Anda di halaman 1dari 15

BIOGRAFI DAN PERAN PAHLAWAN YANG TERLIBAT DALAM PROKLAMASI

KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

1.IR.SOEKARNO

Sukarno atau Bung Karno, lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901. Sudah aktif dalam berbagai pergerakan
sejak menjadi mahasiswa di Bandung. Tahun 1927, bersama kawan- kawannya mendirikan PNI. Oleh
karena perjuangannya, ia seringkali keluar-masuk penjara. Kemudian pada zaman Jepang, ia pernah
menjadi ketua Putera, Chuo Sangi In dan PPKI, serta pernah menjadi anggota BPUPKI.
Begitu tiba di tanah air, dari perjalanannya ke Saigon, Sukarno menyampaikan pidato singkat. Isi pidato itu
antara lain, pernyataan bahwa Indonesia sudah merdeka sebelum jagung berbunga. Hal ini semakin
membakar semangat rakyat Indonesia. Bersama Moh. Hatta, Soekarno menjadi tokoh sentral yang terus
didesak oleh para pemuda agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, sampai akhirnya ia
harus diungsikan ke Rengasdengklok. Sepulangnya dari Rengasdengklok ia bersama Moh. Hatta dan
Ahmad Subarjo merumuskan teks proklamasi, dan menuliskannya pada secarik kertas. Soekarno bersama
Moh. Hatta diberi kepercayaan untuk menandatangani teks proklamasi tersebut.
Tanggal 17 Agustus 1945, peranan Soekarno semakin penting. Secara tidak langsung ia terpilih menjadi
tokoh nomor satu di Indonesia. Soekarno dengan didampingi Moh. Hatta, diberi kepercayaan membacakan
teks proklamasi sebagai pernyataan Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, Sukarno dikenal sebagai
pahlawan proklamator. Sukarno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar.

2.DRS.MOH.HATTA
Tokoh lain yang sangat penting dalam berbagai peristiwa sekitar proklamasi adalah Drs. Moh. Hatta. la
dilahirkan di Bukittinggi tanggal 12 Agustus 1902. Sejak menjadi mahasiswa di luar negeri, ia sudah aktif
dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi salah seorang pemimpin dan ketua Perhimpunan
Indonesia di negeri Belanda. Setelah di tanah air, ia aktif di PNI bersama Bung Karno. Setelah PNI
dibubarkan, Hatta aktif di PNI Baru.

Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi salah seorang pemimpin PUTERA, menjadi anggota BPUPKI
dan wakil ketua PPKI. Saat menjabat sebagai wakil PPKI, Moh. Hatta dan Sukarno menjadi dwi tunggal
yang sulit dipisahkan. Bersama Bung Karno, ia juga pergi menghadap Terauchi di Saigon. Setelah pulang,
Moh. Hatta menjadi salah satu tokoh sentral yang terus didesak para pemuda agar bersama Sukarno
bersedia menyatakan proklamasi Indonesia secepatnya.

Moh. Hatta melibatkan diri secara langsung dan ikut andil dalam perumusan teks proklamasi. la juga ikut
menandatangani teks proklamasi. Pada peristiwa detik-detik proklamasi, Moh. Hatta tampil sebagai tokoh
nomor dua dan mendampingi Bung Karno dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai pahlawan proklamator. la wafat pada tanggal 14 Maret 1980,
dimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir Jakarta.

3.AHMAD SUBARJO

"Saya menjamin bahwa tanggal 17 Agustus 1945 akan terjadi proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Kalau Saudara-saudara ragu, nyawa sayalah yang menjadi taruhannya". Ucapan itu bukan main-
main bagi Ahmad Subarjo, Ucapan tersebut berhasil meyakinkan Golongan Muda bahwa para senior akan
melaksanakan proklamasi sesuai dengan desakan para pemuda. Menjadi taruhan untuk peristiwa yang
sangat penting menunjukkan bahwa Subarjo tidak menghitung jiwa dan raganya demi kemerdekaan
Indonesia Kerelaan tokoh untuk mengorbankan diri demi bangsa dan negara adalah salah satu teladan yang
perlu selalu kita lakukan.

Ahmad Subarjo lahir di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896 la tutup usia pada bulan
Desember 1978. Pada masa pergerakan nasional ia aktif di Pl dan PNI. Kemudian pada masa pendudukan
Jepang sebagai Kaigun, bekerja pada Kantor Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang pimpinan
Laksamana Maeda, la juga sebagai anggota BPUPKI dan PPKI. Ahmad Subarjo tidak hadir pada saat
Bung Karno membacakan teks proklamasi di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat.

Tokoh Ahmad Subarjo boleh dikatakan sebagai tokoh yang mengakhiri peristiwa Rengasdengklok. Sebab
dengan jaminan nyawa Ahmad Subarjo, akhirnya Ir. Sukarno, Moh.Hatta, dan rombongan diperbolehkan
kembali ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta dini hari, di rumah Maeda dilaksanakan perumusan teks
proklamasi, Ahmad Subarjo secara langsung berperan aktif dan memberikan andil pemikiran tentang
rumusan teks proklamasi.

4.SUKARNI KARTODIWIRYO

Tokoh inilah yang sering menjadi perdebatan para pembaca sejarah Indonesia sekitar proklamasi
kemerdekaan. Banyak yang mengira tokoh ini perempuan, karena Sukarni lebih banyak digunakan untuk
nama perempuan di Jawa Tengah.

Sukarni Kartodiwiryo adalah seorang pemuda gagah berani. la merupakan salah seorang pimpinan gerakan
pemuda di masa proklamasi. Tokoh ini dilahirkan di Blitar pada tanggal 14 Juli 1916 dan meninggal pada
tanggal 4 Mei 1971. Sejak muda, ia sudah aktif dalam pergerakan politik. Semasa pendudukan Jepang, ia
bekerja pada kantor berita Domei. Kemudian la aktif di dalam gerakan pemuda. Bahkan ia menjadi
pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di Asrama Pemuda Angkatan Baru di Menteng Raya 31 Jakarta.

Sukarni merupakan pelopor penculikan Sukarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. la juga Tokoh yang
mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh Sukarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. la juga memimpin pertemuan untuk membahas strategi penyebarluasan teks proklamasi dan
berita tentang proklamasi.

5.SAYUTI MELIK

Tokoh yang lahir pada tanggal 25 November 1908 di Yogyakarta ini, berperan dalam pencatatan hasil
diskusi susunan teks proklamasi. la yang mengetik teks proklamasi yang dibacakan Sukarno-Hatta. Sejak
muda, Sayuti Melik sudah aktif dalam gerakan politik dan jurnalistik. Tahun 1942 menjadi pemimpin
redaksi surat kabar Sinar Baru Semarang.Nama tokoh ini semakin mencuat pada sekitar Proklamasi
Indonesia. la telah menyaksikan penyusunan teks proklamasi di ruang makan rumah Maeda. Bahkan
akhirnya la dipercaya untuk mengetik teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Sukarno.

6.BURHANUDDIN MOHAMMAD DIAH

Burhanuddin Mohammad Diah (B.M. Diah) lahir di Kotaraja pada tanggal 7 April 1917. la berbakat di
bidang jurnalistik. Sejak tahun 1937 sudah menjadi redaktur berbagai surat kabar. Pada awal pendudukan
Jepang, ia bekerja pada radio militer. Pada tahun 1942-1945, ia bekerja sebagai wartawan pada harian Asia
Raya.

Pada sekitar peristiwa proklamasi, B.M: Diah sudah menjadi wartawan yang terkenal. Pada malam
sewaktu akan diadakan perumusan teks proklamasi, B.M. Diah banyak melakukan kontak dengan pemuda,
yaitu untuk datang ke rumah Maeda. la salah seorang pemuda yang ikut menyaksikan perumusan teks
proklamasi. la juga sangat berperan dalam upaya penyebarluasan berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

7.LATIF HENDRANINGRAT

Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat adalah putra dari RM Said Hendraningrat dan Raden Ajeng
Haerani, yang lahir di Jakarta pada 15 Februari 1911.
Sejak 1930-an, Latief diketahui aktif dalam organisasi pemuda, seperti Indonesia Moeda dan
Suryawirawan (kelompok kepanduan Partai Indonesia Raya). Pada 1939, ia memimpin rombongan
kesenian Hindia Belanda dalam acara New York World Fair I di Amerika Serikat.Selain itu, Latief pernah
menjabat sebagai Wedana Betawi dan menjadi guru Bahasa Inggris di Perguruan Rakyat dan
Muhammadiyah Jakarta.Pada masa pendudukan Jepang, Latief menjadi anggota Pembela Tanah Air
(PETA).Pangkat terakhirnya saat PETA dibubarkan adalah Cudan-co (Komandan Kompi).
Di masa penjajahan Jepang pula, tepatnya pada 24 Maret 1943, Latief menikah dengan Rr. Sophia binti
Aboe Wiroatmodjo.

Latif Hendraningrat adalah salah seorang komandan Peta. Pada saat pelaksanaan proklamasi, la merupakan
salah satu tokoh yang cukup sibuk. la menjemput beberapa tokoh penting untuk hadir di Pegangsaan Timur
No. 56. Misalnya ia harus mencari dan menjemput Moh. Hatta.

Pada saat pelaksanaan proklamasi, setelah menyiapkan barisan, ia mempersilakan. Sukarno membacakan
teks proklamasi. Kemudian, Latief Hendraningrat dengan dibantu S. Suhud mengibarkan Sang Saka Merah
Putih, dan yang membantu membawakan bendera Merah Putih adalah SK, Trimurti.

8.S.SUHUD

Suhud Sastro Kusumo atau S Suhud lahir pada 1920. Sejak muda, ia bergabung dalam Barisan Pelopor,
yaitu suatu kelompok yang dibentuk oleh Jepang pada Agustus 1944.
S Suhud adalah pemuda yang ditugasi mencari tiang bendera dan mengusahakan bendera Merah Putih
yang akan dikibarkan. Oleh karena- gugup dan tegang, tiang yang digunakan adalah sebatang-bambu,
padahal tidak terlalu jauh dari rumah Sukarno ada tiang bendera dari besi. S. Suhud bersama Latif
Hendraningrat adalah pengibar bendera Merah Putih di halaman rumah Sukarno pada saat Proklamasi 17
Agustus 1945.

9.DR MUWARDI
Moewardi dilahirkan di Desa Randukuning, Pati, Jawa Tengah, Rebo Pahing 30 Januari 1907 jam 10.15
malam 15 Besar tahun Jawa 1836. Sebagai putra ke-7 dari Mas Sastrowardoyo dan Roepeni, seorang
mantri guru seorang mantri guru di Sekolah Dasar Bumiputera di Desa Jakenan, Pati.
Tokoh muda Muwardi, bertugas dalam bidang pengamanan jalannya upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, la telah menugaskan anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan di sekitar
kediaman Bung Karno. Setelah upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, la juga membagi tugas
kepada para anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan Bung Karno dan Moh. Hatta.

10.SULTAN SYAHRIR

Lahir pada tanggal 5 Maret 1909 – 9 April 1966) adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner
kemerdekaan Indonesia.Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi politikus dan perdana menteri pertama
Indonesia. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947.
Sjahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai
tawanan politik dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Sutan Syahrir ditetapkan sebagai salah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 April 1966 melalui Keppres nomor 76 tahun 1966.
Tokoh ini pada zaman pendudukan Jepang memilih aktif dalam gerakan bawah tanah bersama beberapa
pemuda yang lain. Sutan Syahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada tanggal 5 maret 1909.
Setelah lulus di HIS (SD sekarang), ia melanjutkan ke MULO (SMP) di Medan. Kemudian ia melanjutkan
studi di AMS atau SMA sekarang, di bagian A. di Bandung. Setelah itu, ia aktif dalam berbagai organisasi.
Bahkan ia ikut mendirikan Jong Indonesia. Di masa penjajahan Belanda, la sudah militan dalam
pergerakan politik. la juga pernah ditangkap pada tahun 1934.la dipenjarakan di Cipinang, kemudian
bersama Drs. Moh, Hatta dibuang ke Digul, kemudian dipindah ke Banda Neira, Selanjutnya dipindah lagi
ke Sukabumi, Jawa Barat.

Pada masa akhir pendudukan Jepang dan menjelang proklamasi termasuk pemuda yang aktif untuk ikut
mendesak Bung Hatta dan Bung Karno agar segera memerdekakan Indonesia, karena la dapat
mendengarkan radio bahwa Jepang telah menyerah. Setelah merdeka, pada awal perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Syahrir diangkat sebagai Perdana Menteri RI.

11.FRANS SUMARTO MENDUR

Fotografer yang mengabadikan proklamasi kemerdekaan Indonesia bersama dengan saudaranya Alex
Impurung Mendur. Sumarto Frans Mendur lahir dengan nama Frans Mendur di tanah kawangkoan,
Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1913.Pada usia 14 tahun Frans Mendur ia pergi merantau ke Pulau
Jawa dan sampai di Surabaya hingga kemudian bertemu dengan seorang keluarga Jawa bernama Bapak
Suma yang kemudian mengangkatnya sebagai anak dengan menambahkan nama Sumarto di depan
namanya menjadi Sumarto Frans Mendur. Pengaruh keluarga Jawa ini sangat mempengaruhi kehidupan
dan pandangan hidup Sumarto Frans Mendur kelak di kemudian hari.Ia merupakan adik dari Alex
Impurung Mendur yang juga seorang fotografer dan terjun lebih dulu di bidang jurnalistik. Sang kakak
yang merupakan seorang wartawan Java Bode banyak mengajari Sumarto Frans Mendur teknik-teknik
fotografi dan jurnalistik. Hingga pada akhirnya Sumarto Frans Mendur mengikuti jejak kakaknya sebagai
wartawan foto.

Sebelum menekuni fotografi jurnalistik pada usia 22 tahun Sumarto Frans Mendur bekerja sebagai juru
tulis di kantor Departement van Burgerlijke Openbare Werken (merupakan cikal bakal Departemen
Pekerjaan Umum), beliau juga pernah menjadi pimpinan Serikat Buruh Perusahaan Percetakan ”De Unie”.
Perusahaan percetakan tersebut berhasil direbut dan dijadikan alat perjuangan bangsa Indonesia dalam
bidang penerangan yang selanjutnya menerbitkan ”Asia Raya” dan pada September 1945 dan berganti
nama menjadi” Harian Merdeka”.
Pada saat proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur 56
Jakarta, Sumarto Frans Mendur dan Alex Impurung Mendur berhasil mengabadikan peristiwa sejarah
tersebut melalui kamera Lecra miliknya. Sesaat setelah peristiwa tersebut tentara Jepang melakukan razia
agar berita Proklamasi Indonesia tidak tersebar ke luar negeri. Saat Razia tersebut kamera dan negative
film milik Alex Impurung Mendur berhasil dirampas oleh tentara Jepang. Beruntung roll negative film
milik Sumarto Frans Mendur berhasil diselamatkan. Tiga buah roll negative film milik Frans Sumarto
Mendur diselamatkan oleh Djamilah (istri Sumarto Frans Mendur) di kebun pisang belakang rumahnya di
daerah Petojo dengan memasukkannya dalam karung goni dan kaleng minyak tanah kemudian
menguburnya dan menyamarkannya dengan menanam pohon pisang di atasnya. Selang enam bulan
setelahnya, melalui Harian Merdeka, tiga buah foto proklamasi kemerdekaan Indonesia dipublikasikan
untuk pertama kali tepatnya pada edisi tanggal 17 Februari 1946.

Pada tanggal 2 Oktober 1946 Sumarto Frans Mendur, Alex Impurung Mendur, Justus Umbas, Frans
“Nyong”Umbas, Alex Mamusung Dan Oscar Ganda mendirikan kantor berita IPPHOS (Indonesian Press
Photo Service) yang merupakan kantor berita independen pertama di Indonesia. Sumarto Frans Mendur
juga berperan langsung dalam pergerakan kemerdekaan diantaranya dengan memimpin Barisan Pelopor
dan para pemuda di daerah Petojo Jakarta untuk melucuti senjata-senjata dari tangan perorangan tentara
pendudukan Jepang menjelang dilangsungkannya ”Rapat Raksasa 19 September 1945” di Lapangan Ikada
Jakarta. Selain itu pada tahun 1946 beliau memimpin Front Laskar Rakyat Jakarta Raya di Yogyakarta,
serta menjadi Ketua Umum Badan Perjuangan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Beliau turut
serta dalam gerilya di seluruh front Jawa bersama Jenderal Soedirman. (Rahayu Trisnaningsih).

12.SYAHRUDDIN

Syahruddin (lahir di Curup, Sumatra Selatan, 17 September 1919) adalah seorang wartawan muda Kantor
Berita Domei (kini LKBN Antara). Ia merupakan salah satu seorang putra Yasin gelar Datuak Indo
Maradjo, guru kepala Sekolah Gouvernement di zaman Belanda, yang berasal dari Aia Manggih, Lubuk
Sikaping, Kabupaten Pasaman.

Syahruddin adalah seorang wartawan Domei. la dengan berani memasuki halaman gedung siaran RRI.
Oleh karena gedung siaran dijaga oleh Jepang, maka terpaksa melalui belakang, yaitu dengan memanjat
tembok belakang gedung dari JI. Tanah Abang. Naskah proklamasi kemudian Ia adalah putra dari
pasangan Gerrit Palar, seorang penilik sekolah, dan Jacoba Lumanauw. berhasil diserahkan kepada kepala
bagian siaran.

13.WUZ DAN YUSUF RONODIPURO

Yusuf Ronodipuro dianggap sebagai salah satu tokoh pahlawan Indonesia karena perannya dalam
menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia saat dia bekerja di Radio Hoso Kyoku.

F.Wuz adalah seorang marconis atau operator radio di Radio Kantor Berita Domei. Pada tanggal 17
Agustus 1945 datanglah seorang wartawan bernama Syachruddin ke ruangan Waidan dan menyerahkan
secarik kertas bertuliskan Proklamasi.

Tokoh F. Wuz dan Yusuf Ronodipuro berperan penting dalam penyebarluasan berita proklamasi. Kedua
tokoh ini merupakan penyiar-penyiar yang cukup berani dan tidak jarang mendapat ancaman dari pihak
Kempetai.

14.LAMBERTUS NICODEMUS PALAR

Lambertus Nicodemus Palar atau LN Palar lahir di Rurukan, Tomohon, Sulawesi Utara, 5 Juni 1900.Ia
adalah putra dari pasangan Gerrit Palar, seorang penilik sekolah, dan Jacoba Lumanauw.
Lambertus Nicodemus Palar atau lebih dikenal dengan L.N.Palar adalah seorang diplomat ulung dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya melalui diplomasi. la lahir di Tomohon, Sulawesi Utara
pada tanggal 5 Juni 1900. Pendidikan yang ditempuhnya adalah sekolah MULO di Tondano, kemudian
melanjutkan sekolah di Yogyakrta di AMS dan ITB, namun Palar tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB.
la kemudian meneruskan sekolah di Amsterdam sambil bekerja.

Pada tahun 1947, L.N. Palar diminta oleh Presiden Sukarno untuk menjadi juru bicara RI di PBB. Pada
akhir tahun 1947 dibantu oleh Sudarpo, Soedjatmoko, dan Sumitro, Palar membuka kantor perwakilan RI
di New York. Sebelum pengakuan kedaulatan RI 1949, status Palar saat itu adalah sebagai peninjau.
Kemudian pada tahun 1950 setelah Indonesia mendapat kedaulatan penuh dan Indonesia menjadi anggota
PBB ke-60, Palar resmi sebagai perwakilan RI dengan status keanggotaan penuh.

15.SUMITRO DJOJOHADIKUSUMO

Sumitro terlahir di Kebumen, Keresidenan Kedu pada tanggal 29 Mei 1917. Ia merupakan anak sulung dari
Margono Djojohadikusumo.

Begawan ekonomi Indonesia yang idealis ini selalu konsisten terhadap sikapnya yang dianggap benar.
Sumitro lahir di Kebumen, Jawa Tengah 29 Mei 1917. Ayahnya Margono adalah pendiri Bank BNI.
Setelah menamatkan sekolahnya di Hogere Burger School (HBS), ia langsung berangkat ke Belanda. la
juga pernah belajar di Barcelona dan Rotterdam untuk mempelajari ekonomi. Dalam tempo tiga bulan ia
telah berhasil meraih gelar Bachelor of Arts (BA). la juga pernah sekolah ekonomi di Universitas
Sorbonne, Paris. Di Paris Sumitro mulai masuk ke sosialis. la kemudian belajar tentang konsisten pada
prinsip hidup, pengabdian, perlawanan, dan keadilan sosial. Sumitro kemudian ke Belanda untuk
mendapatkan gelar Master of Arts (MA). Bersama-sama dengan L.N. Palar, Sumitro memperjuangkan RI
melalui jalur diplomasi.

16.FATMAWATI

.
Fatmawati adalah istri ketiga dari presiden Indonesia pertama Ir. Soekarno. Dia menjadi ibu negara
pertama sejak 1945–1967. Dia berjasa dalam kemerdekaan Indonesia sebagai penjahit Bendera Pusaka
Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan ketika upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945.

Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera itu dalam kondisi fisiknya yang cukup rentan
karena sedang hamil tua dan sudah waktunya melahirkan anak sulungnya. Bendera tersebut dijahit dengan
berangsur-angsur menggunakan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan.

Fatmawati lahir dari pasangan Hasan Din dan Siti Chadijah, dengan nama Fatimah. Orang tuanya
merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir
Selatan, Sumatra Barat. Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh Muhammadiyah di
Bengkulu.

Fatmawati menikah dengan Soekarno pada 1 Juni 1943 dan dikaruniai lima orang putra dan putri, di
antaranya adalah Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

Pada 14 Mei 1980, dia meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh
dari Makkah. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak,
Jakarta Pusat.

17.JOHANNES LATUHARHARY

lahir di Ulath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku, 6 Juli 1900 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 8
November 1959 pada umur 59 .
Pria kelahiran Maluku Tengah ini menjadi pejuang yang mendorong Maluku masuk ke NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia). Saat pengumuman kemerdekaan Indonesia di Jakarta, Latuharhary
merupakan orang yang membawa kabar berita tersebut kepada rakyat Maluku. Berkat peran besarnya, ia
diangkat menjadi gubernur pertama di Maluku sampai tahun 1954.
18.MAEDA TADASHI

Maeda Tadashi, 3 Maret 1898 – 13 Desember 1977) adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut
Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Selama pendudukan Indonesia di bawah
Jepang, ia menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran
Jepang.

Laksamana Muda Maeda memiliki peran yang cukup penting dalam kemerdekaan Indonesia dengan
mempersilakan kediamannya yang berada di Jl. Imam Bonjol, No.1, Jakarta Pusat sebagai tempat
penyusunan naskah proklamasi oleh Soekarno, Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo, ditambah sang
juru ketik Sayuti Melik.

19.OTTO ISKANDAR DINATA

Otto Iskandardinata lahir 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Otto merupakan anak
bungsu dari pasangan Raden haji Adam Rahmat dan Siti Hidayah.

Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Guru Atas. Setelah itu, ia mengajar di HIS bersubsidi serta
perkumpulan Perguruan Rakyat.Raden otto iskandardinata mendapat julukan si Jalak Harapat.
Otto menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung, kemudian
melanjutkan pendidikan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung, serta di
Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah selesai, Otto menjadi guru
HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Dalam kegiatan pergarakannya pada masa sebelum kemerdekaan, Otto pernah menjabat sebagai Wakil
Ketua Budi Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924 dan Wakil Ketua Budi Utomo cabang
Pekalongan tahun 1924. Ketika itu, ia menjadi anggota Gemeenteraad ("Dewan Kota") Pekalongan
mewakili Budi Utomo.

Oto juga aktif pada organisasi Budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan. Ia menjadi Sekretaris
Pengurus Besar tahun 1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942. Organisasi tersebut bergerak
dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.

Otto juga menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) yang dibentuk pada masa Hindia Belanda untuk
periode 1930-1941.

Pada masa penjajahan Jepang, Otto menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja (1942-1945). Ia kemudian
menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai lembaga-
lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.

Otto Iskandar Dinata menjadi orang yang mengusulkan Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia. Ia dikenal dengan julukan Jalak Harupat karena sikap beraninya
menghadapi kebijakan Belanda. Selain pernah menjabat perwakilan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia, ia juga diberi kewenangan untuk menduduki posisi Menteri Negara kabinet pertama RI tahun
1945.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Otto menjabat sebagai Menteri Negara di kabinet pertama Republik
Indonesia tahun 1945. Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar-laskar rakyat yang
tersebar di seluruh Indonesia. Dalam periode tugasnya, terdapat ketidakpuasan pada salah satu laskar. Otto
menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, Otto kemudian hilang dan
diperkirakan terbunuh di daerah Mauk, Tangerang, Banten.

Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Monumen Pasir Pahlawan yang berada
di Lembang, Kabupaten Bandung Barat didirikan untuk mengabadikan perjuangan Otto Iskandardinata.
Nama Otto Iskandardinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia. Di tanah
kelahirannya Kabupaten Bandung Otto Iskandardinata merupakan sosok pahlawan yang sangat dihormati.
Namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit di Soreang dan julukannya "Si Jalak Harupat" digunakan
sebagai nama stadion.
20.SURASTRI kARMA TRIMURTI

Surastri Karma Trimurti lahir di Desa Sawahan, Boyolali, Jawa Tengah. Ia merupakan putri dari seorang
abdi dalem keraton Surakarta. Ayahnya bernama Salim Banjaransari Mangunkusumo, yang merupakan
seorang asisten wedana. Sementara itu, ibunya bernama R.A. Saparinten. Trimurti mengenyam pendidikan
awal di Sekolah Guru Putri. Ia juga pernah sekolah di Normaal School dan Algemeene Middelbare School
(AMS) di Surakarta.

Ketika kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti melanjutkan pendidikan di Jurusan Ekonomi, Universitas


Indonesia (UI), dan lulus pada 1960. Pada 1938, SK Trimurti menikah dengan Muhammad Ibnu Sayuti
atau dikenal juga sebagai Sayuti Melik. Mereka menjalin asmara saat sama-sama berjuang mencapai
kemerdekaan Indonesia. Namun, pasangan itu akhirnya bercerai setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada
8 Juli 1969. Dari pernikahannya dengan Sayuti Melik, SK Trimurti dikarunia dua orang anak, yakni
Moesafir Karma Boediman dan Heru Baskoro.

Trimurti tertarik masuk ke dunia pergerakan setelah mendengarkan pidato-pidato Bung Karno. Sejak tahun
1930-an, Trimurti turut andil dalam gerakan kemerdekaan Indonesia. Namun, ia secara resmi bergabung
dengan Partai Indonesia pada 1933. Selain itu, Trimurti bekerja sebagai guru di sekolah dasar di berbagai
wilayah, seperti Bandung, Surakarta, dan Banyumas. Pada 1936, Trimurti ditangkap oleh pemerintah
kolonial Belanda setelah ketahuan menyebarkan pamflet anti-kolonial.
Ia kemudian dihukum selama sembilan bulan di Penjara Bulu, Semarang. Selepas bebas dari penjara,
Trimurti kemudian beralih bekerja sebagai wartawan. Ia banyak menulis terkait gerakan anti-kolonial.
Dalam tulisannya, ia tidak menggunakan nama SK Trimurti. Ia memilih menggunakan nama tengahnya
sebagai samaran, yakni Karma. Trimurti pernah bekerja di berbagai media massa, seperti Pesat,
Genderang, Bedung, dan Pikiran Rakyat. Namun, ketika Jepang menjajah Indonesia, Trimurti ditangkap
karena aktivitasnya sebagai wartawan.
Setelah Indonesia Merdeka, Trimurti menjadi seorang aktivis buruh. Ia banyak memperjuangkan hak-hak
pekerja. Ia akhirnya diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja pertama Indonesia di bawah kabinet Amir
Sjarifuddin. Trimurti menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja sejak 1947 hingga 1948. Ia juga terjun di
dunia politik dan aktif sebagai eksekutif di Partai Buruh Indonesia dan memimpin sayap wanitanya. Pada
1950, SK Trimurti mendirikan organisasi perempuan bernama Gerwis yang kemudian berganti nama
menjadi Gerwani. Pada 1950-an, Trimurti baru mengenyam bangku kuliah di jurusan ekonomi Universitas
Indonesia, ketika ia sudah berusia 41 tahun. Pada 1959, Trimurti ditawari untuk menjabat sebagai Menteri
Sosial, tetapi ia tolak. SK Trimurti kemudian keluar dari Gerwis pada 1965. Setelah Orde Lama lengser
dan digantikan Orde Baru, SK Trimurti menjadi salah satu tokoh yang menentang pemerintahan otoriter. Ia
tergabung dalam kelompok Petisi 50 pada 1980 yang memprotes Soeharto atas penyalahgunaan Pancasila
terhadap lawan politiknya.

Sepanjang hidupnya, SK Trimurti berjuang untuk kepentingan orang banyak. SK Trimurti meninggal
dunia pada 20 Mei 2008 di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD), Jakarta. Ia meninggal
diduga karena pecah pembuluh darah vena dan menderita hemoglobin rendah. SK Trimurti dimakamkan di
TMP Kalibata.

Anda mungkin juga menyukai