Penulis ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Tokoh-tokoh nasional dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia ” ini. Penulis juga ucapakan terima kasih kepada ibu Guru yang telah
membimbing dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa penulis ucapkan kepada teman-teman
yang telah membantu baik secara langsung maupun tak langsung.
Dalam makalah ini penulis mengulas tentang peran dari tokoh-tokoh nasional yang
turut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Sehingga dapat mengambil
manfaat positif dari sikap dan teladan tokoh nasional yang rela berkorban jiwa maupun raga
dalam mempertahankan kemerdekaan republik kita tercinta ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proklamasi adalah sebuah pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat. Pemberitahuan
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, menandakan suatu ketetapan kebebasan bagi
seluruh rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan. Proklamasi kemerdekaan Indonesia
menunjukkan keberanian dan sikap bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri.
Awalnya terdapat perbedaan sikap antara golongan tua dan gologan muda. Golongan
tua tidak mempersoalkan jika kemerdekaan adalah pemberian Jepang, lain halnya dengan
golongan muda yang mengagungkan kemerdekaan Indonesia sebagai hasil perjuangan
sendiri.
Perbedaan itu membuat para perjuangan nasionalis Indonesia bekerja keras.
Proklamasi bukan berarti perjuangan selesai, masih ada perjuangann yang lebih berat lagi
menanti yaitu perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang kehidupan Tokoh tokoh nasional tersebut?
2. Apa saja peranan tokoh-tokoh nasional dalam perjuangan indonesia?
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata pelajaran sejarah indonesia
2. Mengetahui sejarah kehidupan tokoh pahlawan nasional
3. Mengetahui peranan tokoh pahlawan nasional
4. Dapat memahami perjuangan tokoh tokoh pahlawan nasional
5. Dapat meneladani sifat dan pola pikir tokoh pahlawan nasional
BAB II
ISI / PEMBAHASAN
1. Ir. Sukarno
Ir. Sukarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya dengan nama Kusno
Sosrodihardjo. • Riwayat pendidikan Ir. Sukarno dimulai dari ELS (Europeesche Lagere
School) di Mojekerto, kemudian HBS (Hoogere Burgerschool), dan kuliah pada Technische
Hoge School (THS) hingga memperoleh gelar insinyur pada 1925. • Sejak muda, Ir. Sukarno
sudah menunjukkan rasa ketertarikannya pada politik. • Saat kuliah di Bandung, Ir. Sukarno
mulai berhubungan dengan para pemimpin Indische Partij, seperti Cipto Mangunkusumo dan
Douwes Dekker. • Pada 1925, ia mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung.
Selanjutnya, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927, yang memiliki
tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia atas kekuatan sendiri. • Kharisma dan kekuatan
pidatonya mampu menjadi magnet setiap orang, sehingga Belanda menjadi cemas akan
kekuatan Sukarno. • Oleh karena itu, Belanda melayangkan tuduhan kepada Ir. Sukarno
sehingga Ir. Sukarno dan para tokoh PNI ditangkap dan ditahan. Namun, Ir. Sukarno berhasil
dibebaskan pada 31 Desember 1931. • Ir. Sukarno kemudian ditangkap lagi dan diasingkan
ke Ende, Pulau Flores, dan dipindahkan ke Bengkulu hingga dibebaskan pada 1942. • Pada
masa kependudukan Jepang, ia bersama Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.
H. Mas Mansyur diminta Jepang untuk membentuk Pusat Tenaga Kerja (Putera). Namun
akhirnya, dibubarkan oleh Jepang karena praktiknya tidak sesuai dengan tujuan.
Drs. Mohammad Hatta (Mohammad Athar) lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12
Agustus 1902. • Saat masih di Padang, ia sudah mulai aktif dalam
organisasi kepemudaan dan tergabung dalam Jong Sumatranen
Bond. • Pada 1927, ia aktif dalam liga menantang imperialisme
dan kolonialisme. Karena kegiatan politiknya bersama
Perhimpunan Indonesia yang dianggap menghasut rakyat untuk
memberontak, maka pada September 1927, ia ditangkap dan
diadili. Namun, pada tanggal 22 Maret 1928, ia bersama tokoh PI lainnya dibebaskan dari
segala tuduhan. • Pada periode 1930-1931, Mohammad Hatta lebih terfokus dengan kegiatan
studi. Baru pada 1932, ia berhasil menyelesaikan studinya. • Selanjutnya, ia bergabung
dengan Sutan Sjahrir ke dalam organisasi politik Pendidikan Nasional Indonesia. Namun, ia
ditangkap dan dibuang ke Boven Digul, Irian Jaya. • Kemudian pada Desember 1935, Hatta
bersama Sutan Sjahrir dipindah ke Banda Naira. Selanjutnya, pada 3 Februari 1942, Hatta
dan Sjahrir dipindahkan lagi ke penjara Sukabumi. Mereka dibebaskan setelah Belanda
menyerah dan Indonesia diduduki oleh Jepang. • Pada masa pendudukan Jepang, Drs.
Mohammad Hatta bersama Ir. Sukarno dan tokoh-tokoh lainnya memimpin Kantor Pusat
Tenaga Kerja (Putera). • Menjelang masa kemerdekaan, ia ditunjuk sebagai wakil Sukarno
dalam panitia PPKI. Bahkan Hatta menjadi proklamator kemerdekaan RI bersama Ir.
Sukarno.
Pada 18 Agustus 1945, ia ditunjuk sebagai Wakil Presiden RI mendampingi Presiden Ir.
Sukarno. • Selain pernah menjabat sebagai Wakil Presiden pertama RI, ia juga pernah
menduduki jabatan Perdana Menteri pertama RI merangkap Menteri Pertahanan. • Ketika
Pemerintahan RI berbentuk RIS (Republik Indonesia Serikat), Drs. Mohammad Hatta
diangkat sebagai Perdana Menteri. Ketika RIS kembali menjadi NKRI pada 1950, ia
dipercaya kembali sebagai Wakil Presiden. • Pada 1 Desember 1956, Hatta tiba-tiba
mengundurkan diri dari jabatan sebagai Wakil Presiden. • Meskipun sudah tidak aktif di
pemerintahan, Drs. Mohammad Hatta tetap berjuang untuk rakyat. Di bidang ekonomi
misalnya, ia mengeluarkan banyak ide tentang perkoperasian Indonesia sehingga ia dikenal
sebagai Bapak Koperasi Indonesia. • Drs. Mohammad Hatta meninggal pada 14 Maret 1980.
Beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. Pemerintah RI
akhirnya menanugerahkannya gelar sebagai Pahlawan Proklamasi.
3. Sutan Syahrir
Sutan Syahrir dilahirkan di Padangpanjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909. •
Pendidikan formalnya diawali dari Kota Medan sampai ia tamat MULO. Kemudian, ia
melanjutkan studinya di AMS Bagian A di Kota Bandung. • Pada tanggal 20 Februari 1927,
ia mendirikan Jong Indonesia bersama bersama para tokoh Indonesia lainnya. • Pada 1929,
Sutan Syahrir melanjutkan studinya di Belanda pada Fakultas Hukum Universitas Leiden.
Pada 1931, Sutan Syahrir kembali ke Indonesia dan bersama-sama dengan tokoh Indonesia
lainnya mendirikan Partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). • Akan tetapi, Belanda
tidak senang akan kegiatan Syahrir dkk sehingga mereka ditangkap dan Sutan Syahrir
dipenjarakan di Cipinang pada 1934. • Selanjutnya, pada Januari 1935, bersama Moh. Hatta
ia dibuang ke Digul, kemudian secara berturut-turut dipindah lagi ke Banda Naira, dan
terakhir Sukabumi sampai akhirnya dibebaskan saat Jepang datang ke Indonesia.
4. Muhammad Yamin
5. Dr. Muwardi
Selain ditugaskan menjadi pemimpin, tugas sebagai seorang dokter tetap dijalankan
dengan sepenuh hati dengan cara menjaga kesehatan dan mengobati anggota laskar yang
terluka. • Pasca ditandatanganinya Persetujuan Renville, situasi politik Indonesia semakin
tidak menentu karena selain menghadapi pasukan Belanda dan Sekutu, Indonesia juga
menghadapi pemberontakan PKI. • Menghadapi situasi politik itulah, dr. Muwardi
mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner. Namun, PKI memanfaatkan situasi ini sebagai
niatan jahat, yakni dengan melakukan penculikan terhadap dr. Muwardi. • Penculikan
tersebut terjadi pada 13 September 1948, dan setelah peristiwa tersebut, dr. Muwardi tidak
diketahui kabar maupun makamnya.
6. Mohammad Natsir
Mohammad Natsir yang kemudian bergelar Datuk Sinaro Panjang dilahirkan pada 17
Juli 1908 di Kampung Alahan Panjang, Solok, Sumatera Barat. • Ketika menempuh
pendidikannya di AMS Bandung, Natsir menjadi seorang aktivis Jong Islamieten Bond. •
Mohammad Natsir juga menguasai banyak bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Belanda,
Prancis, Latin, dan Arab. • Setelah masa kemerdekaan, ia pernah menduduki beberapa
jabatan seperti anggota Badan Pekerja KNIP (1945-1949), menteri penerangan pada Kabinet
Sjahrir I, Kabinet Amir Sjarifuddin, dan Kabinet Hatta (1946-1949), Ketua Masyumi (1948-
1959), Perdana Menteri (1950-1951), anggota Konstituante (1952-1958), dan anggota Badan
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). • Ia memiliki sejumlah ide sehingga
lahirlah sebuah mosi persatuan yang dikenal dengan Mosi Integral Natsir, yang berhasil
mengembalikan RIS ke dalam NKRI pada 3 April 1950. • Mohammad Natsir meninggal pada
6 Februari 1993 di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan dimakamkan di
Tempat Pemakaman Umum Karet Jakarta.
Beliau lahir pada 12 April 1912 dengan nama kecil Dorojatun. Sejak kecil Dorojatun
hidup di lingkungan keraton. • Pada waktu Indonesia merdeka, Sri Sultan Hamengku Buwana
IX spontan mengakui kedaulatan RI. • Sewaktu Agresi Militer Belanda II, Sri Sultan
Hamengku Buwana menjadi benteng terakhir nasib RI. Beliau berkali-kali dibujuk oleh
Belanda, namun selalu ditolak. • Sultan tidak tergiur oleh hadiah dari Belanda dan tetap tegas
mempertahankan kelangsungan negara RI hingga tercapailah pengakuan kedaulatan. • Sri
Sultan Hamengku Buwana IX juga mewakili Indonesia untuk menerima pengakuan
kedaulatan dari Belanda di Jakarta.
11.Sudirman
Jenderal Sudirman lahir di Rembang, Purbalingga pada 24 Januari 1916. • Beliau aktif di
pasukan PETA (Pembela Tanah Air). Pada masa awal kemerdekaan, Sudirman pernah
menjadi Panglima BKR Divisi Banyumas. • Namanya semakin menonjol pada waktu
memimpin pasukan untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa. • Sewaktu Agresi Militer
Belanda II, Jenderal Sudirman memimpin langsung pasukannya bergerilya melawan Belanda.
Hal itu disebabkan pada waktu itu, Jenderal Sudirman menjabat sebagai Panglima Besar.
12.Bung Tomo
Bung Tomo lahir di Surabaya pada 1920 dengan nama asli Sutomo. • Pada masa
panjajahan Jepang, Bung Tomo aktif sebagai wartawan Domei. Bahkan, Bung Tomo
mendirikan Kantor Berita Indonesia yang kelak dilebur menjadi kantor berita Antara Cabang
Surabaya (1945). • Bung Tomo dalam pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 sangat
berperan penting terutama menggelorakan semangat juang rakyat Surabaya. • Pengalamannya
dalam masa penjajahan Jepang, memudahkan Bung Tomo dalam memompakan semangat
perjuangan melalui radio. Pekik “Allahu Akbar” dalam menentang penjajah Sekutu sangat
terkenal dan membakar semangat juang arek-arek Surabaya.
BAB III
PENUTUP
Dengan ditulisnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat terinspirasi untuk terus
mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan hal hal yang
membawa manfaat. Pembaca dapat meneladani sifat dan perilaku baik para pahlawan
nasional khususnya.
Hal yang terpenting yakni senantiasa menjaga kesatuan negara republik indonesia
dengan saling menghormati dan menghargai, tidak membeda bedakan suku, agama ataupun
ras dan menjaga sikap toleransi satu sama lain.