PENGENDALI
Materi
PROPORSIONAL-INTEGRAL-
VIII DERIVATIF (PID)
Keberadaan kontroler dalam sebuah sistem kontrol mempunyai kontribusi yang besar
terhadap prilaku sistem. Pada prinsipnya hal itu disebabkan oleh tidak dapat diubahnya
komponen penyusun sistem tersebut. Artinya, karakteristik plant harus diterima
sebagaimana adanya, sehingga perubahan perilaku sistem hanya dapat dilakukan
melalui penambahan suatu sub sistem, yaitu kontroler atau pengendali.
Salah satu tugas komponen kontroler adalah mereduksi sinyal kesalahan, yaitu
perbedaan antara sinyal setting dan sinyal aktual. Hal ini sesuai dengan tujuan sistem
kontrol adalah mendapatkan sinyal aktual senantiasa (diinginkan) sama dengan sinyal
setting. Semakin cepat reaksi sistem mengikuti sinyal aktual dan semakin kecil
kesalahan yang terjadi, semakin baiklah kinerja sistem kontrol yang diterapkan.
Bahasan pada bagian materi ini meliputi pengenalan konsep pengendali Proporsional,
Integral dan Derivatif (PID) berupa model fungsi unsur-unsur pengendali dan perilaku
khasnya. Selanjutnya akan dibahas mengenai teknik penyetelan (tuning) parameter-
parameter pengendali PID. Untuk memudahkan pengamatan prilaku dan penyetalan
pengendali PID pada bahasan ini pula diberikan contoh penggunaan program MATLAB.
Kendali algoritma PID merupakan kendali yang sederhana, satu persamaan, namun
dapat digunakan untuk menghasilkan performa kendali yang relatif cukup baik pada
berbagai proses. Fleksibelitas ini diperoleh melalui beberapa pengaturan atau
penyetelan variabel, dimana nilai yang diperoleh dapat dipilih untu memodifikasi perilaku
dari sistem umpan balik. Prosedur yang dipilih disebut dengan tuning (penyetelan), dan
parameter yang atur disebut penyetelan konstan.
Sinyal keluaran kontroler integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva
kesalahan penggerak- lihat konsep numerik. Sinyal keluaran akan berharga sama
dengan harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 8.3 [Ogata,
1997, 236] menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang disulutkan ke dalam kontroller
integral dan keluaran kontroller integral terhadap perubahan sinyal kesalahan tersebut.
Gambar 8.3 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t) terhadap t
pada pembangkit kesalahan nol.
Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran kontroler (Guterus, 1994, 7-4).
Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan kontroler, akan mengakibatkan perubahan
yang sangat besar dan cepat. Gambar 8.6 menunjukkan blok diagram yang
menggambarkan hubungan antara sinyal kesalahan dengan keluaran kontroller.
1. Kontroler ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan
pada masukannya (berupa sinyal kesalahan).
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang
dihasilkan kontroler tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal
kesalahan. (Powel, 1994, 184).
3. Kontroler diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului,
sehingga kontroler ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan
sebelum pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi kontroler
diferensial dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi
yang bersifat korektif, dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem
(Ogata,, 1997, 240).
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kontroler P, I dan D dapat saling
menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kontroler
proposional plus integral plus diferensial (kontroller PID). Elemen-elemen kontroller P, I
dan D masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah
sistem, menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang besar(Guterus,
1994, 8-10).
num = [1];
den = [1 10 20];
step(num,den)
title(‘Open Loop Response’)
Respon sistem terbuka (open loop response) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Kp = 300;
Kd = 10;
num = [Kd Kp];
den = [1 10+Kd 20+Kp];
t = 0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title(‘Closed-Loop Step Kp=300 Kd=10’)
Bagian akhir dari simulasi ini adalah menggunakan Pengendali PID, yang memiliki
transfer function untuk sistem di atas adalah :
Penalaan parameter kontroller PID selalu didasari atas tinjauan terhadap karakteristik
yang diatur (Plant). Dengan demikian betapapun rumitnya suatu plant, perilaku plant
tersebut harus diketahui terlebih dahulu sebelum penalaan parameter PID itu dilakukan.
Karena penyusunan model matematik plant tidak mudah, maka dikembangkan suatu
metode eksperimental. Metode ini didasarkan pada reaksi plant yang dikenai suatu
perubahan. Dengan menggunakan metode itu model matematik perilaku plant tidak
diperlukan lagi, karena dengan menggunakan data yang berupa kurva keluaran,
penalaan kontroler PID telah dapat dilakukan. Penalaan bertujuan untuk mendapatkan
kinerja sistem sesuai spesifikasi perancangan. Ogata menyatakan hal itu sebagai alat
control (controller tuning) (Ogata, 1997, 168, Jilid 2). metode pendekatan
eksperimen yang telah banyak digunakan adalah Ziegler-Nichols.
Metode Ziegler-Nichols
Ziegler-Nichols pertama kali memperkenalkan metodenya pada tahun 1942. Metode ini
memiliki dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua metode ditujukan untuk
menghasilkan respon sistem dengan lonjakan maksimum sebesar 25%. Gambar 11
memperlihatkan kurva dengan lonjakan 25%.
Metode ini didasarkan terhadap reaksi sistem untaian terbuka. Plant sebagai untaian
terbuka dikenai sinyal fungsi tangga satuan (gambar 12). Kalau plant minimal tidak
mengandung unsur integrator ataupun pole-pole kompleks, reaksi sistem akan
berbentuk S. Gambar 13 menunjukkan kurva berbentuk S tersebut. Kelemahan metode
ini terletak pada ketidakmampuannya untuk plant integrator maupun plantt yang
memiliki pole kompleks.
Gambar 12 Respon tangga satuan
sistem
Kurva berbentuk-s mempunyai dua konstanta, waktu mati (dead time) L dan waktu
tunda T. Dari gambar 13 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik, setelah selang waktu
L. Sedangkan waktu tunda menggambarkan perubahan kurva setelah mencapai 66%
dari keadaan mantapnya. Pada kurva dibuat suatu garis yang bersinggungan dengan
garis kurva. Garis singgung itu akan memotong dengan sumbu absis dan garis
maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu absis merupakan ukuran waktu
mati, dan perpotongan dengan garis maksimum merupakan waktu tunda yang diukur
dari titik waktu L.
Penalaan parameter PID didasarkan perolehan kedua konstanta itu. Zeigler dan Nichols
melakukan eksperimen dan menyarankan parameter penyetelan nilai Kp, Ti, dan Td
dengan didasarkan pada kedua parameter tersebut. Tabel 1 merupakan rumusan
penalaan parameter PID berdasarkan cara kurva reaksi.
Tabel 1
Penalaan paramater PID dengan metode kurva
reaksi
Tipe Kontroler Kp Ti Td
P T/L ~ 0
b. Metode Osilasi
Metode ini didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun serial dengan
kontroller PID. Semula parameter parameter integrator disetel tak berhingga dan
parameter diferensial disetel nol (Ti = ~ ;Td = 0). Parameter proporsional kemudian
dinaikkan bertahap. Mulai dari nol sampai mencapai harga yang mengakibatkan reaksi
sistem berosilasi. Reaksi sistem harus berosilasi dengan magnitud tetap(Sustain
oscillation) (Guterus, 1994, 9-9). Gambar 14 menunjukkan rangkaian untaian
tertutup pada cara osilasi.
Nilai penguatan proportional pada saat sistem mencapai kondisi sustain oscillation
disebut ultimate gain Ku. Periode dari sustained oscillation disebut ultimate period
Tu (Perdikaris, 1991, 433). Gambar 15 menggambarkan kurva reaksi untaian
terttutup ketika berosilasi.
Penalaan parameter PID didasarkan terhadap kedua konstanta hasil eksperimen, Ku dan
Pu. Ziegler dan Nichols menyarankan penyetelan nilai parameter Kp, Ti, dan Td
berdasarkan rumus yang diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2
Penalaan paramater PID dengan metode
osilasi
Tipe Kontroler Kp Ti Td
P 0,5.Ku
PI
0,45.Ku 1/2 Pu
Contoh :
Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan kontroler, akan mengakibatkan perubahan
yang sangat besar dan cepat.
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kontroler P, I dan D dapat saling
menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kontroler
proposional plus integral plus diferensial (kontroller PID). Elemen-elemen kontroller P, I
dan D masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah
sistem, menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang besar(Guterus,
1994, 8-10).
Penalaan parameter kontroller PID selalu didasari atas tinjauan terhadap karakteristik
yang diatur (Plant). Metode pendekatan eksperimen yang telah banyak digunakan
adalah Ziegler-Nichols. Metode ini memiliki dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi.
Kedua metode ditujukan untuk menghasilkan respon sistem dengan lonjakan maksimum
sebesar 25%.
2. Suatu sistem kendali ditunjukkan seperti pada gambar dibawah ini. Menggunakan
metode Ziegler-Nichols tentukan nila Kp, Ti dan Td jika diinginkan overshoot maksimum
sebesar 25% pada tanggapan terhadap masukan tangga satuan.