Anda di halaman 1dari 158

MAKALAH

PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS


DESKRIPSI BUDIDAYA TERNAK PUYUH PEDAGING

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

Rosmilah 200110180006

Nelvin 200110180159

Fitri Nuraeni 200110180172

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ i
I ............................................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 1
1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan ...................................................... 1
1.2 Ransum Setiap Periode Pemeliharaan ................................................................................ 1
1.4 Perkandangan ...................................................................................................................... 8
1.5 Tatalaksana Pemelihaaraan Puyuh Pedaging.................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 20

i
I

PEMBAHASAN

1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan


Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Secara
umum cara pemilihan bakalan sama dengan pemilihan bakalan pada ayam atau itik, yaitu
dipilih berdasarkan kemampuan induknya. Pembudidayaan puyuh untuk memproduksi
telur ataupun daging, membutuhkan bibit yang berkualitas. Untuk memilih bibit atau DOQ
(Day Old Quail) yang baik kita harus mengetahui ciri-cirinya sebagai berikut:
a. DOQ terlihat lincah, tidak cacat, terutama pada kaki dan paruh
b. DOQ mempunyai bobot dan ukuran yang seragam sekitar 6-8 gram/ekor
c. Bulu tidak kusam, mengkilap, dan berwarna normal
d. DOQ memiliki asal usul dari induk yang tidak inbreeding.
e. Pastikan memilih bibit puyuh jantan untuk tujuan penggemukan dan bibit
puyuh betina untuk bibit petelur.
Fase pertumbuhan yang dialami oleh burung puyuh jantan terdiri dari 2 fase yaitu
fase starter yang terjadi antara 0-3 minggu dan fase grower yang terjadi antara 3-5 minggu
(Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Menurut Djulardi dkk. (2006), pada periode starter
dan grower pertumbuhannya sangat cepat setelah itu turun berlahan, pertumbuhan
maksimal dicapai pada umur 5 minggu kemudian melambat dan beratnya akan tetap pada
umur 7 minggu. Sedangkan untuk burung puyuh betina atau petelur memiliki 3 fase
pemeliharaan, yaitu fase starter, grower, dan layer.

1.2 Ransum Setiap Periode Pemeliharaan


- Ransum Puyuh

1
Ransum adalah pakan yang diberikan pada ternak selama 24 jam dengan cara
diberikan sekali atau beberapa kali (Anggorodi, 1995). Ransum unggas terdiri dari bahan
pakan yang bagian-bagiannya dapat dicerna dan diserap oleh unggas sedemikian rupa,
sehingga zat-zat yang terkandung di dalamnya dapat berguna bagi unggas. Ransum yang
baik adalah ransum yang mengandung protein dan energi yang seimbang (Anggorodi,
1994). Menurut Wahju (1997) ransum sebaiknya mempunyai imbangan energi-protein
yang baik, sebab hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, konversi ransum,
komposisi tubuh dan efisiensi ransum. Penggunaan bahan pakan kualitas tinggi sangat
penting untuk burung puyuh dalam menyusun pakan puyuh. Kualitas bahan pakan yang
kurang baik mungkin dapat ditoleransi oleh beberapa tipe ternak, tetapi tidak untuk
puyuh.
Puyuh yang memiliki kecenderungan untuk mematuk lebih cocok dengan bentuk
pakan remah atau tepung karena akan memudahkan burung untuk menelan dan
mencerna (Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Konsumsi ransum yang tidak berbeda
disebabkan kandungan energi dalam ransum pada setiap perlakuan relatif sama. Sesuai
dengan pernyataan Nuraini (2009) dan Zahra dkk. (2012) bahwa kesetaraan tingkat energi
pada ransum menyebabkan jumlah ransum yang dikonsumsi pada setiap perlakuan relatif
sama. Wahju (2004), hakekatnya ternak mengonsumsi ransum untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam tubuh. Untuk burung puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu
kebutuhannya sama dengan fase grower (Listiyowati dan Roospitasari, 2005). Berikut
table kebutuhan nutrisi burung puyuh jantan.

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Starter Grower
Nutrisi
NRC SNI NRC SNI
Kadar air (%) 10 Max 14 10 Max 14
Energi (KkalEM/kg) 2900 Min. 2800 2900 Min. 2600

2
Protein (%) 24 Min. 19 24 Min 17
Lisin (%) 1.3 Min. 1.0 1.3 Min 0.80
Metionin (%) 0.5 Min 0.4 0.5 Min 0.35
Lemak Kasar (%) 2.8 3.96
Serat Kasar (%) 4.1 4.40
Ca (%) 0.8 0.9-1.2 0.80 0.9-1.2
P total (%) 0.6-1.0 0.6-1.0
Sumber: NRC (1994) dan SNI (2008)

- Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan mikro dan juga
jumlah energi yang terkandung pada ransum. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan
diantaranya adalah lingkungan dan palatabilitas. Lingkungan diantaranya berupa
kelembaban dan suhu. Hasil pengamatan terhadap kelembaban dan suhu lingkungan
adalah 35-79% dan 22-27,5. Suprijatna dkk. (2005) menyatakan bahwa ternak unggas
mampu berproduksi stabil pada kisaran kelembaban 30-80% dan temperatur 10-30, suhu
sudah sesuai dengan suhu lingkungan untuk kehidupan, sehingga konsumsi tidak berbeda
nyata.

Tabel 2. Kebutuhan Pakan Puyuh Berdasarkan Umur

Umur Puyuh Jumlah pakan yang diberikan (g)


1 hari – 1 minggu 2
1-2 minggu 4
2-4 minggu 8
4-5 minggu 14
5-6 Minggu 15

3
>6 minggu 17-19
Sumber: Listiyowati dan Roospitasari (2000).

1.3 Pengendalian Penyakit

Salah satu tantangan terbesar dalam memelihara puyuh petelur adalah mencegah
wabah penyakit. Wabah penyakit dapat mengakibatkan kematian pada puyuh petelur.
Oleh karena itu, produsen harus mengidentifikasi perencanaan manajemen pencegahan
dalam memelihara puyuh petelur untuk meminimalkan wabah penyakit.

Penyakit Umum pada Burung Puyuh

1. Radang Usus (Quail enteritis)


Penyebab : Bakteri anaerob yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga
timbul peradangan pada usus.
Gejala : Puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan
mengandung asam urat.
Pengendalian : Memperbaiki tata laksana pemeliharaan serta memisahkan burung
puyuh yang sehat dengan burung puyuh yang telah terinfeksi. (Cybext, 2020).
2. Tetelo (New Castle Disease)
Penyebab :
Gejala : Puyuh sulit bernapas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok lesu, mata
ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan dan adanya gejala
‘tortikolis’ yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian : (1) Menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus,
binatang vector penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar / dibuang.
(2) Pisahkan ayam sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa memakai baju
yang steril serta melakukan vaksin NCD.
3. Berak Putih (Pullorum)

4
Sumber: duniaunggas.com
Penyebab : Kuman Sallmonela pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala : Kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut
dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian : (1) Menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus,
binatang vector penyakit, ayam yang mati segera dibakar / dibuang.
(2) Pisahkan ayam sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa memakai baju
yang steril.
4. Berak Darah (Coccidiosis)
Gejala : tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam
dan menggigil kedinginan.
Pengendalian : (1) menjaga kebersihan lingkungan, menjaga litter tetap kering. (2)
Pemberian Tetra Chloine Capsule melalui mulut. Pemberian noxal, trisula zuco tablet
yang dilarutkan dalam air minum atau slufaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
5. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab : Poxivirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala : Timbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu seperti pial, kaki,
mulut, farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi.
6. Quail Bronchitis

5
Penyebab : Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular. Ummnya
burung puyuh yang sering terjangkit yaitu puyuh umur kurang dari empat minggu.
Gejala : Puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersin,
mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lender serta kadangkala kepala dan
leher agak terpelintir.
Pengendalian : Tidak ada obat untuk penanganan penyakit Quail bronchitis. Tindakan
terbaik yang dapat dilakuan yaitu pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang
memadai.
7. Ulcerative Enteritis
Penyebab : Bakteri gram positif (Clostridium colinum).
Gejala : Kondisi tubuh puyuh memburuk dengan cepat dan puyuh menjadi dehidrasi
dan emaciated. Burung duduk dengan kepala ditarik kembali dan punggung berpunuk.
Dada menjadi tipis, keriput, dehidrasi dan memiliki tepi eperti pisau cukur. Lesi
ditemukan di usus halus dan usus besar. Bisul terlihat melalui dinding usus.
Pengendalian : Kenakan sepatu sekali pakai, pakaian dan sarung tangan jika
mengunjungi peternakan. Campurkan satu gram streptomycin dengan satu litter air
dan berikan pada burung puyuh selama tiga hari. Hal ini akan menghentikan penyakit
ulseratif.
8. Quail Pox
Penyebab : Virus yang masuk ke area kulit yang tidak berbulu oleh lecet kecil atau
nyamuk.
Gejala : Lesi cacar yang ditandai dengan nodul yang terangkat dang memerah. Nodul
membesar, menguning dan membentuk kudis gelap tebal.
Pengendalian : Puyuh divaksin di sayap pada umur 6-8 minggu. Selain itu tindak
pencegahan dapat dilakuan dengan pembersihan lokasi tempat berkembang biak
nyamuk.
9. Aspergillosis
Penyebab : Cendawan Aspergillus fumigatus.

6
Gejala : Puyuh mengalami gangguan pernapasan, mata terbentuk lapisan putih
menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian : Memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
10. Cacingan
Penyebab : Sanitasi yang buruk.
Gejala : Puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian : Menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga
kebersihannya.

Pada burung puyuh bobwhite. Penyakit umum yang paling sering menyerang yaitu
Quail bronchitis, Ulcerative Enteritis dan Quail Pox. Namun penyakit lain (Myoplasma,
Botulisme, Coccidiosis dan cacingan) juga dapat menjadi sumber penyakit bagi burung
puyuh.

- Pemeliharaan kesehatan
1. Sanitasi dan biosekuriti
Sanitasi dan biosekuriti adalah salah satu bentuk dari prosedur untuk mengurangi
kemungkinan wabah penyakit. Biosekuriti mencakup Langkah-langkah yang mencegah
masuk dan kelangsungan hidup virus, bakteri, parasite, jamur, serangga, hewan
pengerat, dll. Biosekuriti dimulai dengan merencanakan manajemen peternakan.
Misalnya, pertimbangan lokasi peternakan dan kedekatan peternakan dengan unggas
atau ternak lainnya (biosekuriti konseptual). Bagi Sebagian besar, pencegahan
penyakit dimulai ketika ternak dibeli. Membeli bibit akan lebih baik dari tempat
pembibitan terkemuka, ang telah teruji bebas dari penyakit.
Pekerja yang merawat anak burung puyuh harus berganti pakaian dan memperhatikan
untuk selalu mencuci tangan dan boot. Lakukan yang terbaik untuk mencegah
pemindahan kotoran dari kandang.
Tempatkan pakan dan wadah air sehingga kontaminasi feses diminimalkan

7
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh, kebersihan lingkungan
kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
2. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang
sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk
dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau dari toko peternakan (poultry
shop).
3. Kontrol Hewan Pengerat
Hewan pengerat dapatmenghancurkan dan mencemari pakan serta dapat menyerang
dang membuat panik burung puyuh. Hewan pengerat juga dapat merusak kabel dan
menjadi sumber wabah penyakit terutama salmonella, leptospira, coccidia dan
penyakit parasite lainnya.
Hewan pengerat dapat diatasi dengan cara: (1) Menghalangi lubang yang mungkin
digunakan untuk tidak membuat celah masuk. (2) Menghilangkan area persembunyian
bersarang dengan membuang sampah dan peralatan yang tidak perlu dari sekitar
fasilitas kandang. (3) Buat jebakan. (The Poultry Site, 2002).
4. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separuh dari dosis untuk ayam.
Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral).
Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat geja-gejala sakit dengan
meminta bantuan dari ppl setempat ataupun dari toko peternakan (poultry shop).

1.4 Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal, tempat beraktifitas burung puyuh setiap hari.
Kondisi kandang sangat mempengaruhi produktivitas burung puyuh. Kandang yang
nyaman akan membuat puyuh lebih sehat dan lebih produktif. Kandang yang sering
digunakan dalam pemeliharaan burung puyuh yaitu kandang sistem litter dan sistem
baterai. Letak kandang diatur sedemikian rupa agar kandang cukup mendapatkan sinar
matahari. Selain itu, suhu dan kelembaban kandang perlu diperhatikan (Suhu ideal : 20-

8
24℃ dan kelembaban 30-80%). Suhu kandang yang dibawah 65ºF akan meningkatkan
kebutuhan energi puyuh yang meningkatkan kebutuhan energi puyuh yang menurunkan
efisiensi pakan dan mengurangi produksi telur. Suhu yang lebih dari 85ºF akan
menyebabkan penurunan produksi telur. (J.Hatkin, 2002).

Dalam pembangunan kandang puyuh ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya: penentuan lokasi kandang harus sesuai dan cocok untuk beternak puyuh,
kepadatan kandang perlu diperhatikan, pencahayaan sesuai (25-40 watt pada waktu siang
hari dan 40-60 watt pada malam hari dengan pencahayaan sekitar 14-16 jam, tersedia
tempat pakan dan minum, sebaiknya dasar lantai terbuat dari kawat berlubang (kawat
ram) yang bawahnya dilapisi seng tipis dan ventilasi yang cukup.

Kandang sistem litter masih jarang ditemukan di peternakan Indonesia. Kandang


ini lebih banyak digunakan di negara yang memiliki 4 musim. Kandang sistem ini biasa
digunakan pada burung puyuh pembibit. Sistem litter ini dapat menggunakan 80% sekam
padi dan 15% kotoran sapi kering dan 5% kapur. Pada sistem ini litter harus diaduk dan
dibalik agar tidak padat dan basah. Litter harus diganti sekitar dua bulan sekali. Lantai
kandang harus kuat menahan litter dan tidak berlubang. Saat pergantian puyuh, litter
harus diganti dengan yang baru dan kandang harus dibersihkan dengan disemprot
menggunakan desinfektan. Kekurangan dari sistem litter ini diantaranya telur tertutup
oleh litter, tempat pakan dan minum cepat kotor karena tercemar litter dan debu yang
timbul akibat litter dapat menyebabkan penyakit pernafasan pada puyuh. (Listiyowati dan
Roospitasari, 2009).

9
Sumber: duniapuyuh.com

Kandang sistem baterai paling banyak digunakan oleh peternakan burung puyuh di
Indonesia. Dinding dan lantainya terbuat dari kawat ram, dengan aLas dibawah kandang
sebagai penampung kotoran. Kandang sistem ini memiliki sirkulasi udara yang baik dan
dapat mencegah beberapa penyakit yang di timbulkan oleh parasit. Namun, pada dinding
kandang sebaiknya diberi plastic agar bisa digulung untuk sirkulasi udara pada malam hari
untuk menghindari terpaan angin kencang.

Sumber: Agroniaga.com

Kandang yang digunakan setiap Periode Pemeliharaan untuk Puyuh Pedaging

1) Kandang untuk reproduksi

10
Puyuh mulai bertelur pada umur 7 minggu, dengan mencapai 50% produksi pada
minggu ke 8. Perbandingan puyuh dalam berproduksi sekitar 1:5. Kandang yang
digunakan untuk proses pembibitan tentunya memiliki pengaruh terhadapa performa
dan produktivitas dari burung puyuh yang akan menghasilkan bibit yang berkualitas.
Ukuran atau besarnya kandang dipengaruhi oleh jumlah puyuh yang ada.

2) Kandang Indukan

Kandang Indukan memiliki jenis, ukuran dan bentuk serta kebutuhan-kebutuhan yang
sama dengan kandang reproduksi. Akan tetap pada kandang ini, untuk ukuran atau
lebar kandang bisa menyesuaikan dengan ukuran kandang pembibitan atau bisa lebih
besar.

3) Kandang untuk Anak Puyuh

Anak puyuh berumur satu hari memiliki berat 9-10 gram. Kandang yang digunakan
adalah kandang brooder. Kandang yang dapat memberikan panas yang cukup. Dalam
kandang brooder diilengkapi dengan lat pemanas ruangan. Untuk memuat 90-100
ekor anak puyuh kandang yang diperlukan hanya berukuran panjang 100 cm, tinggi 40
cm, lebar 100cm dan tinggi kaki hingga 50 cm.

4) Kandang Pertumbuhan Anak Puyuh

Kandang yang digunakan berupa kawat ram atau kandang yang memiliki jenis sama
dengan kandang yang digunakan untuk induk petelur. Anak puyuh yang berumur 3-6
minggu akan dipindahkan ke kandang ini begitu juga dengan anak puyuh yang
berumur lebih daru 6 minggu.

Dalam pemeliharaan kandang burung puyuh. Kandang perlu disemprot dengan


menggunakan larutan desinfektan. Area yang perlu dibersihkan yaitu alas kandang,
tempat minum dan pakan. Selain itu kotoran burung puyuh perlu dibuang setiap hari.

11
Paling lama dua hari sekali. Untuk penangannya setiap kandang harus dilengkap dengan
alas untuk tempat kotoran yang sewaktu-waktu dapat ditarik keluar.

1.5 Tatalaksana Pemelihaaraan Puyuh Pedaging


Tatalaksana pemeliharaan burung puyuh Yang perlu diperhatikan oleh peternak
sebelum memulai usahanya, adalah memahami unsur-unsur produksi usaha
peternakan, yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum), kandang, dan penyakit.

1. Bibit/pembibitan

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Ada tiga
macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:

a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit burung puyuh betina yang sehat, atau
bebas dari carier penyakit

b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit burung puyuh jantan dan burung puyuh
petelur afkiran.

c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit burung puyuh betina yang
baik produksi telurnya dan burung puyuh jantan yang sehat dan siap membuahi
burung puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.

2. Pakan (Ransum)

Faktor terpenting dalam keberhasilan beternak burung puyuh adalah faktor pakan
(nutrisi), disamping faktor kandang dan bibit. Faktor pakan meliputi cara pemberian
dan kebutuhan gizi menurut tingkatan umurnya. Pakan dianggap faktor terpenting
karena 80% biaya yang dikeluarkan seorang peternak burung puyuh digunakan untuk
pembelian pakan. Di alam aslinya, burung puyuh liar gemar memakan biji-bijian,
tumbuh-tumbuhan, dan serangga. Kemampuannya dalam berburu makanan

12
kegemarannya membuat kebutuhan gizi untuk hidup dan produksinya dapat
terpenuhi. Berbeda dengan burung puyuh ternak yang tidak dapat mencari makanan
sendiri. Kelangsungan hidup dan produksinya seratus persen tergantung pada
peternak. Oleh sebab itu, pemberian ransum yang tepat akan sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup dan produksinya. Ransum burung puyuh terdiri dari
beberapa bentuk, diantaranya pelet, remah-remah, dan tepung. Ransum terbaik
berbentuk tepung, namun pakan berbentuk tepung dapat mengakibatkan gangguan
pernapasan. Oleh sebab itu, pakan tepung perlu diberi sedikit air agar menggumpal.
Manfaat lain penambahan air dapat meningkatkan nafsu makan burung puyuh.
Kebutuhan nutrisi burung puyuh adalah lebih tinggi dibandingkan ayam. Tingkatan
nutrisi yang disarankan oleh berbagai peneliti bervariasi.

a. Zat Pakan dan Pakan Burung Puyuh

Protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air harus tersedia dalam jumlah cukup.
Kekurangan salah satu komponen pakan tersebut mengakibatkan gangguan kesehatan
dan menurunkan produktivitas.

1. Protein

Protein terkandung dalam bahan pakan nabati dan hewani antara lain bungkil
kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, tepung hati, tepung cacing, dan berbagai
macam butiran. Fungsi protein antara lain sebagai materi penyusun dasar semua jaringan
tubuh yang dibentuk. Jaringan tubuh tersebut berupa otot, sel darah, kuku, dan tulang.
Selain itu, protein berfungsi untuk pertumbuhan jaringan baru, bahan pembuat telur, dan
sperma. Bila kadar protein dalam pakan tidak cukup, pertumbuhan menjadi tidak normal.
Bila keadaan tersebut dibiarkan berlarut-larut, burung puyuh dapat mengalami kematian.

2. Karbohidrat

Karbohidrat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan energinya. Energi


digunakan untuk kebutuhan hidup pokok, gerak otot, sintesa jaringan-jaringan baru,

13
aktivitas kerja, serta memelihara temperatur tubuh. Bila hewan muda diberikan energi
melebihi dari kebutuhan untuk hidup pokoknya, energi tersebut akan digunakan untuk
membentuk protein. Sementara kelebihan karbohidrat pada hewan dewasa diubah
menjadi lemak. Biasanya, karbohidrat terdapat dalam bahan pakan yang berasal dari
tumbuhtumbuhan seperti jagung, dedak padi, minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak
wijen. Diantara bahan pakan tersebut, jagung kuning paling sering digunakan karena
selain sebagai sumber karbohidrat, karoten yang terkandung di dalamnya berfungsi untuk
mewarnai kuning telur dan bagian kuning lainnya pada organ tubuh burung puyuh.

3. Lemak

Lemak merupakan sumber karbohidrat, yang berarti pula sebagai sumber energi.
Fungsi lemak membantu penyerapan vitamin (A, D, E, K), menambah palatabilitas,
menyediakan asam-asam lemak esensial, mempengaruhi penyerapan vitamin A dan
karoten dalam saluran pencernaan, berpengaruh penting dalam penyerapan Ca, serta
menambah efisiensi penggunaan energi. Sumber lemak terdapat dalam bahan pakan
seperti minyak kelapa, minyak kacang kedelai, minyak jagung, dan minyak biji kapas.

3. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang harus selalu tersedia, walaupun dalam
jumlah sangat kecil, untuk metabolisme jaringan normal. Secara langsung ataupun tidak,
defisiensi vitamin pada puyuh mengakibatkan kerugian seperti lebih mudah terserang
penyakit sehingga menurunkan produktivitas, bahkan menimbulkan kematian. Sumber
pakan yang mengandung vitamin bermacam-macam diantaranya daun-daunan, biji-bijian,
kuning telur, atau jagung kuning.

5. Mineral

Semua jenis ternak, termasuk burung puyuh, sangat memerlukan mineral dalam
ransumnya, baik berupa mineral makro (Ca, P, Na, K, dan Cl) atau mineral mikro. Pada

14
prinsipnya peternak harus menyediakan mineral dalam jumlah cukup. Kelebihan mineral
berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Sementara kekurangan mineralpun dapat
menurunkan kesehatan. Kerugian akibat kurang atau lebihnya kadar mineral dapat
menyebabkan kerugian besar. Bahan pakan yang mengandung mineral antara lain tepung
tulang, kulit kerang, bijibijian, dan garam dapur.

6.Air

Bagian terbesar dan terbanyak dari jaringan tubuh hewan (40-70%) adalah air. Fungsi
air sangat vital, yaitu mengangkut zat-zat pakan dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
lainnya. Fungsi air lainnya yaitu mempertahankan bentuk sel, mengatur dan
mempertahankan suhu tubuh, meminyaki persendian, serta meningkatkan fungsi mata,
telinga, dan reaksireaksi biokimia dalam tubuh. Pada unggas, air berfungsi dalam proses
pembentukan dan produksi telur. Oleh sebab fungsinya sangat vital, air harus selalu
tersedia dalam jumlah yang cukup.

b. Kebutuhan Pakan

Berdasarkan Fase Pemeliharaan Burung puyuh mempunyai dua fase pemeliharaan,


yaitu fase pertumbuhan dan fase bertelur. Fase pertumbuhan puyuh terbagi lagi menjadi
dua, yaitu fase starter (umur 0-3 minggu) dan grower (umur 3-5 minggu). Perbedaan fase
ini beresiko pada pemberian pakan berdasarkan perbedaan kebutuhannya. Anak burung
puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi metabolis sebesar
2900 Kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu, kadar pakannya dikurangi menjadi 20% protein dan
2600 Kkal/kg energi metabolis.

Namun, untuk pertumbuhan optimal, pemberian protein yang dianjurkan sebanyak


25%. Kebutuhan protein dan energi burung puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu
sama dengan burung puyuh berumur 3-5 minggu. Sementara kebutuhan protein burung
puyuh untuk pembibitan (sedang bertelur atau dewasa kelamin) sebesar 18-20%.
Tingginya kadar protein dan energi metabolis burung puyuh berumur 0-3 minggu

15
disebabkan karena pada umur tersebut burung puyuh belum dapat mengkonsumsi
ransum dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan proteinnya
diperlukan kadar protein yang lebih tinggi dibanding puyuh berumur 3-5 minggu.
Kandungan protein dalam pakan burung puyuh petelur direkomendasikan 20%, sedangkan
kandungan protein 25% membuat burung puyuh cepat mengalami dewasa kelamin.
Komposisi pakan burung puyuh menurut umur dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3. Komposisi Pakan Burung Puyuh Menurut Umur

Untuk mencegah pemborosan dalam pemberian ransum, ada baiknya seorang


peternak memberikan ransum berdasarkan umur puyuhnya. Sebagai patokan, jumlah
ransum berdasarkan umur terlihat pada Tabel 3

Tabel 4. Jumlah Ransum yang Diberikan Per Hari Menurut Umur Burung Puyuh

c. Cara Pemberian Pakan

16
Selain komposisi zat pakan dalam ransum, cara pemberian pakan pun harus
benarbenar diperhatikan. Bila tidak akan menggangu pertumbuhan, aktivitas, kesehatan,
dan produksi burung puyuh. Pada saat tertentu, misalnya cuaca yang sangat panas,
ransum dapat dibasahi sedikit dengan air. Dengan cara ini burung puyuh akan bernafsu
untuk makan. Ransum yang tidak habis dimakan harus segera dibuang. Ransum basah
mudah terserang jamur. Tempat bekas makan pun harus segera dicuci dan dikeringkan.
Ransum dapat diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan siang hari. Berdasarkan hasil
penelitian, pemberian pakan pada siang atau sore hari, ternyata meningkatkan kesuburan
dan produksi telur burung puyuh.

1) Manajemen Puyuh Fase Starter dan Grower

Anak puyuh atau day old quail (DOQ) yang dipelihara periode starter (0–3 minggu)
merupakan bibit unggul yang bukan berasal dari perkawinan silang dalam/sedarah
(inbreeding). Puyuh dipilih yang besarnya sama, sehat, gesit, tidak cacat, paruh tidak
melengkung, sayap tidak patah mata harus cerah dan sehat, serta aktif atau lincah.
Kepadatan anak puyuh 0–2 minggu adalah 150 ekor per m2 , sedangkan pada umur 2
minggu adalah 100 ekor per m2 . Pada puyuh umur 1–7 hari dilakukan pemotongan paruh
untuk mencegah kanibalisme. Caranya dengan memotong sepertiga bagian paruh
menggunakan alat debeaker, atau bila tidak dan dapat dengan gunting.

Puyuh di dalam kandang indukan selama 3 minggu. Suhu di dalam kandang indukan
harus dijaga tetap stabil sekitar 35,5°C untuk minggu pertama, 29,3–32,2o C pada minggu
kedua dan ketiga. Untuk itu dipasang thermometer lingkungan yang diperiksa setiap hari
minimal tiga kali, untuk keperluan tersebut kandang maka harus dilengkapi lampu 25–40
watt yang dinyalakan 14 jam pada malam hari. Jika cuaca mendung, lampu hendaknya
dinyalakan terus sepanjang siang dan malam hari.lntensitas cahaya 0–3 minggu adalah
60–70 lux, kemudian berkurang menjadi 10 lux pada umur 3 minggu. (Sainsburry, 1992)

17
Pemberian ransum dilakukan secara ad libitum.Anak puyuh starter membutuhkan
protein 35%, dan energi metabolis 2900 kkal/kg. Pada umur 3–5 minggu, kadar proteinnya
menjadi 20% dan energi metabolis 2600 kkal/kg. Jumlah ransum yang dibutuhkan
menurut umur dapat dilihat pada Tabel 3.1. Puyuh jepang jantan untuk tujuan pedaging
diberikan ransum dengan kadar protein 23%. Puyuh yang sudah berumur 40 hari
memerlukan ransum sebanyak 40 g/hari, sebaiknya ransum dan air minum yang segar
harus selalu tersedia sepanjang hari.

Pada saat grower dilakukan diseleksi pada saat puyuh berumur 3–5 minggu. Pada
saat ini puyuh yang pertumbuhannya tidak normal atau kerdil disingkirkan, sehingga
diperoleh puyuh yang bobot tubuhnya seragam. Pada saat ini pula dilakukan sexing untuk
memisahkan jantan yang akan digunakan sebagai puyuh pedaging dan betina yang akan
digunakan sebagai puyuh pembibit atau puyuh petelur. Sexing dilakukan dengan cara
melihat perbedaan pada bagian kloaka, jika terdapat tonjolan kecil di bagian dinding atas
kloaka berarti puyuh tersebut jantan, jika tidak ada tonjolan melainkan berbentuk
horizontal dengan warna hitam kebiruan berarti betina. Selain dari kloaka, warna bulu
dada dapat juga dijadikan acuan seksing. Bulu dada betina bewarna cokelat dan bergaris
atau berbintik-bintik putih, sedangkan pada jantan berwarna cokelat kemerahan, sedang
bagan dada bagian bawah cokelatnya lebih muda dibandingkan betina, dan tidak terdapat
bintik-bintik atau garis putih

2) Manajemen Puyuh Fase Layer

Puyuh lebih mudah dibedakan setelah masa dewasa kelamin. Puyuh jantan memiliki
benjolan berwarna merah (foam ball) di antara ekor dan anusnya seperti terlihat pada
Gambar Benjolan lembut ini akan mengeluarkan cairan seperti bila dipijat. Selain itu
puyuh jantan dapat bersuara dengan bunyi keras, sedangkan betina tidak demikian. Hal
lain yang membedakan jantan dan betina adalah bobot puyuh betina umumnya 20% lebih
berat dibandingkan puyuh jantan dan bila dipegang terasa lebih lunak daripada puyuh
jantan.

18
Pada puyuh pembibit, memasuki fase layer dipelihara puyuh betina dan jantan,
sedangkan pada puyuh petelur hanya dipelihara betina saja. Syarat untuk dijadikan puyuh
pembibit adalah harus sehat, tubuhnya tegap, bobotnya antara 150–160 g, dadanya berisi,
kakinya tegap, tidak cacat, gesit, dan tidak kanibal. Selain itu betina dan jantan tidak dari
hasil perkawinan inbreed. Usia betina untuk menghasilkan telur tetas yang baik adalah
16–40 minggu, sedangkan yang jantan 8–24 minggu. Pada umur tersebut kualitas semen
puyuh jantan masih baik, dan frekuensi kawin 4–5 kali/hari. Perbandingan puyuh jantan
dan betina di dalam kandang untuk tujuan produksi telur tetas adalah 1 : 3. Telur tetas
yang dihasilkan oleh induk pembibit diseleksi berdasarkan berat (10–11 g), berbentuk
oval, warna kulit bercak hitam kelabu menyebar merata, tidak retak, dan bersih dari
kotoran. Telur dikumpulkan dan disimpan di ruang penyimpanan hingga mencapai jumlah
tertentu (optimal selama 4 hari) untuk kemudian dapat ditetaskan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R., 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.

___________. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Andaruisworo, Sapta. 2015. Agribisnik Aneka Ternak. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.

Djulardi, dkk. 2006. Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa Harapan. Yogyakarta: Andalas
Universitas Press.
J. Hatkin. 2002. Bobwhite Quail Production and management Guide. Georgia Poultry
Laboratory. Camilla, Georgia.

Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 2000. Tata Laksana Budi Daya Puyuh Secara Komersial.
Penebar Swadaya, Jakarta.

_________________. 2005. Tata Laksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Penebar


Swadaya. Jakarta.

NRC. 1994. Nutrient Requirement for Poultry. 9th Revised Ed. National Academy
Press,Washington DC.

Nuraini. 2009. Performa broiler dengan ransum mengandung campuran ampas sagu dan
ampas tahu yang difermentasi dengan Neurospora crassa. Media Peternakan. 32 :
196 – 203.
The Poultry Site. 2002. Bobwhite Quail Production and Management Guide. Diakses dari
https://www.thepoultrysite.com/articles/bobwhite-quail-production-and-
management-guide pada 28 Oktober 2021.

Riyanti; Nova, Khaira Nova ; Pratama, Mirandy, Muhamad. 2020. PRODUKSI ANEKA
TERNAREBNGKTA. :2020. Pustaka Media. Lampung (Hal 57-58)

20
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS

“Budidaya Ternak Unggas “

Oleh :

Kelompok 2

Kelas A

Pachmi Pachrizal 200110150129

Gilang Mila Permata Indah 200110180007

Rahmawati 200110180174

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah produksi aneka ternak ungags “Itik Manila” dapat selesai
dengan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengkaji mengenai
anatomi morfologi meliputi tubuh bagian luar, kerangka, saluran pencenaan dan saluran
reproduksi tenak unggas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Dani Garnida, MS. selaku
dosen mata kuliah produksi aneka ternak unggas yang telah membimbing penulis dalam
mata kuliah produksi aneka ternak unggas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena keterbatasan penulis baik pengalaman serta pengetahuan yang
dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk pembaca.

Jatinangor, 28 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iii
I ............................................................................................................................................................ 4
Bibit dan Ransum ................................................................................................................................ 4
1.1. Bibit ..................................................................................................................................... 4
1.2. Ransum ................................................................................................................................ 5
II........................................................................................................................................................... 9
Perkandangan ..................................................................................................................................... 9
2.1 Perkandangan...................................................................................................................... 9
2.2 Pengendalian Penyakit ...................................................................................................... 11
III ........................................................................................................................................................ 16
TATA LAKSANA .................................................................................................................................. 16
3.1 Perkandangan.................................................................................................................... 16
3.2 Pemeliharaan Itik Periode Starter/Anak Itik/DOD ............................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 22

iii
I

Bibit dan Ransum

1.1. Bibit
Bibit itik adalah itik yang memenuhi syarat tertentu dan dibudidayakan untuk
digunakan dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas. Menentukan pemilihan
bibit itik harus memperhatikan banyak faktor, karena bibit merupakan titik awal dari
suatu usaha peternakan itik, jika bibit yang dipilih bagus, maka hasil yang akan diperoleh
juga akan memuaskan. Srigandono (1997) menjelaskan, bahwa pemilihan bibit
dilakukan dengan seleksi sejak day old duck (DOD). Karakteristik itik petelur adalah
sehat, bertingkah laku lincah, tidak cacat pada kaki, sayap, paruh, kaki kuat dan tegak,
dada tegak, bulu tubuh, dubur, dan pusatnya kering tidak lengket, produksi telur tinggi,
dan warna kerabang biru.
Suharno dan Amri (2004) menjelaskan, bahwa syarat bibit itik yang baik antara lain:
1) itik betina muda pada usia 20 minggu memiliki berat badan 1,4 kg, dan pada usia 40
minggu memiliki berat badan 1,6 kg; 2) kondisi kaki kuat, lincah, sayap mengatup
simetris rapat pada tubuh dan tidak bergerak bila sedang berjalan; 3) memiliki kepala
bersih, segar, dan mempunyai ukuran badan normal; 4) cepat dewasa kelamin dan
mempunyai sifat agak sulit untuk dikawini; 5) ketika dilakukan palpasi atau diraba,
struktur anatomi bagian luar, terutama bagian perut (abdomen) dan ospelvis (illium,
ischium, dan pubis) atau tulang pinggul, dalam dan lebar; 6) memiliki perut yang tidak
menyentuh tanah, melainkan sejajar; 7) memiliki tulang pelvis yang cukup lebar; 8)
memiliki sifat agak liar dan sangat peka serta mudah kaget.
Cara Memilih Bibit Itik Pedaging

Beberapa tipe itik pedaging beserta perdiksi bobot akhir penggemukan.

Itik Muskovy (Entok alias itik manila), berat tubuh mencapai 3 – 3,5 kg/ekor, daya
mengeram baik.

4
Berikut ini Cara memilih DOD Itik atau Bebek yang baik dan berkualitas.
• Mempunyai bulu bersih, bagus, dan kering,
• Mata jernih, kedua matanya terbuka dan pastinya tidak buta, Bergerak lincah,
Kaki kokoh serta tidak cacat pada kaki (pincang), Bobot minimal 40 gram, Tubuh
gelap, nafsu makan yang baik,
• Bebas dari penyakit unggas, semacam Avian Influenza (AI) Fowl cholera; Fowl
pox; Avian chlamydiasis; Salmonellosis serta penyakit lalinnya.
Memilih DOD itik berjenis kelamin jantan
Memilih DOD itik berjenis kelamin jantan yang bagus juga sangatlah penting sebab
laju pertumbuhan itik jantan lebih cepat dari pada itik betina. Jadi berat badan akhir
pada umur pemeliharan antara itik jantan dan betina tidak sama. Oleh sebab itu,
merawat DOD itik untuk tujuan potong sebaiknya di pilih satu tipe kelamin saja yaitu itik
jantan saja untuk mencapai keseragaman hasil akhir. Untuk mencari DOD jantan
tidaklah susah sebab produsen DOD itik telah menjual itik dengan cara terpisah antara
jantan dan betina. Perlu anda ketahui, pemeliharaan itik jantan juga lebih
menguntungkan karena harga DOD itik jantan jauh lebih terjangkau daripada DOD itik
betina.
Berikut Cara untuk membedakan DOD itik jantan dan Betina yang perlu di ketahui.
• DOD jantan mempunyai paruh lebih mengkilap daripada paruh betina
• Ukuran badan DOD jantan lebih besar daripada ukuran badan betina
• Suara DOD jantan bersuara lebih serak (parau) dari pada DOD betina
• DOD jantan mempunnya leher lebih singkat Ekor DOD jantan atau lebih naik
daripada ekor DOD betina.

1.2. Ransum
Ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih bahan makanan yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam atau sehari semalam dan
ransum dikatakan sempurna bila cukup mengandung zat-zat makanan tersebut

5
seimbang dalam kebutuhan ternak (Lubis, 1963). Menurut Wahju (1997) bahan
makanan untuk ransum itik tidak berbeda dengan ransum ayam. Bahan ransum yang
dipergunakan dalam menyusun ransum pada itik belum ada aturan bakunya, yang
terpenting ransum yang diberikan kandungan nutriennya dalam ransum sesuai dengan
kebutuhan itik. Rasyaf (1995) menyatakan bahwa ransum dasar dianggap telah
memenuhi standar kebutuhan ternak apabila cukup energi, protein, serta imbangan
asam amino yang tepat. Amrullah (2004) menambahkan bahwa komponen bahan
ransum yang dicerna, diserap, serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan. Zat
makanan itu ada enam jenis yaitu: air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Sumber pakan karbohidrat terdiri dari: dedak/bekatul, sagu, gandum, jagung, ampas
tahu, dan aneka jenis lemak. Pemberian dedak atau bekatul yang diberikan dalam
ransum berguna untuk menambah nafsu makan. Sumber pakan protein terdiri dari:
tepung ikan, tepung udang, tepung daging, kerang, ikan rucah dan bungkil kelapa.
Pemberian ransum itik disesuaikan dengan kebutuhan gizinya sesuai dengan
tahapan pertumbuhan maupun masa produksinya. Kebutuhan gizi itik tersebut harus
dipenuhi oleh peternak karena ternak itik yang dipelihara secara terkurung tergantung
sepenuhnya pada ransum yang diberikan.Kebutuhan gizi tersebut dapat dipenuhi
dengan menggunakan kombinasi beberapa bahan ransum dalam menyusun ransum
lengkap itik (Prasetyo, 2010). Penyusunan pakan yang baik mempunyai suatu tujuan
untuk memperoleh pertambahan bobot badan serta produksi telur yang optimum,
dengan tetap memperhatikan tingkat protein, energi, pertumbuhan dan harga, jumlah
pakan yang dikonsumsi sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
kualitas pakan, keadaan lingkungan, jenis kelamin, strain, kondisi kesehatan, besar,
umur, aktivitas dan tingkat produksi telur khususnya pada tipe petelur (Yunianto, 2004).
Wahju (1997) menyatakan, bahwa kelebihan energi dalam pakan terjadi apabila
perbandingan energi dan protein serta vitamin dan mineral melebihi dari yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, produksi dan aktivitas ternak. Kelebihan
produksi dalam pakan menyebabkan konsumsi pakan rendah, sehingga menurunkan

6
konsumsi protein yang diperlukan untuk konsumsi protein optimum atau produksi.
Menurut North dan Bell (1990), konversi pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan satu unit pertambahan badan. Semakin tua dan semakin besar
ternak maka nilai konversi pakan akan semakin tinggi.
Dalam hal pakan yang digunakan untuk itik pedaging belum memiliki standar mutu
pakan (SNI), maka untuk kebutuhan pakan itik pedagingyang berumur 1 – 21 hari dapat
menggunakan pakan starter itik petelur. Untuk kebutuhan itik finisher dipergunakan
pakan itik petelur dara (Duck Grower) sesuai dengan SNI Nomer 01-3909-2006. Dari SNI
tersebut kandungan gizi pakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi
Pakan Petelur
Meri/Anak Dara
No. Kandungan
(1-8 mg) (8 – 24 mg)
% %
1 Kadar Air (Max) 14 14
2 Protein Kasar (Min) 18 14
3 Lemak Kasar (Min) 7 7
4 Serat Kasar (Max) 7 8
5 Abu (Max) 8 8
6 Ca (Min) 0,6 – 1.2 0,9 – 1.2
7 Fosfor Total 0,6 – 1.0 0,6 – 1.0
8 Fosfor Tersedia 0,4 0,4
9 Energi Metabolis (Kkal/kg) (Min) 2.700 2.600
10 Aflatoxin 20 20
11 Asam Amino Lisin (Min) 0,9 0,65
Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2010)
Tabel 2. Penggunaan Maksimum Bahan Pakan Lokal untuk Itik

7
Jenis Pakan Lokal Kuantitas (%)
Dedak Padi 60
Jagung 60
Tepung Singkong 30
Ikan Rucah 15
Tepung Bekicot 25
Keong Mas 5
Tepung Kapur 0,4
Daun - Daunan 3–5
Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2010)

8
II

Perkandangan

2.1 Perkandangan
Kandang itik cukup dibuat dari bahan yang sederhana, tidak mahal tetapi dapat tahan
lama (kuat). Perlengkapan lainnya seperti tempat makan, tempat minum, dan perlengkapan
tambahan lain untuk kebutuhan hidup itik harus terbuat dari bahan yang tahan lama dan
disesuaikan dengan umur. Syarat-syarat kandang yang baik adalah:

• Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C.


• Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%.
• Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:

Kandang box itik manila. Sumber : hobiternak.com

a) kandang untuk anak entok (DOD) pada masa stater bisa disebut juga kandang box,
dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD.

9
Design kandang ren itik manila Kandang ren itik manila
Sumber: Nuansa.web.id Sumber : Anekabudidaya.com

2) Kandang grower disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100
ekor perkelompok (1 m2/4-6 ekor).

Kandang baterai kelompok Kandang baterai satu ekor


Sumber : Youtube.com Sumber : okidogi.com

c) Kandang layer ( untuk entok masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei (
satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan

10
ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor entok dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor
entok dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).

Kondisi kandang dan perlengkapannya tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup
sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat
minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam
managemen. Tempat minum sebaiknya menggunakan Niple agar kandang tidak basah dan
tidak mudah lembab.

Lokasi kandang itik sebaiknya dipilih di tempat dekat dengan sumber air, sejuk, dan tidak
langsung terkena sinar matahari serta angin kencang. Selain itu harus jauh dari tempat
keramaian sehingga sebaiknya tidak membuat kandang itik di dekat permukiman, jalan
raya, atau tempat umum lainnya. Berdasarkan atapnya dikenal model kandang shed type
(atap satu sisi), arah kandang bagian depan menghadap ke timur, dan gable type (atap dua
sisi), arah kandang memanjang dari utara ke selatan. Bagian bawah dinding samping yang
memanjang dibuat rapat, sementara bagian atasnya berupa kisi-kisi. Dua sisi dinding lain
tertutup rapat, kecuali pintu yang berada di salah satu sisi. Bangunan kandang terbuat dari
bahan yang kuat tetapi relative murah dan mampu memberikan kenyamanan pada itik.
Secara umum kandang di kawasan tropis harus terbuka kea rah empat sisi sehingga
pertukaran udara ke semua arah lancar. Ventilasi ini penting diperhatikan karena dapat
mengendalikan suhu kandang dan memperlancar penguapan sehingga mengurangi
kebecekan kandang.

2.2 Pengendalian Penyakit


Secara sederhana penyebab penyakit pada itik manila diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu:
a. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, protozoa,
parasit, dan jamur

11
b. Penyakit yang disebabkan oleh predisposing cause, yaitu defesiensi zat makanan,
pemberian pakan yang tidak tepat (bad feeding), perkandangan yang buruk,
keadaan yang penuh sesak, ventilasi yang buruk.

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat menyerang itik.


1. Hepatitis Virus (Duck Virus Hepatitis)
Penyebab penyakit ini adalah virus dan menyerang anak itik di
bawah umur 2 atau 3 minggu. Seringkali hanya dalam waktu 1 jam setelah gejalanya timbul
anak itik mati. Dalam waktu 2 hari saja, kematian dapat mencapai 75%. Tanda-tanda yang
tampak anak itik prostate yang diikuti oleh spasm, anak itik membaringkan badan pada
salah satu sisi, kepala ditundukkan kea rah ekor, timbul kongesti darah di daerah paruh.
Pencegahan yang baik adalah melakukan sanitasi dan menjaga kebersihan dengan teratur.
2. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Fowl Pox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini ditandai dengan
tumbuhnya bintil-bintil di daerah paruh dan mata. Untuk mencegahnya dapat dilakukan
vaksinasi, yaitu dengan cara skarifikasi virus pada kulit anak itik yang berumur ± 3 minggu.
3. Haemorragic Septicemia (Avian Cholera)
Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurella multicoda, dengan tanda-tanda kotoran
berwarna hijau-kuning, tender joint membengkak, pertumbuhan terhambat, nafsu makan
turun dan
mata berair. Pengobatan dapat dilakukan dengan sulfonamide, sedangkan pencegahan
dilakukan dengan vaksinasi. Dalam keadaan epidemi, harus cepat diambil tindakan dengan
mendesinfeksi
kandang serta peralatan, sedangkan terhadap bangkai yang terinfeksi dilakukan
pembakaran.
4. New Duck Disease (Infeksi Anatipestifer)
Penyebab penyakit ini adalah Pasteurella anatipestifer, dengan tanda-tanda yang
hampir sama dengan penyakit Cholera. Perbedaannya dengan cholera dapat dilakukan

12
dengan pemeriksaan laboratorium. Pengobatan dapat dilakukan dengan sulfaquinoxalin
1/1000 pada makanan atau dengan terramycine 27,5 mg/kg berat badan.
5. Salmonellosis
Disebabkan oleh Salmonella typhimurium. Itik yang terkena salmonellosis
pernafasannya cepat, mengeluarkan kotoran dari mata dan lubang hidung serta menderita
diare. Bila dilakukan bedah bangkai terlihat usus berdarah dan pembengkakan pada limpa
dan hati. Penularan penyakit terjadi per os. Bakteri tersebut melalui sisa-sisa makanan, bak
makanan, dan sanitasi yang buruk. Pencegahan penyakit ini dilakukan sanitasi yang baik.
Penyakit ini diobati dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04%. Selain
itu dapat pula diobati dengan sulfadimidin yang dicampur dengan air minum.
6. Botulismus
Nama lain penyakit ini adalah Limberneck. Penyebab Clostridium botulinum, yang
banyak terdapat pada bangkai maupun tanaman yang telah membusuk. Tanda-tanda
penyakit ini berupa kelumpuhan, terutama pada urat leher.
7. Haemorragic Septicemia (Avian Cholera)
Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurella multicoda, dengan tanda-tanda kotoran berwarna
hijau-kuning, tender joint membengkak, pertumbuhan terhambat, nafsu makan turun dan
mata berair. Pengobatan dapat dilakukan dengan sulfonamide, sedangkan pencegahan
dilakukan dengan vaksinasi. Dalam keadaan epidemi, harus cepat diambil tindakan dengan
mendesinfeksi
kandang serta peralatan, sedangkan terhadap bangkai yang terinfeksi dilakukan
pembakaran.

8. New Duck Disease (Infeksi Anatipestifer)

Penyebab penyakit ini adalah Pasteurella anatipestifer, dengan tanda-tanda yang


hampir sama dengan penyakit Cholera. Perbedaannya dengan cholera dapat dilakukan
dengan pemeriksaan laboratorium. Pengobatan dapat dilakukan dengan sulfaquinoxalin
1/1000 pada makanan ataudengan terramycine 27,5 mg/kg berat badan.

13
9. Salmonellosis

Disebabkan oleh Salmonella typhimurium. Itik yang terkena salmonellosis pernafasannya


cepat, mengeluarkan kotoran dari mata dan lubang hidung serta menderita diare. Bila
dilakukan bedah
bangkai terlihat usus berdarah dan pembengkakan pada limpa dan hati. Penularan penyakit
terjadi per os. Bakteri tersebut melalui sisa-sisa makanan, bak makanan, dan sanitasi yang
buruk. Pencegahan penyakit ini dilakukan sanitasi yang baik. Penyakit ini diobati dengan
furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04%. Selain itu dapat pula diobati dengan
sulfadimidin yang dicampur dengan air minum.

10. Botulismus

Nama lain penyakit ini adalah Limberneck. Penyebab Clostridium botulinum, yang banyak
terdapat pada bangkai maupun tanaman yang telah membusuk. Tanda-tanda penyakit ini
berupa
kelumpuhan, terutama pada urat leher. Kadang-kadang diikuti bulu rontok. Pengobatan
dilakukan dengan memberi 1 gram tablet Sulphocarbolate setiap 3 jam dengan jumlah
maksimum 3–4 kali. Dapat juga diberikan suntikan antitoxin.

11. Leucocytozon spp.

Penyebabnya adalah parasite Leucocytozoon spp. yang ditularkan lewat gigitan serangga
(balck flies). Tanda-tanda khusus penyakit ini tidak jelas, kecuali pertumbuhan yang
terhambat, opthalmitis (gangguan pada mata) serta hati dan limpha berwarna sangat gelap.

12. Cacingan

Serangan cacing terlihat dari keadaan pertumbuhan yang amat labat, pucat, kadang-kadang
diare dengan mengeluarkan darah maupun sampai mengalami kelumpuhan. Pemberian
obat cacing secara teratur serta sanitasi perkandangan yang baik dapat dilakukan untuk
mengurangi serangan.
13.Ectoparasit (kutu)

14
Kutu (lice) dapat mengisap darah melalui kulit serta pangkal bulu itik. Hal ini
menyebabkan terganggunya itik terutama pada malam hari. Pembasmian dilakukan dengan
obat pembasmi kutu.

14. Pneumonia

Penyakit ini umumnya menyerang anak itik sampai umur 2 minggu pada saat
brooding. Oleh sebab itu penyakit ini sering disebut brooder pneumonia. Penyebab
penyakit adalah jamur Aspergillus fumigatus yang tersebar pada makanan yang telah
berjamur serta yang tersebar di litter. Penyakit ini disebut juga aspergilosis. Tanda-tandanya
itik mengalami kongesti paru-paru, kesullitan bernafas, bahkan kemudian mati. Pengobatan
yang efektif belum ada, namun perlu tindakan preventif seperti litter diganti dan semua
peralatan hendaknya selalu terjaga kebersihannya.

15.Aflatoxicosis

Penyebabnya jamur Aspergillus flavus yang mengeluarkan


aflatoksin. Jamur ini tumbuh pada pakan yang tidak sempurna panen dan penyimpanannya.
Itik sangat peka terhadap racun aflatoksin. Itik akan mengalami kerusakan hati, degenerasi
berlemak dari sel hati diikuti oleh proliferasi cairan empedu.

16. Bumble Foat

Itik yang dipelilhara di tempat keras, tanah yang kasar dan air yang terbatas untuk
mandi dan membasahi kaki. akan sering mengalami gangguan pada kaki. Alas kaki menjadi
bengkak (Bumble Foat), terlebih bila ransum kurang vitamin A. Pengobatan dilakukan
dengan cara mengeluarkan nanah kemudlan diberi antiseptic pada luka tersebut. Selama
pengobatan itik dikurangi pergerakannya.

16. Ascites (water belly)

Menyerang itik dewasa, berupa akumulasi air dalam ruang abdomen. Abdomen
menjadi besar dan tergantung, serta kehilangan berat. Belum diketahui cara pengobatan

15
III

TATA LAKSANA

3.1 Perkandangan
Kandang itik cukup dibuat dari bahan yang sederhana, tidak mahal tetapi dapat
tahan lama (kuat). Perlengkapan lainnya seperti tempat makan, tempat minum, dan
perlengkapan tambahan lain untuk kebutuhan hidup itik harus terbuat dari bahan yang
tahan lama dan disesuaikan dengan umur. Syarat-syarat kandang yang baik adalah:

• Suhu kandang ± 39 o C
• Kelembaban kandang antara 60-65%
• Memiliki penerangan untuk memudahkan pengaturan agar tata kandang sesuai
dengan fungsi bagian-bagian kandang
• Mudah dibersihkan
• Sirkulasi udara lancar dan cukup mendapatkan sinar matahari

Beberapa tipe kandang yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pemeliharaan terdiri dari:

1. Kandang sistem terkurung atau postal Lantai kandang ini terbuat dari tanah yang
dipadatkan dan pada bagian atas dilapisi sekam/serbuk gergaji yang dicampur
dengan serbuk kapur. Seluruh ruangan kandang dinaungi atap dengan kepadatan
dapat mencapai 4 ekor/m2 apabila pemeliharaan sampai dewasa atau masa
produksi.
2. Kandang sistem koloni Tipe kandang ini merupakan perpaduan atau kombinasi
antara terkurung dengan sistem dilepas. Ciri-ciri kandang sistem koloni antara lain:
a) lantai terbuat dari tanah yang dipadatkan atau disemen dan dialasi dengan litter
yang berasal dari sekam, kulit padi, serutan kayu, atau serbuk gergaji; b) atap
kandang menggunakan sistem atap berlubang; c) tempat umbaran atau pekarangan
dipagar setinggi

16
± 75 cm dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum; dan d) dinding terbuat
dari bambu atau kayu.

3. Kandang sistem batere


Kandang ini dibuat berkotak-kotak dimana satu kotak digunakan untuk satu ekor itik
dengan ukuran 45 x 35 x 60 cm. Bahan kotak dapat terbuat dari bambu atau kawat.
Lantai kandang dibuat sedikit miring agar telur dapat dengan mudah menggelinding
keluar. Tempat makan dan minum sebaiknya di luar kotak atau di bagian depan.
Semua kotak atau kandang batere dikumpulkan pada satu tempat beratap dan
dinding yang dipagari dengan anyaman bambu atau kawat. Sedangkan untuk anak
itik dapat digunakan indukan seperti untuk anak ayam. Alat yang banyak digunakan
adalah pemanas lampu minyak atau listrik. Indukan dapat digunakan untuk sekitar
100 ekor anak itik dan dapat dibuat dari triplek, kayu atau seng dengan lampu
minyak atau listrik (± 40 watt) yang dipasang di bagian tengah. Untuk mengetahui
temperatur indukan sudah cukup, dapat dilihat dari sebaran meri. Apabila terlalu
panas meri akan berada di pinggir dan bila terlalu dingin meri akan mengumpul di
sekitar sumber panas. Temperatur yang ideal adalah apabila sebaran meri merata di
semua tempat. Luasan lantai kandang yang diperlukan untuk anak itik sebagai
berikut: a) umur 1 hari - 1 minggu, kepadatan 20 ekor/m2 , b) umur 1 - 2 minggu,
kepadatan 18 ekor/ m2 , c) umur 2 - 3 minggu, kepadatan 15 ekor/m2 , dan d) umur
5 - 6 minggu, kepadatan 10 ekor/m2 .

3.2 Pemeliharaan Itik Periode Starter/Anak Itik/DOD


Pemeliharaan pada periode starter merupakan tahap penting sebagai langkah awal
dalam menghasilkan itik petelur yang baik. Pemeliharaan pada tahap ini memiliki tujuan
untuk menekan kematian pada fase awal kehidupan DOD dan meningkatkan bobot
badan itik sesuai dengan yang diharapkan pada umur 8 minggu. Pakan untuk anak itik
biasanya mulai diberikan pada saat anak itik berumur 2 atau 3 hari karena sebelumnya
masih memiliki cadangan makanan dalam tubuh. Pakan yang diberikan untuk anak itik

17
pada satu minggu pertama sebanyak 3-4 g/ekor. Pakan dapat berbentuk mash atau
crumble yang diletakkan di atas tempat pakan. Bentuk dan tempat pakan sebaiknya
memanjang sehingga dapat menampung anak itik dalam jumlah banyak. Pemberian
pakan anak itik sebaiknya dilakukan sebelum pemberian sebaiknya dibuat sedemikian
rupa sehingga aman dan anak itik tidak dapat masuk ke dalam tempat minum. Bagian
bawah tempat minum dapat diberi tempat penampungan air yang tercecer. Itik yang
bermain-main di dalam tempat air harus segera dikeluarkan dan apabila bulunya terlalu
basah perlu dikeringkan agar tidak sakit. Untuk menunjang pertumbuhannya, itik
periode starter perlu diberikan vitamin baik yang berasal dari buatan pabrik maupun
dibuat sendiri (vitamin herbal). Obat-obatan juga harus dipersiapkan dan diberikan
sesuai jenis penyakit yang menyerang. Anak itik yang terserang penyakit sebaiknya
segera dipindahkan agar tidak menulari yang lain. Perawatan kandang harus sangat
diperhatikan, terutama kebersihan dan kelembabannya. Kotoran dan sisa pakan harus
dibersihkan setiap hari dan alas kandang yang terkena tumpahan pakan harus cepat
dikeringkan. Lantai dan kolong kandang harus selalu kering dan apabila lantai kandang
rusak atau basah harus diganti. Kandang harus diberi lampu untuk penerangan di malam
hari. Selain itu, sirkulasi udara di sekitar kandang harus lancar agar anak itik tidak mudah
terserang penyakitminum agar pakan tidak basah terkena air minum. Air minum untuk
anak itik harus selalu tersedia dalam kondisi bersih dan diberikan dekat dengan tempat
pakan. Tempat minum sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga aman dan anak itik
tidak dapat masuk ke dalam tempat minum. Bagian bawah tempat minum dapat diberi
tempat penampungan air yang tercecer. Itik yang bermain-main di dalam tempat air
harus segera dikeluarkan dan apabila bulunya terlalu basah perlu dikeringkan agar tidak
sakit. Untuk menunjang pertumbuhannya, itik periode starter perlu diberikan vitamin
baik yang berasal dari buatan pabrik maupun dibuat sendiri (vitamin herbal). Obat-
obatan juga harus dipersiapkan dan diberikan sesuai jenis penyakit yang menyerang.
Anak itik yang terserang penyakit sebaiknya segera dipindahkan agar tidak menulari
yang lain. Perawatan kandang harus sangat diperhatikan, terutama kebersihan dan

18
kelembabannya. Kotoran dan sisa pakan harus dibersihkan setiap hari dan alas kandang
yang terkena tumpahan pakan harus cepat dikeringkan. Lantai dan kolong kandang
harus selalu kering dan apabila lantai kandang rusak atau basah harus diganti. Kandang
harus diberi lampu untuk penerangan di malam hari. Selain itu, sirkulasi udara di sekitar
kandang harus lancar agar anak itik tidak mudah terserang penyakit.
A. Pemeliharaan Itik Periode Grower
Pemeliharaan itik periode grower bertujuan untuk mendapatkan bobot badan ideal
dan seragam untuk dijadikan itik layer atau petelur. Seleksi pada periode ini perlu
dilakukan yaitu memilih itik yang akan dijadikan sebagai itik petelur dan
menyingkirkan/mengafkir itik yang tidak memenuhi kriteria sebagai itik petelur.
Pemeliharaan yang sesuai dan proses sortasi yang dilakukan terhadap calon itik petelur
diharapkan dapat menghasilkan itik petelur yang matang kelaminnya tepat waktu.
Tempat makan dan minum harus cukup tersedia sehingga semua itik dapat makan dan
minum secara merata. Satu tempat pakan pada kandang grower dapat digunakan untuk
100 ekor itik. Air minum pada pemeliharaan pada periode ini harus selalu tersedia dan
diganti setiap hari atau apabila sudah kotor.
Pada hari pertama itik dara masuk dalam kandang perlu diberikan obat anti stress
berupa vitamin, preparat sulfa seperti “sulfamix” atau sejenisnya. Obat tersebut
diberikan dengan cara dicampurkan dalam air minum untuk menghindarkan stres yang
berlebihan dan mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Pembatasan jumlah pakan merupakan cara terbaik yang perlu dilakukan untuk
mencegah kegemukan. Beberapa peternak memberikan sekitar 75-80% dari kebutuhan
pakan normal sehari atau mengurangi kualitas pakan dengan mempertinggi kandungan
serat kasar. Selain itu, cara lain yang sangat membantu dalam mencegah kegemukan
adalah penyediaan halaman yang dapat digunakan itik untuk bergerak secara leluasa
pada siang hari. Kepadatan kandang grower harus diperhatikan agar sirkulasi udara
tidak terganggu, kandang tidak menjadi lembab, dan tidak terjadi perebutan makanan.

19
Kebutuhan pakan yang tidak terpenuhi secara merata dapat menyebabkan
pertumbuhan tidak seragam sehingga tingkat kematangan kelamin tidak seragam.
B. Penyakit Penting pada Itik
1. Avian Influenza (AI) AI merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Tandatanda
umum itik yang terserang penyakit AI adalah keluar air mata, bersin-bersin, keluar
cairan dari hidung, dan pembengkakan mucus dan menyebabkan kotoran pada
mata. Penyakit ini dapat menular daru satu ternak ke ternak lain dan tidak ada
pengobatannya. Vaksin AI sudah tersedia di pasaran namun efektivitas dari vaksin
tersebut masih terus dilakukan penelitian.
2. Duck Cholera Penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida
dan sangat merugikan peternak karena dapat menyebabkan kematian yang tinggi
pada itik dara dan petelur. Anak itik berumur 4 minggu ke atas sangat peka terhadap
penyakit ini. Anak itik yang terserang penyakit ini memiliki gejala-gejala diarhea dan
biasanya disertai dengan sesak napas. Itik yang terjangkit penyakit duck cholera
harus segera dipisahkan. Penyakit Duck cholera dapat diobati dengan preparat sulfa
dan antibiotik. Selain itu, penyakit ini bisa dicegah dengan sanitasi dan manajemen
yang baik.
3. Salmonellosis Penyakit Salmonellosis disebabkan oleh beberapa tipe salmonella. Itik
yang terserang penyakit ini menunjukkan tanda-tanda tidak bergairah, dehidrasi
yang disertai diare, kehilangan keseimbangan, kepala gemetar dan terputar. Ciri
spesifi k penyakit ini yaitu tampak pada caecum (usus) yang membengkak dan ada
tonjolan, mucosa (selaput) di sekitar rectum membengkak dan terdapat cairan
keputih-putihan. Itik yang sudah sembuh biasanya pertumbuhannnya terhambat
dan terdapat luka-luka pada ususnya. Walaupun itik sudah sembuh, tetapi masih
dapat mengeluarkan bibit penyakit ke itik lain melalui kotorannya, sehingga harus
dipisahkan dari kelompok. Penyakit yang Disebabkan Faktor Makanan dan
Lingkungan Penyakit pada kelompok ini antara lain keracunan, kekurangan zat-zat

20
makanan, stres, dan afl atoksicosis yang disebabkan oleh racun afl atoksin yang
terdapat dalam bahan pakan seperti bungkil kacang tanah dan jagung.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dawagroindo. 2014. Memelihara etok/bebek manila. Pada

https://dawagroindo.wordpress.com/2014/08/01/memelihara-entokbebek-manila/
diakses pada 25 oktober 2021

Riyanti, dkk. 2020. Produksi Aneka Ternak Unggas. Pusaka Media. Lampung.

Suharno, B. dan K, Amri. 2004. Beternak Itik Secara Intensif. Panebar Swadaya. Jakarta.
Srigandono, B. 1997. Ilmu Unggas Air. Cetakan ke tiga. Gadjah Mada University press :
Yogyakarta.
Lubis, D.A. 1963. IlmuMakananTernak. Jakarta: Pembangunan.
North and Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual, New York
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

22
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS

“Budidaya Ternak Itik”

Oleh:

Kelas A

Kelompok 3

LAELATUN HASANAH 200110180011

ANDIKA TRIYANTO 200110180175

JILAN RAHMA 200110180232

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021
1. KRITERIA PEMILHAN BIBIT

Kriteria pemilihan bibit itik sebagai penghasil telur diantaranya, yaitu:

• Memiliki tubuh yang ramping (tidak gemuk)


• Leher kecil, panjang, dan bulat seperti rotan
• Kepala kecil dan mata bersinar
• Sayap menutup badan secara rapat
• Ujung sayap tersusun rapi di pangkal ekor, bulu halus, rapi, dan tidak kusut
• Kaki kokoh

Persyaratan dalam memilih itik jantan umur 1-7 hari sebagai itik pedagang antara
lain:

• Bobot minimal 40 gram


• Tubuh tegap, mata jernih, kaki kokoh, tidak cacat, dan tidak buta
• Bulu bersih dan kering
• Nafsu makan besar
• Bebas dari penyakit unggas

2. PAKAN ITIK

Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam usaha peternakan itik,
karena 60-70% biaya produksi adalah biaya pakan. Oleh karena itu, peternak harus
memahami teknik pemberian pakan itik agar tidak mengalami kerugian. Itik yang
dipelihara dengan cara digembalakan akan mencari pakan sendiri secara alami di
sawah-sawah atau pematang-pematang. Akan tetapi, apabila itik dikandangkan
atau dipelihara secara intensif maka pakan menjadi faktor penting untuk
diperhatikan.

A. PAKAN ITIK PETELUR


Untuk mencapai produksi yang optimum dan keberhasilan usaha peternakan itik,
maka pemberian pakan yang murah dan dan memenuhi kebutuhan zat gizi sangat
diperlukan. Kebutuhan gizi itik dapat dipenuhi dari berbagai campuran bahan pakan.
Pemilihan bahan pakan sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan kadar protein
dan energi yang diperlukan oleh ternak. Kebutuhan beberapa zat gizi untuk itik
petelur disajikan pada Tabel 1.

Jumlah pakan yang diberikan pada ternak sangat bervariasi karena tergantung pada
jenis itik, kualitas pakan, dan ukuran badan itik. Angka perkiraan kebutuhan pakan itik
petelur dapat dilihat pada Tabel 2.

Penggunaan bahan pakan lokal yang murah, tidak bersaing dengan manusia, dan
bermutu baik sangat disarankan agar usaha itik dapat menguntungkan. Selain itu,
bahan pakan yang digunakan sebaiknya tidak beracun, tidak asin, kering, tidak
berjamur, tidak busuk/bau/apek, dan tidak menggumpal. Beberapa jenis bahan pakan
sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi (bekatul), gabah/beras/menir,
jagung (dedak jagung), sagu, sorghum (cantel), dan singkong. Bahan pakan sumber
protein diantaranya adalah tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong air
(tutut), kepala udang, ikan rucah, hasil sisa paha katak, dan hasil sisa penetasan.
Selain itu, terdapat beberapa sumber vitamin yang murah untuk dimanfaatkan
sebagai pakan itik seperti genjer, eceng gondok, rumput muda, dan tepung daun.

B. PAKAN ITIK PPEDAGING


Pakan yang digunakan untuk itik pedaging terdiri dari dua jenis yaitu starter dan
grower/fi nisher. Kebutuhan gizi periode starter (0-3 minggu) dan grower (4-10
minggu) disajikan pada Tabel 4.

Ransum itik pedaging dapat dibuat dengan cara mencampur beberapa bahan yang
berasal dari limbah pertanian, perikanan, dan pakan pabrik (konsentrat dan pur).

Pakan untuk itik periode starter diberikan sebanyak 20-40 g/ekor/hari dengan
frekuensi 3-4 kali, sedangkan periode grower sebanyak 40-60 g/ekor/hari dengan
frekuensi 2-3 kali. Contoh komposisi ransum untuk itik pedaging periode starter
adalah pur komersial dan menir dengan perbandingan 2:1. Adapun komposisi ransum
untuk periode grower dapat dilihat pada Tabel 5.

3. PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian penyakit yaitu penanganan pembasmian penyakit untuk
mengurangi wabah penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga kerugian yang
bersifat ekonomi dapat ditekan seminimal mungkin.(Malichatin, H.2017)
Cara pengelolaan kesehatan itik
 Pemberian pakan yang layak
 Penggunaan bibit yang baik dan sehat
 Pengelolaan serta penanganan penyakit

Cara pengendalian penyakit meliputi:


a. Itik yang mati karena penyakit, dikubur dan dibakar
b. Bersihkan kandang dan peralatan
c. Memberi obat cacing setiap 3 bulan sekali
d. Menambahkan vitamin kedalam makanan dan air minum
e. Tidak memberikan pakan yang sudah berjamur atau tengik
f. Isolasi itik yang sakit pada kandang terpisah
g. Bila terjadi wabah penyakit menular, kandang dan semua peralatan harus
disucihamakan

Pengendalian penyakit pada itik wajib melakukan vaksinasi dengan tepat, menjaga
daya tahan tubuh itik melalui pemmberian pakan berkualitas dan suplementasi,
serta menerapkan biosekuriti secara ketat.(Bakti, A.2016)
a. Vaksinasi
Vaksinasi Al wajib dilakukan pada semua unggas termasuk itik. Adapun
program vaksinasi Al pada iitk pedaging dan petelur sebagai berikut:
Umur (hari) Vaksin Dosis Cara Pemberian
10 Medivac Al Subtipe 0,2 ml/ekor Suntik Subkutan
H5N1 2.1/ Medivac Al
Subtipe H5N1 2.3

Tabel.2 PROGRAM VAKSINASI PADA ITIK PEDAGING


Umur (hari) Vaksin Dosis Cara Pemberian
14 Medivas Al Subtipe 0,2 ml/ekor Suntik Subkutan
42 H5N1 2.1 0,5 ml/ekor Suntik Intramuskuler
119 Medivac Al Subtipe 0,5 ml/ekor Suntik Intramuskuler
H5N1 2.3

b. Pemberian pakan yang berkualitas dan suplementasi


Pemberian suplemen pakan akan membantu meningkatkan daya tahan
tubuh itik. Suplemen tersebut berupa multivitamin (Vita stress, Kumavit,
Fortevit), Premiks (Top Mix, MixPlus) dan Imunostimulan (Imuustim).
Penambahan premiks dapat melengkapi kebutuhan nutrisi pakan sehingga
proses metabolisme pertahanan tubuh unggas bisa berjalan maksimal.
Sedangkan pemberian imunostimulan berfungsi memicu peningkatan kerja
komponen-komponen sistem imun (kekebalan). Dengan begitu jumlah
antibodi dan makrofag di dalam tubuh itik untuk menghalau virus AI lapang
akan meningkat dan itik lebih tahan terhadap serangan AI.
c. Menerapkan Biosekuriti
Penerapan biosekuriti harus ditingkatkan dengan mengisolasi itik yang sakit,
tidak memelihara itik bercampur dengan ayam atau unggas lainnya, serta
tidak memasukkan bibit itik untuk peremajaan bila sudah tertular atau mulai
menunjukkan gejala lemah/sakit. Jika terjadi kasus positif AI pada suatu
peternakan atau kelompok itik, maka hendaknya dilakukan pemusnahan
secara terbatas pada itik yang sakit. Kandang dan lingkungannya juga perlu
disemprot dengan desinfektan. Pilih dan gunakan desinfektan yang daya
kerjanya kurang dipengaruhi bahan organic seperti Formades atau Sporades
untuk menyemprot bagian luar kandang. Semprotkan juga disinfektan secara
rutin seminggu sekali pada kandang yang berisi itik dengan desinfektan yang
aman untuk itik seperti Antiseptik atau Neo Antisep

Berbagai macam penyakit itik bisa dicegah atau dikendalikan. Jenis penyakit
ini biasanya disebabkan oleh buruknya segi pemeliharaan seperti keracunan,
kesehatan, kebersihan, kekurangan vitamin, dan mineral.
Jenis penyakit pada itik dan cara pencegahannya
1. ND ( Tetelo )
a. Penyebab :
Virus ND, menyerang itik pada semua usia kematian tinggi (80 -100%),
terutama diusia muda.
b. Penularan :
 lendir yang keluar melalui rongga mulut, lubang hidung dan kotorana
yam sakit,
 kontak langsung dengan ayam yang sakit,
 melalui debu, peralatan kandang yang tercemar penyakit, sekam kering
bekas ayam sakit.

c. Gejala Klinis :
 gangguan pernafasan,
 nafsu makan menjadi hilang, tapi nafsu minum bertambah
 anak itik tampak lesu dan cenderung berkumpul dibawah sumber panas
(lampu)
 kepala memutar kebawah dan keatas (melintir), dan diikuti
kelumpuhan.
d. Pencegahan :
 vaksinasi pada itik sehat
 sanitasi yang baik (mencuci kandang dan peralatan dengan desinfektan
mengganti alas kandang dengan yang baru)
 vaksinasi ND dilakukan pada umur 4 hari,21 hari , 3 bulan, selanjutnya
diulang setiap 3 bulan

2. AVIAN INFLUENZA (Flu Brurung)

a. Penyebab :
Virus influenza tipe A (H5N1). Penyakit Avian Influenza sangat berbahaya
karena menyebabkan kematian unggas secara mendadak dan menyebar
secara cepat serta menular pada manusia (zoonosis).

b. Penularan :

 kontak langsung dengan unggas yang sakit,


 kontak tidak langsung melalui: Kotoran unggas sakit,
sumber air (danau atau kolam) yang tercemar kotoran dan atau bulu dari unggas
yang sakit, Virus yang terbawa oleh orang-orang yang berkunjung melalui sepatu,
baju, cangkul, sekop, sangkar, peti

c. Gejala Klinis :

 Mati Mendadak
 Lendir dari hidung
 Jengger bengkak, berwarna biru atau berdarah
 Bengkak pada bagian kepala dan ketopak mata, perdarahan dikulitpada
area yang tidak ditumbuhi bulu terutama bagian kaki

d. Pencegahan :

 Masing-masing jenis unggas dikandangkan dalam kandang yang berbeda


(bebek, itik dan ayam tidak sekandang)
 Ayam yang baru dibeli dikarantina minimal 2 minggu dan jika terlihat
ayam sakit segera dipisahkan,
 Cuci tangan dengan sabun setelah memegang ayam,
 Hanya menjual atau membeli ayam sehat,
 Membersihkan halaman sekitar kandang setiap hari dan kotoran dibakar
atau dikubur,
 Cuci dan bersihkan peralatan kandang seminggu sekali, bersihkan dan
sucihamakan kandang dengan desinfektan atau bahan detergent,
 pakai alas kaki khusus di kandang (misalnya : sandal jepit yang khusus
dipakai di kandang saja),
- Pemberian pakan berkualitas dan bersih,
- Vaksinasi ayam yang sehat
- Membakar atau menguburkan bangkai dengan kedalaman galian
setinggi lutut orang dewasa.
3. Duck Cholera

a. Penyebab :

disebabkan karena bakteri Pasteurella multocida. Penyakit tersebut


menyerang pada anak itik umur 4 minggu keatas.

b. Gejala Klinis :

 Mempunyai gejala diarkea


 Sesak napas

c. Penularan : melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

d. Pencegahan : sanitasi dan manajemen yang baik

4. Snot (Coryza)

a. Penyebab:

Disebbakan oleh bakteri Haemophilulus paragallinarum yang menyerang


sistem pernapasan pada itik. Tingkat kematiannya 50% dari populasi yang
ada. Snot menyerang pada itik dengan usia 2-4 minggu.

b. Gejala Klinis

 Adanya cairan berlendir pada hidung itik


 Timbulnya bengkak pada bagian wajah
 Sulit bernapas
 Ngorok
 Nafsu makan menurun.

c. Penularan

 Adanya kontak antara bebek dengan bakteri penyebabnya


 Kandang dan peralatan kurang bersih sehingga tercemar kuman
d. Pencegahan
 Memperhatikan lingkungan
 Mengganti air
 Memperhatikan Tempat Pakan dan Minum
 Pakan
 Memberikan Suplemen
 Vaksinasi
 Memandikan
 Memisahkan itik yang terkena penyakit
 Memberi vaksin
1. Perkandangan

a. Kandang untuk DOD

kandang yang digunakan untuk pemeliharaan DOD dapat berupa kandang boks,
kandang panggung, dan kandang postal. Kandang tersebut biasanya terbuat dari
ram dengan diberikan alas yang halus. Tujuan penggunaan lantai beralasan
kawat ram tersebut supaya kotoran itik dapat langsung jatuh kebawah,sehingga
kaki itik tetap bersih, Sebelum kandang digunakan harus dilakukan
penyemprotan disinfektan yang bertujuan untuk mematikan kuman dan balteri.
Kemudian peternak meletakan alat pemanas dari lampu listrik sebagai
pengganti induk supaya DOD merasa hangat. Lampu yang digunakan yaitu
lampu bohlam dengan ukuran 5 watt. Penggunaan lampu listrik digunakan
sampai itik menginjak usia 3 minggu. Pada usia tersebut itik masih rentan
terhadap suhu udara dingin.

b. kandang itik dara hingga dewasa

itik yang berumur 5-20 minggu atau sekitar 5 bulan itik dipindahkan ke kandang
ranch atau kandang pen. Pemeliharaan itik usia dara ini bertujuan untuk
mendapatkan itik petelur yang berkualitas. Bagian dalam kandang ranch dibagi
menjadi dua bagian yakni kandang umbaran dan kandang untuk bertelur dan
beristirahat. Pada bagian kandang yang beratap lantainya perlu diberikan alas
berupa sekam, jerami kering atau serbuk gergaji, saat pemberian alas kandang
sebaiknya diberikan campuran pasir dan kapur. Pasir tersebut digunakan supaya
lantai kandang tidak lembap,sedangkan Kapur tersebut berfungsi untuk
menyerap amoniak yangtimbul dari Koran itik. Pemberian alas tersebut memiliki
perbandingan 1:2:5 untuk pasir, kapur, sekam,serbuk gergaji dan jerami dengan
ketebalan 20 cm. Alas kandang dilakukan pembalikan secara teratur. Bagian
kandang yang tertutup digunakan untuk tempat beristirahat, bertelur, dan
berlindung dari hujan. Sedangkan bagian kandang yang terbuka digunakan
untuk minum, makan dan bermain.

c. Kandang itik masa bertelur

itik remaja atau itik yang siap bertelur biasanya menggunakan tipe kandang
ranch, kandang yang digunakan sama seperti pemeliharaan itik dara menuju
dewasa. Perbedaannya dengan kandang itik dari yakni didalam kandang
disiapkan tempat untuk bertelur yang berfungsi sebagai sarang. Pembuatan
sarnag tersebut terbuat dari sekam , sekam tersebut bersifat lunak dan tidak
merusak telur (Nurchayati,H.2020)

2. Tatalaksana Pemeliharaan
1. Tatalaksana pemeliharaan DOD
a. Menentukan jenis sexing itik
Dalam menentukansexing pada itik terdapat 2 cara yaitu dengan melihat alat
kelamin atau mendengarkan suaranya.
Cara pertama yaitu DOD dipegang dalam posisi punggung dibagian bawah,
dengan ekor menjulang keatas diantara telunjuk dan jari tengah.
Menggunakan ibu jari dan jarii telunjuk pada tangan kanan, kloaka dibuka
lebar dna sedikit ditekan, apabila terdapat tonjolan atau penjuluran kecil
berwarna putih yaitu penis maka DOD tersebut jantan, sedangkan pada
betina tidak tampak benjolan tersebut.
Cara kedua yakni membedakan dengan suara DOD dimana pada DOD jantan
mempunyai suara yang besar dan berat, sedangkan betina suaranya keras
dan nyaring.
b. Penyediaan induk buatan
induk buatan yang banyak digunakan oleh peternak yaitu lampu minyak atau
listrik. Induk buatan dapat digunakan sekitar 100 ekor DOD. Induk buatan
tersebut bisa terbuat dari triplek, kayu atau seng dengan lampu minyak atau
listrik (sekitar 40 watt) dipasang dibagian tengah, selain itu kerangjang
berbentuk bulat yang terbuat dari anyaman bamboo dapat dipakai sebagai
induk buatan. Panas yang dihasilkan oleh tubuh anak itik yang saling
berhimpitan dalam keranjang dapat pula dipakai sebagai sumber panas.
untuk mengetahui temperature didalam ruangan sudah cukup, dapat dilihat
dari sebaran DOD, jika terlalu panas meri akan berada dipinggir dan bila
terlalu dingin DOD akan mengumpul disekitar sumber panas. Temperatur
yang ideal akan membuat sebaran meri merata disemua tempat.
c. Tempat pakan dan minum
Tempat minum harus disesuaikan dengan umur itik supaya itik nyaman dan
tidak masuk kedalam tempat minum. Pakan yang diberikan dalam bentuk
mash atau crumble yang diletakan diatas tempat pakan. Jumlah tempat
pakan harus disesuaikan dengan bertambahnya umur supaya cukup. Bentuk
tempat pakan diusahakan memanjang sehingga dapat menampung DOD
dalam jumlah banyak. Tempat minum diletakan dekat dengan tempat pakan,
bagian bawah tempat minum dapat diberi tempat penampungan air yang
tercecer untuk DOD bermain air.
2. Tatalaksana pemeliharaan itik dara
Itik dara yang baru dipindahkan ke kandang perlu diberikan obat anti stress
beruapa vitamin, preparat sulfa seperti “Sulfamix” atau sebangsanya yang dapat
dibeli di poultry shop. Pemberian obat tersebut bisa dicampurkan dalam air
minum untuk menghindari stress yang berlebihan dan mencegah beberapa
penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Pembatasan jumlah pakan merupakan cara yang terbaik untuk mencegah
kegemukan, namun pembatasan pakan yang berlebihan akan dapat
menyebabkan itik menjadi kurus. Biasanya peternak memberikan sekitar 75-
80% dari kebutuhan konsumsi pakan nominal sehari. Cara lain yang juga banyak
dilakukan peternak adalah mengurangi kwalitas pakan, dengan mempertinggi
kandungan serat kasar. Sebaagai patokan berat badan ideal itik siap bertelur (22
minggu) antara 1,3-1,4 kg
3. Pemeliharaan itik petelur
Kandang untuk pemeliharaan itik petelur yaitu terdiri dari dua ruangan.
Ruangan istirahat yang dilindungi atap serta ruang halaman tanpa atap. Pada
malam hari itik dimasukan kedalam kandang pemberian lampu yang redup
dalam kandang memudahkan pekerja, karena bila hari mulai gelap itik secara
otomatis akan mendekati lampu dan masuk kedalam kandang untuk
beristirahat.
Itik petelur tidak dapat melihat pada pagi hari, sehingga dapat
memudahkan pekerja dalam melaksanakan tugas sehari hari, pada pagi hari
tempat pakan diisi 1/3 dari jatah pakan sehari dan tempat minum diisi dengan
air bersih. Untuk menghindari telur yang berserakan dibagian samping kandang
dibuat sangkar dengan menambahkan litter atau sekam. Pada siang hari sekitar
jam 11.00 itik diberi pakan. Usahakan supaya pakan yang diberikan tidak
bersisa.(litbang pertanian.2009)
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2018. Cara mengatasi Snot Pada Bebek. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021,
melalui https://arenahewan.com

Abdul Wakhid. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Itik. AgroMedia Pustaka, Jakarta

Bakti, A. 2016. Pengendalian Penyakit Al Pada Itik. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021,
melalui https://www.medion.co.id/

Bambang Suharno dan Khairul Amri. 1998. Beternak Itik secara Intensif. Penebar
Swadaya, Jakarta

BBP2TP. 2008. Teknologi Budidaya Itik. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor

Dinas Peternakan Prov. DIY. 2000. Budidaya Ternak Itik. Dinas Peternakan Prov. DIY,
DIY

IP2TP. 2000. Penyusunan Ransum untuk Itik Petelur. Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta

L. Hardi Prasetyo, dkk. 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Ternak Itik. Balai Penelitian
Ternak, Bogor Puslitbang Peternakan. 2002. Sistem Usaha Pertanian Berwawasan
Agribisnis Berbasis Peternakan. Ternak Itik. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor

Litbang Pertanian. 2009. Beternak Itik. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2021, melalui
nad.litbang.pertanian.go.id

Malichatin, H. 2017. Penanganan Penyakit Unggas (Itik, Bebek, Ayam). Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2021, melalui https://disnakeswan.lebakkab.go.id/

Nurchayati,H. 2020. Cara Pembesaran DOD Bebek Petelur Hingga Mencapai Usia Dewasa.
Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021.
MAKALAH

“BUDIDAYA PUYUH PETELUR”

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas

Oleh:

Kelompok 4

Dina Ekawarna 200110180013

Hairul Anwar 200110180181

Hasbi Ali Rifasakti 200110180260

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021
1. BIBIT
Pemilihan Bibit Puyuh Petelur
1. Mencari bibit dari peternak yang terpercaya dan berpengalaman serta sudah
menjalankan usahanya dalam waktu yang lama dan memiliki rekam jejak yang
baik.
2. Calon bibit induk yang baik yaitu berumur 3 minggu.
3. Hindari memberi puyuh petelur tua karena akan berpengaruh pada
produktivitasnya.
4. Hindari menggunakan bibit yang berasal dan perkawinan
sedarah (inbreed) terus-menerus karena keturunannya akan semakin buruk
kualitasnya.
Periode Pemeliharaan Puyuh Petelur
1. Fase Starter umur 0 – 3 minggu
2. Fase grower umur 4 – 6 minggu
3. Fase layer umur 7 – 60 minggu

2. RANSUM
Ransum Puyuh Petelur
Ransum merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan
untuk seekor ternak selama sehari semalam. Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan
zat nutrien yang diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup
pokok, produksi maupun reproduksi. Ransum seimbang adalah ransum yang diberikan
selama 24 jam yang mengandung semua zat nutrien (jumlah dan macam nutriennya)
dan perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan tujuan
pemeliharaan ternak (Chuzaemi, 2002). Pengetahuan tentang kualifikasi bahan pakan
diperlukan untuk menyusun ransum seimbang. Penyusunan ransum seimbang yang
sesuai dengan kebutuhan ternak, diharapakan akan dapat menghasilkan produksi yang
optimal.
Zat nutrien adalah zat-zat gizi di dalam bahan pakan yang sangat diperlukan
untuk hidup ternak meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air
(Tillman et al., 1998). Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan
zat nutrien atau komposisi kimianya, serta tinggi rendahnya zat antinutrisi yang
terkandung di dalamnya. Ransum bagi ternak berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, hidup pokok, dan produksi.
Konsumsi pakan dapat menunjukkan apakah ransum yang dibuat disukai ternak
ataukah tidak. Konsumsi pakan yang rendah menunjukkan ransum tersebut kurang
disukai. Konsumsi yang rendah mungkin juga disebabkan kandungan energinya terlalu
tinggi, sedangkan konsumsi yang tinggi namun jika tidak diikuti dengan peningkatan
produksi menunjukkan bahwa ransum tersebut kualitasnya rendah. Rasio konversi
pakan (Feed Conversion ratio/FCR) berperan penting secara ekonomis dalam industri
unggas. Rasio konversi pakan pada burung puyuh lebih tinggi dibandingkan dengan
broiler yaitu pada burung puyuh 3,3–4,9; sedangkan pada broiler adalah 1,3–2,2 (Khalil,
2015).
Puyuh membutuhkan asupan nutrisi yang berasal dari konsumsi ransum untuk
meningkatkan bobot tubuhnya pada masa pertumbuhan. Pakan mempengaruhi
terhadap pertumbuhan dan produksi dapat maksimal, oleh karena itu jumlah dan
kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai. Menurut Nugroho
dan Mayun (1990), penyusunan ransum untuk burung puyuh perlu memperhatikan
beberapa hal seperti kebutuhan nutrien sesuai dengan fase umur burung puyuh dan
ketersediaan dan kualitas bahan pakan yang digunakan.
Tabel Jumlah Pakan Perhari Berdasarkan Umur Puyuh

Umur puyuh Jumlah pakan yang diberikan


(g/ekor/hari)
1 hari – 7 hari 2
1 minggu – 2 minggu 4
2 minggu – 4 minggu 8
4 minggu – 5 minggu 13
5 minggu – 6 minggu 15
Di atas 6 minggu 17-19
Kebutuhuan Nutrisi Puyuh Fase Starter

No. Parameter Satuan Kebutuhan


1 Kadar Air (Maks) % 14,0
2 Protein Kasar (Min) % 20,0
3 Lemak Kasar (Maks) % 7,0
4 Serat Kasar (Maks) % 6,5
5 Abu (Maks) % 8,0
6 Kalsium (Ca) % 0,90–1,20
7 Fosfor (P) total % 0,60–1,00
8 Fosfor tersedia (Min) % 0,40
9 Energi Metabolisme (Min) Kkal/kg 2800
10 Total Aflatoksin (Maks) μg/kg 40,0
11 Asam amino: (Min)
- Lisin % 1,10
- Metionin % 0,40
- Metionin + Sistin % 0,60

Kebutuhan Nutrisi Puyuh Fase Grower


No. Parameter Satuan Kebutuhan
1 Kadar Air (Maks) % 14,0
2 Protein Kasar (Min) % 20,0
3 Lemak Kasar (Maks) % 7,0
4 Serat Kasar (Maks) % 7,0
5 Abu (Maks) % 8,0
6 Kalsium (Ca) % 0,90–1,20
7 Fosfor (P) total % 0,60–1,00
8 Fosfor tersedia (Min) % 0,40
9 Energi Metabolisme (Min) Kkal/kg 2800
10 Total Aflatoksin (Maks) μg/kg 40,0
11 Asam amino: (Min)
- Lisin % 0,80
- Metionin % 0,35
- Metionin + Sistin % 0,50

Kebutuhan Nutrisi Puyuh Fase Layer

No. Parameter Satuan Kebutuhan


1 Kadar Air (Maks) % 14,0
2 Protein Kasar (Min) % 20-22
3 Lemak Kasar (Maks) % 7,0
4 Serat Kasar (Maks) % 7,0
5 Abu (Maks) % 14,0
6 Kalsium (Ca) % 2,50–3,50
7 Fosfor (P) total % 0,60–1,00
8 Fosfor tersedia (Min) % 0,40
9 Energi Metabolisme (Min) Kkal/kg 2800
10 Total Aflatoksin (Maks) μg/kg 40,0
11 Asam amino: (Min)
- Lisin % 0,90
- Metionin % 0,40
- Metionin + Sistin % 0,60
3. PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian Penyakit :
1. Snot atau Coryza

Sumber gambar : https://i.ytimg.com/vi/gTSRwAfX7Jg/mqdefault.jpg


Snot memiliki gejala umum yaitu mata bengkak, berwarna merah, dan
mengeluarkan lendir. Penyakit ini sangat menular ke unggas lainnya. Penyakit ini
dapat dikendalikan dengan memberikan vaksin CDR/Coryza aktif.
2. Cacingan

Sumber gambar : https://i2.wp.com/gdmorganic.com/wp-


content/uploads/2020/04/6.jpg
Cacingan memiliki gejala yaitu puyuh tampak kurus, lemah, dan lesu. Cacingan
disebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk oleh karena itu
pencegahannya dapat dilakukan dengan membersihkan kandang secara teratur
dan pemberian pakan berkualitas.
3. Aspergilosis
Kandang yang kurang terawat bisa memicu munculnya berbagai cendawan yang
menyerang puyuh, salah satunya yaitu cendawan aspergillus fumigatus. Gejala
yang ditimbulkan seperti gangguan pernafasan, muncul lapisan seperti keju di
bagian mata, nafsu makan berkurang, dan sering mengantuk. Cara mengatasinya
yaitu memperbaiki sanitasi kandang.
4. Quail bronchitis
Gejala yang dialami yaitu mengalami batuk, bersin, tubuh gemetar, bulu kusam,
lesu, kepala dan leher sedikit terpuntir, dan lendir muncul dari mata dan hidung.
Cara pengendaliannya yaitu dengan memperbaiki sanitasi dan pemberian pakan
berkualitas.
5. Cacar unggas (Fowl fox)

Gelaja yang muncul berupa keropeng di kaki, mulut, dan area lain yang tidak
berbulu. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin dipteria serta
menjauhkan dari ternak terjangkit.
6. Berak berdarah atau coccidiosis
Gejala seperti berak disertai darah, selalu menggigil, bulu kusam, dan nafsu
makan turun ditimbulkan akibat penyakit ini. Cara mengatasinya yaitu dengan
memberikan tablet trisula zuco, noxal, dan clhorine yang sudah dicairkan, serta
vaksinasi.
7. Berak kapur atau Pullorum

Sumber gambar : https://www.google.com/


Penyakit berak kapur sangat menular dan memiliki gejala yaitu warna kotoran
putih, sesak nafa, nafsu makan turun, sayap menggantung, dan bulu mengerut.
Pengendalian berak putih yaitu dengan menjaga kebersihan kandang dan kubur
puyuh yang sudah terinfeksi. Puyuh yang sudah terinfeksi dapat diberi antibiotik
seperti mycomas, neo teramycin, dan coccilin.
8. Tetelo atau Newcastle disease

Sumber gambar : https://cdn.staticaly.com/


Gejala yang ditimbulkan yaitu kotoran berwarna hijau, mata berdarah, ngantuk,
lesu, ngorok, bersin, batuk, susah nafas, dan kepala terlihat seperi memutar tak
tentu arah. Cara pencegahannya yaitu memberi vaksin NDV dan menjaga sanitasi
kandang.
9. Radang usus atau Quail enteritis
Gejala yang ditimbulkan yaitu bulu kusam, mata tertutup, dan lesu. Untuk
mengatasi radang usus pada puyuh. Cara pengendaliannya yaitu dengan
memisahkan puyuh yang sakit dari kelompoknya, dan membersihkan kandang.
4. KANDANG
Perkandangan Puyuh Petelur
Kandang digunakan untuk tempat tinggal, tempat beraktivitas burung puyuh
setiap hari, yang sekaligus juga tempat bertelur. Kondisi kandang sangat mempengaruhi
terhadap produktivitas burung puyuh. Kandang yang nyaman akan membuat burung
puyuh lebih sehat dan lebih produktif. Dalam sistem perkandangan yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
 Lokasi merupakan hal yang paling penting
- Hindari kebisingan agar puyuh tidak stres
- Jauh dari pemukiman warga karena feses puyuh bau menyengat
- Memiliki sirkulasi udara yang baik
- Jauhkan dari peternakan ayam ras agar terhindar dari penyakit
- Memiliki sumber air yang melimpah
 Temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25oC
 Kelembaban kandang berkisar 30-80%
 Penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari
40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan)
 Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk
kedalam kandang.
Model kandang burung puyuh ada dua macam yang biasa diterapkan yaitu
sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Sistem litter mempunyai
kelebihan yaitu Hemat tenaga dan praktis karena tidak membersihkan setiap hari,
Merupakan sumber vitamin B12, Dasar kandang tidak cepat rusak, Kesehatan kaki puyuh
terjamin, Kehangatan merata, Dapat menyerap kotoran dan air, Mengurangi
kanibalisme karena puyuh selalu mengkais. Sedangkan, sistem batere lebih menekankan
pada efisiensi perkandangan. Yang mana kandang bisa disusun menjadi 3-4 tingkat.
Perkandangan burung puyuh juga harus diperhatikan sesuai fase pertumbuhan
puyuh. Pembagian kandang sesuai umur pertumbuhannya adalah untuk menyesuaikan
ukuran dan kepadatan kandang. Jenis-jenis kandang sesuai fase atau fungsinya sebagai
berikut:
 Kandang untuk pembibitan
Kandang yang akan dipakai untuk proses pembibitan tentunya akan memiliki
pengaruh langsung terhadap peforma dan produktifitas dari burung puyuh yang akan
menghasilkan telur yang bagus dan juga berkualitas. Ukuran atau besarnya kandang
dalam proses ini tentunya di pengaruhi oleh jumlah puyuh yang akan anda ternak
nantinya.
 Kandang fase starter
Kandang brooder di khususkan untuk memberikan panas yang cukup. Ini sangat
dibutuhkan para anakan puyuh. Dalam kandang brooder di lengkapi dengan alat
pemanas ruangan. Untuk memuat 90-100 ekor anak puyuh, hanya diperlukan ukuran
kandang dengan panjang 100 cm, tinggi 40 cm, lebar 100 cm dan tinggi kaki hingga 50
cm.
 Kandang fase grower
Kandang yang digunakan berupa kawat ram atau kandang yang memiliki jenis
yang sama dengan kandang yang di gunakan untuk para induk petelur. Anak puyuh yang
berumur 3-6 minggu akan di pindahkan ke kandang ini begitu juga dengan anak puyuh
yang berumur lebih dari 6 minggu. Tingkat kepadatan kandang pada fase ini adalah 60
ekor/m2.
 Kandang fase layer
Kandang layer atau kandang indukan memiliki jenis, ukuran dan bentuk serta
kebutuhan – kebutuhan dari segi peralatan yang akan sama tentunya. Sedangkan khusus
untuk ukurannya atau lebar kandang, bisa menyesuaikan dengan ukuran kandang
pembibitan atau bisa lebih besar. Tingkat kepadatan kandang layer adalah 40 ekor/m2
pada umumnya.
5. TATALAKSANA PEMELIHARAAN
Tatalaksana pemeliharaan merupakan hal yang penting dalam suatu
peternakan, Dari data BPS produksi telur puyuh di Indonesia dari tahun 2012–2019 terus
mengalami peningkatan. Dalam memelihara ternak puyuh petelur terbagi menjadi 4
fase,diantaranya ada starter (1 – 21 hari), grower (22 – 34 hari), pre layer (35 – 40 hari)
dan layer (40 – afkir).
Fase Starter (1 - 21 hari )
Fase ini merupakan Titik kritis periode brooding sekitar 1–4 hari dimana target suhu 36–
38˚C dengan berat DOQ 7–8 gram tentu sangat rentan terhadap suhu sehingga mudah
merasa kepanasan dan kedinginan, selain itu dengan berat DOQ tersebut membutuhkan
perlakuan khusus dari bentuk pakan. Penggunaan alas brooding dengan kertas
dilakukan dari umur 1–7 hari, hal terpenting selanjutnya adalah sirkulasi udara (amonia,
suhu dan kelembapan), kepadatan dan sanitasi (kebersihan).

Gambar diambil dari : https://www.farmsco.co.id/


Pemeliharaan pada fase ini dimulai dengan persiapan kandang, kandang yang
akan digunakan dilakukan pembersihan dengan tujuan membunuh kuman dan bibit
penyakit. Pemanas juga disiapkan agar DOQ tidak kedinginan dan merasa nyaman.
Tentunya DOQ yang akan diternakan merupakan DOQ yang telah lolos seleksi seperti
lincah,sehat,tidak cacat, memiliki ukuran yang seragam dengan bobot berkisar 6,5 – 8
gram/ekor serta bulu yang terlihat bersih dan mengkilat.
Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.tokopedia.com
Pemberian air minum diberikan secara adlibitum untuk menghindari puyuh
kekurangan air. Kebersihan kandang harus diperhatikan karena puyuh pada fase starter
rentan akan kematian.
Fase Grower (22 – 34 hari)
Pemeliharaan fase grower merupakan lanjutan dari fase starter, pada fase ini
tubuh puyuh sudah kuat dari sebelumnya. Pemeliharaan dilakukan lebih ke arah
menjaga kondisi perkembangan mulai dari pelebaran untuk brooding postal, cek
kebutuhan tempat dan minum, seleksi puyuh yang cacat, puyuh dengan berat yang
sama ditempatkan dalam 1 baterai dan seleksi jika diperlukan. Vaksinasi AI juga
dilakukan pada puyuh 2 kali sebelum puyuh mencapai puncak produksi. Vaksinasi ke-1
dilakukan antara umur 25–28 hari. Ketika vaksinasi AI, juga dilakukan seleksi dan
pemindahan puyuh ke kandang produksi baterai. Beberapa peternak juga menggunakan
vaksin ND + AI kill (Ariakesumah:2021).

Sumber gambar :
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.farmsco.co.id
Pada fase ini puyuh sudah bisa beradaptasi dengan lingkungannya, air juga
diberikan adlibitum dan pergantian air dilakukan setiap hari. Perawatan puyuh pada fase
ini perlu untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi produksi pada saat fase layer.
Fase Pre-Layer (35 – 40 hari)
Fase prelayer merupakan fase persiapan puyuh akan bertelur. Program vaksinasi
yang dilakukan pada fase ini adalah ND live umur 35 hari dan AI kill ke-2 di umur 42 hari.
Puyuh sudah mulai bertelur pada fase ini sehngga asupan nutrisi sangat diperhatikan.
Umur pertama puyuh bertelur sekitar 38-45 hari dan akan terus mengalami peningkatan
produksi sampai pada puncak produksi pada umur 4 – 6 bulan serta akan stabil untuk
beberapa bulan dan akan mengalami penurunan secara perlahan hingga afkir. Kandang
dibersihkan setiap hari agar tidak terjadi bau amonia yang berlebihan karena hal itu
dapat menyebabkan puyuh mudah terserang penyakit dan akan mengganggu produksi
dari puyuh tersebut.

Sumber gambar :
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fulahkita.com
Fase Layer (40 – Afkir)
Dikatakan sebelumnya bahwa puyuh petelur akan terus mengalami peningkatan
produksi sampai puncak produksi dan akan stabil serta akan mengalami penurunan
produksi menjelang afkir. Puyuh bertelur mulai dari jam 15.00 dan paling banyak malam
jam 18.00 - 21.00. (Framsco.co.id). Pada fase ini pencahayaan sangat dibutuhkan selama
24 jam, hal ini dikarenakan cahaya dapat merangsang puyuh betina untuk terus bertelur.
DAFTTAR PUSTAKA
Ariakesume,F.2021.Manajemen Pemeliharaan Puyuh Petelur : Fase Starter (1-21
hari).[online] diakses pada laman web https://www.farmsco.co.id diakses pada
tanggal 27 Oktober 2021
Chuzaemi. S. 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrien Sapi Potong Di Indonesia.
Workshop Sapi Potong. Lolit Sapi Potong Grati. Pasuruan.
Tillman, Hartadi. H, Rekso Hadiprojo. S., Prowirokusumo, Lebdosoekodjo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan
UGM. Yogyakarta.
PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS

“MERPATI”

Oleh:

Kelompok: 5

Muhammad Daffa Sihabulmilah Hidayat 200110180015


Tri Yulianti 200110180073
Adi Kurniawan 200110180182

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1.1 Pemilihan indukan merpati
Pemilihan bibit merpati hias mutlak diperlukan guna mendapatkan anak-anak hasil
ternakan yang benar-benar berkualitas. Usahakan mencari bibit yang benar-benar ras
original dan tidak ada silangan dengan merpati dari ras lain. Hasil ternakan yang
berkualitas itu nantinya akan memudahkan kami untuk memasarkan ke konsumen. Ciri-
ciri bibit yang berkualitas adalah sebagai berikut:
a) Harus asli/ori artinya bibit merpati tidak boleh silangan dengan merpati dari
jenis ras yang berbeda, harus dari ras tertentu yang benar-benar sama dan asli
(bisa didapatkan dari peternakan kami)
b) Tidak ada cacat fisik, sehingga memudahkan untuk proses perkawinan dan enak
dipandang mata
c) Dipilih bibit yang bagus marking warnanya dan badan yang tegap dan besar,
sehingga terlihat keindahan dan keunikannya
d) Diusahakan beli bibit dari peternak yang benar-benar menguasai seluk beluk
merpati dan komitmen terhadap keorsinilan ras merpati
e) Dan yang wajib dilakukan adalah belilah merpati di tempat kami karena kami
menjamin keasliannya

1.2 Perkandangan Merpati


Kandang merupakan kebutuhan pokok bagi merpati untuk melindungi dirinya dari
hewan-hewan pemangsa, terlindung dari dingin, hujan dan panas terik matahari.
Merpati pos atau mepati hias memerlukan kandang khusus dengan konstruksi khusus.
Merpati pos harus benar-benar dipelihara di dalam kandang. Hanya dalam waktu-waktu
tertentu yang telah diatur, merpati dilepas dan dibiarkan terbang untuk nantinya segera
masuk ke kandang lagi. Kemampuanya untuk segera memasuki kandang, kemudian
ditangkap setelah dipertandingkan, akan merupakan faktor yang dapat memenangkan
pertandingan, sebab perhitungan waktu dimulai saat burung dilepas di suatu tempat
dan kemudian ditangkap dalam kandangnya. Ukuran kandang merpati tidak dapat
dibuat seragam, tergantung jenis burung yang dipelihara, apakah merpati konsumsi,
merpati pos, atau merpati untuk pameran.
Untuk sepasang merpati konsumsi atau sepasang merpati hias membutuhkan
tempat dengan ukuran 50 x 50 cm atau untuk 18–25 pasang merpati diperlukan kandang
ukuran panjang 4 m, lebar 2,5–3 m, dan tinggi l,5–2,5 m. Jika akan memelihara burung
dalam kandang, hendaknya kandang dibuat dalam dua bagian. Satu ruangan untuk
menghirup udara terbuka (dengan berada dalam batas-batas kawat kandang), satu
bagian lagi berupa ruangan tertutup untuk tidur dan bertelur. Pada bagian ini diletakkan
kotak sangkar tempat bertelur, mengeram, dan membesarkan anak. Pada dasarnya
terdapat dua macam kandang merpati yaitu:
1) kandang pasangan tunggal (single pair) dan,
2) kandang pasangan ganda (multiple-pair). Bila merpati dipelihara di
lingkungan pedesaan, maka kotak kandang dapat ditempatkan di atas
sebuah tiang biasa. Bila terdapat lebih dari 8 pasang merpati dianjurkan
menggunakan kandang pasangan ganda. Beberapa contoh kandang
merpati dapat

1.3 Peralatan kandang


Peralatan kandang yang dibutuhkan untuk pemeliharaan merpati hampir sama
dengan unggas lainnya yakni tempat makan, tempat minum, tempat bersarang dan
tempat bertengger. Ada dua mamm tempat pakan yaitu self feeder dan trough feeder.
Kotak sarang seperti mangkok (nest bowl) perlu disediakan pada ruangan dimana
merpati itu dikurung. Tempat bersarang dapat dibuat dari keramik, plastik, atau karton.
Bentuknya yang cekung akan mampu menyediakan tempat yang cocok bagi merpati
untuk mengerami dan mencegah anak-anak yang masih kecil jatuh sehingga
menimbulkan ketidaknormalan kaki atau pahanya. Kotak sarang biasanya berukuran 35
x 35 x 35 cm. Tenggeran diperlukan oleh merpati biasanya terbuat dari papan rata yang
lebarnya 5 cm atau berupa dua papan yang disatukan membentuk huruf V terbalik.
Tenggeran diletakkan di luar kadang atau di depan kotak sarang yang berguna bagi
burung jantan untuk tidur sewaktu betinanya mengeram. Tengeran ditempatkan
setinggi kurang lebih 1–1,25 m
1.4 Jenis-jenis kandang
1. Kandang Merpati Gupon/Pegupon
Digunakan untuk tempat tinggal burung merpati. Biasanya terbuat dari kayu triplex,
atau papan kayu yang bisa dibuka tutup. Ada gupon sederhana yang hanya bisa dibuat
keluar masuk burung ada juga gupon merpati yang bagus dan lengkap.

Terdapat juga wadah kotoran dibawahnya agar kandang mudah untuk dibersihkan.
Pintu yang bisa dibuka dan ditutup serta sudah dicat dengan warna sedemikian
rupa.Ukuran kandang gupon berbeda-beda ada yang berukuran kecil, sedang, sampai
besar. Tetapi tinggi kandang gupon tidak melebihi 40cm, ini berguna agar mencegah
burung kawin didalam gupon sebelum burung dimainkan.Ukuran kandang gupon kecil
PxLxT 35x30x30, ukuran gupon sedang 40x35x30, 40x35x35, 40x40x35, 45x35x35
ukuran besar 45x40x35, 50x40x35, 50x45x40 dan kombinasi dari itu.
2. Kandang Macan
Kandang macan atau kandang kerangkeng ini fungsinya agar burung bisa diumbar di
dalam kandang. Serta agar burung merasa leluasa untuk kawin dan makan di dalam
kandang tanpa diganggu burung atau binatang lainnya. kandang macan dan pegupon
merupakan kombinasi kandang terbaik. Yang mana bisa memaksimalkan perawatan dan
pelatihan pada burung merpati. Ukuran kandang macan kecil PxLxT 40x60x60, sedang
50x60x60, 60x60x70 besar 70x70x70, 80x80x70 dan kombinasi dari itu semua.

3. Kandang Umbaran
Kandang umbaran digunakan untuk mengumbar burung muda atau piyikan.
Tujuannya agar burung bisa leluasa terbang dengan bebas sehingga sayap tidak kaku.
Selain itu burung juga tidak terbang jauh yang bisa mengakibatkan burung kabur dari
kandang atau dicuri orang. Terlebih jika burung merpati tersebut merupakan salah satu
merpati yang istimewa. Ukuran kandang umbaran disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan saja. Karena sifatnya hanya opsional atau sesuai kebutuhan masing-
masing. Untuk kandang umbaran hanya perlu didirikan sebuah rumah-rumahan berupa
susunan-susunan pagupon untuk tempat berteduh dan sebagai sarang ketika sang induk
sedang bertelur.
Kelebihan dari kandang Umbaran:
1. Merpati lebih sehat karena di sini merpati hidup dengan bebas sehingga
pergerakannya pun jadi sangat leluasa.
2. Pemberian pakan sangat praktis karena cukup ditebarkan di tanah, pakan akan
dihampiri sendiri oleh para merpati. Namun agar tidak berebut dengan piaraan
lainnya lebih baik diberi satu wadah pakan besar di tempat yang agak tinggi.
3. Pembersihan kandang juga cukup mudah karena merpati biasanya terbang ke
sana kemari dan tidak terus menerus di dalam kandang kecuali sedang
mengeram atau mengasuh anakannya.
Kekurangan dari kandang Umbaran:
a. Karena merpati bebas berterbangan ke manapun mengakibatkan merpati
mempunyai sifat liar dan terkadang susah untuk dipegang. Sehingga tidak
dianjurkan untuk merpati hias yang mempunyai kualitas kontes.
b. Terkadang ada merpati yang bertelur di sembarang tempat karena kalah dalam
berebut pagupon tempat untuk bertelur.
c. Keamanan yang terlalu lemah sehingga jika merpati yang kita piara dengan
kandang ini sangat mahal sangat rawan untuk dicuri orang lain, jadi perlu ronda
untuk berjaga jaga
4. Kandang koloni
Kandang koloni merupakan kandang dengan ukuran yang besar dimana dalam satu
kandang terdiri dari beberapa pasang merpati. Berbeda dengan kandang umbaran,
kalau kandang umbaran merpati dapat terbang bebas ke mana pun sedangkan kandang
koloni terbatas oleh sebuah pembatas berupa kayu atau kawat.

Kelebihan kandang Koloni:


1. Merpati dalam kandang ini masih bisa bergerak bebas tanpa membawa sifat liar
seperti merpati dengan kandang umbaran
2. Pemeliharaannya pun juga lebih simple karena hanya butuh satu atau dua wadah
pakan dan minum untuk beberapa pasang merpati
3. Birahi dari sang induk menjadi meningkat dengan adanya pasangan lain dalam
satu kandang tersebut karena merpati mempunyai sifat setia pada pasangannya
dan enggan melepaskan pasangannya ketika ada merpati lain.
Kekurangan kandang Koloni:
1. Pada kandang koloni masih memungkinkan terjadinya pertarungan perebutan
sarang antara merpati satu dengan lainnya sehingga kandang ini lebih cocok
untuk kandang peremajaan.
2. Jika terdapat merpati yang sakit akan mudah menular ke merpati lainnya yang
berada dalam satu kandang yang sama. Sehingga harus sering dilakukan
kebersihan kandang dan pengecekan kesehatan agar ketika ada salah satu
merpati yang sakit bisa segera diisolasi.
5. Kandang Baterai
Kandang merpati yang ukurannya lebih kecil dari pada kandang koloni karena pada
kandang ini satu kandang hanya berisi satu pasang.

Kelebihan kandang Baterai:


1. Pada kandang baterai indukan lebih leluasa dalam produksi karena tidak perlu
berebut sarang. Sehingga lebih cocok untuk digunakan untuk kandang indukan.
2. Pengontrolan kesehatan lebih terjaga karena satu kandang hanya tediri satu
pasang merpati saja sehingga mudah diantisipasi jika ada merpati yang sedang
sakit.
Kelemahan kandang Baterai:
1. Biaya pembuatan kandang lebih besar karena satu kandang hanya untuk satu
pasang merpati saja.
2. Perawatannya tidak se-simple kandang yang lain karena pemberian pakan dan
pembersihan kandang harus ditiap kandang yang hanya berisi satu pasang saja.
3. Pergerakan merpati kurang leluasa karena kandang jenis ini lebih kecil dari jenis
kandang lainnya.

1.5 Ransum Merpati


Anak merpati mendapat makanan cairan dari tembolok induknya yang biasanya
disebut susu merpati (Pigeon milk), yaitu suatu cairan putih berkadar protein sangat
tinggi, disekresikan di dalam tembolok induk merpati. Produksi susu merpati ini
dikontrol oleh hormon prolaktin. Hormon tersebut disekresikan oleh kelenjar pituitary
bagian depan yang merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) di dalam kelenjar
mammae dan perkembangbiakan epitel jantan dan betina (Campbell and Lasley, 1977).
Prolaktin meningkatkan produksi bahan menyerupai keju terdiri dari sel-sel epitel yang
terlepas. Dalam kaitan ini anak merpati memasukkan paruhnya ke dalam paruh
induknya dan mengambil susu yang dimuntahkan oleh induk. Pemberian jumlah cairan
akan dikurangi dan diganti dengan memberikan makanan yang lebih keras setelah anak
merpati berumur satu minggu.
Anak merpati sepenuhnya masih tergantung pada pemberian makan dari induknya
sampai berumur tiga minggu. Setelah berumur sekitar lima minggu anak merpati mulai
dapat makan sendiri dan tubuhnya telah berbulu lengkap. Meski belum dapat terbang,
anak merpati mulai dapat meloncat-loncat di lantai, dan mulai belajar minum. Setelah
anak merpati meninggalkan sarang, burung jantan masih memberinya makan untuk
masa kirakira 10 hari, sementara induknya sedang sibuk bertelur dan mengerami telur
di sarang lain. Merpati yang belum dewasa mulai dipasarkan sebagai squab pada umur
25–30 hari dengan bobot ± 500 g. Pada umur ini kondisi bulunya mudah dicabuti dan
dagingnya masih sangat empuk dan halus. Sekali anak merpati meninggalkan sarang dan
mulai terbang bebas, dagingnya menjadi sangat padat dan bobot tubuhnya menurun.
Merpati yang akan digunakan sebagai bibit akan dewasa kelamin pada umur 4
bulan pada yang jantan dan umur 6 bulan untuk merpati betina. Pada saat umur
tersebut hendaknya sudah mulai dipindahkan dari petak kandang agar tidak terjadi
keributan karena merpati telah mulai mencari jodoh. 114 Produksi Aneka Ternak Unggas
Pemberian makan pada merpati berbeda dibandingkan dengan pemberian makan pada
unggas lainnya. Merpati mengonsumsi campuran butir-butiran dan grit yang berkualitas
baik dan banyak air bersih untuk diminum dan mandi. Merpati tidak diberi ransum
berbentuk mash dan tidak memerlukan hijauan. Pemberian ransum berbentuk pellet
dapat saja dilakukan tetapi beberapa merpati mendapat kesulitan dengan melekatnya
pellet tersebut di dalam temboloknya Campuran butir-butiran yang biasa diberikan
kepada merpati adalah jagung kuning, kacang hijau, sorghum dan gandum.
Ransum merpati yang seimbang sebaiknya mengandung protein l3,5–15,0%,
karbohidrat 60–70%, lemak 2–5%, dan serat kasar tidak lebih dari 5%. Campuran grit,
kulit kerang, kapur, garam dan mineral perlu disediakan secara terus menerus dalam
bak makanan. Contoh ransum merpati adalah campuran dari jagung kuning 38%,
sorghum 11%, kacang hijau 28%, dan gandum 23% yang akan menghasilkan ransum
dengan protein l3,53%, karbohidrat 66,55%, lemak 2,75%, dan serat kasar 3,22%.
Sepasang merpati King berproduksi tinggi akan mengonsumsi 47,670 kg butir-butiran
dalam setahun dan sepasang merpati bangsa kecil (Homer) akan mengonsumsi 40,860
kg, dan sepasang Runt akan mengonsumsi ± 50,750 kg butir setahun. Untuk
menghasilkan anak merpati seberat 500 g diperlukan ransum 3,178–3,632 kg dengan
konversi 6:1. Konsumsi biji-bijian merpati 100 g/pasang/hari untuk tipe ringan dan 150
g/pasang/hari untuk tipe berat. Campuran grit yang baik untuk merpati adalah
1) 45% kulit kerang yang dihancurkan dalam ukuran sedang;
2) 35% berupa pecahan kecil-kecil dari batu gamping/kapur atau batu granit;
3) 10% pecahan kecil arang kayu;
4) 5% tepung tulang;
5) 5% tepung kapur;
6) 4% garam;
7) 1% venetian red (suatu produk yang mengandung zat besi).

1.6 Tatalaksana Pemeliharaan Merpati


Merpati hampir sama seperti burung lainnya yaitu mudah terkejut, oleh karena itu
jangan membuat kaget terutama pada malam hari terhadap induk yang sedang
mengerami telur. Kejutan dapat mengakibatkan induk kabur hingga pagi hari, lalu tidak
mengerami telurnya sepanjang malam itu, hal ini dapat mengakibatkan kematian
embrio. Telur yang retak, ukurannya terlalu kecil atau tidak normal lebih baik
disingkirkan, agar induknya dapat segera bertelur lagi. Telur merpati biasanya menetas
sekitar 17-18 hari setelah pengeraman. Pada umumnya anak yang menetas memiliki
badan yang belum berbulu dan mata masih terpejam. Apabila telur yang menetas hanya
satu ekor, tunggulah sampai 2-3 hari. Jika anakan yang menetas hanya satu ekor maka
pemeliharaannya bisa tetap pada induk tersebut atau dititipkan pada induk lain yang
mempunyai anak 1 ekor.
Pada umur 10 hari biasanaya mata anak merpati akan mulai terbuka dan bulu mulai
tumbuh. Pada tahap ini anak merpati mulai memanfaatkan biji-bijian yang diloloh
bersamaan dengan susu merpati dari induknya. Produksi susu merpati akan semakin
berkurang dengan bertambahnya umur anakan, dan anak merpati mulai
mengembangkan sistem percernaan dan mampu memanfaatkan biji-bijian sedikit demi
sedikit.
Ketika anakan sudah berumur 1 – 7 hari, indukan harus diberikan makanan bergizi
seperti jagung, beras merah, kacang tanah, milet, kacang hijau, dan kedelai. Namun
kedelai harus disangrai terlebih dahulu sebelum diberikan pada indukan. Ketika anak
burung berumur 1 minggu, indukan sudah bisa meloloh dengan biji-bijian tersebut.
Pada umur 4 sampai 5 minggu, bulu mulai tumbuh dengan lengkap, meskipun anak
merpati belum bisa terbanh. Kedewasaan kelamin pada jantan tercapai pada umur 4
bulan, sedangkan pada betina setelah umur 6 bulan. Pada saat tersebut, hendaknya
merpati dipindahkan ke petak kandang karena merpati mulai mencari pasangan untuk
kawin dan menyiapkan sarang. Meakipun inbreeding mungkin saja terjadi, tetapi
perkawinan silang lebih dianjurkan.
Pemberian susu induk merpati dilakukan oleh induk pada anak merpati yang masih
kecil. Karena betina lebih banyak melakukan kegiatan pengeraman, dan pejantan
menggantikannya dalam waktu singkat yaitu dari pagi sampai siang.
Banyak peternak yang sering memisahkananak merpati dan indukan sebelum
disapih secara alami supaya indukan bisa cepat bertelur lagi. Tetapi sebaiknya hal ini
tidak dilakukan karena anak merpati bisa stress karena kehilangan indukan dan dapat
menyebabkan sakit.
Perawatan Tambahan anakan, ketikan sudah dapat dipisahkan dan bisa makan
sendiri. Sebaiknya ditempatkan dalam 1 kandang yang agak besar. Jika ingin dicampur
dengan burung dewasa, pastikan dimasukkan dengan betina saja supaya tidak berkelahi.
Anak merpati juga dapat dimandikan sesekali dan berikan sinar matahari yang cukup
dengan seminggu sekali meminum air campuran cuka apel atau cuka biasa.
1.7 Pengendalian penyakit pada merpati
Burung merpati merupakan salah satu jenis unggas yang mudah dirawat dan
ditemui karena merpati banyak dijual di pasar burung maupun di peternak di Indonesia.
Diperlukan pengetahuan dalam pemeliharaan burung merpati sehingga menghasilkan
keturunan yang unggul (Haekhal, 2016). Pemeliharaan burung merpati dapat dilakukan
secara intensif maupun ekstensif, pemeliharaan secara intensif atau di kandangkan akan
menghambat siklus hidup vektor pembawa penyakit sehingga meminimalkan unggas
terserang penyakit (Syarif, 2003). Gizi atau kualitas pakan burung merpati harus baik,
jadwal pemberian pakan bisa dilakukan siang hari dan sore hari dengan pemberian
jagung madura dan campuran beras merah serta pemberian kacang tanah. Pemberian
minum harus selalu tersedia atau adlibitum dengan mencampurkan vitamin pada air
minum tersebut. Merpati merupakan jenis burung yang kuat menahan lapar, namun
pemberian minum harus dilakukan secara terus menerus karena merpati tidak memiliki
kelenjar keringat. Namun pemeliharaan secara intensif dengan pakan yang selalu
tersedia tidak selalu menghasilkan jenis unggas yang bermutu dan kebal terhadap
penyakit (Salis, 2002).
Manajemen Kesehatan Merpati Umumnya merpati mempunyai daya tahan tubuh
yang tinggi, sehingga tidak sulit untuk dipelihara. Langkah-langkah untuk pencegahan
penyakit tetap mengutamakan sanitasi dan kebersihan kandang, menjaga makanan, dan
ketersediaan air bersih untuk minum dan mandi. Binatang-binatang kecil yang sering
menyebarkan penyakit pada merpati adalah kutu yang hidup di celah-celah kandang dan
kotak sarang dan keluar pada malam hari untuk menghisap darah merpati juga lalat
merpati sebagai pengganggu dan pembawa penyakit. Beberapa penyakit yang
menyerang merpati antara lain:
1) Kanker : disebabkan oleh protozoa. Gejalanya adalah luka di mulut atau
leher yang diliputi cairan kental putih kekuningan. Luka ini membesar dan
akhirnya merpati pun mati. Pengobatan biasanya dengan campuran larutan
3 bagian glycerin dan 1 bagian iodine.
2) Kurus : merpati tampak kurus dan daging dada tidak tampak dan disertai
dengan mencret. Penanganannya dengan membiarkan tembolok kosong,
kemudian diberi minum susu hangat dengan roti.
3) Diare : disebabkan oleh makakan burung kurang baik. Cara penyembuhan
terbaik adalah dengan memberikan jagung dan butir-butiram yang kecil
atau dapat diberikan minyak kastroli atau garam Epson sebagai pencahar
untuk membesihkan pencernaannya.
4) Pilek : dapat dicegah dengan memberi kehangatan pada burung.
5) Pneumonia : kalau leher burung menjadi bengkak dan burung mengalami
kesulitan bernafas, serta tampak demam. Usahakan bunrng selalu hangat
dan obati dengan sulfa atau antibiotika.
6) Paratyphus : disebabkan oleh bakteri dan merupakan penyakit paling serius
bagi merpati. Serangannya dapat mengakibatkan kematian sampai 80%.
Tanda-tandanya adalah persendian (umumnya sayap) dan kaki
membengkak dan berisi cairan, merpati pincang dan lumpuh. Pengobatan
dengan antibiotika dan 118 Produksi Aneka Ternak Unggas sulfa. Namun
lebih baik merpati yang menderita penyakit ini dimusnahkan agar tidak
menular ke yang lain.
7) Coccidiosis : disebabkan oleh protozoa dan mengakibatkan peradangan
pada intestine. Merpati menjadi lemah, mencret hebat, cepat menjadi
kurus, dan tampak pucat, kekurangan darah. Penularan melalui kotoran
burung yang mengandung protozoa coccidiosis yang dimakan oleh burung
lain. Pengobatan dapat diberikan obat coccidiosis untuk unggas yang
banyak dijual di pasaran.
8) Cacar : disebabkan oleh virus. Cacar dapat menyebabkan merpati cacat dan
mati. Gejala yang tampak adalah adanya kutil yang mengembang dan
muncul pada daerah yang tidak ditumbuhi bulu. Terdapat 2 macam cacar
yakni cacar leher (angka kematian besar) dan cacar kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan pertama PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta
Gillespie, J.R. 1989. Modern Livestock and Poultry Science Production. 3rd ed. Delmar
publishers inc. USA
Moreng, R.E. and J.S. Avens. Poultry Science and Production. 10th ed. Reston Publishing.
Reston Virginia.
Suseno, A. 1993. Memelihara dan Beternak Burung Merpati. Cetakan ketiga. Penebar
Swadaya. Jakarta
Haekhal, M. 2016. Karakteristik dan Perilaku Merpati Jantan dan Betina Lokal. [Skripsi].
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Salis. R. 2002. Studi Fenotipe Burung Merpati Lokal. [Skripsi]. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Habibi.2021. Jenis Kandang Burung Merpati dan Kegunaannya - Dunia Hobi.diakses 28
oktober 2021 jam 21.03 WIB
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“Budidaya Ternak Unggas Burung Unta (Ostrich)”

Disusun Oleh
Kelompok 6
Kelas A

Jeffry Daniel Sitorus 200110180056


Sri Ratna 200110180104
Agung Juliansyah 200110180219
Ilman Ghifari 200110180280

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini berjudul “Budidaya
Ternak Unggas”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Produksi
Aneka Ternak Unggas yang dibimbing oleh Bapak Ir. Dani Garnida, MS.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sumedang, 27 Oktober 2021

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangsa burung terbesar yang masih hidup di dunia hingga saat ini adalah
burung unta. Burung Unta dewasa dapat mencapai bobot antara 150 - 200 kg
dengan tinggi sekitar 2,00 - 3,00 m. Dengan besarnya bobot badan burung unta
dapat dijadikan sebagai pangan sumber protein bagi masyarakat. Burung Unta
(Struthio camelus) sudah dibudidayakan di Afrika Selatan lebih dari 100 tahun
yang lalu, akan tetapi informasi tentang teknologi budidaya dam industrinya
sangat terbatas (HALLAM, 1992; ERASMUS, 1995).
Burung Unta mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1996. Namun,
oleh sebab harga bibit yang tergolong sangat mahal peternakan bruung unta
masih kurang popular dilakkan di Indonesia. Burung unta banyak dibudidayakan
karena memiliki daya tarik produk berupa daging, kulit, serta bulu. Selain itu,
perkembangan burung unta cukup cepat hingga dapat mencapai bobot 100kg
pada umur 12 bulan (Ketaren, 1997). Berbagai komoditas yang dihasilkan dari
burung unta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dengan kuaitas yang baik
pula. Secara industri, kulit burung Unta digunakan sebagai bahan baku untuk
industri sepatu, dompet, ikat pinggang dan tas. Minyak/lemak burung Unta
digunakan untuk bahan baku kosmetik yang bermutu baik (DALE, 1995).
Sebagian besar pengolahan produk asal burung unta dilakukan diluar
negri sehingga memberikan pemasukan terhadap negara melalui kegiatan
ekspor. Melihat potensi besar yang dapat diperoleh dari kegiatan budidaya
burung unta atau Ostrich. Penting rasanya mempelajari kegiatan budidaya
burung unta pada mata kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas. Mengingat
kurangnya literatur berbahasa Indonesia, makalah ini kami tulis sebagai bahan
bacaan untuk melakukan kegiatan budidaya burung unta. Diharapkan setelah
membaca tulisan ini muncul dorongan bagi peternak untuk membudidayakan
burung unta.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemilihan Bibit Burung Unta (Ostrich)


Pemilihan Bibit burung unta dipilih dengan tubuh yang tinggi 7 - 8 cm,
Bagian kepala kecil dengan bulu badan yang teksturnya halus. Selain itu lengan
yang kuat serta berakhir di bagian kaki-kai yang besar yang hanya memiliki dua jari
kaki. Pertumbuhan anaknya mencapai 10 inchi per bulan pada tahun pertama dan
beratnya mencapai 50 kg pada umur 1 bulan. Tak hanya itu saja, seekor anakan
yang baik juga punya kepala yang dilengkapi dengan paruh datar. Lantai kandang
bibit burung unta harus menggunakan bahan yang tidak licin, agar tidak terjadi
kecacatan pada kaki burung unta. Burung unta yang jantan akan dewasa saat umur
2 tahun, namun betina lebih dahulu dewasa jika dibandingkan jantan. Pejantan
dewasa warnanya hitam dengan sayap putih. Periode pemeliharaanya terdiri dari
fese starter, fase grower dan fase breeder.
2.2 Pakan Burung Unta (Ostrich)
Makanan alami burung unta adalah rumput hijau, biji, dan serangga kecil.
Burung unta dewasa di padang rumput makan tiga kali lebih banyak dari
persentase berat badan (7,5% vs 2,5%). Di alam liar, makanannya terdiri dari 60%
tanaman. Mereka mengamati bahwa setiap pasang burung unta bahan, 15%
buah-buahan dan kacang-kacangan, 4 atau 5% telur serangga biasanya
berperilaku sinkron.
Pakan harus dibuat terus menerus terlipat di bawah tubuh mereka, dan
kadang-kadang dengan tersedia untuk burung unta daripada diberi makan
sebagai makanan. Milton dkk. (1993) menyatakan bahwa burung unta
penangkaran Struthio Camelus cangkang tiram, pasir kapur atau dolomit. anak
ayam, umur 3-9 minggu, diberi pakan pelet dan dikonsumsi 55%. Dalam pakan
burung unta juga terdapat erami, rumput juicy segar (jelatang atau alfalfa),
mineral, yaitu kalsium, fluor, fosfat, kerikil dan rak, vitamin, tepung ikan dan
tulang, buah-buahan segar, sayuran (labu, kentang, lobak, apel, dan lainnya),
tanaman sereal dan biji-bijian dan silase.
2.3 Pengendalian Penyakit pada Burung Unta (Ostrich)
Program pencegahan penyakit harus mencakup semua jenis vaksinasi dan
keamanan biologis. Keamanan biologis adalah cara termurah untuk mencegah
penyakit. Ini mencakup pemantauan burung, staf, dan pengunjung secara
konstan, dan juga harus memastikan kondisi sanitasi yang baik dari peternakan
dan penghuninya. Kadang-kadang organisme burung unta terkena serangan
bakteri, yang ditampilkan pada kerja usus burung dan memanifestasikan dirinya
dalam diare. Anda harus tahu bahwa agen penyebab diare jenis ini belum diteliti
secara memadai, sehingga tidak ada pengobatan khusus. Dalam hal ini, cegah
penyakit dengan vaksinasi, daripada mengobatinya.
Penyakit virus yang paling berbahaya pada individu muda adalah penyakit
Newcastle, yang memengaruhi kerja sistem muskuloskeletal burung. Saat ini,
belum dikembangkan vaksin yang dapat membantu burung yang terserang,
sehingga dalam kebanyakan kasus penyakit ini berakhir dengan kematian burung
unta. Karena penyakit burung unta sulit untuk diobati, maka jauh lebih mudah
untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mencegahnya. Untuk pencegahan
semua kelompok penyakit, perlu mematuhi aturan berikut:
1. Pembersihan kandang dan bangunan harian di mana burung dipelihara.
2. Desinfeksi rutin terhadap bangunan tempat burung unta disimpan, serta
pengumpan, peminum, dan peralatan yang berlaku untuk mereka.
3. Burung yang baru saja didapat dan sakit harus disimpan secara terpisah dari
yang lainnya di tempat yang ditunjuk khusus.
4. Perawatan tangan wajib saat bekerja di inkubator. Semua manipulasi dengan
telur dilakukan hanya dalam sarung tangan.
5. Analisis rutin kotoran burung untuk mendeteksi parasit dan penyakit secara
tepat waktu.
6. Pertarungan konstan melawan tikus, yang merupakan pembawa penyakit
menular.
7. Vaksinasi burung yang tepat waktu dan teratur.
8. Kehadiran air bersih, makanan berkualitas tinggi, sampah kering dan bersih.
9. Peralatan penghalang di pintu masuk ke peternakan, ke departemen
inkubasi dan karantina, serta ke kamar tempat kaum muda disimpan.
10. Ventilasi yang memadai untuk pemeliharaan.
2.4 Kandang Burung Unta (Ostrich)
Kandang merupakan salah satu komponen penting dalam usaha ternak
burung unta. Kandang merupakan tempat tinggal, tempat beraktivitas burung
unta setiap hari, yang sekaligus juga sebagai tempat bertelur. Kondisi kandang
sangat mempengaruhi terhadap produktivitas burung unta. Kandang yang
nyaman akan membuat burung unta lebih sehat dan lebih produktif.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun kandang


burung unta, misalnya:
1. Lokasi
Letak kandang burung unta sangat menentukan keberhasilan usaha di masa
depan. Karena burung unta merupakan ternak yang sangat sensitif, ada
beberapa syarat dalam pembuatan kandangnya, antara lain:
1) Letakkan kandang di tempat yang jauh dan sumber kebisingan. Burung
unta akan stres bila berada di tempat yang bising.
2) Lokasi kandang harus jauh dan permukiman penduduk. Kotoran burung
unta memiliki kadar protein tinggi sehingga bilamana penanganannya
kurang disiplin maka akan terjadi penguraian gas amonia di tempat
pengumpulan kotoran. Akibatnya, akan muncul bau yang tajam yang
tentu sangat mengganggu penduduk di sekitar kandang.
3) Memiliki sirkulasi udara yang baik. Burung membutuhkan udara segar
untuk hidup sehat dan agar produksi telurnya maksimal. Meski begitu
bukan berarti burung unta boleh terkena angin keras.
4) Jauh dari peternakan ayam ras. Hindari ternak unta berada dalam satu
lokasi dengan ternak lain. Jangan membangun peternakan burung unta
di bekas kandang ayam ras yang telah bangkrut. Hal ini untuk mencegah
terjadinya serangan penyakit yang dulu pernah menyerang peternakan
ayam ras tersebut.
5) Memiliki sumber air yang berlimpah. Air sangat dibutuhkan oleh burung
unta setiap hari. Jaga jangan sampai burung unta kekurangan air karena
akan dapat menimbulkan kanibalisme.
6) Buat kandang dengan ukuran yang tepat.
2. Kandang harus memiliki cukup ventilasi dan sinar matahari yang masuk.
3. Dinding kandang terbuat dari kawat ram atau loket.
4. Tersedia tempat makan dan tempat minum yang cukup.
2.5 Tatalaksana Pemeliharaan Burung Unta (Ostrich)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya Ostrich antara lain adalah
mengenai tata laksana perkandangan, tatalaksana pemberian pakan, tatalaksana
pemeliharaan dan analisis usaha. Program pemeliharaan ostrich merupakan garis
besar pelaksanaan yang harus dilaksanakan secara berurutan dan teratur pada
waktu tertentu. Program pemeliharaan ostrich dibedakan menurut skala usaha
yang akan dilaksanakan yaitu skala usaha besar, menengah dan skala usaha kecil.
1. Tatalaksana Perkandangan
Sebelum memelihara ostrich terlebih dahulu perlu dipersiapkan
kandang beserta perlengkapannya. Tujuan pembuatan kandang antara lain
yaitu agar ternak dapat hidup nyaman serta memudahkan peternak dalam
melaksanakan manajemen pemeliharaan seperti pembersihan kandang,
pemberian pakan dan minum, dan penanganan terhadap ternak.
2. Tatalaksana Pemberian Pakan
Pakan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
budidaya ostrich karena sekitar 80% biaya produksi digunakan untuk
pembelian pakan. Tatalaksana pemberian pakan berpengaruh terhadap
produktivitas ostrich. Tatalaksana pemberian pakan yang tidak dikelola
secara baik dapat mengakibatkan produktivitas ostrich tidak optimal dan
dapat menyebabkan pemborosan pakan.
Pakan yang diberikan hendaknya mengandung zat-zat nutrisi yang
dibutuhkan ternak dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Zat-zat
nutrisi yang dibutuhkan oleh ostrich antara lain karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air. Untuk pemberian pakan hendaknya jangan
sekaligus sehingga tempat pakan menjadi penuh, namun sebaiknya pakan
diberikan secara bertahap.
3. Tatalaksana Pemeliharaan/Perawatan
Bibit yang jelek meskipun dikelola secara baik tetap tidak bisa
memberikan hasil yang optimal. Untuk mendapatkan hasil yang optimal
harus dipilih bibit ostrich dengan kualitas yang baik dan dipelihara dengan
tatalaksana pemeliharaan yang baik pula. Sebelum ostrich datang,
hendaknya kandang besarta perlengkapannya beupa tempat pakan, tempat
minum, dan alat penerang harus dalam kondisi bersih dan siap dipakai.
Ostrich yang baru saja datang jangan langsung diberi pakan, tetapi
hendaknya diistirahatkan dulu sampai stress akibat perjalanan berkurang,
setelah itu baru diberi minum yang telah dicampur dengan zat anti stress
kemudian baru diberi pakan. Tempat pakan dan tempat minum dibersihkan
setiap hari yaitu pagi hari sebelum pemberian pakan pagi. Stamina dan
kesehatan ostrich perlu selalu dijaga, yaitu dengan menjaga kebersihan
kandang dan olahraga. Ostrich yang menunjukkan gejala sakit segera
dipisahkan dari kandang.
DAFTAR PUSTAKA

Aganga, A.A., Aganga, A.O. and Omphile, U.J., 2003. Ostrich feeding and
nutrition. Pakistan Journal of Nutrition, 2(2), pp: 60-67.

DALE, C. 1995. The Australian ostrich industry-no gamble. Proceedings of the Fifth
Australian Ostrich Association Conference. Gold Coast, Qld. Australia. pp: 116-
117.

ERAsmus, J. and E. DE ERAsmus. 1995. Ostrich Odyssey: A Guide to Ostrich Farming in


Southern Africa. Promedia Drukkers en Ultgewers, Pretoria, SouthAfrica.

HALLAM, M.G. 1992. The Topaz Introduction to Practical Ostrich Farming. Superior print
and packaging, Harare, Zimbabwe.

KETAREN, P. P., L. H. PRAsETYo, M. RANGxtm, K. DiwyANTo, P. SuKARToNo, dan


MAsuDrN. 1997. Pengaruh multigerm dan lactosym terhadap pertumbuhan
burung Unta. Prosiding Seminar Nasional II, IImu Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan IPB dan Asosiasi Ilmu Nutrisi dan Makanan Temak (AINI).
Bogor. pp: 37-38.
MAKALAH BUDIDAYA UNGGAS MALEO
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Muhammad Faisal Akbar 200110180220
Gayus Ronald Madison Hutasoit 200110180290

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
PEMBAHASAN

2.1. Budidaya Maleo


Burung maleo merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian RI Nomor 421/KPTS/UM/8/1970 dan SK Mentan Nomor
90/KPTS/UM/2/1997. Selanjutnya berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990, tentang
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, yang dipertegas lagi dengan SK Menteri
Kehutanan Nomor 301/KPTS/II/1991 dan Nomor 882/KPTS/II/1992 serta peraturan
pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, tanggal 27 Januari 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan
dan Satwa. Sejak tahun 1990 berdasarkan SK. Nomor Kep. 188.44/ 1067/RO/BKLH tanggal
24 Februari 1990 Maleo ditetapkan sebagai Satwa Maskot Propinsi Sulawesi Tengah, karena
burung maleo tidak bisa ditemukan di daerah lain dan hanya bisa ditemukan di Pulau
Sulawesi sehingga burung ini disebut dengan satwa endemik Sulawesi.
Di Gorontalo burung maleo masih dapat ditemukan di Hutan Konservasi Cagar Alam
Panua, di Desa Maleo Keca matan Paguat, Kabupaten Pohuwato. Cagar alam Panua
merupakan salah satu kawasan yang berada di bawah pengelolaan BKSDA Sulawesi Utara.
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 471/Kpts-11/1992 Luas Cagar Alam Panua
sekitar 45. 575 hektar. Secara geografis kawasan ini terletak antara 0°27' 00" LU - 0° 42' 00"
LU dan 121° 49' 00" - 121° 53' 00" BT.

2.2. Penangkaran Burung Maleo


Maleo hidup dan berkembangbiak di alam bebas pada beberapa lokasi di dalam
hutan rimba kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), termasuk di Desa Tuva dan Saluki,
Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Selain di desa tersebut,
sebaran habitat maleo bisa dijumpai di Desa Kadidia dan Kamarora, Kecamatan Nokilalaki,
Kabupaten Sigi.
Dari beberapa titik keberadaan maleo, baru di Desa Saluki yang sudah dibangun
sistem penangkaran alamiah burung meleo oleh Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu
(BBTNLL). TNLL merupakan salah satu warisan dunia yang ditetapkan UNESCO menjadi
Cagar Biosfer pada 1977. Kini salah satu peran penting TNLL adalah terus berupaya
melestarikannya dengan membangun sistem penangkaran sebagai solusi meningkatkan

populasi meleo dari kepunahan.


Langkah-langkah penangkaran burung maleo dimulai dengan mencari telur. Telur
burung maleo lima kali lebih besar dibandingkan telur ayam. Setiap hari petugas mencari
telur di alam bebas untuk dibawa ke sistem penangkaran semi alami yang dibuat oleh Balai
Besar TNLL sejak 1998. Tempat penangkaran yang ada bisa menampung 100-150 butir telur
maleo.
Telur-telur maleo yang dipungut dari alam bebas setelah dibawa ke penangkaran,
langsung ditanam di dalam lubang ukuran tertentu seperti yang biasa dipakai maleo
menetaskan telur di alam bebas. Cara meletakkan telur juga harus benar, Jika tidak,
dipastikan telur maleo tidak ada menetas sampai waktunya.
Masa penangkaran telur maleo berlangsung 65-95 hari. Setelah menetas, anak
maleo berumur dua bulan sudah bisa dilepas ke alam bebas. Selanjutnya, satwa itu akan
hidup dan berkembangbiak di dalam hutan yang terdapat di wilayah hamparan sumber air
panas.
Lokasi tempat bertelur maleo di sekitar hutan Saluki terdapat pada sembilan titik.
Maleo tidak akan bertelur tanpa ada sumber air panas. Karena itu habitat maleo berada
pada wilayah yang memiliki sumber air panas. Cara penetasan telur maleo pun tidak sama
dengan burung atau unggas lain karena burung maleo tidak mengerami telurnya. Telur-
telur maleo dengan menetas secara alami setelah jangka waktu tertentu.
Predator burung maleo bukan hanya binatang seperti biawak, tetapi juga manusia.
Banyak orang mengincar, baik burung maupun telur maleo karena harganya mahal dan
peminatnya banyak. Meski sudah ada penangkaran dan dijaga petugas, masih ada juga
orang-orang yang memburunya. Apalagi tempatnya jauh dari desa dan di dalam hutan
rimba sehingga sangat memungkinkan mereka memburu satwa dan telur endemik tersebut
untuk diperdagangkan. Di Lokasi penangkaran itu tidak ada petugas yang menjaga pada
malam hari karena semua petugas akan turun ke desa. Jam dinas hanya pada pagi sampai
siang hari.
Untuk mengantisipasi pencuri, petugas sudah harus ada di lokasi sepagi mungkin.
Jika terlambat, dikhwatirkan sudah ada orang yang lebih dulu mencari telur-telur maleo di
dalam lubang. Sebab tidak sulit mendapatkan telur maleo karena lubangnya mudah
diketahui. Pada setiap lubang ada tanda cakar burung meleo. Setiap lubang hanya ada satu
telur maleo.
2.3.
DAFTAR PUSTAKA

GustiNgurahPutu Widnyana, I., Sundu, B., & Tanari, M. 2019. Ex-Situ Conservation
Through Body Morphological and Hormonal Studies. In International Journal of
Veterinary Science and Agriculture Research (Vol. 1). www.ijvsar.com
Ilmu Ternak. 2014. SISTEM RESPIRASI, PENCERNAAN DAN REPRODUKSI AVES.
https://www.ilmuternak.com/2014/11/sistem-respirasi-pencernaan-
dan.html#google_vignette. Diakses Pada 7 oktober 2021 Pukul 20.30
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“BUDIDAYA ANGSA”

DISUSUSUN OLEH
ZAHID FATHURROHMAN 200110150289
SALSABILA 200110180130
M. ANDHIKA FARREL H. 200110180222

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1. Pemilihan Bibit Angsa
Untuk berternak angsa kita harus melakukan pemilihan bibit dan jenis angsa
yang ingin di membudidayakanya dengan begitu kita akan mudah dan bisa
memperoleh hasil yang cukup memuaskan dan sudah kita prediksi terlebih
dahulu, dan berikut ciri-ciri bibit yang baik untuk di budidayakan
• Postur bibit di harapkan normal atau merata terhadap postur bibit lain
• Lincah dalam beraktifitas
• Nafsu makan bibit angsa cukup tinggi
• Bibit tidak memiliki kecacatan sedikitpun
• Usahakan bibit berasal dari induk yang unggul dan sehat.

2. Pembagian Periode Pemeliharaan


Pedaging (Broiler)
- Starter / Brooding period, mulai dari umur 1 hari sampai 4 minggu
- Growing period, umur 4 minggu sampai 12 minggu
Petelur (Layer) / Breeder
- Starter, mulai dari umur 1 hari sampai 4 minggu
- Grower, umur 4 minggu sampai 36 minggu
- Layer, umur 36 minggu sampai 4 tahun

3. Pemberian Ransum
Starter
Ransum dan air minum diberikan pada angsa secara ad libitum. Ransum yang
diberikan sebaiknya berbentuk crumble dengan kandungan gizi sebagai berikut
Tabel kebutuhan nutrisi angsa periode starter

(Sumber: Leclercq et al., 1987)


Grower
Pada pemeliharaan ekstensif angsa dapat diumbar agar bisa mencari
tambahan makanan. Angsa dapat memakan rerumputan, dedaunan, serangga,
siput, hingga cacing.
Tabel kebutuhan nutrisi angsa periode grower

(Sumber: Leclercq et al., 1987)


Layer

(Sumber: Leclercq et al., 1987)


4. Pengendalian Penyakit
Banyak sekali jenis-jenis penyakit yang sering ditemukan pada ternak
unggas. Penyakit pada unggas disebabkan oleh beberapa jenis nikroorganisme,
seperti virus, bakteri, jamur dan parasit. Gejala dan akibat yang ditimbulkan oleh
serangan mikroorganisme tersebut berbeda-beda, baik penyakit ringan, penyakit
menular maupun penyakit yang mematikan. Beberapa penyakit menular yang
telah ditemukan pada unggas lokal di laboratorium diagnostik adalah Newcastle
Disease (Tetelo), Flu Burung, Marek, Gumboro, Pox, Infectious Coryza (Snot),
Pullorum, Colibacillosis, Cholera unggas, Anthrax, Aspergillosis, Candidiosis,
Coccidiosis, Histomoniasis, Cryptosporidiosis, Trichomoniasis, infestasi
ektoparasit dan cacing. Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada unggas
dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu sebagai berikut ;
– Penyakit Viral : adalah penyakit unggas yang disebabkan oleh virus
– Penyakit Bakteri : adalah penyakit unggas yang disebabkan oleh bakter
– Penyakit Mikal : adalah penyakit unggas yang disebabkan oleh jamur
– Penyakit Parasit : adalah penyakit unggas yang disebabkan oleh organisme
parasite
Angsa yang sakit atau terluka harus dikandangkan dalam kandang yang
kering dan bersih serta diberi makanan yang seimbang dan air minum bersih.
Namun, untuk mencegah ternak menjadi panik dan menolak makanan, ternak
seharusnya tidak diisolasi dari pasangannya. Unggas yang mati harus selalu
disingkirkan secepat mungkin untuk menghindari kemungkinan menarik
predator dan dalam kasus penyakit menular, untuk mengekang kemungkinan
menginfeksi unggas yang sehat. Bakar atau kubur cukup dalam agar tidak digali
oleh pemulung. Meninggalkan burung-burung yang sudah meninggal dan
dilemparkan dalam semak-semak adalah undangan terbukauntuk masalah (Dave,
1981).
1. Aspergillosis
Sumber : https://www.thepoultrysite.com/publications/diseases-of-
poultry/212/aspergillosis
Penyebab - Umumnya dikenal sebagai brooder pneumonia, penyakit ini
disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus yang terhirup ke dalam paru-paru
saat anak angsa menetas di inkubator copaminated atau dari induknya di alas
berjamur atau diberi pakan berjamur (Dave, 1981).
Gejala - Aspergillosis biasanya merupakan penyakit anak angsa muda
yang terkena oleh sesak napas, nafsu makan buruk, kelemahan umum dan
kadang-kadang disertai mata lengket. Paru-paru burung yang terkena sering
mengandung bintil kekuningan kecil seukuran suntikan BB. Anak burung yang
paling rentan pada beberapa hari pertama setelah menetas (Dave, 1981).
Pengobatan - Tidak ada obat yang diketahui, tetapi untuk mencegah
penyebarannya, ternak yang terinfeksi harus dimusnahkan, area perindukan dan
peralatan disinfeksi, dan pakan serta alas tidur diperiksa apakah berbau apek
atau tanda-tanda jamur yang terlihat (Dave, 1981).
Pencegahan - Tetaskan telur hanya dalam inkubator yang didesinfeksi
secara menyeluruh dan gunakan alas tidur dan pakan bebas jamur. Pada
beberapa skuation, terutama saat hangat, iklim lembab, mungkin perlu untuk
mengasapi bagian inkubator tidak lama sebelum tanggal penetasan (Dave, 1981).
Penyebab - Keracunan makanan yang mematikan dalam bahasa
sehari-hari disebut limberneck, disebabkan oleh racun yang diproduksi oleh
bakteri Clostridium botulinum yang ditemukan pada tanah, makanan busuk dan
hewan yang membusuk dan materi tanaman

2. Botulism
Penyebab - Paling sering menyerang ketika cuaca kering dan permukaan
air di kolam dan danau turun, meninggalkan tanaman dan hewan yang
membusuk. Belatung yang memakan bangkai yang membusuk sering membawa
toksin botulism. Angsa juga dapat tertular racun daribmakanan basi atau
makanan kaleng dari pantry (Dave, 1981).
Gejala - Beberapa jam setelah makan makanan beracun, burung dapat
kehilangan kendali pada otot kaki, sayap, dan lehernya. Dalam beberapa kasus,
bulu tubuh kendor dan mudah dicabut. Angsa yang berenang saat terjadi
kelumpuhan leher seringkali tenggelam sebelum bisa memanjat keluar di darat.
Burung yang sekarat bisa mengalami koma beberapa jam sebelum kedaluwarsa.
Botulism biasanya terlihat dalam tiga hingga dua puluh empat jam, meskipun
dalam kasus dapat pulih dalam beberapa hari (Dave, 1981).
Pengobatan - Semua angsa yang dicurigai memakan makanan yang
mengandung racun barus dikurung di halaman atau bangunan yang bersih dan
teduh dan segera diberikan air minum segar dengan pencahar, baik satu pint
mola atau satu pon garam epsom per lima galon air yang ditambahkan selama
empat jam. Burung yang tidak bisa minum sendiri harus diperlakukan secara
Individual. Penambahan satu bagian kalium ke 3.000 bagian air minum atau dosis
individu dari satu sendok teh minyak jarak juga telah direkomendasikan sebagai
pengobatan. Pada burung yang sangat berharga, akan sangat membantu untuk
mengeluarkan isi kerongkongan dengan air hangat menggunakan corong dan
selang karet yang dimasukkan ke dalam mulut dan turun ke kerongkongan
beberapa inci. Segala upaya harus dilakukan untuk menemukan sumber
keracunan sehingga masalah lebih lanjut dapat dihindari. Vaksin telah
dikembangkan, tetapi harganya agak mahal dan seringkali sulit diperoleh dalam
waktu singkat (Dave, 1981).
Pencegahan - Mengubur atau membakar bangkai hewan yang mati dan
membersihkan tumbuhan yang membusuk. Jangan biarkan angsa makan di
genangan air selama musim kemarau atau memberi burung makanan kalengan
atau pakan yang busuk (Dave, 1981).
3. Patah tulang
Tulang burung memiliki kemampuan luar biasa untuk memperbaiki
dirinya sendiri. Namun, untuk mencegah angsa menjadi cacat atau lumpuh
secara permanen, ada baiknya memasang dan melumpuhkan sayap atau kaki
yang patah (Dave, 1981).
Pengobatan - Patah tulang harus ditangani segera lebih baik dalam waktu
dua puluh empat jam setelah kecelakaan. Tulang dipasang dengan menarik
terpisah secara perlahan, dan jika perlu, putar sedikit kedua bagian hingga
menyatu dengan benar (Dave, 1981).
Bungkus atau belat - Untuk sembuh dengan benar, tulang yang patah
harus dipegang sejajar dengan bidai. Penopang yang kokoh harus ditempatkan di
kedua sisi dan sejauh mungkin di atas dan di bawah fraktur, dan dipegang erat
dengan selotip yang kuat.
Ternak harus sering diperiksa untuk memastikan bahwa brace tetap di
tempatnya dan sirkulasi darah tidak sedang diuji. Belatan biasanya dilepas dalam
empat belas sampai dua puluh delapan hari (Dave, 1981).
4. Kanibalisme
Burung-burung itu menjijikkan dari pada saat mereka saling memakan
bulu dan daging. Namun, masalah ini kadang terjadi pada angsa, biasanya
disebabkan oleh manajer yang tidak tepat untuk bertahan hidup, burung angsa
menetas dengan naluri yang kuat untuk menggigit bius di sekitar mereka. Ketika
mengerami secara artifisial dalam kurungan tanpa pin atau cincang pakan hijau,
anak angsa muda memuaskan naluri mereka dengan menarik sayap ayah, ekor
dan turun dari punggung. Jika dibiarkan tidak terkendali, beberapa Individu akan
digunduli sebagian, darah akan diambil dan lubang mungkin akan dimakan Dalam
daging: Kanibalisme diperkuat oleh suhu perindukan yang tinggi, terlalu banyak,
terlalu padat, diet rendah serat, jumlah makanan dan pelet yang tidak mencukupi
kebutuhan (Dave, 1981).
Gejala - Anak burung menunjukkan area basah, telanjang, dan berdarah,
biasanya di bagian ekor dan punggung sayap (Dave, 1981).
Perawatan - Indikasi pertama makan bulu, suhu brooder anak ayam,
kurangi intensitas cahaya menggunakan lampu berwarna terutama biru dan
berikan ikatan dengan ruang yang cukup, diet seimbang, jumlah pakan yang
cukup, dan makanan hijau yang lembut seperti rumput , semanggi, dandelion,
chard dan kangkung. Jika sayuran tidak tersedia, bebas jamur, katyhay biasanya
dapat diganti. Losion dan salep anti-pick tersedia dan terkadang berguna jika
digunakan segera (Dave, 1981).
Pencegahan - Koreksi suhu brooding, lampu berwarna sesuai dengan
ruang lantai yang efisien, diet seimbang dan meletakkan burung angsa di padang
rumput secepat mungkin (Dave, 1981).
5. Tersedak
Tenggorokan yang bisa menghalangi pernapasan mereka. Biasanya,
setelah gemetar kuat kepala, lorong dibersihkan dan pernapasan kembali normal.
Namun, terkadang seekor burung tidak dapat berdehem dan akan mati lemas
jika tidak segera dibantu (Dave, 1981).
6. Koksidiosis
Penyakit unggas utama ini disebabkan oleh Coccidia, parasit bersel satu.
Organisme mikroskopis ini menjebak dan menghancurkan sel-sel di berbagai
bagian saluran pencernaan. Ada banyak spesies yang diketahui, tetapi hanya
beberapa di antara angsa. Kokus umumnya ada dalam jumlah sedang di mana
pun burung yang kita pelihara, dan merekadapat bertahan hidup di tanah selama
lebih dari setahun. Namun, penyakit ini jarang menimbulkan masalah pada angsa
kecuali jika disebabkan oleh sanitasi yang buruk. Gacyst mirip telur yang
diproduksi oleh Coccidia dapat diangkut dari satu lokasi ke lokasi lain dengan
berbagai cara seperti pada sepatu atau pakaian orang, dengan cara dioppings
burung liar dan dengan membeli unggas yang terinfeksi (Dave, 1981).
Gejala - Secara umum gejala termasuk nafsu makan berkurang, bulu
kusut, kepala mendekat ke tubuh, dan kadang diare dan berdarah. Dalam kasus
kronis, burung mungkin tumbuh lambat dan tidak pernah mencapai kenyang,
produksi atau limbah pergi dan akhirnya mati. Dalam wabah dover kumpulan
besar anak angsa dapatmati dalam gel atau kurang, Boise gejala internal danpada
spesies Coccidia, disarankan agar burung dibawa ke Tab diagnostik untuk
memastikan coccidiosis (Dave, 1981).
Pengobatan - Biasanya, obat sulfa dan coccidiostat yang diberikan untuk
ayam dan kalkun juga akan efektif untuk angsa. Olahan ini dapat ditambahkan ke
pakan atau air minum yang biasanya tersedia dari toko pakan dandealer
pemasok unggas. Namun, dosis yang dianjurkan untuk ayam dan kalkun harus
dikurangi kira-kira sepertiga hingga setengahnya untuk angsa karena unggas air
mengonsumsi lebih banyak pakan dan air dan dosis berlebihan obat ini bisa
mematikan (Dave, 1981).
Pencegahan - Untuk berkembang, Coccidia membutuhkan tempat tidur
kotor yang lembab dan sangat hangat. Oleh karena itu, pencegahan terbaik
adalah kering, alas bersih yang sering dibalik atau diganti untuk meningkatkan
kekeringan; atau lebih baik lagi, kawat lantai di arca brooding, atau setidaknya di
bawah dan di sekitar wadah penyiraman (Dave, 1981).
7. Cuts dan Wounds
Dibandingkan dengan kebanyakan hewan lain, suhu tubuh normal angsa
sangat tinggi (104 hingga 109 ° F atau 40 hingga 43 ° C), yang memberikan
perlindungan ekstra terhadap sebagian besar infeksi. Jika angsa dipelihara di
lingkungan yang cukup bersih, goresan dan lecet dangkal biasanya sembuh tanpa
pengobatan. Namun, bila seekor angsa mengalami luka terbuka atau diserang
oleh predator, perawatan klinis diperlukan. Setelah menangkap, tetapi sebelum
menangani ternak yang cedera, selalu cuci tangan dengan air sabun yang panas
(Dave, 1981).
Mengobati Luka Terbuka - Potongan yang dalam atau bergerigi biasanya
bulu yang dipangkas dari tepi selalu memegang kain kasa atau kain tanpa serat
yang bersih di atas luka sambil memotong bulu untuk mencegah potongan jaring
menempel dan mencemari daging yang terbuka. Cuci luka dengan air hangat
yang telah ditambahkan sabun lembut, lalu bilas bersih dengan air hangat dan
jernih. Potongan-potongan kecil kulit lepas yang tidak kunjung sembuh dapat
dipangkas.
Untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi serta
perkembangan belatung, oleskan salep obat seperti Nitrofurazone sekali sehari
atau dua hari sekali (Dave, 1981).
Menjahit Luka Caping - Jahitan terkadang diperlukan jika bagian besar
kulit telah robek atau robekan dalam. Sementara jarum jahit dan benang sutra
lebih disukai, jarum jahit yang disterilkan dan tiga benang putih bekerja dengan
memuaskan untuk penjahitan permukaan. Setiap jahitan atau jahitan harus
terpasang dengan baik di kulit, tetapi tidak lebih dari 4 inci. Jahitan harus diberi
jarak kira-kira satu inci dan ditarik cukup rapat untuk menyatukan kedua tepi
tetra tanpa banyak mengerut. Jika benang non-penyerap digunakan, harus
dikirim dan ditarik dengan pinset dalam empat sampai lima hari sebagai tindakan
pencegahan ekstra sering disarankan untuk mengobati burung dengan luka
serius atau multipel dengan antibiotik oral yang dapat disuntikkan, seperti
kombinasi penisilin QL dari penisilin dan streptomisin (Streptomisin dapat
menjadi racun unggas, jadi bila menggunakan antibiotik ini pada sejumlah unggas,
sebaiknya ajak satu atau dua individu terlebih dahulu dan amati mereka selama
tiga puluh menit untuk tanda-tanda staggering atau mengantuk) (Dave,1981).
8. Masalah Kaki
Penyebab - Bagian bawah kaki unggas air tampak lebih empuk
dibandingkan dengan burung yang tinggal di darat seperti masalah kaki ayam
dapat disebabkan oleh angsa yang memar, memotong atau mencabut cacing di
bantalan kaki mereka, atau mungkin menghabiskan banyak waktu mereka di
permukaan kerikil tajam atau tifus yang memiliki akses ke air mandi. Namun,
penyebab umum yang sering diabaikan adalah kekurangan makanan dalam
biotin, asam pantothenic, riboflavin atau salah satu vitarulhosormiger yang
penting dalam menjaga jaringan yang sehat (Dave, 1981).
Gejala - Jagung besar dan kapalan berkembang di bagian bawah kaki.
Dalam beberapa kasus, ada retakan yang dalam dan / atau bantalan kaki
membengkak dan terinfeksi- yang dikenal sebagai bumble foot yang
menyebabkan burung menjadi lumpuh (Dave, 1981).
Pengobatan - Jika diduga diet yang kurang baik, tambahkan ransum
dengan premix vitamin atau bahan pakan (seperti ragi kering, air dadih ,susu
skim kering atau makanan alfalfa) yang kaya vitamin A, biotin, asam pantotenat
dan riboflavin. kaki meradang, basuh kaki dengan air sabun hangat, desinfeksi
dengan alkohol gosok, dan kemudian bersihkan serpihan jika ada yang membuka
bantalan dengan bahan tajam dan disterilkan, Keluarkan nanah atau inti kuning
keras, desinfeksi sayatan dengan
alkohol dan oleskan salep luka obat seperti: Nitrofurazone. Tempatkan ternak di
tempat bersih yang dilapisi dengan låyer jerami segar (janganpernah serbuk
gergaji atau serutan kayu) dan berikan ransum seimbang, pakan hijau dan
setidaknya wadah kecil berisi air mandi bersih. Desinfektan mencuci setiap hari
dan mengoleskan salep obat pada luka memfasilitasi penyembuhan untuk
unggas yang lebih berharga, dosis penisilin dalam bentuk tablet selama minimal
sepuluh hingga empat belas hari tampaknya dapat membantu. Pada bagian yang
membandel dapat dilakukan kultur bakteriologis, isolasi bakteri penyebab dan uji
sitivitas antibiotik dapat dilakukan oleh laboratorium (Dave, 1981).
Pencegahan - Angsa yang menerima diet seimbang dan yang tidak dikejar
di atas permukaan yang keras dan tajam jarang menimbulkan masalah pada kaki
(Dave, 1981).
9. Kolera Unggas
Penyebab - fowl cholera adalah penyakit yang sangat menular baik pada
unggas liar maupun domestik yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida,
yang dapat bertahan hidup di tanah dan rumbai yang membusuk selama
beberapa bulan atau lebih. Penyakit ini dapat disebarkan oleh burung liar, hewan
pengerat dan penjelajah gua, atau dari angsa yang mematuk unggas mati yang
terinfeksi (Dave, 1981).
Gejala- Pada unggas air, penyakit kolera memberikan peringatan yang lile
atau tidak sama sekali, dengan konsumsi air yang berkerut. Unggas air yang mati
karena serangan akut biasanya, menunjukkan sedikit jika ada tanda ternyata
unggas yang sehat mati mendadak. Kasus kronis dapat ditandai dengan kelesuan,
sendi bengkak, diare, kesulitan bernapas dan dari penyakit ini setelah
pemeriksaan mayat pada kasus yang parah hati sering bergaris dengan daerah
berwarna terang dan terlihat dengan perdarahan kecil dan bintik abu-abu dari
jaringan mati. Sangat umum terjadi perdarahan merah kecil di usus, ampela dan
jantung yang terlihat dengan mata telanjang. Selain itu, limpa bisa membesar
(Dave, 1981).
Pengobatan - Pengobatan yang direkomendasikan saat ini adalah salah
satu dari obat sulta berikut: Sulfaquinoxaline sodium pada tingkat 04 persen
adalah air minum 1 persen dalam pakan selama dua atau tiga hari,
Sulfamethazine pada 4 persen dalam pakan selama tiga sampai lima hari atau
Sulfamethazine sodium , Larutan 125 persen pada tiga puluh ml per galon air
minum; atau Sulfamerazine sodium sebesar 5 persen dalam pakan selama lima
sampai tujuh hari. Obat Sulfa harus digunakan dengan hati-hati, terutama
dengan breeding stock, karena dapat menjadi toksik Antibiotik tingkat tinggi
seperti tetracy cline kadang digunakan dalam pakan atau disuntikkan di bawah
kulit. untuk pemilik kawanan kecil, cara pengobatan yang paling praktis biasanya
dengan membeli obat siap pakai untuk digunakan dalam air minum, seperti
Sabbury Sulquin (Dave, 1981).
Pencegahan - Praktik sanitasi yang baik adalah pencegahan terbaik untuk
koleraunggas. Wadah air harus ditempatkan di luar platform yang tertutup kawat,
air sering dibersihkan dan kadang-kadang didesinfeksi dengan natrium hipoklorit
(pemutih biasa) atau pembersih hewan yang disetujui. Singkirkan lubang lumpur
yang menggenang di halaman angsa dan bakar atau kubur semua bangkai burung
dan hewan yang mati. Di tempat-tempat di mana terdapat riwayat kolera, rotasi
padang rumput dan vaksinasi menggunakan bakteri yang tersedia secara
komersial sesuai dengan rekomendasi pabrik mungkin diperlukan (Dave, 1981).
10. Frostbite
Penyebab - Kaki dan kenop angsa yang terlalu dingin dalam waktu lama
dapat menyebabkan jaringan membeku.
Gejala - Kaki burung membeku di tanah atau es; benjolan saat dipaksa
berjalan, gigi menunjukkan bengkak dan kemerahan, dan terasa panas saat
disentuh, dan kemudian jaringan yang membeku mengelupas karena gangren.
Tombol-tombol gelap angsa Cina dan Afrika Coklat yang telah beku akan
mengembangkan bercak oranye. Radang dingin sering tidak terdeteksi sampai
ketimpangan gangren atau perubahan warna terjadi (Dave, 1981).
Perlakuan ketika unggas air ditemukan dengan kaki membeku di es atau
tanah, beri air hangat dengan suhu 90 hingga 105 ° F (32 hingga 40 ° C) - tidak
lebih panas – di atas bagian yang membeku sampai dibebaskan. Kemudian,
hangatkan kaki yang terkena radang dingin dengan cepat di bak air (105 hingga
108 ° F atau 40% hingga 42 ° C) selama lima belas hingga dua puluh menit, dan
berikan ternak air minum hangat. Jangan menggosok bagian yang terkena. Jika
gangren yang terbentuk di area yang membeku pada akhirnya dapat lepas atau
mungkin perlu diamputasi dan diperlakukan sebagai luka terbuka. Antibiotk
seperti penisilin dan teuamylin untuk burung yang menderita radang dingin
parah mengurangi kemungkinan infeksi (Dave, 1981).
Pencegahan - Kecuali unggas air memiliki akses ke perairan terbuka yang
luas, semua jenis angsa harus ditempatkan di halaman atau gudang yang dilapisi
dengan lapisan alas yang tebal dan memberikan perlindungan dari angin saat
suhu turun di bawah 20 ° F (7 C ) (Dave, 1981).
11. Penyakit Hardware dan Impaksi Esofagus
Penyebab - Paku, serpihan kawat, potongan tali, bilah rumput yang keras,
kerikil atau benda lain yang sulit dicerna kadang-kadang tertelan oleh angsa. Saat
tertelan, benda-benda ini terkadang menusuk beberapa bagian dari sistem
pencernaanbagian atas (Dave, 1981).
Gejala - Dalam kasus penyakit perangkat keras, unggas perlahan-lahan
menurunkan berat badan. Saat pemeriksaan mayat dilakukan, sering ditemukan
perangkat keras bersarang di kerongkongan atau ampela. Seringkali, benda asing
akan menembus dinding menyebabkan peritonitis dengan esofagus, impaksi,
benjolan yang disebabkan oleh halangan, sering terlihat di leher bagian bawah
(Dave, 1981).
Pengobatan - Tidak ada pengobatan praktis untuk penyakit perangkat
keras. Ketika impaksi esofagus adalah masalahnya, gumpalan material seringkali
dapat diremas longgar dengan memijat lembut pemadatan dari luar. Jika
bantuan tidak dapat dicapai dengan metode eksternal, penyumbatan mungkin
harus diangkat dengan pembedahan. Untuk mempersiapkan operasi ini,
bulu-bulu yang berada tepat di atas impaksi harus dicabut, sedikit demi sedikit,
hingga area yang berdiameter sekitar 17 inci terlihat. Setelah mencuci tangan
dengan sabun dan air panas, usap bagian yang telah dipetik dengan alkohol
gosok / kencangkan dengan lembut kulit dengan merentangkannya diantara ibu
jari dan jari telunjuk / dan buat sayatan dangkal sepanjang satu inci melalui kulit
dengan sterilisasi (direbus untuk tiga menit) pisau - Saya sarankanmenggunakan
pisau tepat dengan pisau baru. Sayatan kedua dibuat melalui dinding esofagus
dengan menggunakan jari, singkirkan masalah beberapa bahan dari
kerongkongan dan kemudian hidung dengan air hangat yang bersih. Bahan
jahitan jarum dan usus halus, gambarkan tepi irisan esofagus bersama-sama
dengan tiga atau empat jahitan tunggal yang diikat secara terpisah. Dari luar
dapat ditabur serupa cara, kecuali benang sutera yang harus digunakan. Jika
sudah jadi, telanlah insiden tersebut dengan alkohol, paksa beri makan beberapa
kapsul minyak ikan cod dan berikan minum air - tetapi tidak ada makanan -
selama dua puluh empat jam. Setelah itu, sediakan sedikit jumlah sayuran dan
pelet beberapa kali sehari sampai jahitannya dihapus. Jahitan luar bisa dilepas
setelah sekitar satu minggu (Dave, 1981).
Pencegahan - Jangan pernah meninggalkan paku, kawat atau tali di
tempat yang bisa dijangkau burung, dan jangan paksa angsa untuk hidup di atas
rumput kering berserat. Tampaknya disarankan untuk tidak menempatkan pasir
dalam jumlah besar di dalam bak dengan pakan, atau, jika angsa telah tanpa
pasir selama beberapa waktu, berikan hanya setara dengan satu sendok teh per
burung setiap hari selama seminggu sebelum memberikan pilihan bebas pasir.
Tampak bahwa angsa yang telah kehilangan pasir adalah sejumlah besar pasir
atau kerikil kacang selalu tersedia, sehingga ampela mereka terkena benturan
dan burung-burung mati kelaparan karena pakan tidak dapat melewati usus
bagian bawah (Dave, 1981).
12. Masalah Kaki
Penyebab - Mungkin sebagian besar kelainan kaki yang terlihat pada
angsa adalah akibat dari pola makan. defisiensi (especialyblacin), kalsium: fosfor
ketidakseimbangan (sering terjadi saat ransum bertelur kalsium tinggi diberikan
kepada burung yang belum dewasa), cedera yang dialami saat angsa tertangkap
dan / atau dipegang oleh kakinya, atau saat burung tergilas di tanah yang kasar
atau rintangan seperti palung pakan. Juga penting, tetapi biasanya kurang umum,
adalah kelemahan kaki yang diturunkan (Dave, 1981).
Gejala - Masalah kaki yang berhubungan dengan kekurangan makanan.
Ketidakseimbangan kalsium fosfor atau kelemahan bawaan biasanya ditandai
dengan kaki yang gemetar saat angsa berdiri masih menyerah setelah burung
berjalan atau berlari dalam jarak yang relatif pendek, membungkuk, atau
terpelintir di sendi hock. Cedera disertai pincang, sendi terkilir atau tulang patah
(Dave, 1981).
Pengobatan - Tidak ada pengobatan yang efektif untuk kelemahan atau
kelainan bentuk kaki genetik. Jika dinyatakan sehat, burung dengan cedera kaki
biasanya akan pulih jika dibiarkan tenang dan diberi akses mudah ke makanan
dan air. Gond adalah yang terbaik tempat untuk angsa dengan cedera kaki serius
untuk pulih. Jika diet yang kurang tepat bukan penyebabnya dan tindakan segera
diambil, suplemen vitamin / mineral dalam air minum atau dicampur dengan
pakan (Dave, 1981).
Pencegahan - Pilih unggas yang berkembang biak yang telah
menunjukkan anggota tubuh yang kuat dari menetas hingga dewasa. Jangan
menangkap atau membawa angsa dari segala usia dengan kakinya atau
menabraknya di atas tanah yang kasar atau di atas peralatan seperti air dan bak
pakan. Beri makan anak angsa makanan yang diperkaya dengan niasin, vitamin D
dan A, dan yang memiliki rasio fosfor terhadap kalsium yang tepat, dalam
kisaran 1: 1 hingga 1: 1,5 (P:Ca). Burung muda tidak boleh diberi makan petelur
karena pakan ini memiliki terlalu banyak kalsium dan rasio fosfor terhadap
kalsium yang tidak tepat yang dapat menyebabkan masalahserius (Dave, 1981).
13. Malnutrisi
Penyebab - Malnutrisi dapat menjadi konsekuensi dari pola makan yang
tidak lengkap atau jumlah pakan yang tidak mencukupi. Ini terjadi paling sering
ketika angsa dibesarkan di gedung atau pekarangan tanpa rumput dan hanya
diberi makan biji- bijian atau jatah ayam yang tidak memadai (Dave, 1981).
Gejala - Pada anak angsa, malnutrisi ditandai dengan pertumbuhan yang
terhambat, variasi ukuran tubuh yang luas pada kawanan yang mengandung
burung dengan umur dan jenis yang sama, perkembangan bulu yang
terbelakang, kaki yang lemah dan / atau cacat, burung yang kurus kering dengan
sedikit ketahanan terhadap penyakit parasit dan burung yang bertindak,
kelaparan pada waktu makan. Angsa dewasa yang kekurangan gizi berproduksi
dengan buruk, seringkali memiliki bulu yang terlihat kasar, mungkin kurus dan
rentan terhadap penyakit dan parasit (Dave, 1981).
Perawatan - Sediakan makanan dalam jumlah yang cukup yang memasok
makanan yang seimbang.
Pencegahan - Angsa dari segala usia dapat kelaparan karena memakan
rumput dan gulma yang kasar dan kering. Satu-satunya saat angsa dapat
berkembang biak tanpa diberi makan makanan berbahan dasar biji-bijian adalah
saat mereka memiliki akses sepanjang hari, ke rerumputan yang subur dan cepat
tumbuh. Jika memberi makan biji-bijian utuh atau retak sebagai pengganti
ransum pelet yang seimbang,pastikan burung memiliki akses ke pasir dan banyak
pasokan rumput muda yang lembut dan / atau protein, vitamin dan konsentrat
mineral (Dave, 1981).
14. Belatung
Penyebab dan Gejala - Jika luka terbuka tidak ditangani, terutama cuaca
hangat, lalat dapat tertarik untuk bertelur di tepi luka, terutama saat cuaca
hangat. Dalam waktu singkat, telur-telur itu menetas menjadi belatung yang
selanjutnya memakan jaringan mati yang luka. Salah satu tempat yang lebih
umum bagi unggas air untuk berburu belatung adalah di area ventilasi Ganders
dengan sujud lingga atau angsa yang mengembangkan infeksi di sekitar ventilasi
atau saluran telur yang tumbuh adalah target utama. Beberapa pemandangan
lebih menjijikkan daripada menemukan burung dengan luka terbuka yang
merangkak dengan belatung. Terlepas dari penampilan mereka yang mengerikan,
belatung ini memang membantu luka klan, tetapi mereka harus disingkirkan
sebelum penyembuhan terjadi (Dave, 1981).
Pengobatan- Pegang ternak di atas lubang yang telah digali di luar
kandang unggas dan tuangkan sedikit minyak tanah ke dalam luka. Ulangi
sesering yang diperlukan untuk membunuh belatung, lalu tutup lubang dan larva
dengan kotoran. Untuk menghilangkan pencahar dan membersihkan luka, cuci
area yang terinfeksi dengan air hangat yang telah ditambahkan sabun lembut,
lalu bilas hingga bersih
dengan air hangat yang jernih: Oleskan salep obat seperti Nitrofurazone, ulangi
setiaphari sampai penyembuhan total selesai tempat (Dave, 1981).
Pencegahan - Saluran telur prolaps atau luka terbuka harus segera
dirawat ataudimusnahkan.
15. Kekurangan Niacin
Penyebab - Anak angsa dipertahankan pada diet, seperti chick starter,
yaitu kekurangan niacin.
Gejala - Burung mengembangkan kaki yang lemah atau tertekuk, dan
sering menunjukkan pertumbuhan yang terhambat dan paha yang membesar.
Kickers, terkadang disalah artikan sebagai gejala defisiensi niacin, disebabkan
oleh defisiensi vitamin D3 atau defisiensi atau ketidakseimbangan kalsium dan /
atau fosfor (Dave, 1981).
Pengobatan- Anak angsa yang menunjukkan gejala defisiensi niacin
ringan seringkali dapat disembuhkan dengan segera menambahkan suplemen
niacin ke dalam makanan atau air minum mereka pada kasus yang parah, anak
angsa dapat menjadi sangat lumpuh sehingga tidak berharga. dan harus
dirancang (Dave, 1981).
Pencegahan - Ketika dibiarkan merumput di atas rumput muda yang
lembut, anak angsa jarang merasa terganggu oleh penyakit ini. Namun, semua
anak angsa, terutama yang dikurung, harus diberi makan makanan kaya niasin
(Dave, 1981).
16. Omphalitis
Penyebab - Ketika telur menetas secara artifisial, pusar burung yang baru
menetas terkadang terinfeksi oleh berbagai macam bakteri karena telur yang
buruk dan sanitasi inkubator. Kelembaban yang berlebihan memperparah
masalah dengan memperlambat proses penyembuhan normal pusar dan
menyediakan habitat yang ideal bagi bakteri (Dave, 1981).
Gejala - Gangguan ditandai dengan pusar yang besar, berkeropeng dan
terbakar, serta perut yang membuncit secara tidak normal dan terasa lembek.
Jika tidak ditangani dan diamati dengan seksama, anak angsa dengan omphalitis
dapat muncul cukup atau mal hingga waktu yang singkat sebelum kedaluwarsa.
Burung yang terinfeksi pada stadium lanjut biasanya berkerumun di dekat
sumber panas dan bergerak dengan enggan. Kematian, yang mungkin ringan
atau berat, selalu terjadi antara hari kedua dan keenam setelah menetas (Dave,
1981).
Pengobatan - Pada saat ini pencegahan adalah satu-satunya terapi yang efektif.
Pencegahan - Omphalitis jarang terjadi jika manajemen suara
dipraktikkan. Sebuah jumlah sarang bersih yang memadai yang dilengkapi
dengan bahan sarang adalah tempat pencegahan dimulai. Telur tetas yang kotor
harus dicuci dengan airhangat dan bersih yang telah ditambahkan pembersih
yang sesuai, seperti Germex. Terakhir, inkubator dan hatcher harus dijaga
kebersihannya dan harus didesinfeksi setelah setiap penetasan Jika penetasan
terus menerus dalam mesin yang sama dilakukan, fumigasi inkubator biasanya
diperlukan untuk mengendalikan omphalitis, terutama di daerah iklim lembab.
Telur unggas air harus diberi lilin pada tujuh sampai sepuluh hari dan sekali lagi
dalam tiga minggu untuk mencegah ledakan yang memuntahkan jutaan bakteri
mematikan (Dave, 1981).
17. Saluran telur, Eversi
Penyebab - Penyakit ini tampaknya disebabkan oleh angsa yang berusaha
keras untuk meletakkan telur yang terlalu besar atau dari otot saluran telur yang
melemah karena produksi telur yang prematur atau berkepanjangan atau obesiti.
Warisan mungkin menjadi faktor karena beberapa untaian burung lebih rentan.
Sayangnya, gangguan ini tampaknya terjadi paling sering di antara lapisan terbaik
(Dave, 1981).
Gejala - Angsa dengan masalah ini mudah dikenali dari penampilannya
yang terkulai dan saluran telur yang keluar yang menonjol dari ventilasi.
Perawatan - Angling Roose dapat diselamatkan hanya jika dia ditemukan
segera setelah saluran telur dilepas dan tindakan segera diambil. Meski begitu,
peluang pemulihannya keci. Untuk menyegarkan saluran telur secara
menyeluruh dengan air hangat yang bersih, kemudian dorong organ kembali ke
tempatnya dengan lembut. angsa di kandang bening di samping pasangannya
selama beberapa hari. Untuk memberi otot kesempatan untuk sembuh, burung
harus diberi makan hanya dalam jumlah kecil, seperti sayuran dan biji-bijian,
yang akan membuat tidak berani bertelur. Angsa yang tidak cukup berharga
untuk pengobatan atau yang saluran telurnya dikeringkan, bengkak atau terluka
sehingga tidak dapat diperbaiki, harus segera dibunuh dan dibuang atau dibalut
untuk diambil dagingnya. Jika dibiarkan tanpa pengawasan, mereka akan
mengalami kematian yang lambat dan menyakitkan dan burung lainnya mungkin
mulai mematuk organ yang terlepas (Dave, 1981).
Pencegahan - Jangan menempatkan angsa muda untuk bertelur sebelum
mereka berusia delapan hingga dua belas bulan, dan pastikan betina memiliki
daging yang baik, tetapi tidak terlalu gemuk, di awal dan sepanjang musim
bertelur. Untuk menjaga saluran telur betina yang berproduksi tinggi tetap sehat
dan terlumasi, beberapa peternak menyarankan untuk mencampurkan minyak
hati ikan kod (satu hingga dua sendok teh per burung) dengan pakan sekali
seminggu (Dave, 1981).
18. Phallus Prostration
Penyebab - Dalam kondisi alami, angsa liar biasanya berpasangan dengan
seekor angsa tunggal ketika berusia dua atau tiga tahun dan hanya aktif secara
seksual dalam waktu singkat setiap musim semi. Di bawah domestikasi, jantan
sering berkembang biak sebagai anakan dan dikawinkan dengan dua angsa dan
diharapkan berkembang biak selama musim yang panjang. Burung jantan
kadang-kadang akan kehilangan kemampuan untuk menarik penisnya, yang
tampaknya disebabkan oleh perkawinan yang terlalu lama dan aktif, musim, atau
mungkin kelemahan genetik(Dave, 1981).
Symproms - Organ penis,-inci panjang (atau lebih), menonjol dari ventilasi
burung. Seringkali, sekilas dengan kelainan ini akan terlihat berulang kali
menggoyangkan ekornya dari samping saat ia mencoba untuk menarik kembali
organ yang telah dinonaktifkan tersebut (Dave, 1981).
Perawatan - Dalam kebanyakan keadaan, burung jantan dengan cacat ini
harus dibunuh karena burung dipertanyakan dengan kelemahan ini harus
digunakan untuk tujuan Pembiakan. Ada kemungkinan untuk sembuh. Organ
harus dicuci dengan air hangat dan kemudian didesinfeksi dan dirawat dengan
salep obat seperti terramycin untuk mastitis. Dapat mencoba mendorongnya
kembali ketempatnya, bot Oleskansalep setiap hari sampai dia pulih sepenuhnya,
yang mungkin membutuhkan beberapa minggu atau lebih (Dave, 1981).
Pencegahan - Ini juga merupakan ide yang baik untuk melampiaskan seks
semua mata kawin setelah setiap musim kawin untuk membuat penis mereka
masih dalam kondisi baik (Dave, 1981).
19. Keracunan Dari Obat
Penyebab angsa muda sering keracunan jika diberi makan obat pakan
ayam atau kalkun. Keracunan obat adalah penyebab utama kematian ketiga pada
unggas air muda, di belakang tenggelam dan dimangsa. Masalahnya tampaknya
berasal dari fakta bahwa angsa makan dan minum lebih banyak makanan dan air
daripada kotoran tanah, karena kelebihan dosis obat-obatan. Jika digested
dalam dosis yang benar, obat ini tampaknya tidak mempengaruhi angsa, muda
atau tua, berbeda dari ayam atau kalkun (Dave, 1981).
Gejala - Burung (biasanya anak angsa yang dibesarkan di dalam ruangan
di mana mereka tidak memiliki persediaan hijauan yang siap untuk mencairkan
obat Jose petites mereka, menjadi lemah, pertumbuhan terhambat,
menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan leher atau mati mendadak (Dave, 1981).
Pengobatan - Pada tanda pertama dari gejala di atas, beralihlah ke
ransum non- obat. Jika makanan obat harus digunakan, encerkan potensi
kandungan obat dengan menyediakan banyak sayuran sukulen dan mixin yang
digulung, retak atau kecil, biji- bijian utuh bersama pakan (Dave, 1981).
Penyebab - Selain makanan busuk (botulisme) zat organik dan anorganik
lainnya dapat menjadi racun dalam jumlah yang cukup. Beberapa materi umum
yang diketahui. Untuk angsa termasuk pupuk komersial; garam; timbal (dari
burung yang mengambil pelet timbal atau menggigit cat bertimbal); herbisida;
pestisida; umpan untuk tikus, siput, ditambah benih tepung biji kapas vetch
biasa dan daun tembakau dan rhubarb. Tanaman lain yang diduga menyebabkan
penyakit atau kematian pada angsa antara lain foxglove, tanaman rambat
kentang, kentang yang telah menghijau selama musim tanam akibat paparan
sinar matahari, dan daun terong (Dave, 1981).
Gejala - Tanda diagnostik bervariasi tergantung pada racun dan kuantitas
yang tertelan. Secara umum, gejala umum pada tingkat rendah atau non-fatal
termasuk pertumbuhan yang terhambat, penampilan yang terkulai dan
ketidakstabilan. Pada tingkat tinggi, burung mungkin mengalami kejang,
mengibaskan kepala mereka dari satu sisi ke sisi lain, tergoda untuk
memuntahkan isi kerongkongannya) atau mati mendadak. Karena kandungan
gossypol gratis dari makanan biji kapas yang tidak diolah, pemberian makan
berlebihan (lebih dari 10, 15 persen dari rasio) suplemen proteinnya dapat
menyebabkan pertumbuhan yang terhambat, produksi telur berkurang dan
kuning telur dan berubah warna (Dave, 1981).
Pencegahan - Setiap kali menggunakan umpan beracun dalam bentuk apa
pun, temukan lokasinya jauh dari jangkauan ternak. Jika pupuk komersial
diterapkan, jangantumpah atau simpan di tempat yang bisa dijangkau angsa, dan
selalu pastikan butirannya ada larut sepenuhnya oleh hujan atau irigasi sebelum
burung diizinkan di padang rumput yang diferilisasi, bangunan dan peralatan
dengan cat berbasis timbal yang terkelupas harus dibersihkan atau dapat diakses
oleh angsa. Burung tidak boleh dibiarkan makan tanaman yang disemprot atau
poisorbus, garam, atau lumpur es yang dihasilkan dari jalan masuk bersalju atau
trotoar yang diasinkan di musim dingin (Dave, 1981).
20. Penyebab Sayap Tergelincir
Kekurangan pola makan, pertumbuhan yang sangat cepat atau cacat
genetik semuanya mungkin dapat menyebabkan sayap yang tergelincir. Peternak
yang sama merasa kelemahan ini diwariskan secara ketat Namun, ditemukan
kesimpulan ini sulit untuk diterima. Kadang-kadang pernah diamati sekelompok
anak angsa menunjukkan insiden yang tinggi sayap cacat, sementara kelompok
lain, dari kawanan berkembang biak yang sama dan dari usia yang sama, tetapi
di bawah manajemen yang berbeda, tidak ditampilkan satu pun burung dengan
sayap yang tergelincir (Dave, 1981).
Gejala - Ujung salah satu atau kedua sayap terlipat di sisi putsideion pin,
daripada bersandar dengan mulus ke sisi burung: Saat bulu terbang burung
angsa mulai muncul dari sayap, biasanya ujung sayap menonjol agak jauh dari
tubuh. Namun, jika sayapnya normal, bulu terbangnya akan terlipat di bawah
sayap sekunder. Sayap cacat biasanya dapat diidentifikasi dengan celah yang
jelas yang berkembang antara bulu primer dan sekunder ketika sayap terbuka
(Dave, 1981).
Pengobatan - Melipat dahan berbulu secara manual ke posisi yang benar
dan mengikatnya tutup: Karena sayap akan menjadi kaku karena tidak digunakan,
perban harus dilepas setelah sampai empat belas hari, dan jika perlu, tetap
setelah hari latihan Kalfa. Pada burung dewasa yang tidak dapat direhabilitasi,
keanehan visual dari sayap yang menonjol dapat dikurangi dengan memotong
bulu-bulu terbang (Dave, 1981).
Pencegahan - Terjadinya sayap yang terpeleset dan dikurangi dengan
hanya menggunakan stok pengembangbiakan bersayap normal, dan dengan
memastikan burung angsa muda akan mengkonsumsi makanan yang seimbang.
Burung dengan kelainan bentuk ini baik-baik saja untuk daging atau produksi
makan telur (Dave, 1981).
Sumber : Dave, 1981
21. Kaki Spraddle
Penyebab - Kaki spraddle biasanya dapat dilacak ke nampan inkubator
dasar yang halus, kotak pengiriman 4 lantai brooding di mana anak memiliki
pijakan yang buruk, tetapi juga bisa menjadi penyebab cacat lahir (Dave, 1981).
Gejala - Anak angsa lumpuh oleh kaki yang lemah atau cacat yang
meluncur keluar dari bawahnya saat mereka mencoba berjalan. Dalam kasus
yang parah, kaki mungkin menonjol pada sudut kanan dari tubuh dan sama sekali
tidak berguna (Dave, 1981).
Pengobatan - Burung dengan kasus kaki terselip yang parah harus
disingkirkan penderitaan mereka. Kasus yang ringan sering kali dapat
direhabilitasi dengan menempatkan anak angsa pada permukaan kasar yang
memberikan pijakan yang baik, seperti bantalan kayu yang lebih tinggi yang
digunakan dalam kotak pengiriman anak ayam, kain goni kasar atau kawat kain
keras. Mengikat benang awal di antara kaki pasien selama beberapa hari juga
membantu dalam banyak kasus. Saat paku digunakan, sangat penting bahwa
mereka tidak diikat terlalu erat sehingga sirkulasi darah menjadi terbatas (Dave,
1981).
22. Staphylococcosis
Organisme Staphylococcus aureus, yang menyebabkan infeksi Staph
dapat ditemukan di sebagian besar unggas, tetapi tampaknya tidak menjadi
ancaman yang serius kecuali angsa dalam kondisi rusak secara fisik karena gizi
buruk, parasit, cedera dan disimpan di tempat yang sangat tidak sehat (Dave,
1981).
Gejala - Dalam bentuk ringan, burung menunjukkan ketimpangan, gaya
berjalan yang tidak stabil berdiri atau duduk sendiri, bergerak dengan enggan,
menurunkan berat badan dan tidak: segera diobati, akhirnya mati. Pada kasus
yang parah, gejala di atas bisa disertai bot, sendi bengkak, diare dan pemeriksaan
post mortem mendadak umumnya menunjukkan sesak dan bengkak pada hati,
limpa dan ginjal (Dave, 1981).
Perawatan - Sedikit yang diketahui tentang merawat staph pada angsa,
tetapi penggunaan Gallimycin, timah medan, dan novobiocin telah disarankan.
Pencegahan - Jika angsa dipelihara dalam kondisi sanitasi dan diberi
makan yang cukup, staph jarang ditemui. Selama cuaca hujan, pekarangan angsa
tidak boleh dibiarkan rusak menjadi bak penampung kotoran yang kotor dan
tertutup lumpur. Burung tidak boleh dibiarkan berjalan di atas benda tajam yang
dapat menusuk kaki mereka, sehingga dapat menyebabkan infeksi ini (Dave,
1981).
23. Mata Lengket
Penyebab - Di habitat aslinya, angsa mengonsumsi makanan tinggi
vitamin A asam pantotenat dan biotin, serta memiliki akses ke air mandi bersih.
Di bawah pemeliharaan, unggas air sering dibesarkan dengan makanan yang
kekurangan vitamin dan disuplai air dalam wadah dangkal yang tidak
memungkinkan burung untuk membilas mata mereka. Hasilnya, angsa yang
dibesarkan di kurungan rentan terhadap oftalmia, infeksi ringan pada mata yang
biasa disebut mata lengket (Dave, 1981).
Gejala - Keluarnya cairan kekuningan di bulu di sekitar mata dan dapat
menyebabkan kelopak mata menempel. Mata lengket paling umum di antara
anak angsa yang dibesarkan di dalam ruangan atau dalam kondisi kotor di luar
(Dave, 1981).
Pengobatan. - Segera setelah mata lengket terdeteksi, angsa harus diberi
suplemen vitamin, diberi makan sayuran segar - jika memungkinkan -
dan diobati dengan salep atau obat tetes mata seperti Terramycin Eye Drops
atau Terramycin Ophthalmic Ointment. Menyediakan air minum bersih (yang
telah ditambahkan satu tetes Clorox per galon) Dalam bejana yang cukup dalam
untuk birdo, rendam kepalanya dan gunakan tablet penisilin atau tutup
terramycin (Dave, 1981).
Pencegahan - Anak angsa dibesarkan dalam kurungan dan tidak juga
dilakukan pencucian teh mulated khusus untuk unggas air, perkuat diers mereka
dengan 'vitamin Premix Guch seperti Vitapol, Headstart atau Vitamin &
Electrolytes Soluble atauzat lain (seperti ragi kering pembuat bir) yang tinggi
Vitamin A, biotin dan asam pantotenat. Disinfeksi air mancur setiap minggu
dengan pembersih seperti Germ X atau Clorox; bila memungkinkan, sediakan air
dalam wadah yang cukup dalam bagi burung untuk membilas matanya. Anak
angsa di padang rumput jarang menimbulkan masalah mata (Dave, 1981).

5. Kandang yang digunakan setiap periode pemeliharaan


Induk angsa dapat dipelihara dan ditempatkan dimana saja, seperti
dibelakang rumah, bersatu dengan sapi, domba, ayam, atau itik. Akan tetapi
sebaiknya sudah mempersiapkan tempat untuk pemeliharaan sebelum angsa-
angsa yang akan pelihara datang. Apabila mempunyai halaman yang cukup luas
sediakanlah sebagian yang dipagar keliling. Ditempat itu bangun kandang angsa
dan gubuk naungan. Kandang angsa berfungsi untuk merawat dan membesarkan
anak-anak angsa sampai dapat digembalakan, sedangkan gubuk naungan
digunakan untuk tempat tidur dan berteduh induk angsa, gambar tempat
pemeliharaan angsa
Kandang angsa tidak perlu bagus yang penting harus kering dan dapat
mencegah angina masuk secara langsung, bisa menggunakan sangkar untuk anak
ayam atau sebuah bangunan tertutup. Jika anak angsa yang dipelihara sedikit,
misalnya lima ekor bisa menggunakan sangkar, jika anak angsa yang dipelihara
cukup banyak kita harus menyediakan bangunan tertutup seperti kandang ayam
atau kandang itik.
Sangkar untuk anak angsa dapat berupa kotak dengan rangka dari kayu
dan dinding serta atasnya dari bilah-bilah bamboo, kayu atau kawat kas.didalam
kota kita beri lampu 40watt sehingga anak angsa mudah mendapatkan makanan
dan air. Selain itu, lampu juga berguna sebagai penghangat, gambar sangkar
kotak untuk anak angsa:
Kandang untuk anak angsa dapat berbentuk seperti kandang ayam atau
kandang itik. Bahan bangunan dapat terbuat dari kayu atau bambu. Dinding dapat
dibuat dari bilah bilah bambu atau kawat kasa, sedangkan bagian atasnya dapat
berupa genting, rumbia, seng atau asbes. Lantai bangunan bisa dari tanah, kayu atau
semen. Sebaiknya lantai terbuat dari semen karena angsa akan sehat dan kandang
mudah dibersihkan, gambar kandang untuk anak angsa:

Kandang angsa berukuran besar. Biasanya terbuat dari bambu dengan ruangan
yang sangat luas. Kandang anakan disekat agar jangan membaur dengan angsa yang
remaja dan dewasa. Angsa yang anakan diletakkan dalam kandang khusus yang
mempunyai penghangat dari bohlam listrik agar anakan tetap dalam kondisi hangat.
Kandang usahakan dalam kondisi kering untuk itu dianjurkan lantai terbuat dari semen
agar mudah membersihkannya. Disamping itu untuk kandang angsa pada bagian
samping diusahakan tertutup rapat agar angin tidak mudah masuk. Bisa juga dengan
ditutup plastik disekeliling kandang. Kandang tempat bertelur angsa bisa dibuat
dengan ukuran 30x30x30cm. Alas kandang angsa bertelur terbuat dari jerami atau
serutan kayu.
Di usahakan di sekitar pekarangan rumah di pagar agar angsa tidak dapat keluar
yang dapat merusak tanaman tetangga dan suka menyerang orang- orang yang lewat
di jalan. Atap kandang diusahakan tidak bocor agar waktu hujan tetap kering. Tempat
pakan dan tempat air minum sebaiknya di letakkan di luar kandang agar di dalam
kandang tetap bersih dan kering. Sarang diperlukan dan diletakkan di dalam kandang,
Sarang bisa dibuat dari kotak kayu yang didalamnya diberi alas dari serutan kayu atau
jerami. Cahaya di kandang harus cukup untuk menstimulasi percepatan produksi telur.
(sumber:
https://pdfcoffee.com/qdownload/tugas-makalah-anekadocx-pdf-free.html)

5. Tatalaksana Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan salah satu aspek untuk menentukan keberhasilan
menghasilkan produk. Tatalaksana pemelihaaan yang tepat akan menghasilkan
produksi yang baik. Tatalaksana pemeliharaan yang baik meliputi pemberian pakan,
pemberian air minum, bentuk dan ukuran kandang yang digunakan, pemberian
vitamin dan penanganan kesehatan meliputi vaksinasi, pencegahan dan pengobatan
ayam sakit. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeliharaan meliputi
kelembaban dan suhu (Fenita, 2011). Pemilihan bibit merupakan salah satu faktor
penting dalam pemelihaaan. Bibit yang baik maka akan menghasilkan produksi yang
baik. Kunci keberhasilan usaha ayam petelur adalah menggunakan ayam petelur yang
berproduksi tinggi (Blakely dan Bade, 1998).
DAFTAR PUSTAKA

Dave Holderread. 1981. The Book Of Geese a Complete Guide To Raising The Home
Flock. Corvallis Oregon : USA.
https://pdfcoffee.com/qdownload/tugas-makalah-anekadocx-pdf-free.html
http://blogternakunggas.blogspot.com/2015/11/ternak-angsa.html
Leclerq, B., Blum, J.C., Sauveur, B. & Stevens, P. 1987. Nutrition of geese. In feeding
non-ruminant livestock, 110 -112. Butterworths London, England
BUDIDAYA ANEKA TERNAK UNGGAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Produksi Aneka Ternak
Unggas”

Oleh:

Kelompok 9

Alif Marcotera Z 200110180097


Adibah Zata Dini 200110180139
M. Daffa Saepul 200110180243
Kelas A

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
I

PEMBAHASAN

1. Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan


Induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam
gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam gedung baru
tersebut dengat menggunakat kaset rekaman dari suara walet atau sriti. Pemutuan ini
dilakukan pada jam 16.00-18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan
Menetaskan telur walet pada mesin penetas Suhu mesin penetas sekitar 40⁰C dengan
kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan
menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar
air didalam cawan tersebut tidak habis.
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna yaitu :
- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0 - 5 hari.
- Putih kemerahan, berumur 6 - 10 hari.
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10 - 15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2, 014 x 1, 353 cm dengan berat
1, 97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap kecuali
dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai kantung udara yang relatif kecil.
Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan
tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas
dilakukan dengan peneropongan.
Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan
jangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untnk
menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur
yang kosong dan yang embrionya mati dibuang. Embrio tandanya dapat terlihat pada
bagian tengah telur terdapat Iingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang
embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan
sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan
pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13-15 hari telur akan
menetas.
Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan
pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet yang sedang
melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet
membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet diambil dan dibuang kemudian
sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat dimanfaatkan untuk
memperbanyak populasi burung walet dengan menetaskannya di dalam sarang sriti.

2. Ransum Setiap Periode Pemeliharaan


Di alam bebas induk walet akan memberikan makan anaknya sampai umur 45
hari yaitu sampai anak walet tersebut siap terbang dan mencari makan sendiri. Biasanya
setiap 1 jam sekali innduk walet akan datang ke sarang untuk memberikan makan
anaknya. Pada umumnya burung walet mulai keluar dari gua pada pagi hari sekitar pukul
06.00 – 07.00 dan kembali ke gua pada saat sore hari antara pukul 16.00 – 18.00
(Direktorat Jenderal Perlindungan dan Pengawetan Alam, 1979).

1) Perawatan Ternak

Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak
walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar)
tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang
stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu,
temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara
mesin. Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan
ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan
ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap
terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk
pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan
dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.

2) Sumber Pakan

Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya
adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan
dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola
rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau.
Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:

a. menanam tanaman dengan tumpang sari.


b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah

3) Pemberian pakan yang bermutu secara teratur


Agar hasil budidaya berhasil dengan baik diperlukan pemberian pakan yang
bermutu dan teratur. Pemberian pakan berpedoman pada mutu pakan dan kebiasaan
waktu makan. Mutu makan yang baik akan menentukan kualitas daging bekicot. Mutu
pakan yang baik dapat dipenuhi dengan memberi pakan berupa daun-daunan yang
disukai dan buah-buahan. Misalnya; daun dan buah pepaya, daun bayam, buah terung
mentimun, swai dan lain sebagainya.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit


1) Tikus

Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu
yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak
menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.

2) Semut

Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung
walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-
semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air
panas.

3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak
sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan
dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat
persembunyian.

4) Cicak dan Tokek

Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak
burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan
mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap
sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk
penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak
digunakan ditutup.

Beberapa sebab penyakit lainnya yang menyebabkan sarang burung walet


menjadi rusak dan mengurangi kualitas hasil panen ialah:

a. Sarang burung walet peliharaan kotor karena akibat dari panen tetasan.
Penyakit pada sarang burung walet peliharaan menjadi kotor karena pada
waktu telur burung walet menetas dan kemudian cangkang telur tersebut
menempel pada sarang.
b. Sarang kotor akibat dari masa panen. Pada saat memanen sarang, pada saat
yang bersamaan burung walet peliharaan sedang musim rontok bulu yang
mengakibatkan penyakit pada sarang burung walet peliharaan menjadi
terkontaminasi oleh bulu burung walet peliharaan tersebut.
c. Penyakit pada sarang burung walet karena sirip yang kotor. Hal itu dapat
terjadi karena bahan yang digunakan sebagai media sirip menggunakan
kayu yang mudah melepaskan air. Akibat yang ditimbulkan adalah sarang
yang menempel pada kayu akan berubah warnanya. Selain itu jika sirip yang
digunakan terbuat dari bahan coran dapat mengakibatkan sarang
terkontaminasi oleh pasir.
d. Penyakit pada sarang burung walet peliharaan yang berubah warnanya
menjadi kekuningan diakibatkan oleh adanya pencemaran dari amoniak
yang berasal dari kotoran burung walet peliharaan yang menumpuk di
dasar lantai.

4. Kandang Pemeliharaan
Dalam memelihara burung wallet, kandang atau tempat tinggal adalah yang
utama. Burung wallet senang bersarang disudut langit-langit bangunan. Rumah wallet
tidak perlu terlalu besar, asalkan burung wallet dapat bersarang dengan tenang.
Kemudian, ventilasi pada bangunan adalah hal yang penting agar menjaga suhu didalam
bangunan kandang burung wallet. Kelembaban yang dibutuhkan adalah sekitar 26-30
derajat celcius. Peletakan ventilasi dapat diberikan jarak sekitar 4 meter agar tidak
terlalu dingin.
Pada umumnya, ukurang rumah burung walet sangat bervariasi, bisa gedung 5
lantai atau 2 lantai dengan ketinggian per lantainya 2-2,5 meter. Ada pula rumah walet
berukuran 8×12 meter atau tipe lebih kecil ukurannya sebesar 4×4 meter. Desain
masing-masing gedung tersebut harus mempunyai dinding dengan ketinggian 3 m atau
lebih karena burung walet tidak akan membuat sarang jika ketinggian dinding kurang
dari 3 m. Bahan yang digunakan untuk membangun rumah walet dapat menggunakan
kayu ulin sebagai tiang, seng sebagai dinding luar, dan alumunium foil untuk penahan
panas agar suhu tetap stabil. Selain itu, untuk meredam panas bisa menggunakan
bahan-bahan alternatif seperti, kardus, atap daun, dan segala bahan yang berasal dari
alam.
Habitat alami burung walet adalah gua kapur yang jauh dari kebisingan dan
aktivitas manusia. Untuk membuat rumah walet yang nyaman, rumah tersebut harus
menghadirkan nuansa seperti gua kapur. Cukup tambahkan sekat saja sebagai tempat
yang potensial bagi walet merangkai sarangnya. Perlu diperhatikan pula jumlah sekat
yang ditambahkan pada bentuk dalam rumah walet. Karena kalau terlalu banyak, dapat
menyebabkan suhu ruangan menjadi terlalu panas. Untuk pemasangannya, berikan
jarak antar sekat atau papan sirip lebih kurang 30 cm sampai 50 cm. Agar walet merasa
lebih nyaman, buatlah papan sirip ini dari bahan kayu agar terasa seperti di alam liar.
Gambar Rumah Burung Walet
5. Tatalaksana Pemeliharaan
a. Pengaturan Suhu dan Kelembaban
Suhu didalam gedung juga sangat penting karena kalau suhunya 30 derajat
celcius atau lebih, air liur walet akan cepat mengering sehingga sarang walet akan
berukuran kecil. Tetapi kalau suhu terlalu dingin seperti dibawah 26 derajat celcius,
air liur walet sulit mengering sehingga mengalami kesulitan dalam membuat sarang.
Oleh karena itu, suhu di dalam gedung walet harus senantiasa stabil antara 26-29
derajat celcius, jadi harus ada termometer yang digantung pada dinding di dalam
gedung untuk membantu memantau fluktuasi suhu.
Kalau gedung terletak pada ketinggian 250 mdpl atau lebih, biasanya tidak ada
masalah dengan suhu di dalam gedung, tetapi jika letaknya dibawah 250 mdpl,
gedung tersebut memerlukan perlakuan khusus untuk memperoleh suhu yang pas
didalam gedung. Lubang ventilasi dapat memudahkan menyiasati fluktuasi suhu di
dalam gedung sehingga ketika suhu turun lubang ventilasi bisa ditutup atau jika suhu
terlalu panas semua lubang ventilasi bisa dibuka Salah satu cara untuk memudahkan
fluktuasi suhu di dalam gedung adalah ‘hujan buatank Hujan buatan ini dilakukan
dengan menyemprotkan air diluar gedung agar suhu di dalam gedung menjadi
berkurang.
Selain suhu, kelembaban di dalam gedung walet adalah hal yang sangat penting
untuk budidaya sarang burung walet. 80-95% adalah kelembaban yang ideal untuk
gedung walet. Kalau kelembaban berada dibawah 80%, bentuk sarang walet tidak
bagus, sarangnya cepat kering dan lepas sebab daya lekatnya kurang, daging
sarangnya tipis serta mudah remuk. Selain itu kalau kelembaban terlalu tinggi,
sarangnya bisa menjadi kekuning-kuningan sehingga harga sarang lebih rendah. Di
samping itu, kayu sirip di atap bisa mudah berjamur sehingga menyebabkan burung
walet enggan bersarang. Cara yang digunakan untuk menciptakan kelembaban di
gedung yaitu dengan membuat kolam di dalam gedung dan di luar gedung, sehingga
proses penguapan bisa menambah kelembaban merata dalam gedung atau bisa juga
dengan hujan buatan.
b. Konstruksi Gedung
Untuk budidaya sarang burung walet ada bermacam-macam ukuran gedung
mulai dari gedung kecil satu lantai berukuran 3m x 4m, hingga gedung yang sangat
besar berlantai empat dengan ruangan berukuran 50m x 20m dan ketinggian gedung
mencapai 18 m atau lebih. Namun semua gedung yang besar atau kecil harus
mengikuti tata cara yang sama agar bisa berhasil dalam membudidayakan sarang
burung walet. Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya
bervariasi dari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan
semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih
disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tata cara
yang dimaksud adalah desain dan lokasi gedung, memancing burung walet dan
serangga kedalam gedung. Semua hal ini sangat penting untuk budidaya sarang
burung walet.
DAFTAR PUSTAKA

Chantler, P. & G. Driessens. Swift : A guide to the Swift an Treeswift of the World. Pica
Press, the Banks. East Sussex, 1995.
Mackinnon, John. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.
Nazaruddin & A. Widodo. Sukses Merumahkan Walet. Cet. 2. Jakarta: Penebar Swadaya,
1998.
Tim Penulis PS. Budidaya dan Bisnis Sarang Walet. Cet. 4. Jakarta: Penebar Swadaya,
1994.
PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“Budidaya Ternak Kalkun”

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Kelas A

Fajar Shidik 200110180152

Shelviana Lestari 200110180168

Mohammad Rizal A 200110180255

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan

rahmat, berkat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah “Budidaya Ternak

Kalkun” yang diajukan untuk memenuhi tugas Produksi Aneka Ternak Unggas.

Penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dari

berbagai pihak baik itu berbentuk moril maupun materil. Kami menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

pembaca.

Sumedang, 28 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................ ii

DAFTAR ISI .................................................................................... iii

I. PEMBAHASAN
1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan .......... 1
1.2 Ransum ................................................................................... 2
1.3 Pengendalian Penyakit ............................................................ 3
1.4 Perkandangan .......................................................................... 4
1.5 Tatalaksana Pemeliharaan....................................................... 7
II. PENUTUP
2.1 Kesimpulan .............................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9

iii
I

PEMBAHASAN

1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan


Seleksi induk kalkun merupakan tahap awal yang menentukan
keberhasilan produktivitas kalkun. Seleksi ini bertujuan untuk mendapatkan bibit
kalkun yang berkualitas sehingga dapat diharapkan keberhasilan
pengembangbiakan kalkun yang menyangkut produktivitas telur, fertilitas, daya
tetas, dan kualitas anak kalkun lebih dapat dicapai. Secara umum bibit kalkun
lokal dikatakan baik atau unggul jika memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
• Berasal dari keturunan kalkun yang sehat, bebas dari berbagai penyakit
terutama yang dapat diturunkan secara vertikal (seperti pulorum, black
head, dan lain-lain).
• Sesedikit mungkin berasal dari perkawinan keluarga (inbreeding).
• Berpenampilan fisik tegap, sehat, kuat, utuh/sempurna, dan tidak cacat.
• Umur kalkun jantan yang sudah memasuki dewasa kelamin yaitu 7–8 bulan,
bobot badan sekitar 6–7 kg dan tidak terlalu gemuk; sedangkan betina
dewasa siap bertelur adalah berumur 5–6 bulan dengan bobot badan sekitar
3–4 kg, badannya sudah terlihat relatif bulat tetapi tidak terlalu gemuk,
sehat, tidak pernah mengidap penyakit yang dicirikan antara lain: gerakan
lincah, mata jernih dan bersinar, sayap kuat, dan bulu-bulunya rapi bersih
dan mengilap, kloaka bersih, serta kotoran (feces) padat dan relatif kering.
• Kalkun jantan berpenampilan berani dengan ciri sering mengembangkan
sayap, warna jengger dan pial merah cerah segar.
• Kalkun betina yang sudah menginjak dewasa mulai menunjukkan birahi
dengan ciri-ciri sering berposisi mendekam, siap melakukan perkawinan. v
Sebaiknya kalkun-kalkun ini berasal dari hasil seleksi sejak umur 2–3 bulan.
Jika diamati dari percepatan pertumbuhan dan kebugaran anak kalkun
sebenarnya masa starter kalkun adalah sampai umur 6 minggu. Pada masa
starterini anak kalkun masih dalam kondisi kritis dan rawan terhadap penyakit

1
serta mudah stress. Sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan
setelah melewati masa starter ini. Beberapa pendapat pada masa ini perlu
dilakukan potong paruh (debeaking) untuk mengendalikan kalkun saling
mencabut bulunya dan kanibalisme. Masa starter kalkun lokal sebenarnya
berlangsung sampai umur 6 minggu. Untuk tujuan pembesaran sebaiknya
dimulai pada umur 8 minggu. Selain karena pada umur ini kalkun lebih mudah
beradaptasi dalam lingkungan berbeda, teknik pemeliharaan pada umur ini juga
lebih sederhana dan pertumbuhan akan lebih cepat sehingga akan lebih mudah
dilakukan oleh banyak orang, serta secara ekonomi lebih mudah dipasarkan
(marketable).

1.2 Ransum
Kebutuhan protein dan energi kalkun berdasarkan tingkat umur
Ransum/Kg Umur (Minggu)
0-4 4-8 8-12 12-16 16-20 20-24 Bibit
Protein 28 26 22 19 16.5 14 14
Kalori 2800 g 2900 g 3000 g 3100 g 3200 g 3300 g 2900 g
(kkal/kg)
Sumber protein hewani yang dapat digunakan untuk ransum kalkun
adalah tepung ikan, tepung kepala udang, dan tepung rajungan. Sedangkan
sumber protein nabatinya antara lain bungkil kelapa dan bungkil biji sawit. Bahan
ini bagus digunakan dalam persentase terbatas (maksimal sekitar 10–15%).
Bungkil kedelai mempunyai kandungan protein yang tinggi. Untuk pertumbuhan
dan perkembangan kalkun ternyata merupakan sumber protein nabati yang
ideal (sangat baik bagi pertumbuhan dan tidak berpengaruh buruk jika
digunakan dalam jumlah banyak) serta relatif murah. Bahan baku pakan kalkun
yang sangat potensial digunakan dan perlu dikembangkan adalah hijauan daun.
Bahan ini dapat dipersiapkan lebih dulu baik dalam bentuk segar maupun
tepung/serbuk. Secara alami kalkun menyukai hijauan daun (memiliki
palatabilitas yang tinggi terhadap banyak jenis daun).

2
Hijauan daun sangat disukai dan tampaknya dibutuhkan oleh kalkun.
Kalkun yang diberi hijauan daun tampak lebih bugar/segar serta lincah.
Dagingnya menjadi lebih padat dibandingkan dengan kalkun yang tidak diberi
hijauan daun. Dari sisi pemeliharaan, pemberian hijauan daun juga memberi
pengaruh positif antara lain mengurangi sifat kanibalisme kalkun dan saling
memakan bulu sesama kalkun. Diduga ini disebabkan terpenuhinya beberapa
jenis vitamin dan mineral serta antioksidan yang terkandung dalam hijauan.
Hijauan daun juga dapat diberikan dalam bentuk tepung atau serbuk dan
dicampurkan dalam ransum sehingga kandungan proteinnya dapat lebih mudah
diperhitungkan. Keuntungan lainnya merupakan keunggulan tersendiri ternak
kalkun. Pemberian hijauan daun pada ternak kalkun akan memberikan
keuntungan lebih di antaranya selain sebagai substitusi asupan protein, hijauan
daun pada umumnya banyak mengandung vitamin, antioksidan, dan mineral
serta beberapa jenis daun berkhasiat obat sehingga dapat mengurangi biaya
pakan dan obat-obatan.
Pemberian pakan/ransum dalam sehari dapat dilakukan tiga kali yaitu
pagi, siang, dan sore hari. Khusus untuk hijauan daun lebih baik diberikan pada
siang hari karena berpengaruh positif mengurangi dehidrasi pada tubuh kalkun.
Ini terlihat dari kalkun yang diberi makan daun pada siang hari tidak
menunjukkan haus yang berlebihan. Kebutuhan ransum ini juga tergantung
cuaca setempat khususnya suhu dan kelembaban di dalam kandang. Dalam suhu
udara yang relatif tinggi dan kering, umumnya kalkun mengonsumsi ransum
lebih sedikit karena banyak minum. Khusus untuk kalkun yang baru menetas
(DOT) sampai umur sekitar tiga hari diberikan ransum yang sudah disterilkan
lebih dulu untuk untuk meminimalisir anak kalkun terserang penyakit yang
bersumber dari ransum atau bahan baku yang digunakan.

1.3 Pengendalian Penyakit


Pencegahan dengan herbal mimba melalui air minum dan atau pakan
induk maupun kalkun growertampaknya sangat efektif untuk mencegah

3
penyakit ini. Namun demikian untuk aplikasi yang lebih tepat perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Dengan selalu menjaga sanitasi kandang yang baik dan
sistem kandang panggung juga sangat menekan penyebaran penyakit ini.
Penyakit yang disebabkan oleh virus, antara lain Infectious Bronchitis (IB),
Tetelo (New Casle Disease/ND) dan Avian Influenza (AI) saat ini masih menjadi
momok bagi peternak kalkun. Penyakit ini dapat berakibat sangat fatal dan bisa
menyebabkan kematian hingga 100%. Penyakit ini belum ditemukan obatnya,
beberapa antibiotik hanya bermanfaat untuk mencegah atau menekan infeksi
sekunder oleh bakteri. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi.
Penularan/penyebaran sangat cepat dapat melalui kalkun sendiri atau unggas
atau mahluk hidup lainnya termasuk manusia, peralatan kandang, atau
kendaraan pengangkut pakan. Oleh karena itu benteng penangkal pertama yang
paling penting adalah dilakukan biosecurity yang ketat dan tepat. Dengan cara
ini tampaknya penyakit ini tidak lagi menjadi momok bagi peternak kalkun.
Apapun penyakitnya, tindakan pertama kali yang harus dilakukan
sebelum penyakit menyebar/menular ke kalkun yang lain adalah segera
dilakukan isolasi dan karantina bagi kalkun yang sakit, baru kemudian dilakukan
pengobatan serta kandang tempat kalkun sakit segera disemprot dengan
desinfektan atau pindah kandang yang sudah disterilkan
Jika kemungkinannya kecil untuk dapat disembuhkan lebih baik kalkun
yang sakit segera dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur dalam tanah.
Tindakan lain yang harus dilakukan adalah secara rutin (minimal satu minggu
sekali) kandang harus disemprot dengan desinfektan agar lingkungan lebih steril
dan mencegah berkembangnya suatu penyakit yang mungkin timbul.

1.4 PERKANDANGAN
Kalkun bibit lokal membutuhkan ruang sekitar 0,5 m per ekor. 2 Jika sex
ratio 1 : 4 maka dibutuhkan ruang/kandang sebesar 2,5–3,0 m . Supaya dapat
melakukan perkawinan dengan baik, halaman kandang diberikan lahan/ruang
untuk bermain/penggembalaan 2 (ranch) seluas sekitar 2–3 m /ekor. Agar

4
penggembalaan (ranch) kalkun dapat dirotasi, ranch dapat dibuat pada halaman
depan dan belakang kandang. Jika lahan terbatas dan hanya dapat dibuat satu
lahan ranch harus sering dikosongkan dan/atau disterilisasi dengan desinfektan
yang tidak membahayakan kalkun. Penanaman rerumputan/hijauan daun dapat
dilakukan di lahan ini dan pagar pembatas. Ini bermanfaat sebagai sumber pakan
alami dan juga berfungsi sebagai peneduh sehingga tercipta udara yang lebih
sejuk. Lingkungan seperti ini sangat disukai dan baik untuk kalkun bibit.

Fase Starter
Ada beberapa jenis kandang untuk kalkun starter, yaitu umur 0–2
minggu, 2–4 minggu, dan 4–8 minggu. Pada umur ini anak kalkun sebaiknya
ditempatkan dalam box dilengkapi penghangat (brooder). Temperatur brooder
yaitu 90–95°F pada minggu ke-1; 85–90°F pada minggu ke-2; 80–85°F pada
minggu ke-3; dan pada minggu ke-4 adalah 75–80°F. Namun demikian setelah
lewat umur 4 minggu biasanya bulu kalkun sudah penuh sehingga hanya kadang-
kadang diperlukan penghangat (pada musim dingin/hujan), namun pada malam
hari masih dibutuhkan penerangan.

5
Fase Grower dan Finisher
Bentuk dan konstruksi kandang untuk kalkun grower dan finisher
berbentuk panggung. Dalam satu kandang terdiri dari beberapa petak. Panggung
bertujuan untuk meminimalkan terjangkitnya kalkun terhadap beberapa
penyakit terutama yang berasal dari kotoran kalkun yang berserakan di tanah.
Sedangkan petak-petak dalam kandang untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Seandainya mau disediakan lahan penggembalaan, sanitasi, dan biosecurity
harus benar-benar terjaga dan dapat dikendalikan. Perbedaan antara kandang
grower dan fnisher hanya pada lubang-lubang alas panggung, yaitu pada grower
dibuat lebih kecil dibandingkan untuk finisher. Dibandingkan dengan cara dilepas
di alam bebas atau kandang yang mempunyai tempat bermain (ranch), kandang
panggung seperti ini sebenarnya mempunyai beberapa kelemahan yaitu kalkun
cenderung kekurangan vitamin-mineral dan menjadi kurang kuat/bugar dan
lincah.

6
1.5 Tatalaksana Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan salah satu aspek untuk menentukan
keberhasilan menghasilkan produk. Tatalaksana pemelihaaan yang tepat akan
menghasilkan produksi yang baik. Tatalaksana pemeliharaan yang baik meliputi
pemberian pakan, pemberian air minum, bentuk dan ukuran kandang yang
digunakan, pemberian vitamin dan penanganan kesehatan meliputi vaksinasi,
pencegahan dan pengobatan ayam sakit. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi pemeliharaan meliputi kelembaban dan suhu Pemilihan bibit
merupakan salah satu faktor penting dalam pemelihaaan. Bibit yang baik maka
akan menghasilkan produksi yang baik. Kunci keberhasilan ternak kalkun adalah
menggunakan kalkun yang berproduksi tinggi.

7
II

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Kalkun adalah hewan unggas (sejenis burung), asli Amerika Utara, yang
klasifikasinya termasuk dalam Filum Chordata, Sub filum Vertebrata, Kelas Aves,
Ordo Galliformes, famili Phasianidae, sub famili Meleagris, genus Meleagris,
spesies M. gallopavo, M. silvestris dan, M. Ocellata. yang sering dikonsumsi dan
memeiliki keunggulan dari segi dagingnya yaitu memeiliki daging yang sangat
lezat juga berprotein tinggi, kandungan lemak dan kolesterolnya sangat rendah.
Cara budidayanya diantaranya dengan pemilihan bibit ayam kalkun, lokasi dan
kandang kalkun dan perawatan dan pemberian makanan ayam kalkun yang
dapat berupa konsentrat pakan jadi pada masa pertumbuhan, ataupun
memeberikan pakan biasa seperti bekatul, jadung, dan lain-lain. Serta
memeberikan hijaun atau sayuran untuk menambahakan gizi dan juga
melakukan vaksin agar terhindar dari penyakit.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Sunaryati P, Bambang Cahyo M., & Kismiati, S. (2016). Kalkun Edisi 2. Semarang: Sarana
Utama.

Anda mungkin juga menyukai