Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ahmad Rahmat Hidayat

Kelas : A
Ujian Tengah Semester Kewirausahaan

1. a. Pengertian Kewirausahaan
kewirausahaan adalah suatu proses dalam melakukan atau menciptakan sesuatu yang baru
dengan cara kreatif dan penuh inovasi yang memberikan manfaat bagi orang lain dan bernilai
tambah

b. Perbedaan Entrepreneur dan Pedagang


Seorang pedagang membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa memikirkan
bagaimana usaha ini akan ia kembangkan. Sementara seorang entrepreneur akan melihat
bahwa usaha yang dia kerjakan saat ini adalah batu langkah awal untuk mengerjakan hal yang
lebih besar

c. Perbedaan Entrepreneur dan Intrapreneur

 Jenis Bisnis yang Dibangun


Entrepreneur bekerja untuk dirinya sendiri, ia membangun bisnis sesuai dengan intuisinya
dengan melihat berbagai kesempatan yang ada. Sedangkan seorang intrapreneur merupakan
bagian dari perusahaan lainnya yang lebih besar, dan mendapatkan sejumlah uang sesuai
dengan keberhasilan dari unit bisnis yang dipercayakan kepadanya.
Seorang intrapreneur membangun bisnis yang sifatnya restorative atau memperbaiki /
memulihkan.

 Company Culture yang Dibangun


Seorang entrepreneur memiliki kebebasan untuk mengembangkan company culture miliknya
sendiri. Misalnya apakah timnya diperkenankan untuk menggunakan pakaian yang
lebih casual, atau bebas menentukan jam kerjanya sendiri. Namun seorang intrapreneur akan
mengembangkan company culture sesuai dengan nilai-nilai perusahaan besar yang
menaunginya. Hal ini dikarenakan biasanya sebuah perusahaan besar sudah memiliki company
culture yang terbangun dari puluhan tahun sejak awal berdiri

 Otonomi
Karena masih terkait perusahaan lain yang sudah lebih stabil, seorang intrapreneur harus
mengikuti berbagai kebijakan serta prosedur yang diadopsi oleh perusahaan besar yang
menaunginya. Sehingga bisa dibilang ia tidak dapat bebas menentukan kebijakannya sendiri
secara menyeluruh. Sedangkan entrepreneur memiliki kebebasan untuk menentukan kebijakan
serta prosedur yang ingin ia jalankan didalam perusahaan yang ia rintis
 Struktur Perusahaan
Seorang entrepreneur dapat dengan bebas merekrut timnya, baik itu divisi Marketing, Sales,
Research and Development, atau Finance sesuai dengan kebutuhan perusahaannya. Sedangkan
seorang intrapreneur, harus berkonsultasi dengan struktur lain yang berada di atasnya ketika
hendak merekrut timnya sendiri. Tak hanya itu, di awal berdiri bisa jadi beberapa divisi
bergabung dengan perusahaan yang menaunginya sampai dianggap bisa dipisahkan.

2. a. Falsafah dan Budaya Bisnis Cina :


Falsafah Bisinis Cina :

 Untuk mencapai sukses orang Cini harus berdagang. Bekerja keras dan berani
membuka peluang usaha baru.
 Menjadikan berdagang sebagai hobi, bukan untuk mengisi waktu luang.
Berdagang adalah pekerjaan yang serius dan bukan pekerjaan ikut-ikutan.
 Pengalamannya diberikan kepada anak cucu agar mereka mengenal ilmu
perdagangan.
 Keuntungan yang diperoleh sebaiknya tidak dibelanjakan, tetapi digunakan
untuk menambah modal kerja dan melakukan investasi.
 Orang Cina suka perdagangan yang memberikan keuntungan jangka panjang
dan berkelanjutan dalam waktu yang lama.
 Perdagangan yang jatuh akan merasa sakit, tetapi rasa sakit itulah yang
membuat bangkit kembali.

Budaya Bisnis Orang Cina :

 Orang Cina rela bangun pagi dan terus bekerja sampai malam hari demi mencapai
keberhasilan.
 Apabila orang cina mengatakan akan berdagang, maka biasanya mereka tidak akan
berpikir panjang untuk melakukannya.
 Kegagalan tidak membuatnya patah semangat.
 Menetapkan tujuan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang.
 Budaya dangang Cina mengutamakan hal, siapa cepat dia dapat

b. Rahasia Sukses, Etika dan cara berbisnis orang Cina


Cara Berbisnis Orang Ala Cina

 Terlibat sejak dini


Di kalangan pebisnis Tionghoa, melibatkan keluarga sejak dini adalah hal biasa. Bila
seorang ayah membuka rumah makan, maka anak-anaknya ditugaskan menjadi
pelayan, sedangkan istri menjadi kasir. Begitu anak beranjak dewasa, mereka sudah
menguasai seluk-beluk bisnis di luar kepala dan menjalankannya tanpa canggung.
 Administrasi dan pembukuan yang baik
Sangat jarang toko yang dijalankan pengusaha Tionghoa kehabisan stok barang. Sebab
mereka menerapkan sistem administrasi barang yang baik. Sedangkan
pembukuan yang baik membuat arus kas berjalan lancar.

 Dua puluh persen biaya hidup


Sebelum bisnis benar-benar sukses (dengan kata lain sudah kaya raya), orang
Tionghoa terbiasa hidup sederhana, yaitu dengan cara menggunakan hanya 20 persen
dari penghasilan mereka. Bila punya pendapatan Rp 10 juta, maka yang digunakan
untuk biaya hidup hanya Rp 2 juta saja dan sisanya ditabung atau diinvestasikan.
 Berani ambil risiko
Keyakinan bahwa selalu ada kesempatan di setiap rintangan, membuat
pengusaha Tionghoa lebih berani mengambil risiko. Kata gagal sepertinya sudah
dihapus dari kamus mereka.
 Survei dan belajar
Pengusaha Tionghoa yang akan memulai usaha tak segan bertanya dan belajar
kepada siapa pun untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai usaha
yang akan dimulainya. Mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang usaha yang akan
digeluti membuat usaha mereka cepat meroket, karena sudah tahu seluk beluknya.
 Pelayanan terbaik
Ada pepatah Tionghoa yang mengatakan, ‘Jika tak pandai tersenyum, jangan
membuat toko.” Maksudnya, Anda harus memberikan pelayanan terbaik kepada
pelanggan. Tanpa pelayanan yang memuaskan, dijamin pelanggan akan pindah ke toko
sebelah.
 Memelihara relasi
Pengusaha Tionghoa terkenal pandai menjaga hubungan dengan pelanggannya.
Hal sederhana yang acap dilakukan adalah memberikan hadiah kepada pelanggan.
Meski tak selalu berharga mahal, namun tetap akan meninggalkan kesan baik
bagi pelanggannya, sehinga mereka ingin selalu kembali ke toko tersebut. Selain itu
orang china juga mempunyai mental yang kuat , dan ituah yang harus kita tiru dari
orang – orang china, karena hanya dengan memiliki mental baja baru kita bisa
mengimplementasikan tips – tips diatas.
Orang china juga berbisnis dengan etika dan budaya bisnis yang baik, sehingga tidak sedikit
dari mereka yang meraih kesuksesan.dan berikut adalah budaya bisnis orang china :
Budaya bisnis orang Cina :
1. Kerja keras dan tekun serta focus dalam bekerja.
2. Sikap ingin belajar dari orang yang lebih berpengalaman.
3. Sabar, tabah, tegar, dan bijaksana dalam menghadapi kegagalan.
4. Bekerja secara professional, kompetensi tinggi, dan komitmen pada pekerjaan.
5. Merespon dan sigap pada setiap peluang yang ada. ( Prinsip : Siapa cepat dia dapat )
Etika dan Rahasia Keberhasilan Orang Cina
Negara Cina merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbanyak. Sehingga mau tidak mau,
gesekan dan persaingan antar masyarakat merupakan makanan sehari-hari bagi mereka. Selain
itu, factor kemiskinan, tekad yg kuat dan ajaran konfusiusme juga mendorong kemantapan etos
kerja orang Cina.

Etika bisnis orang Cina


1. Tidak menggunakan cara-cara kotor untuk menjatuhkan orang lain. Kompetisi persaingan
yang sehat harus selalu dijunjung tinggi.
2. Dilarang menjelek-jelekkan dan mengganggu kegiatan usaha orang lain. Persaingan
haruslah merunut pada factor moral kejujuran, keselamatan, dan kemanusiaan.
3. Tidak dibenarkan untuk menipu dan mengutamakan kepuasaan pelanggan. ( Tidak kaku
dan memperbolehkan proses tawar menawar )

3. a. Faktor-faktor pendorong Kreativitas


Faktor internal individu
Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi
kreativitas, diantaranya :
1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Dengan
demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan
2. Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain.
3. Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-
bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal (Lingkungan)


Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah
lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi
lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan.
Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil
bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat, diantaranya:
1. Tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media.
2. Adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat.
3. Menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada
kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang.
Proses-proses dan Tahapan Kreativitas:
Wallas (dalam Solso, Maclin, & Maclin, 2007:45) menjelaskan bahwa ada empat tahapan
dalam proses kreatif, yaitu:

 Persiapan, memformulasikan suatu permasalahan dan membuat usaha awal untuk


mencegahnya
 Inkubasi, masa dimana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk
memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya
 Iluminasi, memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut
 Verifikasi, menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi

b. Faktor Penghambat Kreativitas


Berikut ini 3 faktor yang menghambat Anda mengeluarkan kreativitas. Faktor-faktor ini lahir
dari metode berpikir yang keliru.
1. Solusi yang tepat
Biasanya, setelah mengumpulkan banyak solusi dan memilah-milahnya, kita ragu jangan-
jangan tidak ada solusi yang tepat. Sebenarnya, itulah yang justru menghambat Anda
menemukan solusi! Pakar psikologi Carolyn Kaufman, dalam artikelnya di situs
psychologytoday.com menyebutkan bahwa obsesi terhadap jawaban/solusi yang tepat
merupakan salah satu faktor penghambat kreativitas.Jawaban/solusi yang tepat mengandaikan
adanya solusi yang keliru. Cara berpikir seperti itu membuat perhatian kita tertuju hanya pada
bagaimana menemukan solusi yang tepat dan menghindari solusi yang keliru.
2. Functional fixedness
Selain obsesi terhadap solusi yang tepat, functional fixedness juga bisa menjadi faktor
penghambat kreativitas. Apa itu functional fixedness? functional fixedness adalah pola pikir di
mana kita memperlakukan benda-benda sesuai namanya, tidak kurang dan tidak lebih.
Orang yang memiliki pola pikir functional fixedness menganggap fungsi gunting kuku hanya
untuk memotong kuku yang sudah panjang; kotak suara berfungsi hanya sebagai penampung
suara di pemilihan; sapu hanya untuk membersihkan lantai; dan, sendok hanya untuk
mengambil makanan.
Pola pikir itu menghambat kita berpikir keluar dari kotak. Pikiran kita terhalang untuk
memberdayakan benda-benda di sekitar sebagai solusi.
3. Ide yang muluk-muluk
Ketika menghadapi masalah, kita sering mencari ide yang muluk-muluk. Ide yang muluk-
muluk membuat solusi tampak lebih brilian dibanding ide yang biasa-biasa saja.
Tetapi, sebenarnya, kita tidak butuh ide yang muluk-muluk! Apa yang kita butuhkan adalah:
· Solusi yang tepat sasaran,
· Solusi yang tidak menimbulkan masalah baru,
· Solusi yang mengeluarkan sesedikit mungkin usaha, modal, dan pengorbanan.

4. a. Pengertian pemimpin
Pengertian pemimpin adalah seseorang yang mempunyai sikap, kemampuan, naluri dan
ciri-ciri kepribadian yang mampu untuk menciptakan suatu keadaan, sehingga orang yang
dipimpinnya dapat saling bekerja untuk mencapai tujuan
Pengertian pemimpin menurut Suradinata (1997:11) adalah orang yang memimpin
kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan
kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin,
mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya
Menurut Winardi (1990:32) bahwa pemimpin terdiri dari pemimpin formal (formal leader)
dan pemimpin informal (informal leader). Pemimpin formal adalah seorang (pria atau
wanita) yang oleh organisasi tertentu (swasta atau pemerintah) ditunjuk (berdasarkan surat-
surat keputusan pengangkatan dari organisasi yang bersangkutan) untuk memangku
sesuatu jabatan dalam struktur organisasi yang ada dengan segala hak dan kewajiban yang
berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut yang ditetapkan
sejak semula

b. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses seseorang yang memiliki kemampuan mempengaruhi,
mengilhami, memberi semangat dan motovasi serta menagrahkan kegiatan orang lain untuk
mencapai tujuan mereka
Siagian (1986:12) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan
seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi
maupun lebih lebih rendah daripada nya dalam berfikir dan bertindak agar perilaku yang
semula mungkin individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku organisasional.

c. Pengertian Pengikut
Pengikut adalah seseorang yang mengakui bahwa pimpinan adalah sumber utama yang
mempedomani pekerjaan mereka dan mereka secara aktif brtperan dalam mendukung
pandangan pimpinan demi mencapai tujuan.
5. Macam-macam gaya kepemimpinan beserta contohnya
 Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut laissez-faire di mana pemimpin memberikan
kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara mereka
masing-masing. Pemimpin cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja
dalam kelompok sehingga terkadang membuat semangat kerja tim pada umumnya
menjadi rendah.
 Kepemimpinan Birokrasi
Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan akan efektif
apabila setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung jawab
rutin setiap hari. Tetap saja dalam gaya kepemimpinan ini tidak ada ruang bagi para
anggota untuk melakukan inovasi, karena semuanya sudah diatur dalam sebuah tatanan
prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap lapisan.
 Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan setiap kebijakan,
peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri. Kepemimpinan jenis ini memusatkan
kekuasaan pada dirinya sendiri. Ia membatasi inisiatif dan daya pikir dari para
anggotanya. Pemimpin yang otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari
bawahannya dan cenderung berkomunikasi satu arah yaitu dari atas (pemimpin) ke
bawah (anggota). Jenis kepemimpinan ini biasanya dapat kita temukan di akademi
kemiliteran dan kepolisian.
 Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena
posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara
bergantian. Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat
berpartisipasi dalam pembuatan suatu keputusan serta adanya suasana persahabatan dan
hubungan saling percaya antar pimpinan dan anggota.Jenis kepemimpinan ini akan
sangat merugikan apabila para anggota belum cukup matang dalam melaksanakan
tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap pekerjaan. Namun
sebaliknya dapat menjadi boomerang bagi perusahaan bila memiliki karyawan yang
bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya.
 Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara pemimpin dan
bawahan di mana pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil
melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan
bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan kepentingan masing-masing.
 Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi perubahan positif pada
mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan terlibat
langsung dalam proses termasuk dalam hal membantu para anggota kelompok untuk
berhasil menyelesaikan tugas mereka.Pemimpin cenderung memiliki semangat yang
positif untuk para bawahannya sehingga semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada
para anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin akan sangat memedulikan
kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya.
 Kepemimpinan Melayani (Servant)
Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota
berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang
melayani lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para anggota
daripada kepentingan pribadinya.
 Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat atas para pengikut oleh karena
karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkan. Para pengikut cenderung mengikuti
pemimpin karismatik karena kagum dan secara emosional percaya dan ingin
berkontribusi bersama dengan pemimpin karismatik. Karisma tersebut timbul dari
setiap kemampuan yang memesona yang ia miliki terutama dalam meyakinkan setiap
anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang ia inginkan.
 Kepemimpinan Situasional
Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering
menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para
anggota yakni sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas. Gaya
kepemimpinan situasional mencoba mengombinasikan proses kepemimpinan dengan
situasi dan kondisi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai