Anda di halaman 1dari 18

D.

Perjuangan Meraih Kemerdekaan


pada Masa Pendudukan Jepang
SEJARAH INDONESIA
11 IPA/IPS
FUJI HASTUTI, S. Pd
• Rakyat Indonesia merasakan pemerintah kolonial pendudukan Jepang tidak
berbeda dengan penjajahan Hindia-Belanda.
• Rakyat Indonesia tetap menderita dan miskin.
• Perekonomian tetap merosot, rakyat dieksploitasi menjadi tenaga kerja (romusa),
pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah, dan lain-lain.
• Oleh karena itu, muncul berbagai perlawanan dari rakyat Indonesia.
• Rakyat Indonesia sadar bahwa semua yang dikatakan dan dijanjikan Jepang
hanyalah propaganda untuk melancarkan segala rencana, ambisi, dan kepentingan
Jepang.
• Bermacam-macam bentuk perlawanan muncul, ada yang dilakukan dengan cara
kooperatif, melalui gerakan bawah tanah, dan mengangkat senjata secara terbuka.
1. Perjuangan dengan Cara Kooperatif (Kerja Sama)
• Perjuangan secara kooperatif dilakukan oleh tokoh-tokoh nasionalis yang duduk lembaga-
lembaga penting bentukan Jepang.
• Melalui lembaga-lembaga ini, mereka menggalang persatuan untuk meraih kemerdekaan.
• Melalui Putera, misalnya, Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas
Mansyur membangun dan membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang
sempat luntur karena tekanan yang kuat dari pemerintahan Hindia-Belanda.
• Hal itu mereka lakukan secara langsung melalui rapat-rapat Bersama rakyat ataupun
secara tidak langsung melalui media massa milik Jepang.
• Melalui kedua cara itu, para tokoh mengembleng mental, membangkitkan semangat
nasionalisme, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri sebagai bangsa.
• Berbagai kesatuan pemuda yang berhasil dibentuk Jepang, seperti
Seinendan, Keibodan, Seisyintai, Gakukotai, dan Funjinkai
dimanfaatkan untuk aktif menggerakkan kesadaran serta
membangkitkan perasaan nasionalisme di kalangan rakyat.
2. Perjuangan Melalui Gerakan Bawah Tanah
• Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia.
• Perjuangan ini umumnya dilakukan oleh bangsa Indonesia yang bekerja pada instansi-
instansi pemerintahan Jepang.
• Di balik kepatuhannya terhadap Jepang, tersembunyi kegiatan-kegiatan yang bertujuan
menghimpun dan mempersatukan rakyat untuk meneruskan perjuangan untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia.
• Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat, seperti Jakarta, Semarang,
Bandung, Surabaya, dan Medan.
• Tokoh-tokoh yang melakukan gerakan bawah tanah di antaranya kelompok Soekarno,
kelompok Achmad Soebardjo, dan kelompok Sutan Syahrir.
a. Kelompok Soekarni
• Soekarni adalah tokoh pergerakan pada zaman pemerintahan kolonial
Hindia Belanda.
• Pada masa pendudukan Jepang, ia bersama Muhammad Yamin bekerja di
Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang).
• Soekarni menghimpun tokoh-tokoh pergerakan, seperti Adam Malik,
Kusnaeni, Pandu Wiguna, dan Maruto Nitimiharjo.
• Bersama tokoh-tokoh itu, Soekarni menggembleng para pemuda untuk
berjuang demi kemerdekaan Indonesia, menyebarluaskan cita-cita
kemerdekaan, menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner, serta
mengungkapkan kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.
• Untuk menyamarkan gerakannya, kelompok Soekarni mendirikan
asrama politik yang diberi nama “Angkatan Baru Indonesia” yang
didukung Sendenbu.
• Di dalamnya, terkumpul para tokoh pergerakan, seperti Ir. Sukarno,
Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, dan Sunarya.
• Keempat tokoh yang disebut terakhir ini bertugas mendidik para
pemuda tentang masalah politik dan pengetahuan umum.
b. Kelompok Achmad Soebardjo
• Pada masa pendudukan Jepang, Achmad Soebardjo menjabat sebagai
Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut)
di Jakarta.
• Sambil melakukan tugas utamanya di tempat itu, Achmad Soebardjo
berusaha menghimpun tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja
dalam Angkatan Laut Jepang dan mendirikan asrama pemuda yang
Bernama “Asrama Indonesia Merdeka”.
• Di tempat itu, mereka memberikan pelajaran-pelajaran guna
menanamkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia.
c. Kelompok Sutan Syahrir
• Sementara Soekarno dan Moh. Hatta menjalin kerja sama dengan Jepang,
Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis.
• Syahrir yakin Jepang tak mungkin memenangi perang.
• Oleh karena itu, menurutnya, kaum pergerakan mesti menyiapkan diri
untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat.
• Simpul-simpul jaringan Gerakan bawah tanah kelompok Syahrir adalah
kader-kader PNI Baru yang tetap meneruskan pergerakan serta kader-
kader muda, yakni para mahasiswa progresif.
• Ketika mendengar dari radio bahwa Jepang menyerah kepada pasukan
Sekutu, Syahrir yang didukung para pemuda mendesak Sukarno dan Hatta
untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus 1945.
• Syahrir bahkan menyatakan siap dengan massa gerakan bawah tanah
untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan sebagai symbol
dukungan rakyat.
• Sukarno dan Hatta yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang
tidak merespon secara positif.
• Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di Indonesia.
• Lebih dari pada itu, menurut kedua tokoh ini, proklamasi harus sesuai
prosedur, yaitu melalui keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang merupakan badan bentukan Jepang.
d. Kelompok Pemuda
• Pada masa Jepang, kelompok pemuda mendapat perhatian khusus
dari pemerintah Jepang.
• Mereka diberikan tawaran propaganda yang menarik melalui kursus-
kursus dan lembaga-lembaga yang sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda sebagai alat yang ampuh guna menjalankan kepentingan
Jepang.
• Di Jakarta, terdapat dua kelompok pemuda yang aktif berjuang, yakni yang
terhimpun dalam asrama Ika Daikagu (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan
kelompok pemuda yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan
Perwakilan Pelajar Indonesia (Baperpri).
• Kelompok terpelajar tersebut mempunyai ikatan organisasi yang bernama
Persatuan Mahasiswa.
• Namun, pemuda Indonesia tidak mudah ditipu daya oleh propaganda
Jepang.
• Mereka menyadari bahwa imperialism Jepang tidak ada bedanya dengan
imperialisme Barat.
3. Perlawanan Bersenjata

• Selain perlawanan yang dilakukan dengan cara kooperatif dan gerakan


bawah tanah, rakyat Indonesia di berbagai wilayah juga melakukan
perlawanan bersenjata.
a. Perlawanan Rakyat Desa Sukamanah di Tasikmalaya
• Perlawanan rakyat di Tasikmalaya ini diawali oleh adanya penolakan
santri-santri Pondok Pesantren Sukamanah Singaparna pimpinan oleh
K.H. Zaenal Mustafa untuk melakukan seikerei--memberi
penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan
badan dalam-dalam ke arah bendera Jepang yang berlambang matahari
terbit.
• Bangsa Jepang memiliki kepercayaan bahwa kaisar mereka adalah
putera dewa matahari yang mereka sebut dengan Amaterasu Omikami.
• Bendera Hinomaru mempunyai lambing matahari, yang harus dihormati.
• Siapa saja yang menolak melakukannya dianggap sebagai bentuk
pembangkangan dan karena itu tentara Jepang tidak segan-segan memberi
hukuman yang berat.
• Kewajiban seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia
karena termasuk perbuatan syirik, yaitu menyekutukan Tuhan.
• Selain karena alasan itu, penderitaan rakyat akibat kerja paksa (romusa) juga
mendorong K.H. Zaenal Mustafa melakukan perlawanan.
b. Perlawanan Rakyat Indramayu
• Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya
kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja
rodi/kerja paksa atau romusha yang telah mengakibatkan penderitaan
rakyat yang berkepanjangan.
• Pada bulan April 1944 mereka melakukan perlawanan di
Karangampel.
• Karena sifatnya spontan, perlawanan ini mudah dihentikan oleh
tentara Jepang.
c. Perlawanan Rakyat Aceh
• Di bawah pimpinan seorang guru mengaji bernama Tengku Abdul Jalil, rakyat
Aceh melakukan perlawanan terhadap tantara Jepang di Cot Plieng.
• Perlawanan yang terjadi pada tanggal 10 November 1942 berawal dari tindakan
yang sewenang-wenang yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Jepang.
• Usaha perundingan telah dilakukan, namun gagal.
• Jepang kemudian menyerang Cot Plieng.
• Tengku Abdul Jalil kemudian ditembak bersama para pengikutnya ketika
mencoba melarikan diri dari kepungan Jepang.
• Dikabarkan bahwa perlawanan ini menewaskan 90 tentara Jepang dan 3.000
rakyat Cot Plieng.
d. Perlawanan Peta di Blitar
• Pembela Tanah Air (PETA), sebuah organisasi militer bentukan Jepang, melakukan perlawanan
karena persoalan pengumpulan padi, romusa, dan Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar
batas perikemanusiaan.
• Alasan lainnya, para pelatih militer Jepang bersikap angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit
Indonesia.
• Perlawanan Peta berlangsung di Kota Blitar yang dimulai pada 14 Februari 1945 di bawah
pimpinan seorang komandan peleton Bernama Supriyadi.
• Perlawanan rakyat bersama Peta ini termasuk perlawanan yang terbesar dalam sejarah
pemerintah pendudukan Jepang.
• Meskipun perlawanan dapat dipatahkan dan para pemimpinnya ditangkap, dilucuti, dan
kemudian dihukum mati, pemberontakan Peta membangkitkan semangat bangsa Indonesia
untuk segera melepaskan diri dari penindasan dan penjajahan Jepang.
• Supriyadi sendiri, setelah perlawanannya dipatahkan, tidak diketahui lagi keberadaannya setelah
itu.

Anda mungkin juga menyukai