Anda di halaman 1dari 13

Rayhan Fiqri Haekal

XI MIPA 2
26
Moh.Hatta
POKOK PEMBAHASAN
• BIOGRAFI MOH HATTA
• LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
• MENJALANI MASA PEMBUANGAN
• BELAJAR KOPERASI SAMPAI KE DENMARK
• MASA STUDI DI NEGARI BELANDA
• MOH HATTA KEMBALI KE TANAH AIR
• DIBERI GELAR BAPAK KOPRASI INDONESIA
• WAFATNYA MOH HATTA
BIOGRAFI MOH HATTA
Moh Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 ini salah
satu proklamator kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Hatta merupakan
anak kedua dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Kakeknya
seorang ulama besar dan ternama di Sumatera Barat pada masa itu yang
bernama Syekh Abdurrachman atau Syekh Batu Hampar. Selepas usia
remaja, Hatta meninggalkan tanah Minang untuk melanjutkan studi ke
Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School, Batavia.
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Mohammad Hatta pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah swasta. Setelah enam
bulan, ia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan Rafiah, kakaknya. Namun, pelajarannya
berhenti pada pertengahan semester kelas tiga. Ia lalu pindah ke ELS di Padang (kini SMA
Negeri 1 Padang) sampai tahun 1913, dan melanjutkan ke MULO sampai tahun 1917. Di luar
pendidikan formal, ia pernah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah
Ahmad, dan beberapa ulama lainnya. Selain keluarga, perdagangan memengaruhi perhatian
Hatta terhadap perekonomian. Di Padang, ia mengenal pedagang-pedagang yang masuk anggota
Serikat Oesaha dan aktif dalam Jong Sumatranen Bond sebagai bendahara. Kegiatannya ini
tetap dilanjutkannya ketika ia bersekolah di Prins Hendrik School. Mohammad Hatta tetap
menjadi bendahara di Jakarta.
MENJALANI MASA PEMBUANGAN
Hatta pernah menjalani masa pembuangan di Tanah Merah Boven Digoel di
pedalaman Papua, sebuah tempat pengasingan tahanan politik yang didirikan
pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1927. Selama 10 bulan Hatta berada
di daratan yang dikepung rawa-rawa itu. Ia kemudian dibuang ke Pulau Banda
Neira, Maluku pada 1936. Hatta meninggalkan Banda pada 1 Februari 1942.
Setelah Indonesia merdeka pun Hatta kembali mengalami masa pembuangan.
Pasca agresi militer Belanda II pada Desember 1948, Hatta dan sejumlah
pemimpin republik diasingkan ke Mentok, Pulau Bangka sampai Juli 1949.
BELAJAR KOPERASI SAMPAI KE
DENMARK
Saat menuntut ilmu di Belanda, Hatta sudah memiliki pemikiran bahwa
koperasi merupakan salah satu alat untuk membangun dan meningkatkan
perekonomian rakyat Indonesia. Zulfikri Suleman dalam buku Demokrasi
untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta menyebut untuk mematang
konsep koperasi Hatta bersama kawannya Samsi pada 1925 mengunjungi
Denmark dan negara Skandinavia mempelajari masalah perkoperasian.
MASA STUDI DI NEGERI
BELANDA
Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di
Rotterdam. la mendaftar sebagal anggota Indische Vereniging Tahun 1922, perkumpulan ini
berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama
dengan Belanda itu kemudlan berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta
mengusahakan majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur, dan sebagai pengikat
antaranggota. Tahu 1924, majalah tersebut berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Tahun
1923, Hatta lulus dalam ujian handels economie. Tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta
menjadi Ketua PI. PI menjadi organisasi yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di
Indonesia. Sehingga akhirnya, Pl diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPI) sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa .
MASA STUDI DI NEGRI BELANDA
Melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di
Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri
yang memimpin delegasi. Tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama Indonesia,
delegasi pimpinan Hattta ke Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Bierville,
Prancis. Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid
Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama ima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928,
mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskannya dari segala tuduhan. Dalam sidang yang
bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian
diterbitkan sebagai brosur dengan nama "Indonesia Vrij", dan kemudian dikembangkan ke
dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka.
KEMBALI KE TANAH AIR

Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda
dan sebulan kemudian tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933,
kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi
untuk Daulat Ra'jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama
pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.
Prinsip non-kooperasi selalu ditekankao kepada kader-kadernya.
DIBERI GELAR BAPAK KOPRASI
INDONESIA
Sebagai seorang ahli ekonomi, Hatta aktif memberi ceramah dan menulis
berbagai artikel bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga berperan mendorong
gerakan koperasi di Indonesia. Atas jasa-jasanya dan pemikirannya, pada
saat Kongres Koperasi Indonesia di Bandung, Jawa Barat tanggal 17 Juli
1953, Hatta diberi gelar Bapak Koperasi Indonesia. Di Hari Koperasi yang
jatuh pada 12 Juli ini tak ada salahnya mengenang biografi Moh Hatta,
sosok yang banyak berjasa dalam menghidupkan koperasi di Indonesia.
WAFATNYA MOH HATTA
Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 pada pukul 18.56 di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta setelah sebelas hari ia dirawat di sana. Selama
hidupnya, Bung Hatta telah dirawat di rumah sakit sebanyak 6 kali pada tahun
1963, 1967, 1971, 1976, 1979, dan terakhir pada 3 Maret 1980. Keesokan
harinya, dia disemayamkan di kediamannya Jalan Diponegoro 57, Jakarta dan
dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta disambut dengan upacara kenegaraan
yang dipimpin secara langsung oleh Wakil Presiden pada saat itu, Adam Malik.
Ia ditetapkan sebagai pahlawan proklamator pada tahun 1986 oleh pemerintahan
Soeharto.
SEKIAN, TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai