Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena segala

rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya

Ternak Unggas tentang “Pemeliharaan Ayam Broiler”.

Makalah tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Pertanian & Peternakan. Makalah ini telah

diupayakan supaya dapat sesuai apa yang diharapkan dan dengan terselesainya Makalah ini

sekiranya bermanfaat bagi setiap pembacanya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian

dari proses pembelajaran agar kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul

tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala

kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang

kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini

selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat ini mendapat ridho

dari Tuhan Yang Maha Esa.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada

peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan

dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut

meningkatkan angka perminataan produk peternakan. Daging banyak dimanfaatkan

olehmasyarakat karena mempunyai rasayang enak dan kandungan zat gizi yangtinggi.Salah

satu sumber daging yangpaling banyak dimanfaatkan olehmasyarakat Indonesia adalah

ayam.Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan

ayam broiler, petelur afkir, dan ayam kampung.

Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak

dan merupakan komoditas unggulan.Industriayam broiler berkembang pesat karena daging

ayam menjadi sumber utama menu konsumen.Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di

pasar modern maupun tradisional.Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh

rumah potong ayam modern dan tradisional.Proses penanganan di RPA merupakan kunci

yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam

(RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang

memadai, namun tidak dapat dihindari adanyakontaminasi dan kerusakan selama prosesing

dan distribusi.

Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut

produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas

produknya.Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada

standar khusus yang dijadikan acuan.Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan

standar SNI mulai daricara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu,

persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, pengelolaan pascapanen, bahan

pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan.Untuk itu perlu ada
penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiamana perkandangan yang baik untuk ayam broiler?

2. Bagaimana pemberian pakan yang benar untuk ayam broiler?

3. Bagaimana manajemen pemeliharaan yang baik untuk ayam broiler?

4. Penyakit apa saja yang dapat menyerang ayam broiler dan?

5. Bagaimana pencegahan/ vaksinasi dan pengobatan penyakit pada ayam?

6. Bagaimana angka mortalitas pada ayam broiler dapat terjadi?

7. Bagaimana manajemen panen ayam broiler?

8. bagaimana manajemen pasca panen pada ayam broiler?

1.3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini secara keseluruhan adalah untuk mengetahui sistem

pemeliharaanayam broiler dari pertama hingga pasca panen agar bisa memperoleh produksi

yang maksimal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish

dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil

daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan

sebagai penghasil daging dengan serat lunak .Pertambahan berat badan yang ideal 400 gram

per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.

Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus

untuk pemasaran secara dini.Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang

berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi

daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk

memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas

yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan

akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh.Ayam broiler

mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam

klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam

pertumbuhannya.Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat

dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila

ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam

minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor.

membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3

minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan.

Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan


sekelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan
untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro,

Hybro.

2.2. Perkandangan

Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam,

mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan

kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang

baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa

berfungsi untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata

laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan menghindarkan

ayam kontak langsung dengan ternak unggas lain.

Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan

temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%,

penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar

mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang

disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai

kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box

yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang

bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat,

bersih dan tahan lama.

Persiapan dalam perkandangan adalah :

a. Lokasi kandang

Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai

sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.

b. Pergantian udara dalam kandang.

Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.Supaya

kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.

c. Suhu udara dalam kandang.

Tabel 1. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :


Umur (hari) Suhu ( 0C )

01 – 07 34 – 32

08 – 14 29 – 27

15 – 21 26 – 25

21 – 28 4 – 23

29 – 35 23 – 21

d. Kemudahan mendapatkan sarana produksi

Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.

e. Kepadatan Kandang

Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan,

sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk

produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia

adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang

hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung

banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.

Pengaturan kepadatan kandang dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi

kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang.Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan
ayam.Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap produksi, performen dan tingkat

kenyamanan ayam broiler.

Tingkat kepadatan kandang ayam per bobot hidup

Bobot Badan (kg) Ekor/m2

1,4 13 – 17

1,8 10 – 13

2,3 8 – 10

2,7 6–8

Standar Bobot Badan Ayam Broiler Berdasarkan Jenis Kelamin pada Umur 1 sampai 6
Minggu ((NRC, 1994)
Umur (minggu) Jenis Kelamin

Jantan (g) Betina (g)

1 152 144

2 376 344

3 686 617

4 1085 965

5 1576 1344

6 2088 1741

Jika dilihat dari perbandingan table 2 dan 3 maka dapat dibandingkan perbandingan

antara umur dengan luas kandang yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kelamin dan bobot

badan.

Kepadatan tinggi menurunkan berat badan pullet umur 18 minggu, meningkatkan

kerusakan dada pada broiler, menimbulkan kanibalisme pada ayam, yakni ayam saling patuk

mematuk sehingga menimbulkan luka pada tubuh ternak sehingga memudahkan masuknya

parasit dan menimbulkan penyakit dan akhirnya meningkatkan angka kematian, pencapaian

berat badan yang rendah dan mengurangi konsumsi pakan pada broiler, sedangkan konsumsi

pakan broiler umur 7 minggu menurun sebesar 3,7% pada jantan dan 3,9% pada betina ketika

kepadatan kandang ditingkatkan dari 10 ekor/m2 menjadi 15 ekor/m2. Kepadatan tinggi yang

diasumsikan dengan bobot badan perluasan lantai mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih

sedikit berjalan, sebaliknya lebih banyak mengantuk dan tidur.

f. Tipe Kandang

1. Kandang postal.

Kandang ini tidak terdapat halaman umbaran sehingga dalam pemeliharaan sistem ini

ayam-ayam selalu terkurung sepanjang hari di dalam kandang. Litter yang baik harus dapat

memenuhi beberapa kriteria yakni: memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak

menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan


menyeragamkan temperatur dalam kandang. Litter merupakan sistem kandang pemeliharaan
unggas dengan lantai kandang ditutup oleh bahan penutup lantai seperti, sekam padi, serutan

gergaji, dan jerami padi. Keuntungan sistem ini adalah biaya relatif rendah, menghilangkan

bau kotoran, jika litter kering maka pembuangan kotoran lebih mudah dan dapat menahan

panas didalam kandang.Kekurangannya adalah penyebaran penyakit lebih mudah,

Pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati.

2. Cage

Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat

berlubang (bercelah).Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan

masing-masing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak

mudah.Kelemahannya adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan

mineral, dan sering banyak lalat.

3. Panggung

Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam ikan.Bahan yang biasa digunakan untuk alas

lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok.Kelebihannya

adalah sisa pakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran penyakit relatif

rendah. Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu untuk alas terlalu lebar, akan dapat

mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif mahal.

2.3. Pakan

Ayam broiler sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat membuat makanannya

sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara mengambil makanan yang layak baginya

agar kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral

harus dipenuhi agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi-

fungsi tubuhnya secara normal.Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam

broiler sangat besar.

Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar

65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Pakan yang diberikan harus memberikan

zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG)


tinggi.Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).Apabila
menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan

ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran

(umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua

disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20

%.Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan ayam broiler

dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi bobot badan. Pertambahan bobot badan

sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai

proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan bobot hidup dan pertambahan semua

bagian tubuh secara merata dan serentak . Pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel

tubuh akan peningkatan sel-sel individual dimana pertumbuhan itu mencakup empat

komponen utama yaitu adanya peningkatan ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh

dalam jaringan adipose dan peningkatan ukuran bulu, kulit dan organ dalam. Peningkatan

bobot badan mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam

pedaging mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal, setelah itu

mengalami penurunan. PBB ayam pedaging umur 4 s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu

lingkungan 32 ºC sebesar 515 gram/ekor, sedangkan pada suhu 22 ºC PBB ayam pedaging

sebesar 1084 gram/ekor.

FCR Ayam Broiler Umur 1-7 Hari

Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara

menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang

dipanen.

Menurut hasil pengamatan yang telah kami lakukan , pada usia 7 hari 26 ekor ayam

broiler berat rata-rata 139,34 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3186 kg, maka FCR-nya

adalah :

Berat total ayam = 3,622 kg


FCR = 3186 :3,622 = 0,879 (pada minggu pertama)
Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan

sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).

Dibawah ini akan kami uraikan beberapa hal yang mempengaruhi nilai FCR ternak

ayam:

1. kualitas pakan ayam broiler

Kualitas pakan ayam akan sangat berpengaruh pada nilai FCR, salah satu yang penting adalah

kadar protein yang ada dalam pakan. Semakin rendah nilai kadar protein tentu saja kualitas

pakan kurang bagus, ini bisa menyebabkan nilai FCR tinggi.

2. metode pemberian pakan

Metode dalam pemberian pakan cukup berpengaruh terutama pada ayam mulai masuk

minggu ke 3, ada yang menerapkan pola pagi 20% sore 80%, ada yang pagi 40% sore 60%

ada juga yang pagi 20% sore 60 % dan tengah malan 20%.

3. anak kandang

Anak kandang tentu saja berpengaruh karena jika anak kandang kurang jujur pakan bisa tidak

masuk ke ayam tapi masuk kantong mereka.

4. cuaca

Cuaca yang ekstrim dingin maupun ekstrim panas akan mempengaruhi nilai FCR

5. kesehatan ayam broiler

Jika ayam dalam kondisi sehat tentu ini tidak masalah asal cuaca dan hal lain mendukung,

namun jika ayam sudah terserang penyakit tentu ini akan berpengaruh pada pembengkakan

FCR. Contoh saja ayam broiler yang terserang CRD komplek, jika kematian tinggi dan bobot

tidak jadi sedangkan pakan tetap banyak maka tentu saja konversi pakan ke daging akan

sangat kecil.

6. obat ,vitamin ,Suplemen

Pemilihan obat dan juga suplemen untuk memacu pertumbuhan dan juga menurunkan FCR

cukup berpengaruh pada nilai FCR tentunya.


Konsumsi pakan
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah ransum

yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh. Tingkat konsumsi ransum akan

mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan

komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh

ternak. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi ransum,

kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban serta kecepatan pertumbuhan. Konsumsi
pakan dihitung dengan cara pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan.

Pakan pemula (starter) harus diberi setelah ayam memperoleh minum, pada beberapa

hari pertama pakan dapat diberi dengan cara ditaburkan pada katon box DOC atau tempat

pakan untuk anak ayam. Sisa pakan harus dibuang tiap pagi dan jangan dibuang di litter

karena akan membahayakan kesehatan ayam. Pada 2 hari pertama gunakan air hangat

bersuhu 16 sampai 200C.Untuk air minum larutkan 50 gram gula dan 2 gram vitamin (dalam

1 liter air minum untuk 12 jam pertama) Perlu juga memakai meter air agar dapat diketahui

dengan pasti berapa banyak air yang digunakan pada 2 minggu pertama tempat minum

dibersihkan 3 kali sehari setelah itu 2 kali sehari.

Pada ayam broiler fase starter kebutuhan energi adalah 3200 kcal/kg dengan kebutuhan

asam amino methionin 0,38%. Sedangkan pada finisher kebutuhan energi sama tetapi

kebutuhan protein berkurang dan kebutuhan asam amino methionin juga berkurang menjadi

0,32% .

Kualitas pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu)

dan fase finisher (umur 4-6 minggu):

a. Kualitas pakan fase starter adalah terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar

4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.

b. Kualitas pakan fase finisher adalah terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat

kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energy (ME) 2900-3400 Kcal.

Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam Broiler pada Periode Starter dan

PeriodeFinisher (NRC, 1994)


Nutrisi Periode ”Starter” Periode ”Finisher”

Protein (%) 23,00% 20,00%

Energi Metabolis 2800-3200 2900-3200

(kkal/ kg)

Kalsium (%) 1,00 0,90

Fosfor (%) 0,45 0,35

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan di hitung dengan cara pertambahan berat badan di bagi konsumsi

pakan dan dikalikan dengan 100 %.

2.4. Manajemen Pemeliharaan

Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat

kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi

mungkin dan daya alih makanan baik (hemat).Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa

hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging

yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir,

pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan.

Ayam broiler atau ayam daging dipelihara selama kurang lebih 6 sampai 7

minggu.Ayam ini tidak dimaksudkan untuk produksi telur, tetapi diharapkan dagingnya.

Sampai umur 5 minggu beratnya kira-kira sama dengan ayam telur dewasa yaitu kurang lebih

1,5 kg. Cara pemeliharaan ayam daging hampir sama dengan ayam telur dari periode starter

sampai grower.

Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan secara tuntas terhadap kandang dan

peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman,brooder,

alat pelingkan dan lain-lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari

ternak yang lama, baik kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas
sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan ayam yang lama akan
ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya. Pembersih

dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau detergen).

Teknis pemeliharaan ayam broiler yang baik yaitu minggu pertama (hari ke-1 sampai

ke-7). DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang

ditambah gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat

diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gram atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah

tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang

diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).

Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen sudah diberi air minum.Vaksinasi yang pertama

dilaksanakan pada hari ke-4. Minggu Kedua (hari ke-8 sampai ke-14). Pemeliharaan minggu

kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih

ringan.Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya.

Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama

pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gram per ekor atau 4,8 kg untuk 100

ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan

vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum,

sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-

benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya.

Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi

pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat.Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat

badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai

berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg untuk

100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam

mulai rentan terhadap penyakit.

Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan

adalah tatalaksana lantai kandang.Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi,

perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering.

Kebutuhan pakan adalah 88 gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35
hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik
mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen. Maka dapat

disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu adalah 24,7 kg untuk 100

ekor ayam.

Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42). Jika ingin diperpanjang untuk

mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap

harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot

2,25 kg.

Menurut Bambang (1995) untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase

yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu):

a. Kuantitas pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu

minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43

gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur

22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada

umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

b. Kuantitas pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:

minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129

gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur

51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah

3.829 gram.

Sedangkan Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan

dalam 2 (dua) fase yaitu:

a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu,

yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1

liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29

hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu

adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya

diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya.Banyaknya gula yang

diberikan adalah 50 gram/liter air.


b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-

5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor,

minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1

liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

Cara Pemberian Pakan:

a.Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada wadah yang

mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam ras starter (pakan

komersial).

b. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan ayam ras

starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau jagung giling

dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein hewani.

c. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus, jagung

giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di tambahan gabah, gaplek

dan tepung ikan.

2.5. Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit

2.5.1. Vaksinasi

Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk

menimbulkan kekebalan alami.Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo.Dilaksanakan

pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21

hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.

Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau

dimatikan dan mempunyai sifat immunogenik.Immunogenik artinya dapat merangsang

pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak

dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme

tersebut. Vaksin ada dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah

vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif

berbentuk sediaan kering beku, contoh: MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC ND-IB dan

MEDIVAC GUMBORO A. Vaksin inaktif adalah vaksin yang mikroorganismenya telah


dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi atau suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS

EMULSION, MEDIVAC CORYZA B.

Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat dilakukan dengan cara membagi ayam menjadi

2 kelompok besar dalam sekatan. Ayam kemudian digiring ke dalam 2 sekatan yang

terbentuk.Vaksinasi dilakukan mulai dari pen terakhir hingga pen pertama.Ayam yang telah

divaksinasi diletakan diluar sekatan hingga kemungkinan terjadinya pengulangan vaksinasi

dapat diminimalisir.

Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung,

mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga

tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa

sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin

yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam keadaan

sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang

maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus

ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga tidak

merusak vaksin. Program vaksinasi untuk unggas, harus disesuaikan dengan umur dari

unggas tersebut dan harus berhati-hati dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap

jarum suntik dan dapat menimbulkan stress dan kematian mendadak

2.6. Mortalitas

Mortalitas merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak.Ada banyak hal

yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam pemeliharaan unggas.Misalnya, adalah karena

penyakit, kekurangan pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain

sebagainya.Penyakit didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan

kesehatan yang normal.Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit tergantung dari jenis

penyakit yang menyerang unggas.Dalam pemeliharaan petelur yang berhasil, tingkat

kematian 10 sampai 12% dianggap normal dalam satu tahun produksi.Dalam kelompok

pedaging, kematian maksimum per tahun normalnya adalah sekitar 4%.Setiap kematian yang

melebihi angka tersebut harus dianggap sebagai kondisi yang serius yang harus mendapat
perhatian segera dari peternak yang bersangkutan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol

kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum serta kandang, melakukan

vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam yang sehat,

dan memberikan pakan dan minum pada waktunya.

2.7. Panen

 Hasil Utama, untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging

ayam

 Hasil Tambahan, usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran

kandang dan bulu ayam.

2.8. Pasca Panen

1. Stoving

Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di

kandang penampungan (Houlding Ground)

2. Pemotongan

Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan

atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit.Hal ini agar kualitas daging bagus,

tidak mudah tercemar dan mudah busuk.

3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu

Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 0C).

Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan

membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.

4. Pengeluaran Jeroan

Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela)

dikeluarkan.Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam

kemasan terpisah.

5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong.Tunggir juga dipotong bila tidak disukai.Setelah semua jeroan

sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah

dubur.Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Ayam merupakan salah satu ternak yang potensial di daerah kita,dilihat dari segi

konsumsi masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam sangat tinggi

karena hamper setiap hari dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu peluang

bisnis yang sangat menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh – sungguh.

Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh terhadap

peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat memuaskan. Dalam

arti kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan mendapatkan kepuasan

batin dan itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas usaha yang kita tekuni.

3.2. Saran

Semoiga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak ayam

baik bagi pemula maupun yang professional.

Anda mungkin juga menyukai