0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
178 tayangan18 halaman
Perjuangan meraih kemerdekaan selama masa pendudukan Jepang dilakukan melalui tiga cara: kooperatif dengan membentuk organisasi-organisasi, gerakan bawah tanah yang dijalankan oleh tokoh-tokoh nasionalis, dan perlawanan bersenjata di berbagai daerah seperti Tasikmalaya, Indramayu, Aceh, dan Blitar.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
8. Perjuangan Meraih Kemerdekaan pada Masa Pendudukan Jepang
Perjuangan meraih kemerdekaan selama masa pendudukan Jepang dilakukan melalui tiga cara: kooperatif dengan membentuk organisasi-organisasi, gerakan bawah tanah yang dijalankan oleh tokoh-tokoh nasionalis, dan perlawanan bersenjata di berbagai daerah seperti Tasikmalaya, Indramayu, Aceh, dan Blitar.
Perjuangan meraih kemerdekaan selama masa pendudukan Jepang dilakukan melalui tiga cara: kooperatif dengan membentuk organisasi-organisasi, gerakan bawah tanah yang dijalankan oleh tokoh-tokoh nasionalis, dan perlawanan bersenjata di berbagai daerah seperti Tasikmalaya, Indramayu, Aceh, dan Blitar.
pada Masa Pendudukan Jepang SEJARAH INDONESIA 11 IPA/IPS FUJI HASTUTI, S. Pd • Rakyat Indonesia merasakan pemerintah kolonial pendudukan Jepang tidak berbeda dengan penjajahan Hindia-Belanda. • Rakyat Indonesia tetap menderita dan miskin. • Perekonomian tetap merosot, rakyat dieksploitasi menjadi tenaga kerja (romusa), pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah, dan lain-lain. • Oleh karena itu, muncul berbagai perlawanan dari rakyat Indonesia. • Rakyat Indonesia sadar bahwa semua yang dikatakan dan dijanjikan Jepang hanyalah propaganda untuk melancarkan segala rencana, ambisi, dan kepentingan Jepang. • Bermacam-macam bentuk perlawanan muncul, ada yang dilakukan dengan cara kooperatif, melalui gerakan bawah tanah, dan mengangkat senjata secara terbuka. 1. Perjuangan dengan Cara Kooperatif (Kerja Sama) • Perjuangan secara kooperatif dilakukan oleh tokoh-tokoh nasionalis yang duduk lembaga- lembaga penting bentukan Jepang. • Melalui lembaga-lembaga ini, mereka menggalang persatuan untuk meraih kemerdekaan. • Melalui Putera, misalnya, Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur membangun dan membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang sempat luntur karena tekanan yang kuat dari pemerintahan Hindia-Belanda. • Hal itu mereka lakukan secara langsung melalui rapat-rapat Bersama rakyat ataupun secara tidak langsung melalui media massa milik Jepang. • Melalui kedua cara itu, para tokoh mengembleng mental, membangkitkan semangat nasionalisme, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri sebagai bangsa. • Berbagai kesatuan pemuda yang berhasil dibentuk Jepang, seperti Seinendan, Keibodan, Seisyintai, Gakukotai, dan Funjinkai dimanfaatkan untuk aktif menggerakkan kesadaran serta membangkitkan perasaan nasionalisme di kalangan rakyat. 2. Perjuangan Melalui Gerakan Bawah Tanah • Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia. • Perjuangan ini umumnya dilakukan oleh bangsa Indonesia yang bekerja pada instansi- instansi pemerintahan Jepang. • Di balik kepatuhannya terhadap Jepang, tersembunyi kegiatan-kegiatan yang bertujuan menghimpun dan mempersatukan rakyat untuk meneruskan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. • Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat, seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, dan Medan. • Tokoh-tokoh yang melakukan gerakan bawah tanah di antaranya kelompok Soekarno, kelompok Achmad Soebardjo, dan kelompok Sutan Syahrir. a. Kelompok Soekarni • Soekarni adalah tokoh pergerakan pada zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda. • Pada masa pendudukan Jepang, ia bersama Muhammad Yamin bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang). • Soekarni menghimpun tokoh-tokoh pergerakan, seperti Adam Malik, Kusnaeni, Pandu Wiguna, dan Maruto Nitimiharjo. • Bersama tokoh-tokoh itu, Soekarni menggembleng para pemuda untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia, menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan, menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner, serta mengungkapkan kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jepang. • Untuk menyamarkan gerakannya, kelompok Soekarni mendirikan asrama politik yang diberi nama “Angkatan Baru Indonesia” yang didukung Sendenbu. • Di dalamnya, terkumpul para tokoh pergerakan, seperti Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, dan Sunarya. • Keempat tokoh yang disebut terakhir ini bertugas mendidik para pemuda tentang masalah politik dan pengetahuan umum. b. Kelompok Achmad Soebardjo • Pada masa pendudukan Jepang, Achmad Soebardjo menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. • Sambil melakukan tugas utamanya di tempat itu, Achmad Soebardjo berusaha menghimpun tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam Angkatan Laut Jepang dan mendirikan asrama pemuda yang Bernama “Asrama Indonesia Merdeka”. • Di tempat itu, mereka memberikan pelajaran-pelajaran guna menanamkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia. c. Kelompok Sutan Syahrir • Sementara Soekarno dan Moh. Hatta menjalin kerja sama dengan Jepang, Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. • Syahrir yakin Jepang tak mungkin memenangi perang. • Oleh karena itu, menurutnya, kaum pergerakan mesti menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat. • Simpul-simpul jaringan Gerakan bawah tanah kelompok Syahrir adalah kader-kader PNI Baru yang tetap meneruskan pergerakan serta kader- kader muda, yakni para mahasiswa progresif. • Ketika mendengar dari radio bahwa Jepang menyerah kepada pasukan Sekutu, Syahrir yang didukung para pemuda mendesak Sukarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus 1945. • Syahrir bahkan menyatakan siap dengan massa gerakan bawah tanah untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan sebagai symbol dukungan rakyat. • Sukarno dan Hatta yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang tidak merespon secara positif. • Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di Indonesia. • Lebih dari pada itu, menurut kedua tokoh ini, proklamasi harus sesuai prosedur, yaitu melalui keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merupakan badan bentukan Jepang. d. Kelompok Pemuda • Pada masa Jepang, kelompok pemuda mendapat perhatian khusus dari pemerintah Jepang. • Mereka diberikan tawaran propaganda yang menarik melalui kursus- kursus dan lembaga-lembaga yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda sebagai alat yang ampuh guna menjalankan kepentingan Jepang. • Di Jakarta, terdapat dua kelompok pemuda yang aktif berjuang, yakni yang terhimpun dalam asrama Ika Daikagu (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan kelompok pemuda yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan Perwakilan Pelajar Indonesia (Baperpri). • Kelompok terpelajar tersebut mempunyai ikatan organisasi yang bernama Persatuan Mahasiswa. • Namun, pemuda Indonesia tidak mudah ditipu daya oleh propaganda Jepang. • Mereka menyadari bahwa imperialism Jepang tidak ada bedanya dengan imperialisme Barat. 3. Perlawanan Bersenjata
• Selain perlawanan yang dilakukan dengan cara kooperatif dan gerakan
bawah tanah, rakyat Indonesia di berbagai wilayah juga melakukan perlawanan bersenjata. a. Perlawanan Rakyat Desa Sukamanah di Tasikmalaya • Perlawanan rakyat di Tasikmalaya ini diawali oleh adanya penolakan santri-santri Pondok Pesantren Sukamanah Singaparna pimpinan oleh K.H. Zaenal Mustafa untuk melakukan seikerei--memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan dalam-dalam ke arah bendera Jepang yang berlambang matahari terbit. • Bangsa Jepang memiliki kepercayaan bahwa kaisar mereka adalah putera dewa matahari yang mereka sebut dengan Amaterasu Omikami. • Bendera Hinomaru mempunyai lambing matahari, yang harus dihormati. • Siapa saja yang menolak melakukannya dianggap sebagai bentuk pembangkangan dan karena itu tentara Jepang tidak segan-segan memberi hukuman yang berat. • Kewajiban seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik, yaitu menyekutukan Tuhan. • Selain karena alasan itu, penderitaan rakyat akibat kerja paksa (romusa) juga mendorong K.H. Zaenal Mustafa melakukan perlawanan. b. Perlawanan Rakyat Indramayu • Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa atau romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan. • Pada bulan April 1944 mereka melakukan perlawanan di Karangampel. • Karena sifatnya spontan, perlawanan ini mudah dihentikan oleh tentara Jepang. c. Perlawanan Rakyat Aceh • Di bawah pimpinan seorang guru mengaji bernama Tengku Abdul Jalil, rakyat Aceh melakukan perlawanan terhadap tantara Jepang di Cot Plieng. • Perlawanan yang terjadi pada tanggal 10 November 1942 berawal dari tindakan yang sewenang-wenang yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Jepang. • Usaha perundingan telah dilakukan, namun gagal. • Jepang kemudian menyerang Cot Plieng. • Tengku Abdul Jalil kemudian ditembak bersama para pengikutnya ketika mencoba melarikan diri dari kepungan Jepang. • Dikabarkan bahwa perlawanan ini menewaskan 90 tentara Jepang dan 3.000 rakyat Cot Plieng. d. Perlawanan Peta di Blitar • Pembela Tanah Air (PETA), sebuah organisasi militer bentukan Jepang, melakukan perlawanan karena persoalan pengumpulan padi, romusa, dan Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. • Alasan lainnya, para pelatih militer Jepang bersikap angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. • Perlawanan Peta berlangsung di Kota Blitar yang dimulai pada 14 Februari 1945 di bawah pimpinan seorang komandan peleton Bernama Supriyadi. • Perlawanan rakyat bersama Peta ini termasuk perlawanan yang terbesar dalam sejarah pemerintah pendudukan Jepang. • Meskipun perlawanan dapat dipatahkan dan para pemimpinnya ditangkap, dilucuti, dan kemudian dihukum mati, pemberontakan Peta membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk segera melepaskan diri dari penindasan dan penjajahan Jepang. • Supriyadi sendiri, setelah perlawanannya dipatahkan, tidak diketahui lagi keberadaannya setelah itu.