat dari proses ekstraksi model linier ke Gambar 2.20 Hasil scope respon tanpa lag
Matlab Workspace yang sudah dibuat. compensator
Komponen yang digunakan pada percobaan tugas
5 dan tugas 6, merupakan komponen yang sama
yaitu berupa komponen linier. Maka dalam respon
sistem yang dihasilkan pada setiap percobaan
dengan jenis percobaan yang berbeda
(menggunakan simulink, linier analisis maupun
ekstrak pada workspace), akan tetap menghasilkan
respon sistem yang sama.
Gambar 4.19 Respon step open-loop dari proses TUGAS 7
ekstraksi model linear ke matlab workspace.
Tampilkan hasil simulasi kemudian analisis
Dari hasil di atas yaitu hasil step open-loop yang hasilnya dan bandingkan dengan model yang tidak
didapat dari prose ekstrasi model linier ke Matlab menggunakan lag compensator
ini praktikan membuat kendali lead and lag
konpresator. Jadi scope yang digunakan di
percobaan kali ini digunakan sebagai pembanding.
Percobaan ini juga menunjukan, hasil grafik Gambar 2.21 Diagram sistem
menggunakan model linier dan model matlab
workspace tidak memiliki perbedaan. Terlihat dari
karakteristik yang tampil tidak memiliki perbedaan
nilai.
Model linier yang didapat dari simulink dapat di
ekstrak ke matlab workspace, agar bentuk
persamaan dari hasil demonstrasi dapat diketahui
seperti pada gambar. Hasil yang ditampilkan
memiliki respon sistem yang sama karena Gambar 2.22 Hasil scope respon dengan lag
komponen yang digunakan pada simulink kompensator.
merupakan komponen linear saja. Maka keluaran
yang dihasilkan pada proses linearize juga
menampilkan grafik yang sama saat grafik di
ekstrak.

TUGAS 6
Buatlah respon open-loop tersebut, bandingkan dan
analisis hasilnya dengan yang menggunakan proses
ekstraksi ke MATLAB worksheet.

Gambar 2.23 Hasil scope respon tanpa lag


kompensator.

11
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Kompensator lag ini bertujuan untuk memberikan
pelemahan pada daerah frekuensi tinggi, supaya
sistem memiliki batas fasa yang mencukupi.
Percobaan menggunakan lag membuat sistem
menjadi lebih cepat menuju steady state dengan
nilai rise time dan settling time yang lebih kecil.
Namun pada percobaan ini terjadi overshoot,
walau tidak terlalu besar namun overshoot yang
terjadi tetap ada. Saat sistem tidak menggunakan
lag ditunjukan pada gambar 4.23, tidak ada
overshoot yang terjadi namun respon transient
Gambar 4.26 Diagram sistem
sangat besar yang membuat nilai settling time juga
besar. Percobaan ini membutuhkan waktu yang
sangat lama untuk mencapai steady state.

TUGAS 8
Jalankan simulasi, kemudian analisis hasil
responnya dengan double-click blok scope. Akan
muncul perbandingan sinyal antara lag dan juga
lead compensator, apakah kompensator satu lebih
baik dari yang lainya? Mengapa demikian?
Gambar 4.27 Workspace

Gambar 4.24 Desain sistem


Gambar 4.28 Source code
Control effort adalah upaya atau
suatu usaha pengendalian yang
digunakan oleh suatu sistem atau
controller untuk mencapai keadaan
seimbang yang optimal dengan
menggunakan daya yang sedikit.
Pada percobaan ini dilakukan
Gambar 4.25 Hasil scope respon lingkar tertutup perbandingan control effort antara
dengan lag-lead compensator lag kompensator dengan lead
compensator.
Pada percobaan ini kita membandingkan grafik
lead-lag compensator yang dapat dilihat pada
grafik 4.25. Grafik berwarna kuning menunjukan
grafik yang menggunakan sistem lag sedangkan
grafik berwarna biru menunjukan sistem lead
kompensator. Kompensator lag memiliki nilai rise
time dan settling time yang lebih besar
dibandingkan dengan kompensator lead. Namun
overshoot yang terjadi pada kompensator lead lebih
besar dibandingkan dengan kompensator lag.

TUGAS 9
Jalankan simulasi, kemudian analisis hasil
responnya dengan double-click blok scope.
Bagaimana hasil perbandingan control effort untuk
lag dan lead compensator dengan terlebih dahulu
menjelaskan apa itu control effort!
12
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Gambar 2.29 Control effort

Control effort yang butuhkan lead


kompensator sebesar 150.000 Volt.
Control effort yang digunakan lag
kompensator nilainya lebih kecil
dibandingkan lead kompensator.

TUGAS 10 Gambar 4.33 Simulasi control


proporsional dengan nilai Kp= 0,75
 Buatlah diagram Simulink menggunakan
parameter-parameter yang sudah diberikan
 Tampilkan dalam satu grafik yang sama
hasil simulasi kontrol proporsional untuk
skema Kp = 0.1; 0.25; 0.75; 2 dan 4.
 Analisis grafik hasil simulasi tersebut.

Gambar 4.34 Simulasi control proporsional dengan


nilai Kp= 2

Gambar 4.30 Simulink Sistem


Gambar 4.35 Simulasi control proporsional
dengan nilai Kp= 4

Pada percobaan dengan menggantikan nilai


proporsional dapat disimpulkan, semakin tinggi
nilai Kp, maka akan meningkatkan nilai persentasi
overshoot pada sistem tersebut. Akan tetapi,
apabila nilai overshoot melebihi kriteria kestabilan
yang ditentukan, maka akan menimbulkan osilasi
Gambar 4.31 Simulasi control proporsional dengan yang menyebabkan suatu sistem menjadi tidak
nilai Kp= 0,1 stabil.

TUGAS 11
 Buatlah diagram Simulink untuk kontrol PI
menggunakan parameter-parameter yang
sudah diberikan
 Tampilkan dalam satu grafik yang sama
hasil simulasi kontrol proporsional untuk
skema Kp = 0.1; Ki = 0; 0.5; 2; 3 dan 5.
Gambar 4.32 Simulasi control proporsional dengan
 Analisis grafik hasil simulasi tersebut
nilai Kp= 0,25
13
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Gambar 4.40 Simulasi control proporsional dengan
nilai Ki=3

Gambar 4.36 Simulink sistem

Gambar 4.41 Simulasi control proporsional dengan


nilai Ki=5
Pada percobaan dengan mengubah nilai integral
ini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai
Gambar 4.37 Simulasi control proporsional dengan Ki, maka akan meningkatkan nilai overshoot juga,
nilai Ki=0 namun dapat mengeliminasi nilai steady state error,
sehingga sistem menjadi lebih stabil. Akan tetapi,
apabila nilai integral terlalu besar, maka akan
meningkatkan osilasi pada sistem sehingga
menimbulkan ketidakstabilan pada sistem. Maka,
nampak bahwa penerapan kontrol I dapat
membantu kontrol P menurunkan steady-state
error-nya. Namun pemilihan Ki yang terlalu besar
dapat menyebabkan sistem berosilasi pada saat
start.

TUGAS 12

Gambar 4.38 Simulasi control proporsional dengan  Buatlah diagram Simulink untuk kontrol
nilai Ki=0,5 PD menggunakan parameter-parameter
yang sudah diberikan
 Tampilkan dalam satu grafik yang sama
hasil simulasi kontrol proporsional untuk
skema Kp = 0.75; Kd = 0; 0.0075 dan 0.01.
 Analisis grafik hasil simulasi tersebut.

Gambar 4.39 Simulasi control proporsional dengan


nilai Ki=2

Gambar 4.42 Simulink sistem

14
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Gambar 4.43 Step Respon PID 1 Gambar 4.47 Step Respon PID 5

Gambar 4.44 Step Respon PID 2 Gambar 4.48 Step Respon PID 6
Pada percobaan dengan mengubah nilai derivative
ini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai
Kd, maka sistem akan dapat menurunkan nilai
overshoot pada sistem, namun sistem ini memiliki
kelemahan dengan kurangnya mengurangi steady
state error pada sistem. Namun pemilihan Kd yang
terlalu besar dapat menyebabkan output tidak
stabil dan dapat terjadi osilasi yang semakin lama
semakin membesar.

TUGAS 13
Gambar 4.45 Step Respon PID 3
 Buatlah diagram Simulink untuk kontrol
PID menggunakan parameter-parameter
yang sudah diberikan
 Tampilkan dalam satu grafik yang sama
hasil simulasi kontrol proporsional untuk
skema Kp Ki Kd yang paling ideal.

Gambar 4.46 Step Respon PID 4

Gambar 4.49 Hasil percobaan Kp=6, Ki=6,5 dan


Kd=0,2

15
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA
Gambar 4.49 Hasil percobaan Kp=6,6 Ki=6,2 dan
Kd=0,2

Gambar 4.52 Hasil Grafik


Hasil respon sistem pada percobaan ini dianggap
stabil. Karena nilai- nilai parameter yang sudah
sesuai menghasil sistem yang stabil

5.KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat
Gambar 4.50 Hasil percobaan Kp=6,25 Ki=6,5 dan disimpulkan bahwa:
Kd=0,1
1) MATLAB dapat digunakan untu
Hasil respon sistem pada percobaan ini dianggap merancang, menganalisis, dan
stabil. Karena nilai- nilai parameter yang sudah mensimulasikan sistem pengendalian
sesuai menghasil sistem yang stabil. waktu kontinu maupun diskrit.
2) Nilai Kp dan Ki parameter dari suatu
TUGAS 14
sistem pengendalian PI. 3. Nilai Ts
 Buatlah diagram Simulink untuk kontrol mempengaruhi stabil atau tidaknya suatu
PID menggunakan parameter-parameter sistem.
yang sudah diberikan 3) Praktikan memahami konsep kestabilan
 Tampilkan dalam satu grafik yang sama sistem pengendalian kecepatan motor DC.
hasil simulasi kontrol proporsional untuk 4) Pada sistem diskrit dan kontinyu, semakin
skema Kp Ki Kd yang paling ideal. besar nilai frekuensi sampling, maka dapat
Kombinasikan nilai Kp Ki Kd dari angka mengurangi osilasi pada fungsi transfer
paling belakang NPM masing-masing tersebut.
mahasiswa.
5) Pengendali proporsional mampu
 Analisis grafik hasil simulasi tersebut. mengurangi nilai error steady-state (ess)
dan memperkecil nilai rising time maupun
settling time.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Latifa.Ulinnuha, Modul Praktikum
Sistem Kendali, Laboratorium
Komputasi Fakultas Teknik
Universitas Singaperbangsa
Gambar 4.51 Rangkaian Simulink
Karawang, Karawang, 2018.

16
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA

Anda mungkin juga menyukai