Kata Kunci— Motor DC, Kecepatan, Pengendalian Lingkar Sistem Kontrol loop tertutup adalah sistem kontrol yang sinyal
Tertutup, Pengendalian Lingkar Terbuka keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi
pengontrolan. Sistem kontrol loop tetrtutup juga merupakan
sistem control berumpan balik. Sinyal kesalahan penggerak,
I. PENDAHULUAN yang merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal
umpan balik (yang dapat berupa sinyal keluaran atau suatu
Pada Praktikum Sistem Kendali modul 2 dengan judul “Sistem
fungsi sinyal keluaran atau turunannya). Diumpankan ke
Kendali Kecepatan” secara garis besar agar praktikan dapat
kontroler untuk memperkecil kesalahan dan membuat agar
memahami cara mengontrol kecepatan gerak motor DC serta
keluaran sistem mendekati harga yang diinginkan. Dengan kata
mengamati bentuk respon sinyal refrensi dan terukur jika
lain, istilah “loop tertutup” berarti menggunakan aksi umpan
koefisien-koefisien yang digunakan diubah-ubah nilainya.
balik untuk memperkecil kesalahan sistem.
Adapun tujuan dari percobaan modul 2 ini ialah :
Contoh aplikasi sistem kendali tertutup adalah
1. Memahami model rangkaian kendali motor DC
Servomekanisme,Sistem pengontrol proses, Lemari Es,
menggunakan pengontrol PI
Pemanas Air Otomatik, Kendali Termostatik, AC
2. Mendesain sistem kendali motor DC menggunakan
pengontrol PI dengan spesifikasi tertentu
3. Memahami parameter-parameter model sistem dan Waktu Puncak dan Overshoot
pengaruhnya terhadap kecepatan motor
Fungsi transfer orde dua standar memiliki bentuk sebagai
berikut
II. LANDASAN TEORI
1. 1 Unit komputer
2. Kabel-kabel
3. Kit Praktikum Sistem Kendali
4. Software Speed Control
Langkah Kerja
1. Quantitative PI Control
Pastikan
QNET_DCMCT_Speed_Controll.Vi
dibuka
Analisis :
Dari gambar 4.1-1 dapat dilihat dengan nilai parameter
kontrol awal, hasil respon sinyal hampir stabil. Hal itu
dikarenakan nilai dari Kp masih kurang untuk membuat respon
sinyal lebih stabil. Jika nilai Kp dinaikan maka akan
mengurangi steady state error dan nilai terukur atau garis
berwarna merah akan mendekati nilai reference seperti yang
terlihat pada gambar 4.1-2.
Jika nilai Kp diturunkan maka respon sinyal akan mengalami
sedikit error steady state dan akan membuat respon sistemnya
lebih lambat. Begitu pula jika nilai Kp terlalu rendah maka
respon sistem lebih lambat lagi.
Ki sendiri cenderung berpengaruh terhadap lambatnya
respon suatu sistem, hal ini karena Ki mempunyai selang waktu
tertentu. Dari nilai Ki yang dinaikan maupun diturunkan dapat
dilihat perbedaannya.
Nilai Ki yang terlalu kecil akan berpengaruh terhadap
Gambar 4.1-4 Hasil percobaan dengan Kp = 0, Ki = 0 lambatnya respon suatu sistem, akan tetapi jika nilai Ki terlalu
besar maka akan membuat steady state error semakin besar.
Nilai Kp dan Ki harus diselaraskan agar kinerja kontrol PI
mendapatkan hasil yang maksimal atau stabil.
𝜋 3.14
tp = = = 0.296
𝜔𝑛 √1−ζ2 16 √1−0.752
Analisis :
Pada percobaan kedua, kami diminta menganalisis kesesuaian
antara spesifikasi dan percobaan. Dari hasil perhitungan awal,
didapatkan nilai tp sebesar 0.296 dan tp perhitungan setelah
mendapatkan gambar respon kecepatan didapat nilai tp sebesar
0.2. Baik dari spesifikasi maupun dengan percobaan sudah
sesuai, perbedaan nilai yang sangat kecil kami asumsikan
karena setiap alat pengontrol memiliki spesifikasi error
tersendiri.
Gambar 4.2-3 Hasil percobaan dengan perbandingan bsp 0(kiri) dan bsp
0.05 (kanan)
Gambar 4.2-4 Hasil percobaan dengan perbandingan bsp 0(kiri) dan bsp
1 (kanan)
Analisis :
Pada percobaan ketiga, kami diminta untuk mencari set point
weight atau titik berat. Dengan parameter awal didapat hasil
respon kecepatan seperti gambar 4.1-1. Lalu nilai parameter bsp
diubah dengan dinaikan sebesar 0.05. Nilai perubahannya
disekitar 0 sampai 1. Dari hasil dapat ditarik kesimpulan jika
nilai bsp dinaikan maka garis merah atau overshoot akan
mendekati garis biru (Reference). Dengan nilai parameter bsp
0, maka respon penurunan kecepatan motor atau respon sistem
lebih lambat dari nilai parameter bsp sebesar 1.
Analisis :
Pada percobaan keempat, kami diminta untuk mencari respon
sistem dengan bentuk sinyal segitiga. Untuk hasil percobaan
dengan parameter awal. Dari hasil percobaan yaitu gambar 4.1-
1, garis merah atau overshootnya berada dibawah nilai
reference. Hal itu menandakan nilai Ki dengan parameter awal
belum cukup untuk membuat sistem stabil. Dengan perubahan
nilai Ki menjadi 0.01 membuat garis merah (overshoot) atau
terukur menjadi lebih mendekati garis biru (reference). Begitu
pula untuk nilai Ki 1.0 V/rad, hasil garis merah lebih mendekati
garis biru. Nilai Ki yang terlalu besar bisa berakibat terhadap
semakin cepatnya hilangnya offset serta berakibat peningkatan
Gambar 4.4-1 Hasil percobaan dengan nilai parameter awal osilasi dari sinyal keluaran pengontrol.
V. SIMPULAN
VI. REFERENSI
[1] https://serbatelekomunikasi.wordpress.com/2015/02/
12/8/ akses : 20-11-2019
[2] http://blogeviri.blogspot.com/2010/11/kontrol-pi.html
akses : 20-11-2019
[3] www.jurnal.unsyiah.ac.id akses : 21-11-2019
[4] Bashori, Z.,Sumardi, dan I. Setiawan. 2013.
”Pengendali Temperatur Pada Plant Electric Furnace
Berbasis Sensor Thermocouple Dengan Metode
Kontrol PID”. Jurnal Transient, Vol 2, No. 2. ISSN:
2302-9927,2.
Lampiran