Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Pemeliharaan Ayam starter

Pada pemeliharaan ternak unggas pada umumnya dibagi tiga fase pemeliharaan
berdasarkan umurnya yaitu pemeliharaan fase starter, fase grower dan fase panen atau
produksi. Pada jenis ayam petelur, yang di maksud dengan fase starter yaitu dari umur satu
hari sampai dengan umur 6 minggu. Dari DOC datang hingga umur 21 hari merupakan fase
brooding dimana fase ini membutuhkan perhatian yang lebih pada masa starter. Berikut
adalah manajemen pemeliharan pada mulai dari fase brooding hingga starter siap transfer.
1. Chick in (Kedatangan DOC)
Manajemen pemeliharaan dimulai sebulu DOC datang yaitu sperti yang telah
dijelaskan diatas berupa langkah-langkah pembersihan dan persiapan kandang. DOC
yang datang hingga masuk umur 21 disebut fase brooding dimana anak ayam ini
memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhi untuk menunjang pertumbuhan. BW
(Body weight) tetas DOC memiliki standar yaitu sesuai grade :
a. Platinum 38-40 gr
b. Gold : < 35 gr
c. Silver : < 30 gr
Selama transfer DOC ditempatkna pada box yang dapat menampung 100 ekor.
Tingkat deplesi selama transfer dapat ditolerir selama < 2 %. Persiapan kandang yang
dilakukan sebelum DOC datang di PT Ciomas Adisatwa Farm Magetan adalah,
pemberian alas koran 5 lembar, pakan yang disebar dan galon minum pada setiap
brooder. Suhu harus sesuai dengan standar yaitu mencapai 33-34o yang dibantu adanya
gasolec. 1 alat gasolec dapat menghangatkan 1000 ekor, suhu yang hangat akan membuat
DOC nyaman dan intake feed yang dihasilkan normal. DOC ditempatkan pada 1 Brooder
dengan persebaran 50-52 ekor. Standart suhu yang dibutuhkan saat brooding berkisar 30-
34°C. Pemanas diturunkan berangsurangsur dari 30°C, setiap empat hari sekali sebanyak
1°C. Lama penggunaan pemanas tergantung cuaca pemakaiannya 12 - 14 hari (Rahayu et
al., 2011).
Uji kualitas DOC di PT Ciomas Adisatwa Farm Magetan mengguanakan Pasgar
Score dan Piped Test. Pasgar Score dilakukan dengan cara inspeksi yaitu melihat reflek
dimana DOC ditelentangkan dan dapat kembali pada posisi normal dalam waktu < 3
detik makan reflek bagus, melihat kebersihan umbilicus apabila masih terdapat sisa
kalazar dan terdapat peradangan maka kualitas DOC tidak cukup baik hal ini
berhubungan dengan adanya potensi omphalitis, dilihat persendian ada tidaknya cacat
atau luka, melihat paruh apakah ada kelainan dari warna dan hasil debeaking yang dapat
dihubungkan dengan potensi aspergilosis dan keadaan perut dapat diperiksa dengan cara
ditekan terasa keras atau tidak. Piped test dilakukan dengan cara membedah DOC hasil
seleksi dengan mengukur BW < 35 gr. Pada Piped Test Organ yang diperiksa adalah
kantong hawa yaitu dalam keadaan jernih atau keruh yang diindikasikan ada tidaknya air
saculitis, jantung, gizzard erotion dan liver. Selain kedua test tersebut, dilakukan
pengambilan sampel darah untuk mengukur titer maternal antibody yang digunakan
dalam menentukan vaksin IBD pertama.

2. Manajemen kandang
System perkandangan untuk ayam fase starter di PT Ciomas Adisatwa Farm
Magetan adalah semi close house. kandang semi closed house adalah gabungan dari
sistem open house dan closed house. Dinding kandang tipe ini ditutupi oleh tirai yang
bisa dibuka, akan tetapi sudah menggunakan bahan-bahan permanen dan peralatan
berteknologi modern. Ventilasi telah diatur otomatis mengguanakan timer pada 2 blower
kecil dan terdapat 3 blower besar yang diatur sesuai dengan kebutuhan suhu.

Tabel kebutuhan temperature dan kelembaban pada setiap umur ayam fase starter
Umur (Hari) Suhu (oC) RH (%)
1-2 32 55-60
3-5 31 55-60
6-7 30 55-60
8-11 29 55-60
12-14 28 55-60
15-21 27 55-60
22-28 25 55-65
29-31 24 55-65
32-35 23 55-65
36-40 22 55-65
>41 21 55-65
Kelembaban sangat penting untuk pertumbauhan ayam pada fasa starter,
menurut Hy-line (2016) kelembaban relatif pada masa penetasan adalah 80%,
pengangkutan ke peternakan 70%, masa perindukan 0-7 hari 60%, untuk masa
pertumbuhan minimum 40 %, dan masa produksi minimum 40 %. Apabila kelembaban
rendah akan mengurangi kenyamanananak ayam, meningkatkan dehidrasi, dapat
mengakibatkan kotoran lengket dipantat pada anak ayam, meningkatkan keresahan dan
kemungkinan kanibalisme, berpengerah buruk pada bulu penutup dan meningkatkan
debu. Apabila kadar kelembaban berlebih dapat menyebabkan kadar amonia meningkat
sehingga kualitas udara buruk.
Intensitas cahaya pada ayam fase starter memiliki peran yang penting dimana
pemberian cahaya dapat meningkatkan nafsu makan karena ayam dapat melihat pakan
dan air minum dengan jelas. System pencahayaan pada kandang fase starter berdaya 18
watt dan dibatu dengan lampu LED pada yang terpasang pada pintu brooder, selain
sebagai pencahayaan LED difungsinkan untuk menambah temperature. Program
pencahayaan yang dilakukan di farm magetan adalah evening light yang telah diatur
mengguanakan timer yaitu penambahan cahaya pada sore hari tujuan dari pencahayaan
adalah meningkatkan feed intake sehingga target bobot badan tercapai sesuai standart.
3. Manajemen Pemberian Pakan dan Air Minum
Pemberian pakan pada fase ayam starter di PT Ciomas Adisatwa sebanyak 4 kali
pada pukul 07.30, 13.00, 19.30 dan 04.00. Tempat pakan dari DOC datang hingga masa
starter berakhir disesuaikan dengan masa belajar pada setiap pertumbuhan perminggu.
Pemberian pakan dari hari 1-14 hari menggunakan nampan, ketika umur 5 hari
diperkenalkan dengan tempat pakan baby chick, stelah umur 7 hari nampan ditarik dan
diganti dengan baby chick seluruhnya. Umur 17 hari ayam diperkenalkan dengan tempat
pakan paralon. Umur 21 hari tempat pakan baby chick ditarik dan pakan ayam hanya
berupa tempat pakan paralon.
Pakan yang digunakan pada fase starter adalah AL-1 crumbled yang memiliki
rincian kandungan dan komposisi seperti berikut :
Air Max 12 %
Protein kasar Min 20 %
Lemak kasar Min 3 %
Serat kasar Max 6 %
Abu Max 8 %
Kalsium 0,8-1,2 %
Phospor Min 0,5 %
Enzyme +
Bahan baku yang digunakan pada AL-1 bentuk crumbled yaitu sebagai berikut :
Jagung kuning, SBM, MBM, CGM, Palm Olein, Asam Amino Esensial, Mineral
Esensial, Premiv, Vitamin. Menurut Purnamasari (2016) bahan pakan penyusun pakan
komplit umumnya terdiri dari dedak, jagung, tepung ikan, bungkil kedelei, bungkil
kelapa, tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, canola,
tepung daun, vitamin, kalsium, fosfat dan trace mineral. Bahan pakan penyusun
konsentrat umumnya adalah Soya Bean Meal (SBM), Meat Bone Meal (MBM), Corn
Glutein Meal (CGM), tepung ikan, tepung tulang, Palm Oil, premix, vitamin, asam
amino esensial, dan mineral esensial.
Standar mutu kadar air yang terkandung pada pakan yaitu maksimal 14%
(SNI, 2015), untuk menjamin kesegaran pakan terutama untuk menghindari pertumbuhan
jamur. Semakin sedikit kadar air maka pakan akan semakin baik. Standar umum kadar
abu pada pakan komplit menurut SNI (2015) yaitu maksimal 15 %. Menurut
Purnamasari (2016) unggas petelur membutuhkan mineral cukup tinggi untuk
pembentukan kerabang telur, dan juga konsentrat tidak digunakan sebagai pakan tunggal
serta dalam penyusunan pakan yang dihitung adalah kandungan Ca dan P.Semakin tinggi
kadar abu menunjukkan bahwa pakan berkualitas rendah karena penyusun pakan lebih
banyak terbuat dari tulang ikan. Kadar protein pada pakan komplit minimal 17 – 23%
dan konsentrat 27–42%. Kadar lemak diatur kadarnya dalam pakan karena bila
berlebihan dapat menjadi penyebab kerusakan pakan, pakan pedaging 3–8% dan layer 2–
5% (SNI, 2009). Kadar serat kasar yang seharusnya dalam pakan komplit dan konsentrat
unggas maksimal 8% (SNI, 2009).
Pemberian minum diberikan secara ad-libitum. Pada umur 1-14 hari diberikan
minum pada galon. Pada umur 3 hari ayam diperkenalkan dengan tempat minum nipple
yang terhubung dengan pipa-paralon. Pemberian minum diganti setiap 2 kali sehari pada
pagi hari air dicampur dengan multivitamin dan pada siang hari diganti dengan air yang
telah mengandung Chlorine. Pemberian chlorine dimaksutkan sebagai antiseptik pada air
minum dimana air adalah media pembawa E-coli. Tempat minum kandang starter
menggunakan nipple dan menggunakan sistem housing chlorine yaitu menstabilkan dan
mengontrol kadar chlorine yang terdapat dalam air minum sehingga dapat menekan
jumlah koloni bakteri E. coli. Pada masing – masing pangkal pipa nipple terdapat bak
penampung air yang berfungsi untuk memecah tekanan air sehingga tekanan sesuai
dengan air yang di patuk oleh ayam pada nipple.
4. Manajemen Kesehatan
Pada manajemen pemeliharaan ayam terdapat point manajemen kesehatan yang
dititik beratkan pada tindakan preventif yaitu dengan adanya vaksinasi rutin dikarenakan
sistem pemeliharaan ayam yang mencakup populasi dengan puluhan ribu individu. Peran
dokter hewan sebagai Health Control dalam program vaksinasi yaitu 5M (menyusun
program vaksinasi, menentukan vaksinator, menentukan jenis vaksin, menentukan
metode pemberian vaksin, dan menentukan alat vaksin). Program vaksinasi bertujuan
untuk menginduksi terbentuknya antibodi spesifik terhadap antigen dari jenis vaksin
tertentu. Antibodi spesifik atau kekebalan yang terbentuk diharapkan dapat melindungi
ayam terhadap infeksi penyakit. Vaksin secara umum adalah mikroorganisme atau
parasit baik hidup maupun yang telah dimatikan. Mikroorganisme tersebut dapat
merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu (Kusumaningsih et
al., 2011).
Macam-macam vaksin yang ada beserta asal atau sumbernya, antara lain:
1. Virus : Marek’s, ND, IB, ILT, IBD, Reo, AE, APV, AI, Fowl
Pox, CAV dan lain sebagainya.
2. Bakteri : Coryza, Cholera, MG, Salmonella, E.coli.
3. Protozoa : Coccidia (Eimeria sp).
Setelah diberikan tindakan vaksinasi ayam memiliki gejala post vaksin sebagai
respon tubuh karena adanya benda asing yang dimasukkan dalam tubuhnya, oleh karena
itu sebagai manajemen kesehatan di PT Ciomas Adisatwa Farm Magetan terdapat
tindakan supportif berupa pemberian multivitamin dan antistress. Apabila terdapat
respon post vaksinasi dilakukan tindakan kuratif berupa pemberian antibiotik sebagai
pencegahan infeksi sekunder dan antipiretik untuk mengurangi gejala post vaksinasi.
Tabel tidakan Kuratif dan Supportif
Umur Keterangan
(hari) Medikasi Supportif

Medikasi dosis Supportif Dosis

01 - 05 amoxycilin 0,1 Sorbitol 0,2 Lewat air minum

08- 09 Paracetamol 0,067 Curcuminoid 0,1 Lewat air minum

10 Curcuminoid 0,1 Lewat air minum

12 -13 Paracetamol 0,067 Anti stress 0,1 Lewat air minum


14 Anti stress 0,1 Lewat air minum

15 Sorbitol 0,2 Lewat air minum

16 - 17 Paracetamol 0,67 Sorbitol 0,2 Lewat air minum

19 - 21 Anticoxy 0,1 Lewat air minum

22 - 23 Paracetamol 0,067 Off Lewat air minum

24 Anticoxy 0,1 Lewat air minum

25 - 26 Paracetamol 0,067 Anticoxy 0,1 Lewat air minum

27 Paracetamol 0,067 Lewat air minum

28 - 30 Paracetamol 0,067 Cyprofloxacin 0,1 Lewat air minum

31 Multivitamin 0,1 Lewat air minum

32 - 33 Hexamin 0,1 Multivitamin 0,1 Lewat air minum

34 - 35 Paracetamol 0,067 Multivitamin 0,1 Lewat air minum

36- 37 Toltrazuril 0,2 Lewat air minum

39- 43 Floxamicine 0,1 Antistress 0,1 Lewat air minum

44 Paracetamol 0,067 Albendazole 0,08 Lewat air minum


Vitamin &
45 Paracetamol 0,067 antistress 0,1 Lewat air minum

46- 48 Vitamin 0,1 Lewat air minum

50- 51 Paracetamol 0,067 Antistress 0,1 Lewat air minum

52- 54 Furalzolidone 0,07 Antistress 0,1 Lewat air minum

56 -57 Paracetamol 0,067 Antistress 0,1 Lewat air minum

58- 60 Antistress 0,1 Lewat air minum

63- 67 Floxamicine 0,1 Vitamin 0,1 Lewat air minum

70 Albendazole 0,08 Lewat air minum

Vitamin &
71- 73 Paracetamol 0,067 antistress 0,1 Lewat air minum
Vitamin &
74 antistress 0,1 Lewat air minum

77- 81 Multivitamin 0,1 Lewat air minum


85- 89 Vitamin 0,1 Lewat air minum

92 Multivitamin 0,1 Lewat air minum

93- 94 Paracetamol 0,067 Multivitamin 0,1 Lewat air minum

95- 96 Multivitamin 0,1 Lewat air minum

99 - 101 Paracetamol 0,067 Vitamin 0,1 Lewat air minum

102-103 Vitamin 0,1 Lewat air minum

Pemberian paracetamol dilakukan selama 3 hari melalu air minum yaitu sebelum,
pada saat dan setelah vaksin, untuk mengurangi respon post vaksin dimana berfungsi
sebagai antipiretik. Curcuminoid merupakan suplemen penambah nafsu makan.
Antistress diberikan untuk mengurangi tingkat stress pada ayam post vaksin. Saat
kedatangan DOC sampai dengan 5 hari anak ayam diberi amoxcilin untuk flushing
saluran pencernaan dari E-coli dan flora normal pencernaan berlebihan lainnya, dan
diberi sorbitol serta kondroitin sebagai penambah ATP dan penguat otot.

4. Proses Transfer
Pada produksi ayam pullet di PT Ciomas Adisatwa Farm Magetan terdapat proses
transfer dari fase starter pada kandang koloni ke fase grower pada minggu ke 6-7 dengan
BW yang sesuai dengan standart. Untuk melihat perkembangan BW dilakukan dengan
menggunakan sampling mingguan yaitu dengan menimbang ayam secara sampling
dengan jumlah ayam yang ditimbang 10% dari populasi. Sampling mingguan dapat
digunakan sebagai penentu uniformity dan intake feed. Penimbangan BW (Body Weight)
dan Uniformity atau keseragaman adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengontrol bobot mingguan. Uniformity atau keseragaman adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menyeragamkan BW (Body Weight) ayam. Tingkat keseragaman
dihitung berdasarkan jumlah sample ayam dengan bobot tubuh ± 10% dari bobot rata-
rata jumlah sample ayam.
Sebelum masa transfer ayam dipersiapkan untuk debeaking atau pemotongan
paruh. Tingkat keseragaman dihitung berdasarkan jumlah ayam dengan bobot tubuh ±
10% dari bobot rata-rata jumlah populasi. Potong paruh di PT. Ciomas Adisatwa Farm
Magetan dilakukan dengan cara elektrik memakai hot debeaker. Mengarahkan paruh
ayam pada pisau pemotong. Paruh dipotong 1/3 bagian atau sampai batas titik tumbuh
paruh terlihat batas warna coklat dan putih, jika terjadi pendarahan pada paruh cukup
ditekankan pada pisau pemotong yang panas agar tidak terjadi keloid. Kemudian paruh
dicelupkan pada vetiodine yang mengandung iodine untuk membantu penyembuhan luka.
Setelah debeaking, air minum untuk ayam diberi paracetamol sebagai antipyretic dan
pain killer.
Tindakan lainnya sebagai persiapan transfer adalah grading, dimana grading
merupakan pengukuran BW pada semua populasi yang akan di transfer untuk
menentukan treatment lanjutan yang diperlukan.
Tabel Standar Umur, BW, dan Feed Intake di PT Ciomas Adisatwa Farm Magetan
Umur (minggu) Feed Intake (gr) BW (gr)
1 14 75
2 21 130
3 25 195
4 33 275
5 40 367
6 45 475
7 53 583
8 54 685
9 60 782
10 62 874
11 64 961
12 69 1043
13 68 1123
14 75 1197
15 73 1264
16 76 1330
17 75 1400
18 82 1475

Scoring dilaksanakan dengan cara nekropsi ayam, scoring pada fase starter
dilaksanakan setiap minggu darii hasil seleksi ayam yang memiliki ciri-ciri BW dibawah
standar, lemah, pucat dan memiliki gejala suatu penyakit. Tujuan dari scoring adalah
mengetahui kondisi organ dalam yang dapat menunjukkan patognomonis sebuah
penyakit guna menentukan treatment yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit pada sebuah populasi.
Hasil scoring di PT Ciomas Adisatwa Farm Magetan
No. Dokumentasi Diagnosa Keterangan
1. Air Biasanya terjadi sebagai respon
sacculitis post ILT dengan diagnosa
banding karena adanya infeksi
sekunder bakteri pasteurela
multocida penyebab coryza

2. Enteritis Disebabkan oleh :


-kolibacilosis
-coccidiosis
-terlalu banyak kandungan
klorin pada air minum

3. Nekrosis -Coryza
kaseosa
pada nares

4. perikarditis Disebabkan karena adanya


infeksi pada pericardium akibat
colibacilosis
5. Femur Caput femur terlepas dari
Head condilus hal ini terjadi pada
Necrosa ayam yang mengalami
pertumbuhan sangat cepat
sehingga kadar kalsium pada
persendian acetabulum
menurun

6. trakeitis Biasanya terjadi sebagai respon


post ILT dengan diagnosa
banding karena adanya infeksi
sekunder bakteri pasteurela
multocida penyebab coryza
dan suspect AI

(dokumentasi probadi, 2018)

Referensi :
Hy-line. 2016. Panduan Manajemen Ayam Peterlut Komersil Brown. www.hy-line.com (13
mei 2018)

Kusumaningsih, A., S. Bahri, A. Nurhadi, E. Martindah, Dan E. Masbulan. 2001. Studi


kebijakan penyediaan dan pengembangan vaksin dan bahan biologis veteriner untuk
menunjang peningkatan mutu bibit ternak di Indonesia. Prosiding hasil-hasil penelitian
bagian proyek rekayasa teknologi peternakan Armp-Ii tahun 1999/2000. Pusat
penelitian dan pengembangan peternakan, Bogor. Hlm. 391-4404.

Purnamasari, Dwi K., Erwan, Syamsuhaidi, M.Kurniawan. 2016. Evaluasi Kualitas Pakan
Komplit dan Konsentrat Unggas yang Diperdagangkan di Kota Mataram. Fakultas
Peternakan Universitas mataram. Jurnal Peternakan Sriwijaya ISSN 2303-1093.

Rahayu, I., Sudaryani, T., dan Santoso, H. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2009.Konsentrat Broiler. www.sni.bsn.go.id.(13 Mei
2018).
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2015. Pakan Untuk Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter).
www.sni.bsn.go.id. (13 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai