Pendahuluan
Salah satu tugas komponen kontroler adalah mereduksi sinyal kesalahan, yaitu
perbedaan antara sinyal setting dan sinyal aktual. Hal ini sesuai dengan tujuan
sistem kontrol adalah mendapatkan sinyal aktual senantiasa (diinginkan) sama
dengan sinyal setting. Semakin cepat reaksi sistem mengikuti sinyal aktual dan
semakin kecil kesalahan yang terjadi, semakin baiklah kinerja sistem kontrol yang
diterapkan.
Apabila perbedaan antara nilai setting dengan nilai keluaran relatif besar, maka
kontroler yang baik seharusnya mampu mengamati perbedaan ini untuk segera
menghasilkan sinyal keluaran untuk mempengaruhi plant. Dengan demikian sistem
secara cepat mengubah keluaran plant sampai diperoleh selisih antara setting
dengan besaran yang diatur sekecil mungkin[Rusli, 1997].
Kontroler Proposional
Kontroler Integral
Sinyal keluaran kontroler integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh
kurva kesalahan penggerak- lihat konsep numerik. Sinyal keluaran akan berharga
sama dengan harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 3
[Ogata, 1997, 236] menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang disulutkan ke
dalam kontroller integral dan keluaran kontroller integral terhadap perubahan
sinyal kesalahan tersebut.
Gambar 3 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t) terhadap t pada
pembangkit kesalahan nol.
Kontroler Diferensial
Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan kontroler, akan mengakibatkan
perubahan yang sangat besar dan cepat. Gambar 6 menunjukkan blok diagram
yang menggambarkan hubungan antara sinyal kesalahan dengan keluaran
kontroller.
Kontroler PID
Gambar 9 Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan
untuk kontroller PID
Karakteristik kontroler PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga
parameter P, I dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ti, dan Td akan mengakibatkan
penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta
tersebut dapat disetel lebih menonjol dibanding yang lain. Konstanta yang
menonjol itulah akan memberikan kontribusi pengaruh pada respon sistem secara
keseluruhan (Gunterus, 1994, 8-10).
Metode Ziegler-Nichols
Metode ini didasarkan terhadap reaksi sistem untaian terbuka. Plant sebagai
untaian terbuka dikenai sinyal fungsi tangga satuan (gambar 12). Kalau plant
minimal tidak mengandung unsur integrator ataupun pole-pole kompleks, reaksi
sistem akan berbentuk S. Gambar 13 menunjukkan kurva berbentuk S tersebut.
Kelemahan metode ini terletak pada ketidakmampuannya untuk plant integrator
maupun plantt yang memiliki pole kompleks.
Gambar 12 Respon tangga satuan sistem
Kurva berbentuk-s mempunyai dua konstanta, waktu mati (dead time) L dan waktu
tunda T. Dari gambar 13 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik, setelah selang
waktu L. Sedangkan waktu tunda menggambarkan perubahan kurva setelah
mencapai 66% dari keadaan mantapnya. Pada kurva dibuat suatu garis yang
bersinggungan dengan garis kurva. Garis singgung itu akan memotong dengan
sumbu absis dan garis maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu
absis merupakan ukuran waktu mati, dan perpotongan dengan garis maksimum
merupakan waktu tunda yang diukur dari titik waktu L.
Penalaan parameter PID didasarkan perolehan kedua konstanta itu. Zeigler dan
Nichols melakukan eksperimen dan menyarankan parameter penyetelan nilai Kp,
Ti, dan Td dengan didasarkan pada kedua parameter tersebut. Tabel 1 merupakan
rumusan penalaan parameter PID berdasarkan cara kurva reaksi.
Tabel 1
Penalaan paramater PID dengan metode kurva reaksi
Tipe Kontroler Kp Ti Td
P T/L ~ 0
Metode ini didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun serial
dengan kontroller PID. Semula parameter parameter integrator disetel tak
berhingga dan parameter diferensial disetel nol (T i = ~ ;Td = 0). Parameter
proporsional kemudian dinaikkan bertahap. Mulai dari nol sampai mencapai harga
yang mengakibatkan reaksi sistem berosilasi. Reaksi sistem harus berosilasi
dengan magnitud tetap(Sustain oscillation) (Guterus, 1994, 9-9). Gambar 14
menunjukkan rangkaian untaian tertutup pada cara osilasi.
Tabel 2
Penalaan paramater PID dengan metode osilasi
Tipe Kontroler Kp Ti Td
P 0,5.Ku
PI 0,45.Ku 1/2 Pu
Metode Quarter - decay
Karena tidak semua proses dapat mentolerir keadaan osilasi dengan amplituda
tetap, Cohen-coon berupaya memperbaiki metode osilasi dengan menggunakan
metode quarter amplitude decay. Tanggapan untaian tertutup sistem, pada metode
ini, dibuat sehingga respon berbentuk quarter amplitude decay (Guterus, 1994, 9-
13). Quarter amplitude decay didefinisikan sebagai respon transien yang
amplitudanya dalam periode pertama memiliki perbandingan sebesar seperempat
(1/4) (Perdikaris, 1991, 434).