Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Setiap tanggal 17 Agustus kita selalu memperingati Hari Kemerdekaan Bangsa
Indonesia. Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran serta perjuangan yang
dilakukan para pahlawan agar tercapainya kemerdekaan indonesia. Tidak mudah
untuk dapat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia banyak rintangan yang harus
dilalui para tokoh proklamasi. Seperti peristiwa Rengasdengklok dimana Soekarno
dan Moh. Hatta diculik dan di bawa ke Rengasdengklok akibat dari berita kekalahan
Jepang terhadap Sekutu, para pemuda berfikir bahwa menyerahnya Jepang terhadap
Sekutu, berarti di Indonesia sedang mengalami kekosongan kekuasaan, para pemuda
menculik Soekarno dan Hatta tujuannya adalah agar kedua tokoh ini jauh dari
pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Karena desakan dari golongan muda yang semakin bertubi-tubi akhirnya ada
tokoh yang berani menjaminkan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia pasti terjadinya, beliau adalah Ahmad Soebardjo, beliaulah yang akhirya
bisa mendesak agar golongan muda mau memperbolehkan Ir. Sukarno, Moh. Hatta,
dan rombongannya untuk pulang ke Jakarta
Selain Soekarno dan Moh. Hatta banyak tokoh yang telah berjasa agar
proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan. Para tokoh tersebut tidak
hanya menyumbangkan ide dan pemikiran tapi juga mencurahkan segala waktu dan
tenaga agar Bangsa Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam
perumusan naskah teks Proklamasi yang bertepat di kediaman Laksamana Maeda.
Rumah Laksamana Maeda dipilih karena kedekatan Laksamana maeda dengan para
pemimpin Bangsa Indonesia dan karena rumah Laksamana Maeda yang merupakan
Extra territorial yang harus di hormati oleh Rikugun (angkatan darat Jepang). Dalam
perumusan Naskah Proklamasi ada seorang yang bertugas mencatat hasil diskusi
2

susunan Teks Proklamasi dan beliau juga yang mengetik Teks Proklamasi yang
dibacakan Soekarno-Hatta, beliau adalah Sayuti Melik.
Banyak yang harus disiapkan untuk melancarkan pembacaan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia seperti tiang bendera yang digunakan untuk mengibarkan
sang saka Merah Putih, Mikrofon dan pengeras suara. Selain itu juga harus ada yang
menjaga keamanan saat Proses pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
dalam hal ini dr. Munawardi menugaskan Barisan Pelopor dan PETA untuk menjaga
keamanan disekitar kediaman Soekarno.
Setelah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sesegera
mungkin untuk menyebarluaskan berita tentang pembacaan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, namun Jepang menentang penyiaran tersebut akhirnya gedung tempat
radio yang akan digunakan sebagai penyiaran berita kemerdekaan Indonesia disegel,
namun syahrudin dengan berani memasuki halaman gedung dan memanjat untuk
segera membuka gedung. Setelah berhasil masuk teks proklamasi di serahkan ke
kepala bagian siaran.
Segeralah Proklamasi kemerdekaan Indonesia disiarkan melalui radio ke
seluruh Indonesia. Dan masih banyak lagi tokoh yang ada dibalik keberhasilan
terjadinya pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
a. Bagaimana peran para tokoh proklamasi dan peran para tokoh peristiwa
sekitar proklamasi?
b. Apa hasil dari perjuangan para tokoh proklamasi
c. Bagaimana cara meneladani para tokoh proklamasi pada zaman sekarang?
3

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja peran serta
jasa para pahlawan proklamasi, serta meneladani sikap para tokoh proklamasi
1.4 Sistematika penulisan
BAB I : PENDAHULUAN terdiri dari; latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN terdiri dari; Peran tokoh proklamasi dan sekitar
proklamasi dan meneladani sikapnya
BAB III : PENUTUP terdiri dari; kesimpulan dan saran.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tokoh penting yang berperan di saat proklamasi dan peristiwa sekitar
proklamasi

1. Ir. Sukarno
Sukarno atau Bung Karno, lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901.
Sudah aktif dalam berbagai pergerakan sejak menjadi mahasiswa di Bandung.
Tahun 1927, bersama kawankawannya mendirikan PNI. Oleh karena
perjuangannya, ia seringkali keluar-masuk penjara. Kemudian pada zaman
Jepang, ia pernah menjadi ketua Putera, Chuo Sangi In dan PPKI, serta pernah
menjadi anggota BPUPKI. Begitu tiba di tanah air, dari perjalanannya ke
Saigon, Sukarno menyampaikan pidato singkat. Isi pidato itu antara lain,
pertanyataan bahwa Indonesia sudah merdeka sebelum jagung berbunga. Hal
ini semakin membakar semangat rakyat Indonesia. Bersama Moh. Hatta,
Sukarno menjadi tokoh sentral yang terus didesak oleh para pemuda agar
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, sampai akhirnya ia harus
diungsikan ke Rengasdengklok.
Sepulangnya dari Rengasdengklok ia bersama Moh. Hatta dan Ahmad
Subarjo merumuskan teks proklamasi, dan menuliskannya pada secarik kertas.
Sukarno bersama Moh. Hatta diberi kepercayaan untuk menandatangani teks
proklamasi tersebut. Tanggal 17 Agustus 1945, peranan Sukarno semakin
penting. Secara tidak langsung ia terpilih menjadi tokoh nomor satu di
Indonesia. Sukarno dengan didampingi Moh. Hatta, diberi kepercayaan
membacakan teks proklamasi sebagai pernyataan Kemerdekaan Indonesia.
5

Oleh karena itu, Sukarno dikenal sebagai pahlawan proklamator. Sukarno


wafat pada tanggal 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar.

2. Drs. Moh. Hatta


Tokoh lain yang sangat penting dalam berbagai peristiwa sekitar
proklamasi adalah Drs. Moh.Hatta. la dilahirkan di Bukittinggi tanggal 12
Agustus 1902. Sejak menjadi mahasiswa diluar negeri, ia sudah aktif dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi salah seorang pemimpin dan
ketua Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Setelah di tanah air, ia aktif
di PNI bersama Bung Karno. Setelah PNI dibubarkan, Hatta aktif di PNI
Baru. Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi salah seorang pemimpin
PUTERA, menjadi anggota BPUPKI dan wakil ketua PPKI.
Saat menjabat sebagai wakil PPKI, Moh. Hatta dan Sukarno menjadi
dwi tunggal yang sulit dipisahkan. Bersama Bung Karno, ia juga pergi
menghadap Terauchi di Saigon. Setelah pulang, Moh. Hatta menjadi salah
satu tokoh sentral yang terus didesak para pemuda agar bersama Sukarno
bersedia menyatakan proklamasi Indonesia secepatnya. Moh. Hatta
melibatkan diri secara langsung dan ikut andil dalam perumusan teks
proklamasi. la juga ikut menandatangani teks proklamasi. Pada peristiwa
detik-detik proklamasi, Moh. Hatta tampil sebagai tokoh nomor dua dan
mendampingi Bung Karno dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai pahlawan proklamator. la
wafat pada tanggal 14 Maret 1980, dimakamkan di pemakaman umum Tanah
Kusir Jakarta.

3. Ahmad Subarjo
“Saya menjamin bahwa tanggal 17 Agustus 1945 akan terjadi
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Kalau Saudara-saudara ragu,
nyawa sayalah yang menjadi taruhannya”. Ucapan itu bukan main-main bagi
Ahmad Subarjo. Ucapan tersebut berhasil meyakinkan Golongan Muda,
bahwa para senior akan melaksanakan proklamasi sesuai dengan desakanpara
pemuda. Menjadi taruhan untuk peristiwa yang sangat penting menunjukkan
bahwa Subarjo tidak menghitung jiwa dan raganya demi kemerdekaan
Indonesia. Kerelaan tokoh untuk mengorbankan diri demi bangsa dan negara
adalah salah satu teladan yang perlu selalu kita lakukan. Ahmad Subarjo lahir
di Karawang Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896.
la tutup usia pada bulan Desember 1978. Pada masa pergerakan
nasional ia aktif di PI dan PNI. Kemudian pada masa pendudukan Jepang
sebagai Kaigun, bekerja pada Kantor Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang
pimpinan Laksamana Maeda. Ia juga sebagai anggota BPUPKI dan PPKI.
Ahmad Subarjo tidak hadir pada saat Bung Karno membacakan teks
6

proklamasi di Pegangsaan Timur No. 56. Tokoh Ahmad Subarjo boleh


dikatakan sebagai tokoh yang mengakhiri peristiwa Rengasdengklok. Sebab
dengan jaminan nyawa Ahmad Subarjo, akhirnya Ir. Sukarno, Moh. Hatta dan
rombongan diperbolehkan kembali ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta dini
hari, di rumah Maeda dilaksanakan perumusan teks proklamasi, Ahmad
Subarjo secara langsung berperan aktif dan memberikan andil pemikiran
tentang rumusan teks proklamasi.

4. Sukarni Kartodiwiryo
Tokoh inilah yang sering menjadi perdebatan para pembaca sejarah
Indonesia sekitar proklamasi kemerdekaan. Banyak yang mengira tokoh ini
perempuan, karena Sukarni lebih banyak digunakan untuk nama perempuan di
Jawa Tengah. Sukarni Kartodiwiryo adalah salah seorang pimpinan gerakan
pemuda di masa proklamasi. Tokoh ini dilahirkan di Blitar pada tanggal 14
Juli 1916 dan meninggal pada tanggal 4 Mei 1971. Sejak muda, ia sudah aktif
dalam pergerakan politik. Semasa pendudukan Jepang, ia bekerja pada kantor
berita Domei. Kemudian aktif di dalam gerakan pemuda. Bahkan ia menjadi
pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di Asrama Pemuda Angkatan Baru
di Menteng Raya 31 Jakarta. Sukarni merupakan pelopor penculikan Sukarno
dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Ia juga tokoh yang mengusulkan agar
teks proklamasi ditandatangani oleh Sukarno dan Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. La juga memimpin pertemuan untuk membahas strategi
penyebarluasan teks proklamasi dan berita tentang proklamasi.

5. Sayuti Melik
Dilahirkan pada tanggal 22 November 1908, anak dari Abdul Mu'in
alias Partoprawito, seorang bekel jajar atau kepala desa di Sleman,
Yogyakarta. Sedangkan ibunya bernama Sumilah. Pendidikan dimulai dari
Sekolah Ongko Loro (Setingkat SD) di desa Srowolan, sampai kelas IV dan
diteruskan sampai mendapat Ijazah di Yogyakarta. Nasionalisme sudah sejak
kecil ditanamkan oleh ayahnya kepada Sayuti kecil. Ketika itu ayahnya
menentang kebijaksanaan pemerintah Belanda yang menggunakan sawahnya
untuk ditanami tembakau.
Ketika belajar di sekolah guru di Solo, 1920, ia belajar nasionalisme
dari guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, H.A. Zurink. Pada usia
belasan tahun itu, ia sudah tertarik membaca majalah Islam Bergerak
7

pimpinan K.H. Misbach di Kauman, Solo, ulama yang berhaluan kiri. Ketika
itu banyak orang, termasuk tokoh Islam, memandang Marxisme sebagai
ideologi perjuangan untuk menentang penjajahan. Dari Kiai Misbach ia
belajar Marxisme. Perkenalannya yang pertama dengan Bung Karno terjadi di
Bandung pada 1926. Tulisan-tulisannya mengenai politik menyebabkan ia
ditahan berkali-kali oleh Belanda. Pada tahun 1926 ditangkap Belanda karena
dituduh membantu PKI dan selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933).
Tahun 1936 ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah
diusir dari wilayah Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke
Jakarta, dimasukkan sel di Gang Tengah (1937-1938).
Sepulangnya dari pembuangan, Sayuti berjumpa dengan SK Trimurti,
dan terlibat dalam berbagai kegiatan pergerakan secara bersama. Akhirnya
pada 19 Juli 1938 mereka menikah. Pada tahun itu juga Mereka mendirikan
koran Pesat di Semarang yang terbit tiga kali seminggu dengan tiras 2 ribu
eksemplar. Karena penghasilannya masih kecil, pasangan suami-istri itu
terpaksa melakukan berbagai pekerjaan, dari redaksi hingga urusan
percetakan, dari distribusi dan penjualan hingga langganan. Trimurti dan
Sayuti Melik bergiliran masuk keluar penjara akibat tulisan mereka
mengkritik tajam pemerintah Hindia Belanda. Sayuti sebagai bekas tahanan
politik yang dibuang ke Boven Digul selalu dimata-matai dinas intel Belanda
(PID). Pada zaman pendudukan Jepang, Maret 1942 koran Pesat diberedel
Japan, Trimurti ditangkap Kempetai, Jepang juga mencurigai Sayuti sebagai
orang komunis. Pada 9 Maret 1943, diresmikan berdirinya Putera (Pusat
Tenaga Rakyat) dipimpin “Empat Sekawan” Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar
Dewantara, dan Kiai Mas Mansoer. Saat itu Soekarno meminta pemerintah
Jepang membebaskan Trimurti, lalu membawanya ke Jakarta untuk bekerja di
Putera, dan kemudian di Djawa Hookoo Kai, Himpunan Kebaktian Rakyat
Seluruh Jawa. Dan lalu Trimurti dan Sayuti Melik dapat hidup relatif
tenteram. Sayuti terus berada di sisi Bung Karno.
8

Konsep naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan
Achmad Subardjo di rumah Laksamana Muda Maeda[1]. Wakil para pemuda,
Sukarni dan Sayuti Melik. Masing-masing sebagai pembantu Bung Hatta dan
Bung Karno, ikut menyaksikan peristiwa tersebut. Setelah selesai, dinihari 17
Agustus 1945, konsep naskah proklamasi itu dibacakan di hadapan para
hadirin. Namun, para pemuda menolaknya. Naskah proklamasi itu dianggap
seperti dibuat oleh Jepang. Dalam suasana tegang itu, Sayuti memberi
gagasan, yakni agar teks proklamasi ditandatangani Bung Karno dan Bung
Hatta saja, atas nama bangsa Indonesia. Usulnya diterima dan Bung Karno
pun segera memerintahkan Sayuti untuk mengetiknya. Ia mengubah kalimat
"Wakil-wakil bangsa Indonesia" menjadi "Atas nama bangsa Indonesia"

6. Burhanuddin Mohammad Diah


(BM. Diah) lahir di Kotaraja pada tanggal 7- April 1917. la berbakat
di bidang jurnalistik. Sejak tahun 1937 sudah menjadi redaktur berbagai surat
kabar. Pada awal pendudukan Jepang, ia bekerja pada radio militer. Pada
tahun 1942-1945, ia bekerja sebagai wartawan pada harian Asia Raya.
Pada sekitar peristiwa proklamasi, BM. Diah sudah menjadi
wartawan yang terkenal. Pada malam sewaktu akan diadakan perumusan
teks proklamasi, BM. Diah banyak melakukan kontak dengan pemuda, yaitu
untuk datang ke rumah Maeda. la salah seorang pemuda yang ikut.
Setelah Indonesia merdeka, pada 1959, B.M. Diah diangkat menjadi
duta besar untuk Cekoslowakia dan Hongaria. Dari sana kemudian ia
dipindahkan ke Inggris, lalu ke Thailand - semuanya untuk jabatan yang sama.
Pada 1968 ia diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi menteri penerangan.
Belakangan Diah diangkat menjadi anggota DPR dan kemudian anggota DPA.
Pada usia tuanya, Diah mendirikan sebuah hotel di Jakarta, Hyatt Aryadutta,
di tempat yang dulunya merupakan rumah orangtua Herawati. Jabatan terakhir
9

yang dipegangnya adalah sebagai Presiden Direktur PT Masa Merdeka, dan


Wakil Pemimpin PT Hotel Prapatan-Jakarta.

7. Latif Hendraningrat Sang Komandan Peta


Latif Hendraningrat adalah salah seorang komandan Peta. Pada saat
pelaksanaan proklamasi, ia merupakan salah satu tokoh yang cukup sibuk. la
menjemput beberapa tokoh penting untuk hadir di Pegangsaan Timur No. 56.
Misalnya ia harus mencari dan menjemput Moh. Hatta. Pada saat pelaksanaan
proklamasi, setelah menyiapkan barisan, ia mempersilakan Sukarno
membacakan teks proklamasi. Kemudian, Latief Hendraningrat dengan
dibantu S. Suhud mengibarkan Sang Saka Merah Putih, danyang membantu
membawakan bendera Merah Putih adalah SK. Trimurti.
8. S. Suhud
S. Suhud adalah pemuda yang ditugasi mencari tiang bendera dan
mengusahakan bendera Merah Putih yang akan dikibarkan. Oleh karena
gugup dan tegang, tiang yang digunakan adalah sebatang bambu, padahal
tidak terlalu jauh dari rumah Sukarno ada tiang bendera dari besi. S. Suhud
bersama Latif Hendraningrat adalah pengibar bendera Merah Putih di halaman
rumah Sukarno pada saat Proklamasi 17 Agustus 1945.

9. Suwiryo
Raden Suwiryo (lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 17 Februari 1903 –
meninggal di Jakarta, 27 Agustus 1967 pada umur 64 tahun) adalah seorang
tokoh pergerakan Indonesia. Ia juga pernah menjadi Wali kota Jakarta dan
Ketua Umum PNI. Ia juga pernah menjadi Wakil Perdana Menteri pada
Kabinet Sukiman-Suwiryo
Proses Suwiryo menjabat sebagai wali kota dimulai pada Juli 1945
pada masa pendudukan Jepang. Kala itu dia menjabat sebagai wakil wali kota
pertama Jakarta, sedangkan yang menjadi wali kota seorang pembesar Jepang
(Tokubetsyu Sityo) dan wakil wali kota kedua adalah Baginda Dahlan
10

Abdullah. Dengan kapasitasnya sebagai wakil wali kota, secara diam-diam


Suwiryo melakukan nasionalisasi pemerintahan dan kekuasaan kota.
Ketika kedua pemimpin bangsa ini memproklamirkan kemerdekaan,
Suwiryo-lah salah seorang yang bertanggungjawab atas terselenggaranya
proklamasi di kediaman Bung Karno. Semula akan diselenggarakan di
Lapangan Ikada (kini Monas) tetapi karena balatentara Jepang masih
gentayangan dengan senjata lengkap, dipilih di kediaman Bung Karno.

10. Muwardi
Tokoh muda Muwardi, bertugas dalam bidang pengamanan jalannya
upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia telah menugaskan anggota
Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan di sekitar kediaman Bung
Karno. Setelah upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia juga membagi
tugas kepada para anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan
Bung Karno dan Moh. Hatta.

11. Sutan Sjahrir


Sutan sjahrir merupakan salah satu tokoh yang memiliki peran besar
dalam sejarah Indonesiaberbeda dengan Soekarno dan Moh. Hatta yang
kooperatif dengan jepang, Sutan Sjahrir justru dengan berani memimpin
“gerakan bawah tanah” yang ia pimpin, Sutan Sjarhrir menggerakkan banyak
pemuda Indonesia untuk berjuang meraih kemerdekaan. Melalui gerakan
bawah tanah itu pula, Sutan Sjahrir mendengar berita kekalahan Jepang atas
Sekutu.
Sutan Sjahrir menggerakkan golongan muda untuk segera
mempersiapkan kemerdekaan. Para pemuda berinisiatif segera melaksanakan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia karena Jepang sudah kalah perang. Sutan
Sjahrir adalah orang pertama yang menemui Soekarno dan Hatta ketika
mereka kembali dari Vietnam. Dalam pertemuan tersebut, Sjahrir
memberitakan bahwa Jepang sudah kalah dalam perang. Sjahrir mendesak
kedua tokoh bangsa Indonesia tersebut untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi permintaan Sutan Sjahrir ditolak oleh
11

Soekarno dan Hatta. Penolakan tersebut tidak membuat Sutan Sjahrir menarik
dukungan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sutan Sjahrir
menolak apabila kemerdekaan Indonesia dilakukan melalui persetujuan
Jepang atau Sidang PPKI.
Hingga Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus
1945, Sutan Sjahrir menolak hadir karena ia tidak suka dengan keterlibatan
beberapa perwira Jepang dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Meskipun demikian, ketika pemerintah Negara Indonesia
terbentuk, Sutan Sjahrir dipilih oleh Soekarno sebagai ketua Badan Pekerja
KNIP.

12. Frans Sumarto Mendur


Tokoh Frans Sumarto Mendur adalah tokoh wartawan yang ikut
membantu pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia telah
mengabadikan berbagai peristiwa penting di sekitar proklamasi. la bergabung
dengan kawan-kawan dari Indonesia Press Photo Senice atau Ipphos.
Bersama kakaknya Alex Mendur berhasil mengabadikan tiga momentum
penting dalam rankgaian peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Foto-
foto tersebut yaitu foto Soekarno membacakan naskah Proklamasi, foto
pengibaran bendera Merah Putih, serta foto suasana Upacaara dan para
pemuda yang menyaksikan pengibaran bendera. Bebrapa saat setelah
momentum tersebut diabadikan, Frans Mendur ditangkap oleh tentara Jepang
dan dipaksa untuk menyerahkan film dari momentum tersebut. Akan tetapi,
Frans Mendur telah mengubur negatif film dari ketiga momentum tersebut di
dalam tanah sehingga Jepang tidak menemukan bukti ketika menggeledahnya.
Setelah lolos dari penggeledahan yang dilakukan Jepang, Frans Mendur
mencetak film tersebut dan mempublikasikannya

13. Syahruddin
Syahruddin adalah seorang wartawan Domei yang berperan penting
dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan. Meskipun kantor berita
terebut milik Jepang, semangat pemuda untuk menyebar luaskan berita
kemerdekaan Indonesia lebih besar daripada rasa takut mereka kepada Jepang.
Semanga tersebut juga ditunjukkan oleh Sjahruddin. Ketika menerima salinan
naskah proklamasi, Sjahruddin dengan berani menyusup ke kantor berita Hoso
Kanri Kyoku. Naskah proklamasi kemudian diserahkan kepada Jusuf
Ronodipuro untuk disiarkan ke seluruh daerah dan luar negeri.
12

14. F. Wuz dan Yusuf Ronodipuro


F. Wuz dan Jusuf Ronodipuro merupakan tokoh yang berperan dalam
penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. F.Wuz merupakan
seorang markonis yang dengan berani menyiarkan berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia melalui kantor berita Domei. Siara yang dilakukan
F.Wuz berakibat dengan penyegelam kantor berita Domei. Adapun Jusuf
Ronodipuro adalah wartawan di kantor berita Hoso Kanri Kyoku.
Ketika proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada pukul
10.00, Jusuf Rododipuro belum mengetahuinya. Menjelang petang, ia baru
menerima salinan naskah Teks proklamasi dari seorang rekan wartawan Kantor
berita Domei. Selanjutya, Jusuf bersama rekannya Bachtiar Lubis menyiarkan
berita kemerdekaan Indonesia tersebut melalui kantor berita Hoso Kanri Kyoku.
Penyiaran berita tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi pada saat itu
kantor berita Hoso Kanri Kyoku dijaga ketat oleh tentara Jepang. Berkat jasanya,
berita kemerdekaan terdengar sampai ke luar negeri

15. Lambetus Nicodemus Palar


Lambetus Nicodemus palar adalah seorang diplomat ulung dalam perjuangan
Kemerdekaan Indonesia, khususnya melalui diplomasi. Ia lahir pada tanggal 5
juni 1900 di Tomohon, Sulawesi Utar. Pendidikan yang ditempuhnya adalah
Sekolah MULO di Tondano, kemudian melanjutkan sekolah di Yogyakarta di
AMS dan ITB, namun palar tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB. Kemudian
dia meneruskan sekolah di Amsterdam sambil bekerja.
Pada tahun 1947, L.N. Palar diminta oleh Presiden Soekarno untuk menjadi
juru bicara RI di PBB. Pada akhir tahun 1947 dibantu oleh Sudarpo,
Soedjatmoko, dan Sumitro, Palar membuka kantor perwakilan RI di New York.
Sebelum pengakuan kedaulatan RI 1949, status Palar saat itu adalah sebagai
peninjau. Kemudian pada tahun 1950 setelah Indonesia mendapatkan kekuatan
penuh dan Indonesia menjadi anggota PBB ke-60, Palar resmi sebagai
perwakilan RI dengan status keanggotaan penuh.

16. Sumitro Djojohadikusumo


Begawan ekonomi Indonesia yang idealis ini selalu konsisten terhadap
sikapnya yang dianggap benar. Sumitro lahir di Kebumen, Jawa Tengah 29 mei
1917. Ayahnya Margono adalah pendiri Bank BNI. Setelah menamatkan
sekolahnya di Hogere Burger School (HBS), ia langsung berangkat ke Belanda.
Ia juga pernah belajar di Barcelona dan Rotterdam untuk mempelajari ekonomi.
Dalam tempo tiga bulan ia berhasil meraih gelar Bachelor of Art (BA). Ia juga
pernah sekolah ekonomi di Universitas Sorbonne, Paris. Di Paris kemudian
Sumitro mulai bergabung ke kelompok sosialis. Ia kemudian belajar tentang
konsisten pada prinsip hidup, pengabdian, perlawanan, dan keadilan sosial.
Sumitro kemudian ke Belanda untuk mendapatkan gelar Master of Arts (MA).
13

Bersama-sama dengar L.N. Palar, Sumitro memperjuangkan RI melalui jalur


diplomasi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proklamasi 17 Agustus 1945, besar bersama bangsa Indonesia, Proklamasi 17


Agustus 1945 juga merupakan kehendak dan pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melibatkan peranan banyak orang, bahkan bukan
hanya bangsa Indonesia, tetapi bangsa lain juga bersimpati untuk perjuangan bangsa
Indonesia. Para tokoh memiliki peranan yang berbeda-beda dalam mempersiapkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang dan berperan sesuai dengan
kemampuan dan kesempatan yang dimiliki dan yang harus dilakukan. Para tokoh
pejuang senantiasa rela berkorban dan tanpa pamrih terus berjuang mencapai
kemerdekaan sehingga bangsa Indonesia bebas dari belenggu penjajahan. Mereka
bersatu saling bantu bersama rakyat rela berkorban tanpa pamrih untuk
mempersatukan tanah air Indonesia.

B. Saran
Kita harus bisa menghormati dengan sesama kita, kita harus senantiasa
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa agar bangsa Indonesia akan selalu satu
14

dan tidak ada lagi perpecahan. Dengan cara kita untuk menjaga persatuan
adalah bentuk perjuangan dan bentuk rasa cinta tanah air.
15

DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-lembaga-eksekutif-legislatif-
yudikatif.html
http://socialonesmansaboy.blogspot.com/2016/04/peran-tokoh-nasional-dalam-
kemerdekaan.html
https://prezi.com/tqu8j48p9t5n/meneladani-perjuangan-para-tokoh-proklamas/
http://isi.ac.id/proklamasi-kemerdekaan-indonesia-17-agustus/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemisahan_kekuasaan
https://id.wikipedia.org/wiki/Frans_Mendur
https://id.wikipedia.org/wiki/Moewardi
https://id.wikipedia.org/wiki/Suwiryo
https://id.wikipedia.org/wiki/Sayuti_Melik
http://socialonesmansaboy.blogspot.com/2016/04/peran-tokoh-nasional-mhatta-
dalam.html
http://dysenthree.blogspot.com/2017/02/makalah-sejarah-indonesia-tokoh.html

Anda mungkin juga menyukai