2. Program pencahayaan
Ayam petelur sangat sensitiv terhadap cahaya, sehingga pemberian lighting
(pencahayaan) yang kurang dapat menurunkan feed-intake. Untuk itu pengaturan pencahayaan
yang baik terutama di malam hari sangat mempengaruhi untuk peningkatan feed-intake sehingga
pertumbuhan berat badan dan produksi telurnya dapat dikontrol.
Tujuan dilakukan pencahayaan pada manajemen fase grower adalah untuk meningkatkan
nafsu makan, pertumbuhan, memperlambat dewasa kelamin dan merangsang sekresi hormon
FSH dan LH yang berperan dalam pembentukan bakal kuning telur dan ovulasi. Pencahayaan
juga memiliki pengaruh buruk apabila diberikan full lighting sebelum waktunya bertelur yang
bisa menyebabkan dewasa kelamin menjadi lebih cepat, telur yang dihasilkan ukurannya lebih
kecil dan presentase telur rendah.
Adapun program pencahayaan fase grower yang dilakukan di PT. Ciomas Adisatwa farm
Magetan adalah evening light yang merupakan penambahan cahaya pada sore hari yang
bertujuan untuk meningkatkan feed-intake dengan timming sebagai berikut:
- Jam 17.00-20.00 lampu hidup
- Jam 20.00-21.00 lampu mati
- Jam 21.00-21.30 lampu hidup
- Jam 21.30-23.00 lampu mati
- Jam 23.00-01.00 lampu hidup
- Jam 01.00-01.30 lampu mati
- Jam 01.30-03.00 lampu hidup
- Jam 03.00-06.00 lampu mati
3. Manajemen pakan
Pakan yang diberikan untuk ayam fase grower harus bergizi tinggi dan harus diberikan
secara tepat dan bernar. Setiap perubahan jenis pakan yang diberikan dari pakan starter dan
kemudian berpindah ke pakan grower harus di perhitungkan terlebih dahulu agar perubahan
tersebut tidak menimbulkan stress.
Adapun komposisi pakan yang diberikan untuk unggas pada fase grower adalah sebagai
berikut:
Kandungan Kadar
Air Max 12%
Protein kasar Min 19%
Lemak kasar Min 3%
Serat kasar Max 7%
Abu Max 8%
Kalsium 0,8-1,2%
Phosphor Min 0,45%
Enzyme +
(Sumber: PT. JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk.)
Pada periode grower frekuensi pemberian pakan yaitu 2-3 kali dalam sehari dan di
perhatikan sesuai dengan standar yang dibutuhkan. Pemberian pakan dan minum diberikan
secara adlibitum pada jam yang sama setiap harinya yang bertujuan untuk menghindari stress.
Menurut (Sundaryani dan Santosa, 1999) program pergantian ransum dari fase starter ke fase
grower harus dilakukan secara bertahap yaitu: hari pertama 75% ransum lama dan 25% ransum
baru, 50% ransum lama dan 50% ransum baru, hari ketiga 25% ransum lama dan 75% ransum
baru, hari keempat 100% ransum baru.
4. Manajemen kesehatan
Manajemen kesehatan mencakup tindakan vaksinasi, pengobatan dan biosekuriti. Ayam
pada fase grower atau pada umur 7-8 minggu pasca pindah kandang dan menjelang produksi
sangat rentan terhadap penyakit dikarenakan antibodi maternal sudah tidak melindungi lagi.
Program vaksinasi pada fase grower yang diterapkan di farm Magetan adalah sebagai
berikut: pada umur 56 hari diberi vaksin coryza I, umur 71 hari diberi vaksin AI killed, ND dan
IB live, umur 93 hari coryza II dan umur 100 hari ND, EDS, IB dan ND live. Selain itu juga
diberikan medikasi sesuai dengan kebutuhan seperti pemberian paracetamol, multivitamin atau
anti stress. Sedangkan untuk monitoring titter antibody terhadap virus ND, maka pada pada usia
72 hari dilakukan pengambilan sampel darah.
7. Program grading
Grading adalah mengelompokkan ayam yang sesuai dengan berat bobot badannya.
Grading dilakukan pada minggu ke 10 untuk mengajukan berapa ekor jumlah ayam yang bisa
dipanen pada minggu ke 13. Adapun cara melakukan grading di PT. Ciomas Adisatwa farm
Magetan adalah sebagai berikut:
-Grading dilakukan dengan cara mengambil satu persatu ayam yang berada di kandang batray
-Menimbang ayam dan mengelompokkan berdasarkan grade yang sudah ditentukan.
Tujuannya adalah agar ayam menjadi seragam karena seleksi akan membatasi persaingan
dalam mendapatkan pakan. Adapun grade yang digunakan adalah sebagai berikut:
FG SG EXTRIM
USIA
BW MIN BW MAX BW MIN BW MAX BW
12 Mg > 874 > 1.123 > 685 < 874 < 685
13 Mg > 961 > 1.197 > 785 < 961 < 782
14 Mg > 1.043 > 1.295 > 874 < 1.043 < 874
15 Mg > 1.123 > 1.383 > 961 < 1.123 < 961
8. Panen
PT. Ciomas Adisatwa memproduksi pullet sebagai hasil utama. Ayam yang di panen
merupakan ayam dengan berat badan dan berukuran standar yang telah dikelompokkan
(grading) dan dikeluarkan secara bertahap mengikuti ketentuan waktu pengiriman dari bagian
pemasaran. Berat badan panen umur 16 minggu adalah >1260 gram/ekor. Pemanenan
dilakukan pada malam hari untuk mengurangi tingkat stres ayam jika dibandingkan dengan
pemanenan pada siang hari. Kondisi gelap/petang juga mempermudah dalam proses
penangkapan ayam karena ayam tidak bergerak agresif. Panen pullet tergantung berat badan,
berta badan yang harus tercapai saat panen yaitu 10 minggu = 820 gram, 13 minggu = 1060
gram, dan 16 minggu = 1260 gram.
Keseragaman menjadi ukuran variabilitas ayam dalam suatu populasi. Secara fisik, berat
badan ayam haruslah seragam. Seragam disini tentulah diartikan berat badan sebagian besar
ayam sama, yaitu sesuai dengan standar. Ayam dengan keseragaman yang kurang dari 80%
akan berpengaruh terhadap produktivitas ayam. Namun berat badan ayam yang terlalu besar
juga bukan sebuah keuntungan. Berat badan yang terlalu besar akan mengakibatkan timbunan
lemak di daerah perut (abdomen). Kondisi ini akan mengurangi elastisitas saluran telur
(tertahan oleh tumpukan lemak tubuh), akibatnya saat terjadi kontraksi saluran telur relative
sulit kembali ke posisi semula atau ada sebagian saluran telur yang berada diluar.
Keseragaman tidak hanya untuk berat badan, namun keseragaman ukuran kerangka tubuh
(frame size) maupun kedewaan kelamin juga perlu dicapai. Ukuran kerangka yang optimal
sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas telur. Saat proses pembentukan telur,
kalsium pada kerangka tubuh akan diambil untuk dideposisikan pada kerabang telur. Setelah
selesai, kerangka ini akan di bentuk kembali dengan suplai kalsium dan fosfor dan ransum.
Kerangka tubuh yang kecil akan mensuplai kalsium dalam jumlah kecil. Kondisi ini akan
mengakibatkan ukuran telur menjadi relativ kecil.