Anda di halaman 1dari 6

Biografi singkat Presiden Sukarno

Presiden Sukarno (commons.wikimedia.org)


Orientasi:

Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno, biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901.
Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.

Semasa hidupnya, ia dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati, ia mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati,
Sukmawati, dan Guruh. Dari istri Hartini, ia dikaruniai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, perempuan
keturunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, mempunyai anak Kartika.

Peristiwa Penting:

Memiliki nama lahir Koesno Sosrodihardjo, Sukarno hanya beberapa tahun hidup bersama orangtuanya di Blitar. Semasa SD
hingga tamat, ia tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.

Kemudian, ia melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di sana, Sukarno telah menggembleng jiwa
nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, ia pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau
Sekolah Teknik Tinggi). Dari sana, ia berhasil meraih gelar insinyur "Ir" pada 25 Mei 1926.

Kemudian, Sukarno merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927
dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung, pada 29 Desember
1929.

Delapan bulan kemudian, ia baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul "Indonesia Menggugat", Bung Karno
menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu lantas membuat Belanda makin
marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.

Setelah bebas pada tahun 1931, Bung Karno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, ia kembali
ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian, ia dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17
Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Sukarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang
disebutnya sebagai Pancasila.

Tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI 18 Agustus
1945, Sukarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, Sukarno juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selain berupaya mempersatukan nusantara, Bung Karno juga berusaha menghimpun bangsa-bangsa di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi
Gerakan Non Blok.

Reorientasi:

Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya.
Sebaliknya, MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk yang pada hari Minggu, 21
Juni 1970, ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur,
dekat makam ibunya. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".
Biografi singkat Mohammad Hatta

Mo hammad Hatta (commons.wikimedia.org)


Orientasi:

Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Laki-laki yang akrab disapa Bung Hatta ini merupakan pejuang
kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Sukarno.

Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik,
negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia. Anak kedua dari pasangan
Muhammad Djamil dan Siti Saleha ini juga pernah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia serta pernah menjadi perdana
menteri semasa Kabinet Hatta I-II dan RIS.

Peristiwa Penting:

Moh. Hatta mengenyam pendidikan formal untuk pertama kali di sekolah swasta. Namun, setelah 6 bulan, dirinya pindah ke
sekolah rakyat dan sekelas dengan kakaknya Rafiah. Sayangnya, tidak begitu lama, pelajarannya berhenti di pertengahan
semester 3.

Kemudian, ia pindah ke ELS (Europeesche Lagere School yang sekarang menjadi SMAN 1 Padang) hingga tahun 1913.
Setelah itu, Hatta melanjutkan pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).

Sejak menempuh pendidikan di MULO, Bung Hatta mulai tertarik dengan perkumpulan pemuda. Akhirnya, ia pun bergabung
dengan Jong Sumatranen Bond dan menjadi bendahara di wilayah Padang pada tahun 1916.

Pengetahuan politiknya berkembang dengan cepat seiring dirinya yang sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-
pertemuan politik. Sampai tahun 1921, Hatta menetap di Rotterdam, Belanda, dan bergabung dengan sebuah perkumpulan
pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging.

Wakil presiden pertama RI ini tentu juga memberikan andil besar dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Pada 22 Juni 1945,
BPUPKI membentuk panitia kecil yang dikenal dengan panitia sembilan. Anggotanya adalah Ir. Sukarno, Bung Hatta,
Mohammad Yamin, Ahmad Soebardjo, A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno
Tjokrosujoso.

Pada tanggal 16 Agustus 1945, terjadi penculikan Bung Karno dan Bung Hatta oleh golongan pemuda dan mereka membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok dan penculikan ini dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok. Penculikan ini
dilakukan agar proklamasi segera dilaksanakan secepatnya.

Kemudian pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pukul 10.00 WIB, proklamsi Kemerdekaan pun
dibacakan. Berselang sehari, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Bung Hatta resmi menjadi Wakil Presiden RI mendampingi
Bung Karno.Setelah menjadi wakil presiden, Bung Hatta masih aktif dalam memberikan ceramah ke berbagai lembaga
pendidikan tinggi. Pada tanggal 12 Juli 1947, Hatta mengadakan Kongres Koperasi yang pertama (ditetapkan sebagai Hari
Koperasi Indonesia). Dirinya pun ditetapkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Reorientasi:

Bung Hatta menghembuskan napas terakhirnya pada 14 Maret 1980. Keesokan harinya, ia disemayamkan di rumahnya di
Jalan Diponegoro 57, Jakarta, dan kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta dengan upacara kenegaraan yang
dipimpin oleh Wakil Presiden Adam Malik.

Selain dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia, pada 1986, semasa pemerintahan Soeharto, Bung Hatta ditetapkan
sebagai Pahlawan Proklamator dan pada 7 November 2012, ia juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Biografi singkat Kapitan Pattimura

Kapitan Pa ttimura (dok. Kemensos)


Orientasi:

Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dari ayah Frans Matulesi dengan ibu Fransina Silahoi. Dikatakan bahwa Pattimura
termasuk keturunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina, Pulau Seram, Maluku.

Ia adalah pahlawan yang berjuang untuk Maluku melawan VOC Belanda. Sebelumnya, Pattimura adalah mantan sersan di
militer Inggris. Pada tahun 1816, Inggris bertekuk lutut kepda Belanda.

Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 ke Tanah Maluku mendapat tantangan keras dari rakyat. Karena
kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad, rakyat Maluku akhirnya bangkit
mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura.

Peristiwa Penting:

Dalam perjuangan menentang Belanda, dia dipilih oleh rakyat Saparua untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun
dinobatkan sebagai Kapitan Pattimura. Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama
pembantunya.

Dia berhasil mengoordinasi raja-raja dan patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur
pendidikan, menyediakan pangan, dan membangun benteng-benteng pertahanan. Ia juga menggalang persatuan dengan
kerajaan Ternate dan Tidore serta raja-raja di Bali, Sulawesi, dan Jawa.

Pada tanggal 16 Mei 1817, sebuah pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua, di bawah kepemimpinan Kapitan
Pattimura, berhasil merebut Benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk
Residen Van den Berg.

Pasukan Belanda yang kemudian dikirim untuk merebut kembali benteng tersebut, juga dikalahkan oleh pasukan Kapitan
Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan, benteng Duurstede berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak
mau menyerahkan begitu saja.

Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan lebih banyak yang dilengkapi
persenjataan modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.

Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota
pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana, beberapa kali ia dibujuk agar bersedia bekerja sama dengan pemerintah
Belanda. Namun, selalu ditolaknya.

Reorientasi:

Para tokoh pejuang akhirnya berhasil ditangkap dan harus mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16
Desember 1817 di kota Ambon. Atas kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai
"Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan" oleh pemerintah Republik Indonesia.
Biografi singkat Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dew antara (commons.wikimedia.org)


Orientasi:

R.M. Suwardi Suryaningrat, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada tanggal
2 Mei 1889. Sesudah menamatkan sekolah dasar, ia melanjutkan pendidikannya ke STOVIA di Jakarta, tetapi tidak sampai
selesai.

Sesudah itu, Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan dan membantu beberapa surat kabar, antara lain Sedyotomo,
Midden Java, De Express, dan Utusan Hindia. Bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo, pada tanggal 25
Desember 1912, ia mendirikan Indische Partij yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Peristiwa Penting:

Pada tahun 1913, Ki Hajar Dewantara ikut membentuk Komite Bumiputra. Melalui komite tersebut, dilancarkan kritik terhadap
pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dan penjajahan Prancis.

Karangannya yang berjudul Als Ik een Nederlander was ('Seandainya Aku Seorang Belanda') berisi sindiran dan kecaman
yang pedas. Akibatnya, pada Agustus 1913, ia dibuang ke negeri Belanda. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk mendalami
masalah pendidikan dan pengajaran sehingga ia berhasil memperoleh Europeesche Akte.

Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1918, Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatiannya di bidang pendidikan. Pada 3
Juli 1922, ia pun mendirikan Taman Siswa, sebuah perguruan yang bercorak nasional. Kepada anak didik, ditanamkan rasa
kebangsaan agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Banyak rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa, antara lain adanya Ordonansi Sekolah Liar yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Belanda. Namun, berkat perjuangannya, ordonansi itu dicabut kembali.

Pada masa Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan Ki Hajar Dewantara. Sewaktu
pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada 1943, ia duduk sebagai salah seorang pemimpinnya
bersama Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Selain itu, jabatan yang pernah dipegangnya setelah
Indonesia merdeka ialah Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.

Reorientasi:

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan pendiri Taman Siswa. Ajarannya yang terkenal ialah " Tut
wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha " yang berarti 'Di belakang memberi dorongan, di tengah
membangun semangat, di depan memberi contoh.'

Ia meninggal dunia pada 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Hari lahir Ki Hajar Dewantara, 2 Mei,
diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Biografi singkat R.A. Kartini

RA Kartini (commons.wikimedia.org)
Orientasi:

Raden Ajeng Kartini adalah putri kelima dari sebelas bersaudara putra-putri R.M. Ario Sosroningrat, seorang adipati di Jepara.
Memiliki nama lengkap Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat, pada usia 12–16 tahun, Kartini hidup dalam pingitan. Pada
masa inilah, Kartini menghabiskan waktunya dengan membaca dan menulis surat kepada sahabat-sahabatnya di Negeri Kincir
Angin.

Peristiwa Penting:

Kartini memperjuangkan cita-citanya untuk mewujudkan persamaan hak laki-laki dan perempuan. Dia mendirikan sekolah
untuk anak gadis di Kota Jepara setelah menikah pada 8 November 1903 dengan Bupati Rembang, R. Adipati Joyodiningrat.
Dirinya juga mendirikan sekolah untuk perempuan di Rembang atas izin suaminya.

Reorientasi:

Kartini wafat ketika usianya kurang lebih 25 tahun, 4 hari setelah melahirkan anak pertamanya, R.M. Susalit (17 September
1904). Oleh J.H. Abendanon, 106 pucuk surat Kartini diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Door Duistenis Tot Licht.

Kemudian, buku tersebut diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang" sebagai penghargaan
atas jasa-jasanya. Berdasarkan SK Presiden RI No. 108/1964, Kartini dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Biografi singkat Bung Tomo

BunTomo (commons.wikimedia.org/Alex Mendur)

Orientasi:
Sutomo, lebih dikenal sebagai Bung Tomo, dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat Kota Surabaya. Ayahnya bernama
Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah.

Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Dirinya juga mengaku mempunyai pertalian darah dengan
beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang.

Bung Tomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, asisten di kantor pajak
pemerintah, dan pegawai kecil di perusahaan ekspor-impor Belanda. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai polisi di
kotapraja dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam sebelum pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk
perusahaan mesin jahit Singer.

Peristiwa Penting:

Dibesarkan dalam keluarga kelas menengah, pendidikan menjadi hal penting yang harus diperoleh Sutomo dan keluarganya.
Sutomo sendiri berkepribadian ulet, pekerja keras, serta memiliki daya juang yang sangat tinggi.

Di usia mudanya, Sutomo aktif dalam organisasi kepanduan atau KBI. Ia juga bergabung dengan sejumlah kelompok politik
dan sosial. Pada 1944 ia menjadi salah satu anggota Gerakan Rakyat Baru.

Sejak kedatangan sekutu dan pasukan NICA di Surabaya, Bung Tomo berjuang mati-matian mempertahankan Surabaya dari
cengkeraman Sekutu dan NICA. Bung Tomo memiliki pengaruh kuat di kalangan pemuda dan para pejuang. Dirinya dengan
lantang membakar semangat pejuang untuk bertempur habis-habisan melawan pasukansekutu.

Pertempuran tersebut dipicu oleh tewasnya Brigjen AWS Malaby dalam kontak senjata dengan pejuang. Meskipun kekuatan
pejuang tidak seimbang dengan kekuatan pasukan sekutu, peristiwa pertempuran 10 November tercatat sebagai peristiwa
terpenting dalam sejarah bangsa Indonesia.

Sekitar tahun 1950-an, Bung Tomo mulai aktif dalam kehidupan politik. Ia sempat menjadi Menteri Negara Urusan Bekas
Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial sementara pada 1955–1956 semasa kabinet Burhanuddin Harahap.
Bung Tomo juga pernah menjadi anggota DPR 1956–1959 dari Partai Rakyat Indonesia.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, Bung Tomo banyak mengkritik kebijakan Soeharto yang dianggapnya mulai melenceng.
Akibatnya, tanggal 11 April 1978, ia ditangkap dan dipenjara oleh pemerintahan Soeharto.

Padahal, jasanya begitu besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Satu tahun setelah ditahan, Bung Tomo
kemudian dibebaskan dan tidak banyak aktif dalam kehidupan politik.

Reorientasi:

Bung Tomo dikenal sebagai muslim yang taat beribadah. Dirinya wafat ketika tengah menunaikan ibadah Haji di Padang
Arafah, Mekah, pada 7 Oktober 1981. Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan di Tempat
Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai