Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Rosmilah 200110180006
Nelvin 200110180159
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ i
I ............................................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 1
1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan ...................................................... 1
1.2 Ransum Setiap Periode Pemeliharaan ................................................................................ 1
1.4 Perkandangan ...................................................................................................................... 8
1.5 Tatalaksana Pemelihaaraan Puyuh Pedaging.................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 20
i
I
PEMBAHASAN
1
Ransum adalah pakan yang diberikan pada ternak selama 24 jam dengan cara
diberikan sekali atau beberapa kali (Anggorodi, 1995). Ransum unggas terdiri dari bahan
pakan yang bagian-bagiannya dapat dicerna dan diserap oleh unggas sedemikian rupa,
sehingga zat-zat yang terkandung di dalamnya dapat berguna bagi unggas. Ransum yang
baik adalah ransum yang mengandung protein dan energi yang seimbang (Anggorodi,
1994). Menurut Wahju (1997) ransum sebaiknya mempunyai imbangan energi-protein
yang baik, sebab hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, konversi ransum,
komposisi tubuh dan efisiensi ransum. Penggunaan bahan pakan kualitas tinggi sangat
penting untuk burung puyuh dalam menyusun pakan puyuh. Kualitas bahan pakan yang
kurang baik mungkin dapat ditoleransi oleh beberapa tipe ternak, tetapi tidak untuk
puyuh.
Puyuh yang memiliki kecenderungan untuk mematuk lebih cocok dengan bentuk
pakan remah atau tepung karena akan memudahkan burung untuk menelan dan
mencerna (Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Konsumsi ransum yang tidak berbeda
disebabkan kandungan energi dalam ransum pada setiap perlakuan relatif sama. Sesuai
dengan pernyataan Nuraini (2009) dan Zahra dkk. (2012) bahwa kesetaraan tingkat energi
pada ransum menyebabkan jumlah ransum yang dikonsumsi pada setiap perlakuan relatif
sama. Wahju (2004), hakekatnya ternak mengonsumsi ransum untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam tubuh. Untuk burung puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu
kebutuhannya sama dengan fase grower (Listiyowati dan Roospitasari, 2005). Berikut
table kebutuhan nutrisi burung puyuh jantan.
Starter Grower
Nutrisi
NRC SNI NRC SNI
Kadar air (%) 10 Max 14 10 Max 14
Energi (KkalEM/kg) 2900 Min. 2800 2900 Min. 2600
2
Protein (%) 24 Min. 19 24 Min 17
Lisin (%) 1.3 Min. 1.0 1.3 Min 0.80
Metionin (%) 0.5 Min 0.4 0.5 Min 0.35
Lemak Kasar (%) 2.8 3.96
Serat Kasar (%) 4.1 4.40
Ca (%) 0.8 0.9-1.2 0.80 0.9-1.2
P total (%) 0.6-1.0 0.6-1.0
Sumber: NRC (1994) dan SNI (2008)
- Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan mikro dan juga
jumlah energi yang terkandung pada ransum. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan
diantaranya adalah lingkungan dan palatabilitas. Lingkungan diantaranya berupa
kelembaban dan suhu. Hasil pengamatan terhadap kelembaban dan suhu lingkungan
adalah 35-79% dan 22-27,5. Suprijatna dkk. (2005) menyatakan bahwa ternak unggas
mampu berproduksi stabil pada kisaran kelembaban 30-80% dan temperatur 10-30, suhu
sudah sesuai dengan suhu lingkungan untuk kehidupan, sehingga konsumsi tidak berbeda
nyata.
3
>6 minggu 17-19
Sumber: Listiyowati dan Roospitasari (2000).
Salah satu tantangan terbesar dalam memelihara puyuh petelur adalah mencegah
wabah penyakit. Wabah penyakit dapat mengakibatkan kematian pada puyuh petelur.
Oleh karena itu, produsen harus mengidentifikasi perencanaan manajemen pencegahan
dalam memelihara puyuh petelur untuk meminimalkan wabah penyakit.
4
Sumber: duniaunggas.com
Penyebab : Kuman Sallmonela pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala : Kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut
dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian : (1) Menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus,
binatang vector penyakit, ayam yang mati segera dibakar / dibuang.
(2) Pisahkan ayam sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa memakai baju
yang steril.
4. Berak Darah (Coccidiosis)
Gejala : tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam
dan menggigil kedinginan.
Pengendalian : (1) menjaga kebersihan lingkungan, menjaga litter tetap kering. (2)
Pemberian Tetra Chloine Capsule melalui mulut. Pemberian noxal, trisula zuco tablet
yang dilarutkan dalam air minum atau slufaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
5. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab : Poxivirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala : Timbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu seperti pial, kaki,
mulut, farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi.
6. Quail Bronchitis
5
Penyebab : Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular. Ummnya
burung puyuh yang sering terjangkit yaitu puyuh umur kurang dari empat minggu.
Gejala : Puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersin,
mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lender serta kadangkala kepala dan
leher agak terpelintir.
Pengendalian : Tidak ada obat untuk penanganan penyakit Quail bronchitis. Tindakan
terbaik yang dapat dilakuan yaitu pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang
memadai.
7. Ulcerative Enteritis
Penyebab : Bakteri gram positif (Clostridium colinum).
Gejala : Kondisi tubuh puyuh memburuk dengan cepat dan puyuh menjadi dehidrasi
dan emaciated. Burung duduk dengan kepala ditarik kembali dan punggung berpunuk.
Dada menjadi tipis, keriput, dehidrasi dan memiliki tepi eperti pisau cukur. Lesi
ditemukan di usus halus dan usus besar. Bisul terlihat melalui dinding usus.
Pengendalian : Kenakan sepatu sekali pakai, pakaian dan sarung tangan jika
mengunjungi peternakan. Campurkan satu gram streptomycin dengan satu litter air
dan berikan pada burung puyuh selama tiga hari. Hal ini akan menghentikan penyakit
ulseratif.
8. Quail Pox
Penyebab : Virus yang masuk ke area kulit yang tidak berbulu oleh lecet kecil atau
nyamuk.
Gejala : Lesi cacar yang ditandai dengan nodul yang terangkat dang memerah. Nodul
membesar, menguning dan membentuk kudis gelap tebal.
Pengendalian : Puyuh divaksin di sayap pada umur 6-8 minggu. Selain itu tindak
pencegahan dapat dilakuan dengan pembersihan lokasi tempat berkembang biak
nyamuk.
9. Aspergillosis
Penyebab : Cendawan Aspergillus fumigatus.
6
Gejala : Puyuh mengalami gangguan pernapasan, mata terbentuk lapisan putih
menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian : Memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
10. Cacingan
Penyebab : Sanitasi yang buruk.
Gejala : Puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian : Menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga
kebersihannya.
Pada burung puyuh bobwhite. Penyakit umum yang paling sering menyerang yaitu
Quail bronchitis, Ulcerative Enteritis dan Quail Pox. Namun penyakit lain (Myoplasma,
Botulisme, Coccidiosis dan cacingan) juga dapat menjadi sumber penyakit bagi burung
puyuh.
- Pemeliharaan kesehatan
1. Sanitasi dan biosekuriti
Sanitasi dan biosekuriti adalah salah satu bentuk dari prosedur untuk mengurangi
kemungkinan wabah penyakit. Biosekuriti mencakup Langkah-langkah yang mencegah
masuk dan kelangsungan hidup virus, bakteri, parasite, jamur, serangga, hewan
pengerat, dll. Biosekuriti dimulai dengan merencanakan manajemen peternakan.
Misalnya, pertimbangan lokasi peternakan dan kedekatan peternakan dengan unggas
atau ternak lainnya (biosekuriti konseptual). Bagi Sebagian besar, pencegahan
penyakit dimulai ketika ternak dibeli. Membeli bibit akan lebih baik dari tempat
pembibitan terkemuka, ang telah teruji bebas dari penyakit.
Pekerja yang merawat anak burung puyuh harus berganti pakaian dan memperhatikan
untuk selalu mencuci tangan dan boot. Lakukan yang terbaik untuk mencegah
pemindahan kotoran dari kandang.
Tempatkan pakan dan wadah air sehingga kontaminasi feses diminimalkan
7
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh, kebersihan lingkungan
kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
2. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang
sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk
dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau dari toko peternakan (poultry
shop).
3. Kontrol Hewan Pengerat
Hewan pengerat dapatmenghancurkan dan mencemari pakan serta dapat menyerang
dang membuat panik burung puyuh. Hewan pengerat juga dapat merusak kabel dan
menjadi sumber wabah penyakit terutama salmonella, leptospira, coccidia dan
penyakit parasite lainnya.
Hewan pengerat dapat diatasi dengan cara: (1) Menghalangi lubang yang mungkin
digunakan untuk tidak membuat celah masuk. (2) Menghilangkan area persembunyian
bersarang dengan membuang sampah dan peralatan yang tidak perlu dari sekitar
fasilitas kandang. (3) Buat jebakan. (The Poultry Site, 2002).
4. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separuh dari dosis untuk ayam.
Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral).
Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat geja-gejala sakit dengan
meminta bantuan dari ppl setempat ataupun dari toko peternakan (poultry shop).
1.4 Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal, tempat beraktifitas burung puyuh setiap hari.
Kondisi kandang sangat mempengaruhi produktivitas burung puyuh. Kandang yang
nyaman akan membuat puyuh lebih sehat dan lebih produktif. Kandang yang sering
digunakan dalam pemeliharaan burung puyuh yaitu kandang sistem litter dan sistem
baterai. Letak kandang diatur sedemikian rupa agar kandang cukup mendapatkan sinar
matahari. Selain itu, suhu dan kelembaban kandang perlu diperhatikan (Suhu ideal : 20-
8
24℃ dan kelembaban 30-80%). Suhu kandang yang dibawah 65ºF akan meningkatkan
kebutuhan energi puyuh yang meningkatkan kebutuhan energi puyuh yang menurunkan
efisiensi pakan dan mengurangi produksi telur. Suhu yang lebih dari 85ºF akan
menyebabkan penurunan produksi telur. (J.Hatkin, 2002).
Dalam pembangunan kandang puyuh ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya: penentuan lokasi kandang harus sesuai dan cocok untuk beternak puyuh,
kepadatan kandang perlu diperhatikan, pencahayaan sesuai (25-40 watt pada waktu siang
hari dan 40-60 watt pada malam hari dengan pencahayaan sekitar 14-16 jam, tersedia
tempat pakan dan minum, sebaiknya dasar lantai terbuat dari kawat berlubang (kawat
ram) yang bawahnya dilapisi seng tipis dan ventilasi yang cukup.
9
Sumber: duniapuyuh.com
Kandang sistem baterai paling banyak digunakan oleh peternakan burung puyuh di
Indonesia. Dinding dan lantainya terbuat dari kawat ram, dengan aLas dibawah kandang
sebagai penampung kotoran. Kandang sistem ini memiliki sirkulasi udara yang baik dan
dapat mencegah beberapa penyakit yang di timbulkan oleh parasit. Namun, pada dinding
kandang sebaiknya diberi plastic agar bisa digulung untuk sirkulasi udara pada malam hari
untuk menghindari terpaan angin kencang.
Sumber: Agroniaga.com
10
Puyuh mulai bertelur pada umur 7 minggu, dengan mencapai 50% produksi pada
minggu ke 8. Perbandingan puyuh dalam berproduksi sekitar 1:5. Kandang yang
digunakan untuk proses pembibitan tentunya memiliki pengaruh terhadapa performa
dan produktivitas dari burung puyuh yang akan menghasilkan bibit yang berkualitas.
Ukuran atau besarnya kandang dipengaruhi oleh jumlah puyuh yang ada.
2) Kandang Indukan
Kandang Indukan memiliki jenis, ukuran dan bentuk serta kebutuhan-kebutuhan yang
sama dengan kandang reproduksi. Akan tetap pada kandang ini, untuk ukuran atau
lebar kandang bisa menyesuaikan dengan ukuran kandang pembibitan atau bisa lebih
besar.
Anak puyuh berumur satu hari memiliki berat 9-10 gram. Kandang yang digunakan
adalah kandang brooder. Kandang yang dapat memberikan panas yang cukup. Dalam
kandang brooder diilengkapi dengan lat pemanas ruangan. Untuk memuat 90-100
ekor anak puyuh kandang yang diperlukan hanya berukuran panjang 100 cm, tinggi 40
cm, lebar 100cm dan tinggi kaki hingga 50 cm.
Kandang yang digunakan berupa kawat ram atau kandang yang memiliki jenis sama
dengan kandang yang digunakan untuk induk petelur. Anak puyuh yang berumur 3-6
minggu akan dipindahkan ke kandang ini begitu juga dengan anak puyuh yang
berumur lebih daru 6 minggu.
11
Paling lama dua hari sekali. Untuk penangannya setiap kandang harus dilengkap dengan
alas untuk tempat kotoran yang sewaktu-waktu dapat ditarik keluar.
1. Bibit/pembibitan
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Ada tiga
macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit burung puyuh betina yang sehat, atau
bebas dari carier penyakit
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit burung puyuh jantan dan burung puyuh
petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit burung puyuh betina yang
baik produksi telurnya dan burung puyuh jantan yang sehat dan siap membuahi
burung puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
2. Pakan (Ransum)
Faktor terpenting dalam keberhasilan beternak burung puyuh adalah faktor pakan
(nutrisi), disamping faktor kandang dan bibit. Faktor pakan meliputi cara pemberian
dan kebutuhan gizi menurut tingkatan umurnya. Pakan dianggap faktor terpenting
karena 80% biaya yang dikeluarkan seorang peternak burung puyuh digunakan untuk
pembelian pakan. Di alam aslinya, burung puyuh liar gemar memakan biji-bijian,
tumbuh-tumbuhan, dan serangga. Kemampuannya dalam berburu makanan
12
kegemarannya membuat kebutuhan gizi untuk hidup dan produksinya dapat
terpenuhi. Berbeda dengan burung puyuh ternak yang tidak dapat mencari makanan
sendiri. Kelangsungan hidup dan produksinya seratus persen tergantung pada
peternak. Oleh sebab itu, pemberian ransum yang tepat akan sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup dan produksinya. Ransum burung puyuh terdiri dari
beberapa bentuk, diantaranya pelet, remah-remah, dan tepung. Ransum terbaik
berbentuk tepung, namun pakan berbentuk tepung dapat mengakibatkan gangguan
pernapasan. Oleh sebab itu, pakan tepung perlu diberi sedikit air agar menggumpal.
Manfaat lain penambahan air dapat meningkatkan nafsu makan burung puyuh.
Kebutuhan nutrisi burung puyuh adalah lebih tinggi dibandingkan ayam. Tingkatan
nutrisi yang disarankan oleh berbagai peneliti bervariasi.
Protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air harus tersedia dalam jumlah cukup.
Kekurangan salah satu komponen pakan tersebut mengakibatkan gangguan kesehatan
dan menurunkan produktivitas.
1. Protein
Protein terkandung dalam bahan pakan nabati dan hewani antara lain bungkil
kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, tepung hati, tepung cacing, dan berbagai
macam butiran. Fungsi protein antara lain sebagai materi penyusun dasar semua jaringan
tubuh yang dibentuk. Jaringan tubuh tersebut berupa otot, sel darah, kuku, dan tulang.
Selain itu, protein berfungsi untuk pertumbuhan jaringan baru, bahan pembuat telur, dan
sperma. Bila kadar protein dalam pakan tidak cukup, pertumbuhan menjadi tidak normal.
Bila keadaan tersebut dibiarkan berlarut-larut, burung puyuh dapat mengalami kematian.
2. Karbohidrat
13
aktivitas kerja, serta memelihara temperatur tubuh. Bila hewan muda diberikan energi
melebihi dari kebutuhan untuk hidup pokoknya, energi tersebut akan digunakan untuk
membentuk protein. Sementara kelebihan karbohidrat pada hewan dewasa diubah
menjadi lemak. Biasanya, karbohidrat terdapat dalam bahan pakan yang berasal dari
tumbuhtumbuhan seperti jagung, dedak padi, minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak
wijen. Diantara bahan pakan tersebut, jagung kuning paling sering digunakan karena
selain sebagai sumber karbohidrat, karoten yang terkandung di dalamnya berfungsi untuk
mewarnai kuning telur dan bagian kuning lainnya pada organ tubuh burung puyuh.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber karbohidrat, yang berarti pula sebagai sumber energi.
Fungsi lemak membantu penyerapan vitamin (A, D, E, K), menambah palatabilitas,
menyediakan asam-asam lemak esensial, mempengaruhi penyerapan vitamin A dan
karoten dalam saluran pencernaan, berpengaruh penting dalam penyerapan Ca, serta
menambah efisiensi penggunaan energi. Sumber lemak terdapat dalam bahan pakan
seperti minyak kelapa, minyak kacang kedelai, minyak jagung, dan minyak biji kapas.
3. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang harus selalu tersedia, walaupun dalam
jumlah sangat kecil, untuk metabolisme jaringan normal. Secara langsung ataupun tidak,
defisiensi vitamin pada puyuh mengakibatkan kerugian seperti lebih mudah terserang
penyakit sehingga menurunkan produktivitas, bahkan menimbulkan kematian. Sumber
pakan yang mengandung vitamin bermacam-macam diantaranya daun-daunan, biji-bijian,
kuning telur, atau jagung kuning.
5. Mineral
Semua jenis ternak, termasuk burung puyuh, sangat memerlukan mineral dalam
ransumnya, baik berupa mineral makro (Ca, P, Na, K, dan Cl) atau mineral mikro. Pada
14
prinsipnya peternak harus menyediakan mineral dalam jumlah cukup. Kelebihan mineral
berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Sementara kekurangan mineralpun dapat
menurunkan kesehatan. Kerugian akibat kurang atau lebihnya kadar mineral dapat
menyebabkan kerugian besar. Bahan pakan yang mengandung mineral antara lain tepung
tulang, kulit kerang, bijibijian, dan garam dapur.
6.Air
Bagian terbesar dan terbanyak dari jaringan tubuh hewan (40-70%) adalah air. Fungsi
air sangat vital, yaitu mengangkut zat-zat pakan dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
lainnya. Fungsi air lainnya yaitu mempertahankan bentuk sel, mengatur dan
mempertahankan suhu tubuh, meminyaki persendian, serta meningkatkan fungsi mata,
telinga, dan reaksireaksi biokimia dalam tubuh. Pada unggas, air berfungsi dalam proses
pembentukan dan produksi telur. Oleh sebab fungsinya sangat vital, air harus selalu
tersedia dalam jumlah yang cukup.
b. Kebutuhan Pakan
15
disebabkan karena pada umur tersebut burung puyuh belum dapat mengkonsumsi
ransum dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan proteinnya
diperlukan kadar protein yang lebih tinggi dibanding puyuh berumur 3-5 minggu.
Kandungan protein dalam pakan burung puyuh petelur direkomendasikan 20%, sedangkan
kandungan protein 25% membuat burung puyuh cepat mengalami dewasa kelamin.
Komposisi pakan burung puyuh menurut umur dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4. Jumlah Ransum yang Diberikan Per Hari Menurut Umur Burung Puyuh
16
Selain komposisi zat pakan dalam ransum, cara pemberian pakan pun harus
benarbenar diperhatikan. Bila tidak akan menggangu pertumbuhan, aktivitas, kesehatan,
dan produksi burung puyuh. Pada saat tertentu, misalnya cuaca yang sangat panas,
ransum dapat dibasahi sedikit dengan air. Dengan cara ini burung puyuh akan bernafsu
untuk makan. Ransum yang tidak habis dimakan harus segera dibuang. Ransum basah
mudah terserang jamur. Tempat bekas makan pun harus segera dicuci dan dikeringkan.
Ransum dapat diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan siang hari. Berdasarkan hasil
penelitian, pemberian pakan pada siang atau sore hari, ternyata meningkatkan kesuburan
dan produksi telur burung puyuh.
Anak puyuh atau day old quail (DOQ) yang dipelihara periode starter (0–3 minggu)
merupakan bibit unggul yang bukan berasal dari perkawinan silang dalam/sedarah
(inbreeding). Puyuh dipilih yang besarnya sama, sehat, gesit, tidak cacat, paruh tidak
melengkung, sayap tidak patah mata harus cerah dan sehat, serta aktif atau lincah.
Kepadatan anak puyuh 0–2 minggu adalah 150 ekor per m2 , sedangkan pada umur 2
minggu adalah 100 ekor per m2 . Pada puyuh umur 1–7 hari dilakukan pemotongan paruh
untuk mencegah kanibalisme. Caranya dengan memotong sepertiga bagian paruh
menggunakan alat debeaker, atau bila tidak dan dapat dengan gunting.
Puyuh di dalam kandang indukan selama 3 minggu. Suhu di dalam kandang indukan
harus dijaga tetap stabil sekitar 35,5°C untuk minggu pertama, 29,3–32,2o C pada minggu
kedua dan ketiga. Untuk itu dipasang thermometer lingkungan yang diperiksa setiap hari
minimal tiga kali, untuk keperluan tersebut kandang maka harus dilengkapi lampu 25–40
watt yang dinyalakan 14 jam pada malam hari. Jika cuaca mendung, lampu hendaknya
dinyalakan terus sepanjang siang dan malam hari.lntensitas cahaya 0–3 minggu adalah
60–70 lux, kemudian berkurang menjadi 10 lux pada umur 3 minggu. (Sainsburry, 1992)
17
Pemberian ransum dilakukan secara ad libitum.Anak puyuh starter membutuhkan
protein 35%, dan energi metabolis 2900 kkal/kg. Pada umur 3–5 minggu, kadar proteinnya
menjadi 20% dan energi metabolis 2600 kkal/kg. Jumlah ransum yang dibutuhkan
menurut umur dapat dilihat pada Tabel 3.1. Puyuh jepang jantan untuk tujuan pedaging
diberikan ransum dengan kadar protein 23%. Puyuh yang sudah berumur 40 hari
memerlukan ransum sebanyak 40 g/hari, sebaiknya ransum dan air minum yang segar
harus selalu tersedia sepanjang hari.
Pada saat grower dilakukan diseleksi pada saat puyuh berumur 3–5 minggu. Pada
saat ini puyuh yang pertumbuhannya tidak normal atau kerdil disingkirkan, sehingga
diperoleh puyuh yang bobot tubuhnya seragam. Pada saat ini pula dilakukan sexing untuk
memisahkan jantan yang akan digunakan sebagai puyuh pedaging dan betina yang akan
digunakan sebagai puyuh pembibit atau puyuh petelur. Sexing dilakukan dengan cara
melihat perbedaan pada bagian kloaka, jika terdapat tonjolan kecil di bagian dinding atas
kloaka berarti puyuh tersebut jantan, jika tidak ada tonjolan melainkan berbentuk
horizontal dengan warna hitam kebiruan berarti betina. Selain dari kloaka, warna bulu
dada dapat juga dijadikan acuan seksing. Bulu dada betina bewarna cokelat dan bergaris
atau berbintik-bintik putih, sedangkan pada jantan berwarna cokelat kemerahan, sedang
bagan dada bagian bawah cokelatnya lebih muda dibandingkan betina, dan tidak terdapat
bintik-bintik atau garis putih
Puyuh lebih mudah dibedakan setelah masa dewasa kelamin. Puyuh jantan memiliki
benjolan berwarna merah (foam ball) di antara ekor dan anusnya seperti terlihat pada
Gambar Benjolan lembut ini akan mengeluarkan cairan seperti bila dipijat. Selain itu
puyuh jantan dapat bersuara dengan bunyi keras, sedangkan betina tidak demikian. Hal
lain yang membedakan jantan dan betina adalah bobot puyuh betina umumnya 20% lebih
berat dibandingkan puyuh jantan dan bila dipegang terasa lebih lunak daripada puyuh
jantan.
18
Pada puyuh pembibit, memasuki fase layer dipelihara puyuh betina dan jantan,
sedangkan pada puyuh petelur hanya dipelihara betina saja. Syarat untuk dijadikan puyuh
pembibit adalah harus sehat, tubuhnya tegap, bobotnya antara 150–160 g, dadanya berisi,
kakinya tegap, tidak cacat, gesit, dan tidak kanibal. Selain itu betina dan jantan tidak dari
hasil perkawinan inbreed. Usia betina untuk menghasilkan telur tetas yang baik adalah
16–40 minggu, sedangkan yang jantan 8–24 minggu. Pada umur tersebut kualitas semen
puyuh jantan masih baik, dan frekuensi kawin 4–5 kali/hari. Perbandingan puyuh jantan
dan betina di dalam kandang untuk tujuan produksi telur tetas adalah 1 : 3. Telur tetas
yang dihasilkan oleh induk pembibit diseleksi berdasarkan berat (10–11 g), berbentuk
oval, warna kulit bercak hitam kelabu menyebar merata, tidak retak, dan bersih dari
kotoran. Telur dikumpulkan dan disimpan di ruang penyimpanan hingga mencapai jumlah
tertentu (optimal selama 4 hari) untuk kemudian dapat ditetaskan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R., 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.
___________. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Andaruisworo, Sapta. 2015. Agribisnik Aneka Ternak. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.
Djulardi, dkk. 2006. Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa Harapan. Yogyakarta: Andalas
Universitas Press.
J. Hatkin. 2002. Bobwhite Quail Production and management Guide. Georgia Poultry
Laboratory. Camilla, Georgia.
Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 2000. Tata Laksana Budi Daya Puyuh Secara Komersial.
Penebar Swadaya, Jakarta.
NRC. 1994. Nutrient Requirement for Poultry. 9th Revised Ed. National Academy
Press,Washington DC.
Nuraini. 2009. Performa broiler dengan ransum mengandung campuran ampas sagu dan
ampas tahu yang difermentasi dengan Neurospora crassa. Media Peternakan. 32 :
196 – 203.
The Poultry Site. 2002. Bobwhite Quail Production and Management Guide. Diakses dari
https://www.thepoultrysite.com/articles/bobwhite-quail-production-and-
management-guide pada 28 Oktober 2021.
Riyanti; Nova, Khaira Nova ; Pratama, Mirandy, Muhamad. 2020. PRODUKSI ANEKA
TERNAREBNGKTA. :2020. Pustaka Media. Lampung (Hal 57-58)
20
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
Oleh :
Kelompok 2
Kelas A
Rahmawati 200110180174
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah produksi aneka ternak ungags “Itik Manila” dapat selesai
dengan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengkaji mengenai
anatomi morfologi meliputi tubuh bagian luar, kerangka, saluran pencenaan dan saluran
reproduksi tenak unggas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Dani Garnida, MS. selaku
dosen mata kuliah produksi aneka ternak unggas yang telah membimbing penulis dalam
mata kuliah produksi aneka ternak unggas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena keterbatasan penulis baik pengalaman serta pengetahuan yang
dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
I
1.1. Bibit
Bibit itik adalah itik yang memenuhi syarat tertentu dan dibudidayakan untuk
digunakan dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas. Menentukan pemilihan
bibit itik harus memperhatikan banyak faktor, karena bibit merupakan titik awal dari
suatu usaha peternakan itik, jika bibit yang dipilih bagus, maka hasil yang akan diperoleh
juga akan memuaskan. Srigandono (1997) menjelaskan, bahwa pemilihan bibit
dilakukan dengan seleksi sejak day old duck (DOD). Karakteristik itik petelur adalah
sehat, bertingkah laku lincah, tidak cacat pada kaki, sayap, paruh, kaki kuat dan tegak,
dada tegak, bulu tubuh, dubur, dan pusatnya kering tidak lengket, produksi telur tinggi,
dan warna kerabang biru.
Suharno dan Amri (2004) menjelaskan, bahwa syarat bibit itik yang baik antara lain:
1) itik betina muda pada usia 20 minggu memiliki berat badan 1,4 kg, dan pada usia 40
minggu memiliki berat badan 1,6 kg; 2) kondisi kaki kuat, lincah, sayap mengatup
simetris rapat pada tubuh dan tidak bergerak bila sedang berjalan; 3) memiliki kepala
bersih, segar, dan mempunyai ukuran badan normal; 4) cepat dewasa kelamin dan
mempunyai sifat agak sulit untuk dikawini; 5) ketika dilakukan palpasi atau diraba,
struktur anatomi bagian luar, terutama bagian perut (abdomen) dan ospelvis (illium,
ischium, dan pubis) atau tulang pinggul, dalam dan lebar; 6) memiliki perut yang tidak
menyentuh tanah, melainkan sejajar; 7) memiliki tulang pelvis yang cukup lebar; 8)
memiliki sifat agak liar dan sangat peka serta mudah kaget.
Cara Memilih Bibit Itik Pedaging
Itik Muskovy (Entok alias itik manila), berat tubuh mencapai 3 – 3,5 kg/ekor, daya
mengeram baik.
4
Berikut ini Cara memilih DOD Itik atau Bebek yang baik dan berkualitas.
• Mempunyai bulu bersih, bagus, dan kering,
• Mata jernih, kedua matanya terbuka dan pastinya tidak buta, Bergerak lincah,
Kaki kokoh serta tidak cacat pada kaki (pincang), Bobot minimal 40 gram, Tubuh
gelap, nafsu makan yang baik,
• Bebas dari penyakit unggas, semacam Avian Influenza (AI) Fowl cholera; Fowl
pox; Avian chlamydiasis; Salmonellosis serta penyakit lalinnya.
Memilih DOD itik berjenis kelamin jantan
Memilih DOD itik berjenis kelamin jantan yang bagus juga sangatlah penting sebab
laju pertumbuhan itik jantan lebih cepat dari pada itik betina. Jadi berat badan akhir
pada umur pemeliharan antara itik jantan dan betina tidak sama. Oleh sebab itu,
merawat DOD itik untuk tujuan potong sebaiknya di pilih satu tipe kelamin saja yaitu itik
jantan saja untuk mencapai keseragaman hasil akhir. Untuk mencari DOD jantan
tidaklah susah sebab produsen DOD itik telah menjual itik dengan cara terpisah antara
jantan dan betina. Perlu anda ketahui, pemeliharaan itik jantan juga lebih
menguntungkan karena harga DOD itik jantan jauh lebih terjangkau daripada DOD itik
betina.
Berikut Cara untuk membedakan DOD itik jantan dan Betina yang perlu di ketahui.
• DOD jantan mempunyai paruh lebih mengkilap daripada paruh betina
• Ukuran badan DOD jantan lebih besar daripada ukuran badan betina
• Suara DOD jantan bersuara lebih serak (parau) dari pada DOD betina
• DOD jantan mempunnya leher lebih singkat Ekor DOD jantan atau lebih naik
daripada ekor DOD betina.
1.2. Ransum
Ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih bahan makanan yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam atau sehari semalam dan
ransum dikatakan sempurna bila cukup mengandung zat-zat makanan tersebut
5
seimbang dalam kebutuhan ternak (Lubis, 1963). Menurut Wahju (1997) bahan
makanan untuk ransum itik tidak berbeda dengan ransum ayam. Bahan ransum yang
dipergunakan dalam menyusun ransum pada itik belum ada aturan bakunya, yang
terpenting ransum yang diberikan kandungan nutriennya dalam ransum sesuai dengan
kebutuhan itik. Rasyaf (1995) menyatakan bahwa ransum dasar dianggap telah
memenuhi standar kebutuhan ternak apabila cukup energi, protein, serta imbangan
asam amino yang tepat. Amrullah (2004) menambahkan bahwa komponen bahan
ransum yang dicerna, diserap, serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan. Zat
makanan itu ada enam jenis yaitu: air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Sumber pakan karbohidrat terdiri dari: dedak/bekatul, sagu, gandum, jagung, ampas
tahu, dan aneka jenis lemak. Pemberian dedak atau bekatul yang diberikan dalam
ransum berguna untuk menambah nafsu makan. Sumber pakan protein terdiri dari:
tepung ikan, tepung udang, tepung daging, kerang, ikan rucah dan bungkil kelapa.
Pemberian ransum itik disesuaikan dengan kebutuhan gizinya sesuai dengan
tahapan pertumbuhan maupun masa produksinya. Kebutuhan gizi itik tersebut harus
dipenuhi oleh peternak karena ternak itik yang dipelihara secara terkurung tergantung
sepenuhnya pada ransum yang diberikan.Kebutuhan gizi tersebut dapat dipenuhi
dengan menggunakan kombinasi beberapa bahan ransum dalam menyusun ransum
lengkap itik (Prasetyo, 2010). Penyusunan pakan yang baik mempunyai suatu tujuan
untuk memperoleh pertambahan bobot badan serta produksi telur yang optimum,
dengan tetap memperhatikan tingkat protein, energi, pertumbuhan dan harga, jumlah
pakan yang dikonsumsi sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
kualitas pakan, keadaan lingkungan, jenis kelamin, strain, kondisi kesehatan, besar,
umur, aktivitas dan tingkat produksi telur khususnya pada tipe petelur (Yunianto, 2004).
Wahju (1997) menyatakan, bahwa kelebihan energi dalam pakan terjadi apabila
perbandingan energi dan protein serta vitamin dan mineral melebihi dari yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, produksi dan aktivitas ternak. Kelebihan
produksi dalam pakan menyebabkan konsumsi pakan rendah, sehingga menurunkan
6
konsumsi protein yang diperlukan untuk konsumsi protein optimum atau produksi.
Menurut North dan Bell (1990), konversi pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan satu unit pertambahan badan. Semakin tua dan semakin besar
ternak maka nilai konversi pakan akan semakin tinggi.
Dalam hal pakan yang digunakan untuk itik pedaging belum memiliki standar mutu
pakan (SNI), maka untuk kebutuhan pakan itik pedagingyang berumur 1 – 21 hari dapat
menggunakan pakan starter itik petelur. Untuk kebutuhan itik finisher dipergunakan
pakan itik petelur dara (Duck Grower) sesuai dengan SNI Nomer 01-3909-2006. Dari SNI
tersebut kandungan gizi pakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi
Pakan Petelur
Meri/Anak Dara
No. Kandungan
(1-8 mg) (8 – 24 mg)
% %
1 Kadar Air (Max) 14 14
2 Protein Kasar (Min) 18 14
3 Lemak Kasar (Min) 7 7
4 Serat Kasar (Max) 7 8
5 Abu (Max) 8 8
6 Ca (Min) 0,6 – 1.2 0,9 – 1.2
7 Fosfor Total 0,6 – 1.0 0,6 – 1.0
8 Fosfor Tersedia 0,4 0,4
9 Energi Metabolis (Kkal/kg) (Min) 2.700 2.600
10 Aflatoxin 20 20
11 Asam Amino Lisin (Min) 0,9 0,65
Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2010)
Tabel 2. Penggunaan Maksimum Bahan Pakan Lokal untuk Itik
7
Jenis Pakan Lokal Kuantitas (%)
Dedak Padi 60
Jagung 60
Tepung Singkong 30
Ikan Rucah 15
Tepung Bekicot 25
Keong Mas 5
Tepung Kapur 0,4
Daun - Daunan 3–5
Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2010)
8
II
Perkandangan
2.1 Perkandangan
Kandang itik cukup dibuat dari bahan yang sederhana, tidak mahal tetapi dapat tahan
lama (kuat). Perlengkapan lainnya seperti tempat makan, tempat minum, dan perlengkapan
tambahan lain untuk kebutuhan hidup itik harus terbuat dari bahan yang tahan lama dan
disesuaikan dengan umur. Syarat-syarat kandang yang baik adalah:
a) kandang untuk anak entok (DOD) pada masa stater bisa disebut juga kandang box,
dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD.
9
Design kandang ren itik manila Kandang ren itik manila
Sumber: Nuansa.web.id Sumber : Anekabudidaya.com
2) Kandang grower disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100
ekor perkelompok (1 m2/4-6 ekor).
c) Kandang layer ( untuk entok masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei (
satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan
10
ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor entok dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor
entok dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).
Kondisi kandang dan perlengkapannya tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup
sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat
minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam
managemen. Tempat minum sebaiknya menggunakan Niple agar kandang tidak basah dan
tidak mudah lembab.
Lokasi kandang itik sebaiknya dipilih di tempat dekat dengan sumber air, sejuk, dan tidak
langsung terkena sinar matahari serta angin kencang. Selain itu harus jauh dari tempat
keramaian sehingga sebaiknya tidak membuat kandang itik di dekat permukiman, jalan
raya, atau tempat umum lainnya. Berdasarkan atapnya dikenal model kandang shed type
(atap satu sisi), arah kandang bagian depan menghadap ke timur, dan gable type (atap dua
sisi), arah kandang memanjang dari utara ke selatan. Bagian bawah dinding samping yang
memanjang dibuat rapat, sementara bagian atasnya berupa kisi-kisi. Dua sisi dinding lain
tertutup rapat, kecuali pintu yang berada di salah satu sisi. Bangunan kandang terbuat dari
bahan yang kuat tetapi relative murah dan mampu memberikan kenyamanan pada itik.
Secara umum kandang di kawasan tropis harus terbuka kea rah empat sisi sehingga
pertukaran udara ke semua arah lancar. Ventilasi ini penting diperhatikan karena dapat
mengendalikan suhu kandang dan memperlancar penguapan sehingga mengurangi
kebecekan kandang.
11
b. Penyakit yang disebabkan oleh predisposing cause, yaitu defesiensi zat makanan,
pemberian pakan yang tidak tepat (bad feeding), perkandangan yang buruk,
keadaan yang penuh sesak, ventilasi yang buruk.
12
dengan pemeriksaan laboratorium. Pengobatan dapat dilakukan dengan sulfaquinoxalin
1/1000 pada makanan atau dengan terramycine 27,5 mg/kg berat badan.
5. Salmonellosis
Disebabkan oleh Salmonella typhimurium. Itik yang terkena salmonellosis
pernafasannya cepat, mengeluarkan kotoran dari mata dan lubang hidung serta menderita
diare. Bila dilakukan bedah bangkai terlihat usus berdarah dan pembengkakan pada limpa
dan hati. Penularan penyakit terjadi per os. Bakteri tersebut melalui sisa-sisa makanan, bak
makanan, dan sanitasi yang buruk. Pencegahan penyakit ini dilakukan sanitasi yang baik.
Penyakit ini diobati dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04%. Selain
itu dapat pula diobati dengan sulfadimidin yang dicampur dengan air minum.
6. Botulismus
Nama lain penyakit ini adalah Limberneck. Penyebab Clostridium botulinum, yang
banyak terdapat pada bangkai maupun tanaman yang telah membusuk. Tanda-tanda
penyakit ini berupa kelumpuhan, terutama pada urat leher.
7. Haemorragic Septicemia (Avian Cholera)
Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurella multicoda, dengan tanda-tanda kotoran berwarna
hijau-kuning, tender joint membengkak, pertumbuhan terhambat, nafsu makan turun dan
mata berair. Pengobatan dapat dilakukan dengan sulfonamide, sedangkan pencegahan
dilakukan dengan vaksinasi. Dalam keadaan epidemi, harus cepat diambil tindakan dengan
mendesinfeksi
kandang serta peralatan, sedangkan terhadap bangkai yang terinfeksi dilakukan
pembakaran.
13
9. Salmonellosis
10. Botulismus
Nama lain penyakit ini adalah Limberneck. Penyebab Clostridium botulinum, yang banyak
terdapat pada bangkai maupun tanaman yang telah membusuk. Tanda-tanda penyakit ini
berupa
kelumpuhan, terutama pada urat leher. Kadang-kadang diikuti bulu rontok. Pengobatan
dilakukan dengan memberi 1 gram tablet Sulphocarbolate setiap 3 jam dengan jumlah
maksimum 3–4 kali. Dapat juga diberikan suntikan antitoxin.
Penyebabnya adalah parasite Leucocytozoon spp. yang ditularkan lewat gigitan serangga
(balck flies). Tanda-tanda khusus penyakit ini tidak jelas, kecuali pertumbuhan yang
terhambat, opthalmitis (gangguan pada mata) serta hati dan limpha berwarna sangat gelap.
12. Cacingan
Serangan cacing terlihat dari keadaan pertumbuhan yang amat labat, pucat, kadang-kadang
diare dengan mengeluarkan darah maupun sampai mengalami kelumpuhan. Pemberian
obat cacing secara teratur serta sanitasi perkandangan yang baik dapat dilakukan untuk
mengurangi serangan.
13.Ectoparasit (kutu)
14
Kutu (lice) dapat mengisap darah melalui kulit serta pangkal bulu itik. Hal ini
menyebabkan terganggunya itik terutama pada malam hari. Pembasmian dilakukan dengan
obat pembasmi kutu.
14. Pneumonia
Penyakit ini umumnya menyerang anak itik sampai umur 2 minggu pada saat
brooding. Oleh sebab itu penyakit ini sering disebut brooder pneumonia. Penyebab
penyakit adalah jamur Aspergillus fumigatus yang tersebar pada makanan yang telah
berjamur serta yang tersebar di litter. Penyakit ini disebut juga aspergilosis. Tanda-tandanya
itik mengalami kongesti paru-paru, kesullitan bernafas, bahkan kemudian mati. Pengobatan
yang efektif belum ada, namun perlu tindakan preventif seperti litter diganti dan semua
peralatan hendaknya selalu terjaga kebersihannya.
15.Aflatoxicosis
Itik yang dipelilhara di tempat keras, tanah yang kasar dan air yang terbatas untuk
mandi dan membasahi kaki. akan sering mengalami gangguan pada kaki. Alas kaki menjadi
bengkak (Bumble Foat), terlebih bila ransum kurang vitamin A. Pengobatan dilakukan
dengan cara mengeluarkan nanah kemudlan diberi antiseptic pada luka tersebut. Selama
pengobatan itik dikurangi pergerakannya.
Menyerang itik dewasa, berupa akumulasi air dalam ruang abdomen. Abdomen
menjadi besar dan tergantung, serta kehilangan berat. Belum diketahui cara pengobatan
15
III
TATA LAKSANA
3.1 Perkandangan
Kandang itik cukup dibuat dari bahan yang sederhana, tidak mahal tetapi dapat
tahan lama (kuat). Perlengkapan lainnya seperti tempat makan, tempat minum, dan
perlengkapan tambahan lain untuk kebutuhan hidup itik harus terbuat dari bahan yang
tahan lama dan disesuaikan dengan umur. Syarat-syarat kandang yang baik adalah:
• Suhu kandang ± 39 o C
• Kelembaban kandang antara 60-65%
• Memiliki penerangan untuk memudahkan pengaturan agar tata kandang sesuai
dengan fungsi bagian-bagian kandang
• Mudah dibersihkan
• Sirkulasi udara lancar dan cukup mendapatkan sinar matahari
Beberapa tipe kandang yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pemeliharaan terdiri dari:
1. Kandang sistem terkurung atau postal Lantai kandang ini terbuat dari tanah yang
dipadatkan dan pada bagian atas dilapisi sekam/serbuk gergaji yang dicampur
dengan serbuk kapur. Seluruh ruangan kandang dinaungi atap dengan kepadatan
dapat mencapai 4 ekor/m2 apabila pemeliharaan sampai dewasa atau masa
produksi.
2. Kandang sistem koloni Tipe kandang ini merupakan perpaduan atau kombinasi
antara terkurung dengan sistem dilepas. Ciri-ciri kandang sistem koloni antara lain:
a) lantai terbuat dari tanah yang dipadatkan atau disemen dan dialasi dengan litter
yang berasal dari sekam, kulit padi, serutan kayu, atau serbuk gergaji; b) atap
kandang menggunakan sistem atap berlubang; c) tempat umbaran atau pekarangan
dipagar setinggi
16
± 75 cm dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum; dan d) dinding terbuat
dari bambu atau kayu.
17
pada satu minggu pertama sebanyak 3-4 g/ekor. Pakan dapat berbentuk mash atau
crumble yang diletakkan di atas tempat pakan. Bentuk dan tempat pakan sebaiknya
memanjang sehingga dapat menampung anak itik dalam jumlah banyak. Pemberian
pakan anak itik sebaiknya dilakukan sebelum pemberian sebaiknya dibuat sedemikian
rupa sehingga aman dan anak itik tidak dapat masuk ke dalam tempat minum. Bagian
bawah tempat minum dapat diberi tempat penampungan air yang tercecer. Itik yang
bermain-main di dalam tempat air harus segera dikeluarkan dan apabila bulunya terlalu
basah perlu dikeringkan agar tidak sakit. Untuk menunjang pertumbuhannya, itik
periode starter perlu diberikan vitamin baik yang berasal dari buatan pabrik maupun
dibuat sendiri (vitamin herbal). Obat-obatan juga harus dipersiapkan dan diberikan
sesuai jenis penyakit yang menyerang. Anak itik yang terserang penyakit sebaiknya
segera dipindahkan agar tidak menulari yang lain. Perawatan kandang harus sangat
diperhatikan, terutama kebersihan dan kelembabannya. Kotoran dan sisa pakan harus
dibersihkan setiap hari dan alas kandang yang terkena tumpahan pakan harus cepat
dikeringkan. Lantai dan kolong kandang harus selalu kering dan apabila lantai kandang
rusak atau basah harus diganti. Kandang harus diberi lampu untuk penerangan di malam
hari. Selain itu, sirkulasi udara di sekitar kandang harus lancar agar anak itik tidak mudah
terserang penyakitminum agar pakan tidak basah terkena air minum. Air minum untuk
anak itik harus selalu tersedia dalam kondisi bersih dan diberikan dekat dengan tempat
pakan. Tempat minum sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga aman dan anak itik
tidak dapat masuk ke dalam tempat minum. Bagian bawah tempat minum dapat diberi
tempat penampungan air yang tercecer. Itik yang bermain-main di dalam tempat air
harus segera dikeluarkan dan apabila bulunya terlalu basah perlu dikeringkan agar tidak
sakit. Untuk menunjang pertumbuhannya, itik periode starter perlu diberikan vitamin
baik yang berasal dari buatan pabrik maupun dibuat sendiri (vitamin herbal). Obat-
obatan juga harus dipersiapkan dan diberikan sesuai jenis penyakit yang menyerang.
Anak itik yang terserang penyakit sebaiknya segera dipindahkan agar tidak menulari
yang lain. Perawatan kandang harus sangat diperhatikan, terutama kebersihan dan
18
kelembabannya. Kotoran dan sisa pakan harus dibersihkan setiap hari dan alas kandang
yang terkena tumpahan pakan harus cepat dikeringkan. Lantai dan kolong kandang
harus selalu kering dan apabila lantai kandang rusak atau basah harus diganti. Kandang
harus diberi lampu untuk penerangan di malam hari. Selain itu, sirkulasi udara di sekitar
kandang harus lancar agar anak itik tidak mudah terserang penyakit.
A. Pemeliharaan Itik Periode Grower
Pemeliharaan itik periode grower bertujuan untuk mendapatkan bobot badan ideal
dan seragam untuk dijadikan itik layer atau petelur. Seleksi pada periode ini perlu
dilakukan yaitu memilih itik yang akan dijadikan sebagai itik petelur dan
menyingkirkan/mengafkir itik yang tidak memenuhi kriteria sebagai itik petelur.
Pemeliharaan yang sesuai dan proses sortasi yang dilakukan terhadap calon itik petelur
diharapkan dapat menghasilkan itik petelur yang matang kelaminnya tepat waktu.
Tempat makan dan minum harus cukup tersedia sehingga semua itik dapat makan dan
minum secara merata. Satu tempat pakan pada kandang grower dapat digunakan untuk
100 ekor itik. Air minum pada pemeliharaan pada periode ini harus selalu tersedia dan
diganti setiap hari atau apabila sudah kotor.
Pada hari pertama itik dara masuk dalam kandang perlu diberikan obat anti stress
berupa vitamin, preparat sulfa seperti “sulfamix” atau sejenisnya. Obat tersebut
diberikan dengan cara dicampurkan dalam air minum untuk menghindarkan stres yang
berlebihan dan mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Pembatasan jumlah pakan merupakan cara terbaik yang perlu dilakukan untuk
mencegah kegemukan. Beberapa peternak memberikan sekitar 75-80% dari kebutuhan
pakan normal sehari atau mengurangi kualitas pakan dengan mempertinggi kandungan
serat kasar. Selain itu, cara lain yang sangat membantu dalam mencegah kegemukan
adalah penyediaan halaman yang dapat digunakan itik untuk bergerak secara leluasa
pada siang hari. Kepadatan kandang grower harus diperhatikan agar sirkulasi udara
tidak terganggu, kandang tidak menjadi lembab, dan tidak terjadi perebutan makanan.
19
Kebutuhan pakan yang tidak terpenuhi secara merata dapat menyebabkan
pertumbuhan tidak seragam sehingga tingkat kematangan kelamin tidak seragam.
B. Penyakit Penting pada Itik
1. Avian Influenza (AI) AI merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Tandatanda
umum itik yang terserang penyakit AI adalah keluar air mata, bersin-bersin, keluar
cairan dari hidung, dan pembengkakan mucus dan menyebabkan kotoran pada
mata. Penyakit ini dapat menular daru satu ternak ke ternak lain dan tidak ada
pengobatannya. Vaksin AI sudah tersedia di pasaran namun efektivitas dari vaksin
tersebut masih terus dilakukan penelitian.
2. Duck Cholera Penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida
dan sangat merugikan peternak karena dapat menyebabkan kematian yang tinggi
pada itik dara dan petelur. Anak itik berumur 4 minggu ke atas sangat peka terhadap
penyakit ini. Anak itik yang terserang penyakit ini memiliki gejala-gejala diarhea dan
biasanya disertai dengan sesak napas. Itik yang terjangkit penyakit duck cholera
harus segera dipisahkan. Penyakit Duck cholera dapat diobati dengan preparat sulfa
dan antibiotik. Selain itu, penyakit ini bisa dicegah dengan sanitasi dan manajemen
yang baik.
3. Salmonellosis Penyakit Salmonellosis disebabkan oleh beberapa tipe salmonella. Itik
yang terserang penyakit ini menunjukkan tanda-tanda tidak bergairah, dehidrasi
yang disertai diare, kehilangan keseimbangan, kepala gemetar dan terputar. Ciri
spesifi k penyakit ini yaitu tampak pada caecum (usus) yang membengkak dan ada
tonjolan, mucosa (selaput) di sekitar rectum membengkak dan terdapat cairan
keputih-putihan. Itik yang sudah sembuh biasanya pertumbuhannnya terhambat
dan terdapat luka-luka pada ususnya. Walaupun itik sudah sembuh, tetapi masih
dapat mengeluarkan bibit penyakit ke itik lain melalui kotorannya, sehingga harus
dipisahkan dari kelompok. Penyakit yang Disebabkan Faktor Makanan dan
Lingkungan Penyakit pada kelompok ini antara lain keracunan, kekurangan zat-zat
20
makanan, stres, dan afl atoksicosis yang disebabkan oleh racun afl atoksin yang
terdapat dalam bahan pakan seperti bungkil kacang tanah dan jagung.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://dawagroindo.wordpress.com/2014/08/01/memelihara-entokbebek-manila/
diakses pada 25 oktober 2021
Riyanti, dkk. 2020. Produksi Aneka Ternak Unggas. Pusaka Media. Lampung.
Suharno, B. dan K, Amri. 2004. Beternak Itik Secara Intensif. Panebar Swadaya. Jakarta.
Srigandono, B. 1997. Ilmu Unggas Air. Cetakan ke tiga. Gadjah Mada University press :
Yogyakarta.
Lubis, D.A. 1963. IlmuMakananTernak. Jakarta: Pembangunan.
North and Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual, New York
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
22
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
Oleh:
Kelas A
Kelompok 3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1. KRITERIA PEMILHAN BIBIT
Persyaratan dalam memilih itik jantan umur 1-7 hari sebagai itik pedagang antara
lain:
2. PAKAN ITIK
Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam usaha peternakan itik,
karena 60-70% biaya produksi adalah biaya pakan. Oleh karena itu, peternak harus
memahami teknik pemberian pakan itik agar tidak mengalami kerugian. Itik yang
dipelihara dengan cara digembalakan akan mencari pakan sendiri secara alami di
sawah-sawah atau pematang-pematang. Akan tetapi, apabila itik dikandangkan
atau dipelihara secara intensif maka pakan menjadi faktor penting untuk
diperhatikan.
Jumlah pakan yang diberikan pada ternak sangat bervariasi karena tergantung pada
jenis itik, kualitas pakan, dan ukuran badan itik. Angka perkiraan kebutuhan pakan itik
petelur dapat dilihat pada Tabel 2.
Penggunaan bahan pakan lokal yang murah, tidak bersaing dengan manusia, dan
bermutu baik sangat disarankan agar usaha itik dapat menguntungkan. Selain itu,
bahan pakan yang digunakan sebaiknya tidak beracun, tidak asin, kering, tidak
berjamur, tidak busuk/bau/apek, dan tidak menggumpal. Beberapa jenis bahan pakan
sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi (bekatul), gabah/beras/menir,
jagung (dedak jagung), sagu, sorghum (cantel), dan singkong. Bahan pakan sumber
protein diantaranya adalah tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong air
(tutut), kepala udang, ikan rucah, hasil sisa paha katak, dan hasil sisa penetasan.
Selain itu, terdapat beberapa sumber vitamin yang murah untuk dimanfaatkan
sebagai pakan itik seperti genjer, eceng gondok, rumput muda, dan tepung daun.
Ransum itik pedaging dapat dibuat dengan cara mencampur beberapa bahan yang
berasal dari limbah pertanian, perikanan, dan pakan pabrik (konsentrat dan pur).
Pakan untuk itik periode starter diberikan sebanyak 20-40 g/ekor/hari dengan
frekuensi 3-4 kali, sedangkan periode grower sebanyak 40-60 g/ekor/hari dengan
frekuensi 2-3 kali. Contoh komposisi ransum untuk itik pedaging periode starter
adalah pur komersial dan menir dengan perbandingan 2:1. Adapun komposisi ransum
untuk periode grower dapat dilihat pada Tabel 5.
3. PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian penyakit yaitu penanganan pembasmian penyakit untuk
mengurangi wabah penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga kerugian yang
bersifat ekonomi dapat ditekan seminimal mungkin.(Malichatin, H.2017)
Cara pengelolaan kesehatan itik
Pemberian pakan yang layak
Penggunaan bibit yang baik dan sehat
Pengelolaan serta penanganan penyakit
Pengendalian penyakit pada itik wajib melakukan vaksinasi dengan tepat, menjaga
daya tahan tubuh itik melalui pemmberian pakan berkualitas dan suplementasi,
serta menerapkan biosekuriti secara ketat.(Bakti, A.2016)
a. Vaksinasi
Vaksinasi Al wajib dilakukan pada semua unggas termasuk itik. Adapun
program vaksinasi Al pada iitk pedaging dan petelur sebagai berikut:
Umur (hari) Vaksin Dosis Cara Pemberian
10 Medivac Al Subtipe 0,2 ml/ekor Suntik Subkutan
H5N1 2.1/ Medivac Al
Subtipe H5N1 2.3
Berbagai macam penyakit itik bisa dicegah atau dikendalikan. Jenis penyakit
ini biasanya disebabkan oleh buruknya segi pemeliharaan seperti keracunan,
kesehatan, kebersihan, kekurangan vitamin, dan mineral.
Jenis penyakit pada itik dan cara pencegahannya
1. ND ( Tetelo )
a. Penyebab :
Virus ND, menyerang itik pada semua usia kematian tinggi (80 -100%),
terutama diusia muda.
b. Penularan :
lendir yang keluar melalui rongga mulut, lubang hidung dan kotorana
yam sakit,
kontak langsung dengan ayam yang sakit,
melalui debu, peralatan kandang yang tercemar penyakit, sekam kering
bekas ayam sakit.
c. Gejala Klinis :
gangguan pernafasan,
nafsu makan menjadi hilang, tapi nafsu minum bertambah
anak itik tampak lesu dan cenderung berkumpul dibawah sumber panas
(lampu)
kepala memutar kebawah dan keatas (melintir), dan diikuti
kelumpuhan.
d. Pencegahan :
vaksinasi pada itik sehat
sanitasi yang baik (mencuci kandang dan peralatan dengan desinfektan
mengganti alas kandang dengan yang baru)
vaksinasi ND dilakukan pada umur 4 hari,21 hari , 3 bulan, selanjutnya
diulang setiap 3 bulan
a. Penyebab :
Virus influenza tipe A (H5N1). Penyakit Avian Influenza sangat berbahaya
karena menyebabkan kematian unggas secara mendadak dan menyebar
secara cepat serta menular pada manusia (zoonosis).
b. Penularan :
c. Gejala Klinis :
Mati Mendadak
Lendir dari hidung
Jengger bengkak, berwarna biru atau berdarah
Bengkak pada bagian kepala dan ketopak mata, perdarahan dikulitpada
area yang tidak ditumbuhi bulu terutama bagian kaki
d. Pencegahan :
a. Penyebab :
b. Gejala Klinis :
4. Snot (Coryza)
a. Penyebab:
b. Gejala Klinis
c. Penularan
kandang yang digunakan untuk pemeliharaan DOD dapat berupa kandang boks,
kandang panggung, dan kandang postal. Kandang tersebut biasanya terbuat dari
ram dengan diberikan alas yang halus. Tujuan penggunaan lantai beralasan
kawat ram tersebut supaya kotoran itik dapat langsung jatuh kebawah,sehingga
kaki itik tetap bersih, Sebelum kandang digunakan harus dilakukan
penyemprotan disinfektan yang bertujuan untuk mematikan kuman dan balteri.
Kemudian peternak meletakan alat pemanas dari lampu listrik sebagai
pengganti induk supaya DOD merasa hangat. Lampu yang digunakan yaitu
lampu bohlam dengan ukuran 5 watt. Penggunaan lampu listrik digunakan
sampai itik menginjak usia 3 minggu. Pada usia tersebut itik masih rentan
terhadap suhu udara dingin.
itik yang berumur 5-20 minggu atau sekitar 5 bulan itik dipindahkan ke kandang
ranch atau kandang pen. Pemeliharaan itik usia dara ini bertujuan untuk
mendapatkan itik petelur yang berkualitas. Bagian dalam kandang ranch dibagi
menjadi dua bagian yakni kandang umbaran dan kandang untuk bertelur dan
beristirahat. Pada bagian kandang yang beratap lantainya perlu diberikan alas
berupa sekam, jerami kering atau serbuk gergaji, saat pemberian alas kandang
sebaiknya diberikan campuran pasir dan kapur. Pasir tersebut digunakan supaya
lantai kandang tidak lembap,sedangkan Kapur tersebut berfungsi untuk
menyerap amoniak yangtimbul dari Koran itik. Pemberian alas tersebut memiliki
perbandingan 1:2:5 untuk pasir, kapur, sekam,serbuk gergaji dan jerami dengan
ketebalan 20 cm. Alas kandang dilakukan pembalikan secara teratur. Bagian
kandang yang tertutup digunakan untuk tempat beristirahat, bertelur, dan
berlindung dari hujan. Sedangkan bagian kandang yang terbuka digunakan
untuk minum, makan dan bermain.
itik remaja atau itik yang siap bertelur biasanya menggunakan tipe kandang
ranch, kandang yang digunakan sama seperti pemeliharaan itik dara menuju
dewasa. Perbedaannya dengan kandang itik dari yakni didalam kandang
disiapkan tempat untuk bertelur yang berfungsi sebagai sarang. Pembuatan
sarnag tersebut terbuat dari sekam , sekam tersebut bersifat lunak dan tidak
merusak telur (Nurchayati,H.2020)
2. Tatalaksana Pemeliharaan
1. Tatalaksana pemeliharaan DOD
a. Menentukan jenis sexing itik
Dalam menentukansexing pada itik terdapat 2 cara yaitu dengan melihat alat
kelamin atau mendengarkan suaranya.
Cara pertama yaitu DOD dipegang dalam posisi punggung dibagian bawah,
dengan ekor menjulang keatas diantara telunjuk dan jari tengah.
Menggunakan ibu jari dan jarii telunjuk pada tangan kanan, kloaka dibuka
lebar dna sedikit ditekan, apabila terdapat tonjolan atau penjuluran kecil
berwarna putih yaitu penis maka DOD tersebut jantan, sedangkan pada
betina tidak tampak benjolan tersebut.
Cara kedua yakni membedakan dengan suara DOD dimana pada DOD jantan
mempunyai suara yang besar dan berat, sedangkan betina suaranya keras
dan nyaring.
b. Penyediaan induk buatan
induk buatan yang banyak digunakan oleh peternak yaitu lampu minyak atau
listrik. Induk buatan dapat digunakan sekitar 100 ekor DOD. Induk buatan
tersebut bisa terbuat dari triplek, kayu atau seng dengan lampu minyak atau
listrik (sekitar 40 watt) dipasang dibagian tengah, selain itu kerangjang
berbentuk bulat yang terbuat dari anyaman bamboo dapat dipakai sebagai
induk buatan. Panas yang dihasilkan oleh tubuh anak itik yang saling
berhimpitan dalam keranjang dapat pula dipakai sebagai sumber panas.
untuk mengetahui temperature didalam ruangan sudah cukup, dapat dilihat
dari sebaran DOD, jika terlalu panas meri akan berada dipinggir dan bila
terlalu dingin DOD akan mengumpul disekitar sumber panas. Temperatur
yang ideal akan membuat sebaran meri merata disemua tempat.
c. Tempat pakan dan minum
Tempat minum harus disesuaikan dengan umur itik supaya itik nyaman dan
tidak masuk kedalam tempat minum. Pakan yang diberikan dalam bentuk
mash atau crumble yang diletakan diatas tempat pakan. Jumlah tempat
pakan harus disesuaikan dengan bertambahnya umur supaya cukup. Bentuk
tempat pakan diusahakan memanjang sehingga dapat menampung DOD
dalam jumlah banyak. Tempat minum diletakan dekat dengan tempat pakan,
bagian bawah tempat minum dapat diberi tempat penampungan air yang
tercecer untuk DOD bermain air.
2. Tatalaksana pemeliharaan itik dara
Itik dara yang baru dipindahkan ke kandang perlu diberikan obat anti stress
beruapa vitamin, preparat sulfa seperti “Sulfamix” atau sebangsanya yang dapat
dibeli di poultry shop. Pemberian obat tersebut bisa dicampurkan dalam air
minum untuk menghindari stress yang berlebihan dan mencegah beberapa
penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Pembatasan jumlah pakan merupakan cara yang terbaik untuk mencegah
kegemukan, namun pembatasan pakan yang berlebihan akan dapat
menyebabkan itik menjadi kurus. Biasanya peternak memberikan sekitar 75-
80% dari kebutuhan konsumsi pakan nominal sehari. Cara lain yang juga banyak
dilakukan peternak adalah mengurangi kwalitas pakan, dengan mempertinggi
kandungan serat kasar. Sebaagai patokan berat badan ideal itik siap bertelur (22
minggu) antara 1,3-1,4 kg
3. Pemeliharaan itik petelur
Kandang untuk pemeliharaan itik petelur yaitu terdiri dari dua ruangan.
Ruangan istirahat yang dilindungi atap serta ruang halaman tanpa atap. Pada
malam hari itik dimasukan kedalam kandang pemberian lampu yang redup
dalam kandang memudahkan pekerja, karena bila hari mulai gelap itik secara
otomatis akan mendekati lampu dan masuk kedalam kandang untuk
beristirahat.
Itik petelur tidak dapat melihat pada pagi hari, sehingga dapat
memudahkan pekerja dalam melaksanakan tugas sehari hari, pada pagi hari
tempat pakan diisi 1/3 dari jatah pakan sehari dan tempat minum diisi dengan
air bersih. Untuk menghindari telur yang berserakan dibagian samping kandang
dibuat sangkar dengan menambahkan litter atau sekam. Pada siang hari sekitar
jam 11.00 itik diberi pakan. Usahakan supaya pakan yang diberikan tidak
bersisa.(litbang pertanian.2009)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2018. Cara mengatasi Snot Pada Bebek. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021,
melalui https://arenahewan.com
Abdul Wakhid. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Itik. AgroMedia Pustaka, Jakarta
Bakti, A. 2016. Pengendalian Penyakit Al Pada Itik. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021,
melalui https://www.medion.co.id/
Bambang Suharno dan Khairul Amri. 1998. Beternak Itik secara Intensif. Penebar
Swadaya, Jakarta
BBP2TP. 2008. Teknologi Budidaya Itik. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor
Dinas Peternakan Prov. DIY. 2000. Budidaya Ternak Itik. Dinas Peternakan Prov. DIY,
DIY
IP2TP. 2000. Penyusunan Ransum untuk Itik Petelur. Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
L. Hardi Prasetyo, dkk. 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Ternak Itik. Balai Penelitian
Ternak, Bogor Puslitbang Peternakan. 2002. Sistem Usaha Pertanian Berwawasan
Agribisnis Berbasis Peternakan. Ternak Itik. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor
Litbang Pertanian. 2009. Beternak Itik. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2021, melalui
nad.litbang.pertanian.go.id
Malichatin, H. 2017. Penanganan Penyakit Unggas (Itik, Bebek, Ayam). Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2021, melalui https://disnakeswan.lebakkab.go.id/
Nurchayati,H. 2020. Cara Pembesaran DOD Bebek Petelur Hingga Mencapai Usia Dewasa.
Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021.
MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas
Oleh:
Kelompok 4
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1. BIBIT
Pemilihan Bibit Puyuh Petelur
1. Mencari bibit dari peternak yang terpercaya dan berpengalaman serta sudah
menjalankan usahanya dalam waktu yang lama dan memiliki rekam jejak yang
baik.
2. Calon bibit induk yang baik yaitu berumur 3 minggu.
3. Hindari memberi puyuh petelur tua karena akan berpengaruh pada
produktivitasnya.
4. Hindari menggunakan bibit yang berasal dan perkawinan
sedarah (inbreed) terus-menerus karena keturunannya akan semakin buruk
kualitasnya.
Periode Pemeliharaan Puyuh Petelur
1. Fase Starter umur 0 – 3 minggu
2. Fase grower umur 4 – 6 minggu
3. Fase layer umur 7 – 60 minggu
2. RANSUM
Ransum Puyuh Petelur
Ransum merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan
untuk seekor ternak selama sehari semalam. Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan
zat nutrien yang diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup
pokok, produksi maupun reproduksi. Ransum seimbang adalah ransum yang diberikan
selama 24 jam yang mengandung semua zat nutrien (jumlah dan macam nutriennya)
dan perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan tujuan
pemeliharaan ternak (Chuzaemi, 2002). Pengetahuan tentang kualifikasi bahan pakan
diperlukan untuk menyusun ransum seimbang. Penyusunan ransum seimbang yang
sesuai dengan kebutuhan ternak, diharapakan akan dapat menghasilkan produksi yang
optimal.
Zat nutrien adalah zat-zat gizi di dalam bahan pakan yang sangat diperlukan
untuk hidup ternak meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air
(Tillman et al., 1998). Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan
zat nutrien atau komposisi kimianya, serta tinggi rendahnya zat antinutrisi yang
terkandung di dalamnya. Ransum bagi ternak berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, hidup pokok, dan produksi.
Konsumsi pakan dapat menunjukkan apakah ransum yang dibuat disukai ternak
ataukah tidak. Konsumsi pakan yang rendah menunjukkan ransum tersebut kurang
disukai. Konsumsi yang rendah mungkin juga disebabkan kandungan energinya terlalu
tinggi, sedangkan konsumsi yang tinggi namun jika tidak diikuti dengan peningkatan
produksi menunjukkan bahwa ransum tersebut kualitasnya rendah. Rasio konversi
pakan (Feed Conversion ratio/FCR) berperan penting secara ekonomis dalam industri
unggas. Rasio konversi pakan pada burung puyuh lebih tinggi dibandingkan dengan
broiler yaitu pada burung puyuh 3,3–4,9; sedangkan pada broiler adalah 1,3–2,2 (Khalil,
2015).
Puyuh membutuhkan asupan nutrisi yang berasal dari konsumsi ransum untuk
meningkatkan bobot tubuhnya pada masa pertumbuhan. Pakan mempengaruhi
terhadap pertumbuhan dan produksi dapat maksimal, oleh karena itu jumlah dan
kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai. Menurut Nugroho
dan Mayun (1990), penyusunan ransum untuk burung puyuh perlu memperhatikan
beberapa hal seperti kebutuhan nutrien sesuai dengan fase umur burung puyuh dan
ketersediaan dan kualitas bahan pakan yang digunakan.
Tabel Jumlah Pakan Perhari Berdasarkan Umur Puyuh
Gelaja yang muncul berupa keropeng di kaki, mulut, dan area lain yang tidak
berbulu. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin dipteria serta
menjauhkan dari ternak terjangkit.
6. Berak berdarah atau coccidiosis
Gejala seperti berak disertai darah, selalu menggigil, bulu kusam, dan nafsu
makan turun ditimbulkan akibat penyakit ini. Cara mengatasinya yaitu dengan
memberikan tablet trisula zuco, noxal, dan clhorine yang sudah dicairkan, serta
vaksinasi.
7. Berak kapur atau Pullorum
Sumber gambar :
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.farmsco.co.id
Pada fase ini puyuh sudah bisa beradaptasi dengan lingkungannya, air juga
diberikan adlibitum dan pergantian air dilakukan setiap hari. Perawatan puyuh pada fase
ini perlu untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi produksi pada saat fase layer.
Fase Pre-Layer (35 – 40 hari)
Fase prelayer merupakan fase persiapan puyuh akan bertelur. Program vaksinasi
yang dilakukan pada fase ini adalah ND live umur 35 hari dan AI kill ke-2 di umur 42 hari.
Puyuh sudah mulai bertelur pada fase ini sehngga asupan nutrisi sangat diperhatikan.
Umur pertama puyuh bertelur sekitar 38-45 hari dan akan terus mengalami peningkatan
produksi sampai pada puncak produksi pada umur 4 – 6 bulan serta akan stabil untuk
beberapa bulan dan akan mengalami penurunan secara perlahan hingga afkir. Kandang
dibersihkan setiap hari agar tidak terjadi bau amonia yang berlebihan karena hal itu
dapat menyebabkan puyuh mudah terserang penyakit dan akan mengganggu produksi
dari puyuh tersebut.
Sumber gambar :
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fulahkita.com
Fase Layer (40 – Afkir)
Dikatakan sebelumnya bahwa puyuh petelur akan terus mengalami peningkatan
produksi sampai puncak produksi dan akan stabil serta akan mengalami penurunan
produksi menjelang afkir. Puyuh bertelur mulai dari jam 15.00 dan paling banyak malam
jam 18.00 - 21.00. (Framsco.co.id). Pada fase ini pencahayaan sangat dibutuhkan selama
24 jam, hal ini dikarenakan cahaya dapat merangsang puyuh betina untuk terus bertelur.
DAFTTAR PUSTAKA
Ariakesume,F.2021.Manajemen Pemeliharaan Puyuh Petelur : Fase Starter (1-21
hari).[online] diakses pada laman web https://www.farmsco.co.id diakses pada
tanggal 27 Oktober 2021
Chuzaemi. S. 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrien Sapi Potong Di Indonesia.
Workshop Sapi Potong. Lolit Sapi Potong Grati. Pasuruan.
Tillman, Hartadi. H, Rekso Hadiprojo. S., Prowirokusumo, Lebdosoekodjo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan
UGM. Yogyakarta.
PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“MERPATI”
Oleh:
Kelompok: 5
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1.1 Pemilihan indukan merpati
Pemilihan bibit merpati hias mutlak diperlukan guna mendapatkan anak-anak hasil
ternakan yang benar-benar berkualitas. Usahakan mencari bibit yang benar-benar ras
original dan tidak ada silangan dengan merpati dari ras lain. Hasil ternakan yang
berkualitas itu nantinya akan memudahkan kami untuk memasarkan ke konsumen. Ciri-
ciri bibit yang berkualitas adalah sebagai berikut:
a) Harus asli/ori artinya bibit merpati tidak boleh silangan dengan merpati dari
jenis ras yang berbeda, harus dari ras tertentu yang benar-benar sama dan asli
(bisa didapatkan dari peternakan kami)
b) Tidak ada cacat fisik, sehingga memudahkan untuk proses perkawinan dan enak
dipandang mata
c) Dipilih bibit yang bagus marking warnanya dan badan yang tegap dan besar,
sehingga terlihat keindahan dan keunikannya
d) Diusahakan beli bibit dari peternak yang benar-benar menguasai seluk beluk
merpati dan komitmen terhadap keorsinilan ras merpati
e) Dan yang wajib dilakukan adalah belilah merpati di tempat kami karena kami
menjamin keasliannya
Terdapat juga wadah kotoran dibawahnya agar kandang mudah untuk dibersihkan.
Pintu yang bisa dibuka dan ditutup serta sudah dicat dengan warna sedemikian
rupa.Ukuran kandang gupon berbeda-beda ada yang berukuran kecil, sedang, sampai
besar. Tetapi tinggi kandang gupon tidak melebihi 40cm, ini berguna agar mencegah
burung kawin didalam gupon sebelum burung dimainkan.Ukuran kandang gupon kecil
PxLxT 35x30x30, ukuran gupon sedang 40x35x30, 40x35x35, 40x40x35, 45x35x35
ukuran besar 45x40x35, 50x40x35, 50x45x40 dan kombinasi dari itu.
2. Kandang Macan
Kandang macan atau kandang kerangkeng ini fungsinya agar burung bisa diumbar di
dalam kandang. Serta agar burung merasa leluasa untuk kawin dan makan di dalam
kandang tanpa diganggu burung atau binatang lainnya. kandang macan dan pegupon
merupakan kombinasi kandang terbaik. Yang mana bisa memaksimalkan perawatan dan
pelatihan pada burung merpati. Ukuran kandang macan kecil PxLxT 40x60x60, sedang
50x60x60, 60x60x70 besar 70x70x70, 80x80x70 dan kombinasi dari itu semua.
3. Kandang Umbaran
Kandang umbaran digunakan untuk mengumbar burung muda atau piyikan.
Tujuannya agar burung bisa leluasa terbang dengan bebas sehingga sayap tidak kaku.
Selain itu burung juga tidak terbang jauh yang bisa mengakibatkan burung kabur dari
kandang atau dicuri orang. Terlebih jika burung merpati tersebut merupakan salah satu
merpati yang istimewa. Ukuran kandang umbaran disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan saja. Karena sifatnya hanya opsional atau sesuai kebutuhan masing-
masing. Untuk kandang umbaran hanya perlu didirikan sebuah rumah-rumahan berupa
susunan-susunan pagupon untuk tempat berteduh dan sebagai sarang ketika sang induk
sedang bertelur.
Kelebihan dari kandang Umbaran:
1. Merpati lebih sehat karena di sini merpati hidup dengan bebas sehingga
pergerakannya pun jadi sangat leluasa.
2. Pemberian pakan sangat praktis karena cukup ditebarkan di tanah, pakan akan
dihampiri sendiri oleh para merpati. Namun agar tidak berebut dengan piaraan
lainnya lebih baik diberi satu wadah pakan besar di tempat yang agak tinggi.
3. Pembersihan kandang juga cukup mudah karena merpati biasanya terbang ke
sana kemari dan tidak terus menerus di dalam kandang kecuali sedang
mengeram atau mengasuh anakannya.
Kekurangan dari kandang Umbaran:
a. Karena merpati bebas berterbangan ke manapun mengakibatkan merpati
mempunyai sifat liar dan terkadang susah untuk dipegang. Sehingga tidak
dianjurkan untuk merpati hias yang mempunyai kualitas kontes.
b. Terkadang ada merpati yang bertelur di sembarang tempat karena kalah dalam
berebut pagupon tempat untuk bertelur.
c. Keamanan yang terlalu lemah sehingga jika merpati yang kita piara dengan
kandang ini sangat mahal sangat rawan untuk dicuri orang lain, jadi perlu ronda
untuk berjaga jaga
4. Kandang koloni
Kandang koloni merupakan kandang dengan ukuran yang besar dimana dalam satu
kandang terdiri dari beberapa pasang merpati. Berbeda dengan kandang umbaran,
kalau kandang umbaran merpati dapat terbang bebas ke mana pun sedangkan kandang
koloni terbatas oleh sebuah pembatas berupa kayu atau kawat.
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan pertama PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta
Gillespie, J.R. 1989. Modern Livestock and Poultry Science Production. 3rd ed. Delmar
publishers inc. USA
Moreng, R.E. and J.S. Avens. Poultry Science and Production. 10th ed. Reston Publishing.
Reston Virginia.
Suseno, A. 1993. Memelihara dan Beternak Burung Merpati. Cetakan ketiga. Penebar
Swadaya. Jakarta
Haekhal, M. 2016. Karakteristik dan Perilaku Merpati Jantan dan Betina Lokal. [Skripsi].
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Salis. R. 2002. Studi Fenotipe Burung Merpati Lokal. [Skripsi]. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Habibi.2021. Jenis Kandang Burung Merpati dan Kegunaannya - Dunia Hobi.diakses 28
oktober 2021 jam 21.03 WIB
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“Budidaya Ternak Unggas Burung Unta (Ostrich)”
Disusun Oleh
Kelompok 6
Kelas A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini berjudul “Budidaya
Ternak Unggas”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Produksi
Aneka Ternak Unggas yang dibimbing oleh Bapak Ir. Dani Garnida, MS.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Aganga, A.A., Aganga, A.O. and Omphile, U.J., 2003. Ostrich feeding and
nutrition. Pakistan Journal of Nutrition, 2(2), pp: 60-67.
DALE, C. 1995. The Australian ostrich industry-no gamble. Proceedings of the Fifth
Australian Ostrich Association Conference. Gold Coast, Qld. Australia. pp: 116-
117.
HALLAM, M.G. 1992. The Topaz Introduction to Practical Ostrich Farming. Superior print
and packaging, Harare, Zimbabwe.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Muhammad Faisal Akbar 200110180220
Gayus Ronald Madison Hutasoit 200110180290
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
PEMBAHASAN
GustiNgurahPutu Widnyana, I., Sundu, B., & Tanari, M. 2019. Ex-Situ Conservation
Through Body Morphological and Hormonal Studies. In International Journal of
Veterinary Science and Agriculture Research (Vol. 1). www.ijvsar.com
Ilmu Ternak. 2014. SISTEM RESPIRASI, PENCERNAAN DAN REPRODUKSI AVES.
https://www.ilmuternak.com/2014/11/sistem-respirasi-pencernaan-
dan.html#google_vignette. Diakses Pada 7 oktober 2021 Pukul 20.30
MAKALAH PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“BUDIDAYA ANGSA”
DISUSUSUN OLEH
ZAHID FATHURROHMAN 200110150289
SALSABILA 200110180130
M. ANDHIKA FARREL H. 200110180222
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
1. Pemilihan Bibit Angsa
Untuk berternak angsa kita harus melakukan pemilihan bibit dan jenis angsa
yang ingin di membudidayakanya dengan begitu kita akan mudah dan bisa
memperoleh hasil yang cukup memuaskan dan sudah kita prediksi terlebih
dahulu, dan berikut ciri-ciri bibit yang baik untuk di budidayakan
• Postur bibit di harapkan normal atau merata terhadap postur bibit lain
• Lincah dalam beraktifitas
• Nafsu makan bibit angsa cukup tinggi
• Bibit tidak memiliki kecacatan sedikitpun
• Usahakan bibit berasal dari induk yang unggul dan sehat.
3. Pemberian Ransum
Starter
Ransum dan air minum diberikan pada angsa secara ad libitum. Ransum yang
diberikan sebaiknya berbentuk crumble dengan kandungan gizi sebagai berikut
Tabel kebutuhan nutrisi angsa periode starter
2. Botulism
Penyebab - Paling sering menyerang ketika cuaca kering dan permukaan
air di kolam dan danau turun, meninggalkan tanaman dan hewan yang
membusuk. Belatung yang memakan bangkai yang membusuk sering membawa
toksin botulism. Angsa juga dapat tertular racun daribmakanan basi atau
makanan kaleng dari pantry (Dave, 1981).
Gejala - Beberapa jam setelah makan makanan beracun, burung dapat
kehilangan kendali pada otot kaki, sayap, dan lehernya. Dalam beberapa kasus,
bulu tubuh kendor dan mudah dicabut. Angsa yang berenang saat terjadi
kelumpuhan leher seringkali tenggelam sebelum bisa memanjat keluar di darat.
Burung yang sekarat bisa mengalami koma beberapa jam sebelum kedaluwarsa.
Botulism biasanya terlihat dalam tiga hingga dua puluh empat jam, meskipun
dalam kasus dapat pulih dalam beberapa hari (Dave, 1981).
Pengobatan - Semua angsa yang dicurigai memakan makanan yang
mengandung racun barus dikurung di halaman atau bangunan yang bersih dan
teduh dan segera diberikan air minum segar dengan pencahar, baik satu pint
mola atau satu pon garam epsom per lima galon air yang ditambahkan selama
empat jam. Burung yang tidak bisa minum sendiri harus diperlakukan secara
Individual. Penambahan satu bagian kalium ke 3.000 bagian air minum atau dosis
individu dari satu sendok teh minyak jarak juga telah direkomendasikan sebagai
pengobatan. Pada burung yang sangat berharga, akan sangat membantu untuk
mengeluarkan isi kerongkongan dengan air hangat menggunakan corong dan
selang karet yang dimasukkan ke dalam mulut dan turun ke kerongkongan
beberapa inci. Segala upaya harus dilakukan untuk menemukan sumber
keracunan sehingga masalah lebih lanjut dapat dihindari. Vaksin telah
dikembangkan, tetapi harganya agak mahal dan seringkali sulit diperoleh dalam
waktu singkat (Dave, 1981).
Pencegahan - Mengubur atau membakar bangkai hewan yang mati dan
membersihkan tumbuhan yang membusuk. Jangan biarkan angsa makan di
genangan air selama musim kemarau atau memberi burung makanan kalengan
atau pakan yang busuk (Dave, 1981).
3. Patah tulang
Tulang burung memiliki kemampuan luar biasa untuk memperbaiki
dirinya sendiri. Namun, untuk mencegah angsa menjadi cacat atau lumpuh
secara permanen, ada baiknya memasang dan melumpuhkan sayap atau kaki
yang patah (Dave, 1981).
Pengobatan - Patah tulang harus ditangani segera lebih baik dalam waktu
dua puluh empat jam setelah kecelakaan. Tulang dipasang dengan menarik
terpisah secara perlahan, dan jika perlu, putar sedikit kedua bagian hingga
menyatu dengan benar (Dave, 1981).
Bungkus atau belat - Untuk sembuh dengan benar, tulang yang patah
harus dipegang sejajar dengan bidai. Penopang yang kokoh harus ditempatkan di
kedua sisi dan sejauh mungkin di atas dan di bawah fraktur, dan dipegang erat
dengan selotip yang kuat.
Ternak harus sering diperiksa untuk memastikan bahwa brace tetap di
tempatnya dan sirkulasi darah tidak sedang diuji. Belatan biasanya dilepas dalam
empat belas sampai dua puluh delapan hari (Dave, 1981).
4. Kanibalisme
Burung-burung itu menjijikkan dari pada saat mereka saling memakan
bulu dan daging. Namun, masalah ini kadang terjadi pada angsa, biasanya
disebabkan oleh manajer yang tidak tepat untuk bertahan hidup, burung angsa
menetas dengan naluri yang kuat untuk menggigit bius di sekitar mereka. Ketika
mengerami secara artifisial dalam kurungan tanpa pin atau cincang pakan hijau,
anak angsa muda memuaskan naluri mereka dengan menarik sayap ayah, ekor
dan turun dari punggung. Jika dibiarkan tidak terkendali, beberapa Individu akan
digunduli sebagian, darah akan diambil dan lubang mungkin akan dimakan Dalam
daging: Kanibalisme diperkuat oleh suhu perindukan yang tinggi, terlalu banyak,
terlalu padat, diet rendah serat, jumlah makanan dan pelet yang tidak mencukupi
kebutuhan (Dave, 1981).
Gejala - Anak burung menunjukkan area basah, telanjang, dan berdarah,
biasanya di bagian ekor dan punggung sayap (Dave, 1981).
Perawatan - Indikasi pertama makan bulu, suhu brooder anak ayam,
kurangi intensitas cahaya menggunakan lampu berwarna terutama biru dan
berikan ikatan dengan ruang yang cukup, diet seimbang, jumlah pakan yang
cukup, dan makanan hijau yang lembut seperti rumput , semanggi, dandelion,
chard dan kangkung. Jika sayuran tidak tersedia, bebas jamur, katyhay biasanya
dapat diganti. Losion dan salep anti-pick tersedia dan terkadang berguna jika
digunakan segera (Dave, 1981).
Pencegahan - Koreksi suhu brooding, lampu berwarna sesuai dengan
ruang lantai yang efisien, diet seimbang dan meletakkan burung angsa di padang
rumput secepat mungkin (Dave, 1981).
5. Tersedak
Tenggorokan yang bisa menghalangi pernapasan mereka. Biasanya,
setelah gemetar kuat kepala, lorong dibersihkan dan pernapasan kembali normal.
Namun, terkadang seekor burung tidak dapat berdehem dan akan mati lemas
jika tidak segera dibantu (Dave, 1981).
6. Koksidiosis
Penyakit unggas utama ini disebabkan oleh Coccidia, parasit bersel satu.
Organisme mikroskopis ini menjebak dan menghancurkan sel-sel di berbagai
bagian saluran pencernaan. Ada banyak spesies yang diketahui, tetapi hanya
beberapa di antara angsa. Kokus umumnya ada dalam jumlah sedang di mana
pun burung yang kita pelihara, dan merekadapat bertahan hidup di tanah selama
lebih dari setahun. Namun, penyakit ini jarang menimbulkan masalah pada angsa
kecuali jika disebabkan oleh sanitasi yang buruk. Gacyst mirip telur yang
diproduksi oleh Coccidia dapat diangkut dari satu lokasi ke lokasi lain dengan
berbagai cara seperti pada sepatu atau pakaian orang, dengan cara dioppings
burung liar dan dengan membeli unggas yang terinfeksi (Dave, 1981).
Gejala - Secara umum gejala termasuk nafsu makan berkurang, bulu
kusut, kepala mendekat ke tubuh, dan kadang diare dan berdarah. Dalam kasus
kronis, burung mungkin tumbuh lambat dan tidak pernah mencapai kenyang,
produksi atau limbah pergi dan akhirnya mati. Dalam wabah dover kumpulan
besar anak angsa dapatmati dalam gel atau kurang, Boise gejala internal danpada
spesies Coccidia, disarankan agar burung dibawa ke Tab diagnostik untuk
memastikan coccidiosis (Dave, 1981).
Pengobatan - Biasanya, obat sulfa dan coccidiostat yang diberikan untuk
ayam dan kalkun juga akan efektif untuk angsa. Olahan ini dapat ditambahkan ke
pakan atau air minum yang biasanya tersedia dari toko pakan dandealer
pemasok unggas. Namun, dosis yang dianjurkan untuk ayam dan kalkun harus
dikurangi kira-kira sepertiga hingga setengahnya untuk angsa karena unggas air
mengonsumsi lebih banyak pakan dan air dan dosis berlebihan obat ini bisa
mematikan (Dave, 1981).
Pencegahan - Untuk berkembang, Coccidia membutuhkan tempat tidur
kotor yang lembab dan sangat hangat. Oleh karena itu, pencegahan terbaik
adalah kering, alas bersih yang sering dibalik atau diganti untuk meningkatkan
kekeringan; atau lebih baik lagi, kawat lantai di arca brooding, atau setidaknya di
bawah dan di sekitar wadah penyiraman (Dave, 1981).
7. Cuts dan Wounds
Dibandingkan dengan kebanyakan hewan lain, suhu tubuh normal angsa
sangat tinggi (104 hingga 109 ° F atau 40 hingga 43 ° C), yang memberikan
perlindungan ekstra terhadap sebagian besar infeksi. Jika angsa dipelihara di
lingkungan yang cukup bersih, goresan dan lecet dangkal biasanya sembuh tanpa
pengobatan. Namun, bila seekor angsa mengalami luka terbuka atau diserang
oleh predator, perawatan klinis diperlukan. Setelah menangkap, tetapi sebelum
menangani ternak yang cedera, selalu cuci tangan dengan air sabun yang panas
(Dave, 1981).
Mengobati Luka Terbuka - Potongan yang dalam atau bergerigi biasanya
bulu yang dipangkas dari tepi selalu memegang kain kasa atau kain tanpa serat
yang bersih di atas luka sambil memotong bulu untuk mencegah potongan jaring
menempel dan mencemari daging yang terbuka. Cuci luka dengan air hangat
yang telah ditambahkan sabun lembut, lalu bilas bersih dengan air hangat dan
jernih. Potongan-potongan kecil kulit lepas yang tidak kunjung sembuh dapat
dipangkas.
Untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi serta
perkembangan belatung, oleskan salep obat seperti Nitrofurazone sekali sehari
atau dua hari sekali (Dave, 1981).
Menjahit Luka Caping - Jahitan terkadang diperlukan jika bagian besar
kulit telah robek atau robekan dalam. Sementara jarum jahit dan benang sutra
lebih disukai, jarum jahit yang disterilkan dan tiga benang putih bekerja dengan
memuaskan untuk penjahitan permukaan. Setiap jahitan atau jahitan harus
terpasang dengan baik di kulit, tetapi tidak lebih dari 4 inci. Jahitan harus diberi
jarak kira-kira satu inci dan ditarik cukup rapat untuk menyatukan kedua tepi
tetra tanpa banyak mengerut. Jika benang non-penyerap digunakan, harus
dikirim dan ditarik dengan pinset dalam empat sampai lima hari sebagai tindakan
pencegahan ekstra sering disarankan untuk mengobati burung dengan luka
serius atau multipel dengan antibiotik oral yang dapat disuntikkan, seperti
kombinasi penisilin QL dari penisilin dan streptomisin (Streptomisin dapat
menjadi racun unggas, jadi bila menggunakan antibiotik ini pada sejumlah unggas,
sebaiknya ajak satu atau dua individu terlebih dahulu dan amati mereka selama
tiga puluh menit untuk tanda-tanda staggering atau mengantuk) (Dave,1981).
8. Masalah Kaki
Penyebab - Bagian bawah kaki unggas air tampak lebih empuk
dibandingkan dengan burung yang tinggal di darat seperti masalah kaki ayam
dapat disebabkan oleh angsa yang memar, memotong atau mencabut cacing di
bantalan kaki mereka, atau mungkin menghabiskan banyak waktu mereka di
permukaan kerikil tajam atau tifus yang memiliki akses ke air mandi. Namun,
penyebab umum yang sering diabaikan adalah kekurangan makanan dalam
biotin, asam pantothenic, riboflavin atau salah satu vitarulhosormiger yang
penting dalam menjaga jaringan yang sehat (Dave, 1981).
Gejala - Jagung besar dan kapalan berkembang di bagian bawah kaki.
Dalam beberapa kasus, ada retakan yang dalam dan / atau bantalan kaki
membengkak dan terinfeksi- yang dikenal sebagai bumble foot yang
menyebabkan burung menjadi lumpuh (Dave, 1981).
Pengobatan - Jika diduga diet yang kurang baik, tambahkan ransum
dengan premix vitamin atau bahan pakan (seperti ragi kering, air dadih ,susu
skim kering atau makanan alfalfa) yang kaya vitamin A, biotin, asam pantotenat
dan riboflavin. kaki meradang, basuh kaki dengan air sabun hangat, desinfeksi
dengan alkohol gosok, dan kemudian bersihkan serpihan jika ada yang membuka
bantalan dengan bahan tajam dan disterilkan, Keluarkan nanah atau inti kuning
keras, desinfeksi sayatan dengan
alkohol dan oleskan salep luka obat seperti: Nitrofurazone. Tempatkan ternak di
tempat bersih yang dilapisi dengan låyer jerami segar (janganpernah serbuk
gergaji atau serutan kayu) dan berikan ransum seimbang, pakan hijau dan
setidaknya wadah kecil berisi air mandi bersih. Desinfektan mencuci setiap hari
dan mengoleskan salep obat pada luka memfasilitasi penyembuhan untuk
unggas yang lebih berharga, dosis penisilin dalam bentuk tablet selama minimal
sepuluh hingga empat belas hari tampaknya dapat membantu. Pada bagian yang
membandel dapat dilakukan kultur bakteriologis, isolasi bakteri penyebab dan uji
sitivitas antibiotik dapat dilakukan oleh laboratorium (Dave, 1981).
Pencegahan - Angsa yang menerima diet seimbang dan yang tidak dikejar
di atas permukaan yang keras dan tajam jarang menimbulkan masalah pada kaki
(Dave, 1981).
9. Kolera Unggas
Penyebab - fowl cholera adalah penyakit yang sangat menular baik pada
unggas liar maupun domestik yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida,
yang dapat bertahan hidup di tanah dan rumbai yang membusuk selama
beberapa bulan atau lebih. Penyakit ini dapat disebarkan oleh burung liar, hewan
pengerat dan penjelajah gua, atau dari angsa yang mematuk unggas mati yang
terinfeksi (Dave, 1981).
Gejala- Pada unggas air, penyakit kolera memberikan peringatan yang lile
atau tidak sama sekali, dengan konsumsi air yang berkerut. Unggas air yang mati
karena serangan akut biasanya, menunjukkan sedikit jika ada tanda ternyata
unggas yang sehat mati mendadak. Kasus kronis dapat ditandai dengan kelesuan,
sendi bengkak, diare, kesulitan bernapas dan dari penyakit ini setelah
pemeriksaan mayat pada kasus yang parah hati sering bergaris dengan daerah
berwarna terang dan terlihat dengan perdarahan kecil dan bintik abu-abu dari
jaringan mati. Sangat umum terjadi perdarahan merah kecil di usus, ampela dan
jantung yang terlihat dengan mata telanjang. Selain itu, limpa bisa membesar
(Dave, 1981).
Pengobatan - Pengobatan yang direkomendasikan saat ini adalah salah
satu dari obat sulta berikut: Sulfaquinoxaline sodium pada tingkat 04 persen
adalah air minum 1 persen dalam pakan selama dua atau tiga hari,
Sulfamethazine pada 4 persen dalam pakan selama tiga sampai lima hari atau
Sulfamethazine sodium , Larutan 125 persen pada tiga puluh ml per galon air
minum; atau Sulfamerazine sodium sebesar 5 persen dalam pakan selama lima
sampai tujuh hari. Obat Sulfa harus digunakan dengan hati-hati, terutama
dengan breeding stock, karena dapat menjadi toksik Antibiotik tingkat tinggi
seperti tetracy cline kadang digunakan dalam pakan atau disuntikkan di bawah
kulit. untuk pemilik kawanan kecil, cara pengobatan yang paling praktis biasanya
dengan membeli obat siap pakai untuk digunakan dalam air minum, seperti
Sabbury Sulquin (Dave, 1981).
Pencegahan - Praktik sanitasi yang baik adalah pencegahan terbaik untuk
koleraunggas. Wadah air harus ditempatkan di luar platform yang tertutup kawat,
air sering dibersihkan dan kadang-kadang didesinfeksi dengan natrium hipoklorit
(pemutih biasa) atau pembersih hewan yang disetujui. Singkirkan lubang lumpur
yang menggenang di halaman angsa dan bakar atau kubur semua bangkai burung
dan hewan yang mati. Di tempat-tempat di mana terdapat riwayat kolera, rotasi
padang rumput dan vaksinasi menggunakan bakteri yang tersedia secara
komersial sesuai dengan rekomendasi pabrik mungkin diperlukan (Dave, 1981).
10. Frostbite
Penyebab - Kaki dan kenop angsa yang terlalu dingin dalam waktu lama
dapat menyebabkan jaringan membeku.
Gejala - Kaki burung membeku di tanah atau es; benjolan saat dipaksa
berjalan, gigi menunjukkan bengkak dan kemerahan, dan terasa panas saat
disentuh, dan kemudian jaringan yang membeku mengelupas karena gangren.
Tombol-tombol gelap angsa Cina dan Afrika Coklat yang telah beku akan
mengembangkan bercak oranye. Radang dingin sering tidak terdeteksi sampai
ketimpangan gangren atau perubahan warna terjadi (Dave, 1981).
Perlakuan ketika unggas air ditemukan dengan kaki membeku di es atau
tanah, beri air hangat dengan suhu 90 hingga 105 ° F (32 hingga 40 ° C) - tidak
lebih panas – di atas bagian yang membeku sampai dibebaskan. Kemudian,
hangatkan kaki yang terkena radang dingin dengan cepat di bak air (105 hingga
108 ° F atau 40% hingga 42 ° C) selama lima belas hingga dua puluh menit, dan
berikan ternak air minum hangat. Jangan menggosok bagian yang terkena. Jika
gangren yang terbentuk di area yang membeku pada akhirnya dapat lepas atau
mungkin perlu diamputasi dan diperlakukan sebagai luka terbuka. Antibiotk
seperti penisilin dan teuamylin untuk burung yang menderita radang dingin
parah mengurangi kemungkinan infeksi (Dave, 1981).
Pencegahan - Kecuali unggas air memiliki akses ke perairan terbuka yang
luas, semua jenis angsa harus ditempatkan di halaman atau gudang yang dilapisi
dengan lapisan alas yang tebal dan memberikan perlindungan dari angin saat
suhu turun di bawah 20 ° F (7 C ) (Dave, 1981).
11. Penyakit Hardware dan Impaksi Esofagus
Penyebab - Paku, serpihan kawat, potongan tali, bilah rumput yang keras,
kerikil atau benda lain yang sulit dicerna kadang-kadang tertelan oleh angsa. Saat
tertelan, benda-benda ini terkadang menusuk beberapa bagian dari sistem
pencernaanbagian atas (Dave, 1981).
Gejala - Dalam kasus penyakit perangkat keras, unggas perlahan-lahan
menurunkan berat badan. Saat pemeriksaan mayat dilakukan, sering ditemukan
perangkat keras bersarang di kerongkongan atau ampela. Seringkali, benda asing
akan menembus dinding menyebabkan peritonitis dengan esofagus, impaksi,
benjolan yang disebabkan oleh halangan, sering terlihat di leher bagian bawah
(Dave, 1981).
Pengobatan - Tidak ada pengobatan praktis untuk penyakit perangkat
keras. Ketika impaksi esofagus adalah masalahnya, gumpalan material seringkali
dapat diremas longgar dengan memijat lembut pemadatan dari luar. Jika
bantuan tidak dapat dicapai dengan metode eksternal, penyumbatan mungkin
harus diangkat dengan pembedahan. Untuk mempersiapkan operasi ini,
bulu-bulu yang berada tepat di atas impaksi harus dicabut, sedikit demi sedikit,
hingga area yang berdiameter sekitar 17 inci terlihat. Setelah mencuci tangan
dengan sabun dan air panas, usap bagian yang telah dipetik dengan alkohol
gosok / kencangkan dengan lembut kulit dengan merentangkannya diantara ibu
jari dan jari telunjuk / dan buat sayatan dangkal sepanjang satu inci melalui kulit
dengan sterilisasi (direbus untuk tiga menit) pisau - Saya sarankanmenggunakan
pisau tepat dengan pisau baru. Sayatan kedua dibuat melalui dinding esofagus
dengan menggunakan jari, singkirkan masalah beberapa bahan dari
kerongkongan dan kemudian hidung dengan air hangat yang bersih. Bahan
jahitan jarum dan usus halus, gambarkan tepi irisan esofagus bersama-sama
dengan tiga atau empat jahitan tunggal yang diikat secara terpisah. Dari luar
dapat ditabur serupa cara, kecuali benang sutera yang harus digunakan. Jika
sudah jadi, telanlah insiden tersebut dengan alkohol, paksa beri makan beberapa
kapsul minyak ikan cod dan berikan minum air - tetapi tidak ada makanan -
selama dua puluh empat jam. Setelah itu, sediakan sedikit jumlah sayuran dan
pelet beberapa kali sehari sampai jahitannya dihapus. Jahitan luar bisa dilepas
setelah sekitar satu minggu (Dave, 1981).
Pencegahan - Jangan pernah meninggalkan paku, kawat atau tali di
tempat yang bisa dijangkau burung, dan jangan paksa angsa untuk hidup di atas
rumput kering berserat. Tampaknya disarankan untuk tidak menempatkan pasir
dalam jumlah besar di dalam bak dengan pakan, atau, jika angsa telah tanpa
pasir selama beberapa waktu, berikan hanya setara dengan satu sendok teh per
burung setiap hari selama seminggu sebelum memberikan pilihan bebas pasir.
Tampak bahwa angsa yang telah kehilangan pasir adalah sejumlah besar pasir
atau kerikil kacang selalu tersedia, sehingga ampela mereka terkena benturan
dan burung-burung mati kelaparan karena pakan tidak dapat melewati usus
bagian bawah (Dave, 1981).
12. Masalah Kaki
Penyebab - Mungkin sebagian besar kelainan kaki yang terlihat pada
angsa adalah akibat dari pola makan. defisiensi (especialyblacin), kalsium: fosfor
ketidakseimbangan (sering terjadi saat ransum bertelur kalsium tinggi diberikan
kepada burung yang belum dewasa), cedera yang dialami saat angsa tertangkap
dan / atau dipegang oleh kakinya, atau saat burung tergilas di tanah yang kasar
atau rintangan seperti palung pakan. Juga penting, tetapi biasanya kurang umum,
adalah kelemahan kaki yang diturunkan (Dave, 1981).
Gejala - Masalah kaki yang berhubungan dengan kekurangan makanan.
Ketidakseimbangan kalsium fosfor atau kelemahan bawaan biasanya ditandai
dengan kaki yang gemetar saat angsa berdiri masih menyerah setelah burung
berjalan atau berlari dalam jarak yang relatif pendek, membungkuk, atau
terpelintir di sendi hock. Cedera disertai pincang, sendi terkilir atau tulang patah
(Dave, 1981).
Pengobatan - Tidak ada pengobatan yang efektif untuk kelemahan atau
kelainan bentuk kaki genetik. Jika dinyatakan sehat, burung dengan cedera kaki
biasanya akan pulih jika dibiarkan tenang dan diberi akses mudah ke makanan
dan air. Gond adalah yang terbaik tempat untuk angsa dengan cedera kaki serius
untuk pulih. Jika diet yang kurang tepat bukan penyebabnya dan tindakan segera
diambil, suplemen vitamin / mineral dalam air minum atau dicampur dengan
pakan (Dave, 1981).
Pencegahan - Pilih unggas yang berkembang biak yang telah
menunjukkan anggota tubuh yang kuat dari menetas hingga dewasa. Jangan
menangkap atau membawa angsa dari segala usia dengan kakinya atau
menabraknya di atas tanah yang kasar atau di atas peralatan seperti air dan bak
pakan. Beri makan anak angsa makanan yang diperkaya dengan niasin, vitamin D
dan A, dan yang memiliki rasio fosfor terhadap kalsium yang tepat, dalam
kisaran 1: 1 hingga 1: 1,5 (P:Ca). Burung muda tidak boleh diberi makan petelur
karena pakan ini memiliki terlalu banyak kalsium dan rasio fosfor terhadap
kalsium yang tidak tepat yang dapat menyebabkan masalahserius (Dave, 1981).
13. Malnutrisi
Penyebab - Malnutrisi dapat menjadi konsekuensi dari pola makan yang
tidak lengkap atau jumlah pakan yang tidak mencukupi. Ini terjadi paling sering
ketika angsa dibesarkan di gedung atau pekarangan tanpa rumput dan hanya
diberi makan biji- bijian atau jatah ayam yang tidak memadai (Dave, 1981).
Gejala - Pada anak angsa, malnutrisi ditandai dengan pertumbuhan yang
terhambat, variasi ukuran tubuh yang luas pada kawanan yang mengandung
burung dengan umur dan jenis yang sama, perkembangan bulu yang
terbelakang, kaki yang lemah dan / atau cacat, burung yang kurus kering dengan
sedikit ketahanan terhadap penyakit parasit dan burung yang bertindak,
kelaparan pada waktu makan. Angsa dewasa yang kekurangan gizi berproduksi
dengan buruk, seringkali memiliki bulu yang terlihat kasar, mungkin kurus dan
rentan terhadap penyakit dan parasit (Dave, 1981).
Perawatan - Sediakan makanan dalam jumlah yang cukup yang memasok
makanan yang seimbang.
Pencegahan - Angsa dari segala usia dapat kelaparan karena memakan
rumput dan gulma yang kasar dan kering. Satu-satunya saat angsa dapat
berkembang biak tanpa diberi makan makanan berbahan dasar biji-bijian adalah
saat mereka memiliki akses sepanjang hari, ke rerumputan yang subur dan cepat
tumbuh. Jika memberi makan biji-bijian utuh atau retak sebagai pengganti
ransum pelet yang seimbang,pastikan burung memiliki akses ke pasir dan banyak
pasokan rumput muda yang lembut dan / atau protein, vitamin dan konsentrat
mineral (Dave, 1981).
14. Belatung
Penyebab dan Gejala - Jika luka terbuka tidak ditangani, terutama cuaca
hangat, lalat dapat tertarik untuk bertelur di tepi luka, terutama saat cuaca
hangat. Dalam waktu singkat, telur-telur itu menetas menjadi belatung yang
selanjutnya memakan jaringan mati yang luka. Salah satu tempat yang lebih
umum bagi unggas air untuk berburu belatung adalah di area ventilasi Ganders
dengan sujud lingga atau angsa yang mengembangkan infeksi di sekitar ventilasi
atau saluran telur yang tumbuh adalah target utama. Beberapa pemandangan
lebih menjijikkan daripada menemukan burung dengan luka terbuka yang
merangkak dengan belatung. Terlepas dari penampilan mereka yang mengerikan,
belatung ini memang membantu luka klan, tetapi mereka harus disingkirkan
sebelum penyembuhan terjadi (Dave, 1981).
Pengobatan- Pegang ternak di atas lubang yang telah digali di luar
kandang unggas dan tuangkan sedikit minyak tanah ke dalam luka. Ulangi
sesering yang diperlukan untuk membunuh belatung, lalu tutup lubang dan larva
dengan kotoran. Untuk menghilangkan pencahar dan membersihkan luka, cuci
area yang terinfeksi dengan air hangat yang telah ditambahkan sabun lembut,
lalu bilas hingga bersih
dengan air hangat yang jernih: Oleskan salep obat seperti Nitrofurazone, ulangi
setiaphari sampai penyembuhan total selesai tempat (Dave, 1981).
Pencegahan - Saluran telur prolaps atau luka terbuka harus segera
dirawat ataudimusnahkan.
15. Kekurangan Niacin
Penyebab - Anak angsa dipertahankan pada diet, seperti chick starter,
yaitu kekurangan niacin.
Gejala - Burung mengembangkan kaki yang lemah atau tertekuk, dan
sering menunjukkan pertumbuhan yang terhambat dan paha yang membesar.
Kickers, terkadang disalah artikan sebagai gejala defisiensi niacin, disebabkan
oleh defisiensi vitamin D3 atau defisiensi atau ketidakseimbangan kalsium dan /
atau fosfor (Dave, 1981).
Pengobatan- Anak angsa yang menunjukkan gejala defisiensi niacin
ringan seringkali dapat disembuhkan dengan segera menambahkan suplemen
niacin ke dalam makanan atau air minum mereka pada kasus yang parah, anak
angsa dapat menjadi sangat lumpuh sehingga tidak berharga. dan harus
dirancang (Dave, 1981).
Pencegahan - Ketika dibiarkan merumput di atas rumput muda yang
lembut, anak angsa jarang merasa terganggu oleh penyakit ini. Namun, semua
anak angsa, terutama yang dikurung, harus diberi makan makanan kaya niasin
(Dave, 1981).
16. Omphalitis
Penyebab - Ketika telur menetas secara artifisial, pusar burung yang baru
menetas terkadang terinfeksi oleh berbagai macam bakteri karena telur yang
buruk dan sanitasi inkubator. Kelembaban yang berlebihan memperparah
masalah dengan memperlambat proses penyembuhan normal pusar dan
menyediakan habitat yang ideal bagi bakteri (Dave, 1981).
Gejala - Gangguan ditandai dengan pusar yang besar, berkeropeng dan
terbakar, serta perut yang membuncit secara tidak normal dan terasa lembek.
Jika tidak ditangani dan diamati dengan seksama, anak angsa dengan omphalitis
dapat muncul cukup atau mal hingga waktu yang singkat sebelum kedaluwarsa.
Burung yang terinfeksi pada stadium lanjut biasanya berkerumun di dekat
sumber panas dan bergerak dengan enggan. Kematian, yang mungkin ringan
atau berat, selalu terjadi antara hari kedua dan keenam setelah menetas (Dave,
1981).
Pengobatan - Pada saat ini pencegahan adalah satu-satunya terapi yang efektif.
Pencegahan - Omphalitis jarang terjadi jika manajemen suara
dipraktikkan. Sebuah jumlah sarang bersih yang memadai yang dilengkapi
dengan bahan sarang adalah tempat pencegahan dimulai. Telur tetas yang kotor
harus dicuci dengan airhangat dan bersih yang telah ditambahkan pembersih
yang sesuai, seperti Germex. Terakhir, inkubator dan hatcher harus dijaga
kebersihannya dan harus didesinfeksi setelah setiap penetasan Jika penetasan
terus menerus dalam mesin yang sama dilakukan, fumigasi inkubator biasanya
diperlukan untuk mengendalikan omphalitis, terutama di daerah iklim lembab.
Telur unggas air harus diberi lilin pada tujuh sampai sepuluh hari dan sekali lagi
dalam tiga minggu untuk mencegah ledakan yang memuntahkan jutaan bakteri
mematikan (Dave, 1981).
17. Saluran telur, Eversi
Penyebab - Penyakit ini tampaknya disebabkan oleh angsa yang berusaha
keras untuk meletakkan telur yang terlalu besar atau dari otot saluran telur yang
melemah karena produksi telur yang prematur atau berkepanjangan atau obesiti.
Warisan mungkin menjadi faktor karena beberapa untaian burung lebih rentan.
Sayangnya, gangguan ini tampaknya terjadi paling sering di antara lapisan terbaik
(Dave, 1981).
Gejala - Angsa dengan masalah ini mudah dikenali dari penampilannya
yang terkulai dan saluran telur yang keluar yang menonjol dari ventilasi.
Perawatan - Angling Roose dapat diselamatkan hanya jika dia ditemukan
segera setelah saluran telur dilepas dan tindakan segera diambil. Meski begitu,
peluang pemulihannya keci. Untuk menyegarkan saluran telur secara
menyeluruh dengan air hangat yang bersih, kemudian dorong organ kembali ke
tempatnya dengan lembut. angsa di kandang bening di samping pasangannya
selama beberapa hari. Untuk memberi otot kesempatan untuk sembuh, burung
harus diberi makan hanya dalam jumlah kecil, seperti sayuran dan biji-bijian,
yang akan membuat tidak berani bertelur. Angsa yang tidak cukup berharga
untuk pengobatan atau yang saluran telurnya dikeringkan, bengkak atau terluka
sehingga tidak dapat diperbaiki, harus segera dibunuh dan dibuang atau dibalut
untuk diambil dagingnya. Jika dibiarkan tanpa pengawasan, mereka akan
mengalami kematian yang lambat dan menyakitkan dan burung lainnya mungkin
mulai mematuk organ yang terlepas (Dave, 1981).
Pencegahan - Jangan menempatkan angsa muda untuk bertelur sebelum
mereka berusia delapan hingga dua belas bulan, dan pastikan betina memiliki
daging yang baik, tetapi tidak terlalu gemuk, di awal dan sepanjang musim
bertelur. Untuk menjaga saluran telur betina yang berproduksi tinggi tetap sehat
dan terlumasi, beberapa peternak menyarankan untuk mencampurkan minyak
hati ikan kod (satu hingga dua sendok teh per burung) dengan pakan sekali
seminggu (Dave, 1981).
18. Phallus Prostration
Penyebab - Dalam kondisi alami, angsa liar biasanya berpasangan dengan
seekor angsa tunggal ketika berusia dua atau tiga tahun dan hanya aktif secara
seksual dalam waktu singkat setiap musim semi. Di bawah domestikasi, jantan
sering berkembang biak sebagai anakan dan dikawinkan dengan dua angsa dan
diharapkan berkembang biak selama musim yang panjang. Burung jantan
kadang-kadang akan kehilangan kemampuan untuk menarik penisnya, yang
tampaknya disebabkan oleh perkawinan yang terlalu lama dan aktif, musim, atau
mungkin kelemahan genetik(Dave, 1981).
Symproms - Organ penis,-inci panjang (atau lebih), menonjol dari ventilasi
burung. Seringkali, sekilas dengan kelainan ini akan terlihat berulang kali
menggoyangkan ekornya dari samping saat ia mencoba untuk menarik kembali
organ yang telah dinonaktifkan tersebut (Dave, 1981).
Perawatan - Dalam kebanyakan keadaan, burung jantan dengan cacat ini
harus dibunuh karena burung dipertanyakan dengan kelemahan ini harus
digunakan untuk tujuan Pembiakan. Ada kemungkinan untuk sembuh. Organ
harus dicuci dengan air hangat dan kemudian didesinfeksi dan dirawat dengan
salep obat seperti terramycin untuk mastitis. Dapat mencoba mendorongnya
kembali ketempatnya, bot Oleskansalep setiap hari sampai dia pulih sepenuhnya,
yang mungkin membutuhkan beberapa minggu atau lebih (Dave, 1981).
Pencegahan - Ini juga merupakan ide yang baik untuk melampiaskan seks
semua mata kawin setelah setiap musim kawin untuk membuat penis mereka
masih dalam kondisi baik (Dave, 1981).
19. Keracunan Dari Obat
Penyebab angsa muda sering keracunan jika diberi makan obat pakan
ayam atau kalkun. Keracunan obat adalah penyebab utama kematian ketiga pada
unggas air muda, di belakang tenggelam dan dimangsa. Masalahnya tampaknya
berasal dari fakta bahwa angsa makan dan minum lebih banyak makanan dan air
daripada kotoran tanah, karena kelebihan dosis obat-obatan. Jika digested
dalam dosis yang benar, obat ini tampaknya tidak mempengaruhi angsa, muda
atau tua, berbeda dari ayam atau kalkun (Dave, 1981).
Gejala - Burung (biasanya anak angsa yang dibesarkan di dalam ruangan
di mana mereka tidak memiliki persediaan hijauan yang siap untuk mencairkan
obat Jose petites mereka, menjadi lemah, pertumbuhan terhambat,
menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan leher atau mati mendadak (Dave, 1981).
Pengobatan - Pada tanda pertama dari gejala di atas, beralihlah ke
ransum non- obat. Jika makanan obat harus digunakan, encerkan potensi
kandungan obat dengan menyediakan banyak sayuran sukulen dan mixin yang
digulung, retak atau kecil, biji- bijian utuh bersama pakan (Dave, 1981).
Penyebab - Selain makanan busuk (botulisme) zat organik dan anorganik
lainnya dapat menjadi racun dalam jumlah yang cukup. Beberapa materi umum
yang diketahui. Untuk angsa termasuk pupuk komersial; garam; timbal (dari
burung yang mengambil pelet timbal atau menggigit cat bertimbal); herbisida;
pestisida; umpan untuk tikus, siput, ditambah benih tepung biji kapas vetch
biasa dan daun tembakau dan rhubarb. Tanaman lain yang diduga menyebabkan
penyakit atau kematian pada angsa antara lain foxglove, tanaman rambat
kentang, kentang yang telah menghijau selama musim tanam akibat paparan
sinar matahari, dan daun terong (Dave, 1981).
Gejala - Tanda diagnostik bervariasi tergantung pada racun dan kuantitas
yang tertelan. Secara umum, gejala umum pada tingkat rendah atau non-fatal
termasuk pertumbuhan yang terhambat, penampilan yang terkulai dan
ketidakstabilan. Pada tingkat tinggi, burung mungkin mengalami kejang,
mengibaskan kepala mereka dari satu sisi ke sisi lain, tergoda untuk
memuntahkan isi kerongkongannya) atau mati mendadak. Karena kandungan
gossypol gratis dari makanan biji kapas yang tidak diolah, pemberian makan
berlebihan (lebih dari 10, 15 persen dari rasio) suplemen proteinnya dapat
menyebabkan pertumbuhan yang terhambat, produksi telur berkurang dan
kuning telur dan berubah warna (Dave, 1981).
Pencegahan - Setiap kali menggunakan umpan beracun dalam bentuk apa
pun, temukan lokasinya jauh dari jangkauan ternak. Jika pupuk komersial
diterapkan, jangantumpah atau simpan di tempat yang bisa dijangkau angsa, dan
selalu pastikan butirannya ada larut sepenuhnya oleh hujan atau irigasi sebelum
burung diizinkan di padang rumput yang diferilisasi, bangunan dan peralatan
dengan cat berbasis timbal yang terkelupas harus dibersihkan atau dapat diakses
oleh angsa. Burung tidak boleh dibiarkan makan tanaman yang disemprot atau
poisorbus, garam, atau lumpur es yang dihasilkan dari jalan masuk bersalju atau
trotoar yang diasinkan di musim dingin (Dave, 1981).
20. Penyebab Sayap Tergelincir
Kekurangan pola makan, pertumbuhan yang sangat cepat atau cacat
genetik semuanya mungkin dapat menyebabkan sayap yang tergelincir. Peternak
yang sama merasa kelemahan ini diwariskan secara ketat Namun, ditemukan
kesimpulan ini sulit untuk diterima. Kadang-kadang pernah diamati sekelompok
anak angsa menunjukkan insiden yang tinggi sayap cacat, sementara kelompok
lain, dari kawanan berkembang biak yang sama dan dari usia yang sama, tetapi
di bawah manajemen yang berbeda, tidak ditampilkan satu pun burung dengan
sayap yang tergelincir (Dave, 1981).
Gejala - Ujung salah satu atau kedua sayap terlipat di sisi putsideion pin,
daripada bersandar dengan mulus ke sisi burung: Saat bulu terbang burung
angsa mulai muncul dari sayap, biasanya ujung sayap menonjol agak jauh dari
tubuh. Namun, jika sayapnya normal, bulu terbangnya akan terlipat di bawah
sayap sekunder. Sayap cacat biasanya dapat diidentifikasi dengan celah yang
jelas yang berkembang antara bulu primer dan sekunder ketika sayap terbuka
(Dave, 1981).
Pengobatan - Melipat dahan berbulu secara manual ke posisi yang benar
dan mengikatnya tutup: Karena sayap akan menjadi kaku karena tidak digunakan,
perban harus dilepas setelah sampai empat belas hari, dan jika perlu, tetap
setelah hari latihan Kalfa. Pada burung dewasa yang tidak dapat direhabilitasi,
keanehan visual dari sayap yang menonjol dapat dikurangi dengan memotong
bulu-bulu terbang (Dave, 1981).
Pencegahan - Terjadinya sayap yang terpeleset dan dikurangi dengan
hanya menggunakan stok pengembangbiakan bersayap normal, dan dengan
memastikan burung angsa muda akan mengkonsumsi makanan yang seimbang.
Burung dengan kelainan bentuk ini baik-baik saja untuk daging atau produksi
makan telur (Dave, 1981).
Sumber : Dave, 1981
21. Kaki Spraddle
Penyebab - Kaki spraddle biasanya dapat dilacak ke nampan inkubator
dasar yang halus, kotak pengiriman 4 lantai brooding di mana anak memiliki
pijakan yang buruk, tetapi juga bisa menjadi penyebab cacat lahir (Dave, 1981).
Gejala - Anak angsa lumpuh oleh kaki yang lemah atau cacat yang
meluncur keluar dari bawahnya saat mereka mencoba berjalan. Dalam kasus
yang parah, kaki mungkin menonjol pada sudut kanan dari tubuh dan sama sekali
tidak berguna (Dave, 1981).
Pengobatan - Burung dengan kasus kaki terselip yang parah harus
disingkirkan penderitaan mereka. Kasus yang ringan sering kali dapat
direhabilitasi dengan menempatkan anak angsa pada permukaan kasar yang
memberikan pijakan yang baik, seperti bantalan kayu yang lebih tinggi yang
digunakan dalam kotak pengiriman anak ayam, kain goni kasar atau kawat kain
keras. Mengikat benang awal di antara kaki pasien selama beberapa hari juga
membantu dalam banyak kasus. Saat paku digunakan, sangat penting bahwa
mereka tidak diikat terlalu erat sehingga sirkulasi darah menjadi terbatas (Dave,
1981).
22. Staphylococcosis
Organisme Staphylococcus aureus, yang menyebabkan infeksi Staph
dapat ditemukan di sebagian besar unggas, tetapi tampaknya tidak menjadi
ancaman yang serius kecuali angsa dalam kondisi rusak secara fisik karena gizi
buruk, parasit, cedera dan disimpan di tempat yang sangat tidak sehat (Dave,
1981).
Gejala - Dalam bentuk ringan, burung menunjukkan ketimpangan, gaya
berjalan yang tidak stabil berdiri atau duduk sendiri, bergerak dengan enggan,
menurunkan berat badan dan tidak: segera diobati, akhirnya mati. Pada kasus
yang parah, gejala di atas bisa disertai bot, sendi bengkak, diare dan pemeriksaan
post mortem mendadak umumnya menunjukkan sesak dan bengkak pada hati,
limpa dan ginjal (Dave, 1981).
Perawatan - Sedikit yang diketahui tentang merawat staph pada angsa,
tetapi penggunaan Gallimycin, timah medan, dan novobiocin telah disarankan.
Pencegahan - Jika angsa dipelihara dalam kondisi sanitasi dan diberi
makan yang cukup, staph jarang ditemui. Selama cuaca hujan, pekarangan angsa
tidak boleh dibiarkan rusak menjadi bak penampung kotoran yang kotor dan
tertutup lumpur. Burung tidak boleh dibiarkan berjalan di atas benda tajam yang
dapat menusuk kaki mereka, sehingga dapat menyebabkan infeksi ini (Dave,
1981).
23. Mata Lengket
Penyebab - Di habitat aslinya, angsa mengonsumsi makanan tinggi
vitamin A asam pantotenat dan biotin, serta memiliki akses ke air mandi bersih.
Di bawah pemeliharaan, unggas air sering dibesarkan dengan makanan yang
kekurangan vitamin dan disuplai air dalam wadah dangkal yang tidak
memungkinkan burung untuk membilas mata mereka. Hasilnya, angsa yang
dibesarkan di kurungan rentan terhadap oftalmia, infeksi ringan pada mata yang
biasa disebut mata lengket (Dave, 1981).
Gejala - Keluarnya cairan kekuningan di bulu di sekitar mata dan dapat
menyebabkan kelopak mata menempel. Mata lengket paling umum di antara
anak angsa yang dibesarkan di dalam ruangan atau dalam kondisi kotor di luar
(Dave, 1981).
Pengobatan. - Segera setelah mata lengket terdeteksi, angsa harus diberi
suplemen vitamin, diberi makan sayuran segar - jika memungkinkan -
dan diobati dengan salep atau obat tetes mata seperti Terramycin Eye Drops
atau Terramycin Ophthalmic Ointment. Menyediakan air minum bersih (yang
telah ditambahkan satu tetes Clorox per galon) Dalam bejana yang cukup dalam
untuk birdo, rendam kepalanya dan gunakan tablet penisilin atau tutup
terramycin (Dave, 1981).
Pencegahan - Anak angsa dibesarkan dalam kurungan dan tidak juga
dilakukan pencucian teh mulated khusus untuk unggas air, perkuat diers mereka
dengan 'vitamin Premix Guch seperti Vitapol, Headstart atau Vitamin &
Electrolytes Soluble atauzat lain (seperti ragi kering pembuat bir) yang tinggi
Vitamin A, biotin dan asam pantotenat. Disinfeksi air mancur setiap minggu
dengan pembersih seperti Germ X atau Clorox; bila memungkinkan, sediakan air
dalam wadah yang cukup dalam bagi burung untuk membilas matanya. Anak
angsa di padang rumput jarang menimbulkan masalah mata (Dave, 1981).
Kandang angsa berukuran besar. Biasanya terbuat dari bambu dengan ruangan
yang sangat luas. Kandang anakan disekat agar jangan membaur dengan angsa yang
remaja dan dewasa. Angsa yang anakan diletakkan dalam kandang khusus yang
mempunyai penghangat dari bohlam listrik agar anakan tetap dalam kondisi hangat.
Kandang usahakan dalam kondisi kering untuk itu dianjurkan lantai terbuat dari semen
agar mudah membersihkannya. Disamping itu untuk kandang angsa pada bagian
samping diusahakan tertutup rapat agar angin tidak mudah masuk. Bisa juga dengan
ditutup plastik disekeliling kandang. Kandang tempat bertelur angsa bisa dibuat
dengan ukuran 30x30x30cm. Alas kandang angsa bertelur terbuat dari jerami atau
serutan kayu.
Di usahakan di sekitar pekarangan rumah di pagar agar angsa tidak dapat keluar
yang dapat merusak tanaman tetangga dan suka menyerang orang- orang yang lewat
di jalan. Atap kandang diusahakan tidak bocor agar waktu hujan tetap kering. Tempat
pakan dan tempat air minum sebaiknya di letakkan di luar kandang agar di dalam
kandang tetap bersih dan kering. Sarang diperlukan dan diletakkan di dalam kandang,
Sarang bisa dibuat dari kotak kayu yang didalamnya diberi alas dari serutan kayu atau
jerami. Cahaya di kandang harus cukup untuk menstimulasi percepatan produksi telur.
(sumber:
https://pdfcoffee.com/qdownload/tugas-makalah-anekadocx-pdf-free.html)
5. Tatalaksana Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan salah satu aspek untuk menentukan keberhasilan
menghasilkan produk. Tatalaksana pemelihaaan yang tepat akan menghasilkan
produksi yang baik. Tatalaksana pemeliharaan yang baik meliputi pemberian pakan,
pemberian air minum, bentuk dan ukuran kandang yang digunakan, pemberian
vitamin dan penanganan kesehatan meliputi vaksinasi, pencegahan dan pengobatan
ayam sakit. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeliharaan meliputi
kelembaban dan suhu (Fenita, 2011). Pemilihan bibit merupakan salah satu faktor
penting dalam pemelihaaan. Bibit yang baik maka akan menghasilkan produksi yang
baik. Kunci keberhasilan usaha ayam petelur adalah menggunakan ayam petelur yang
berproduksi tinggi (Blakely dan Bade, 1998).
DAFTAR PUSTAKA
Dave Holderread. 1981. The Book Of Geese a Complete Guide To Raising The Home
Flock. Corvallis Oregon : USA.
https://pdfcoffee.com/qdownload/tugas-makalah-anekadocx-pdf-free.html
http://blogternakunggas.blogspot.com/2015/11/ternak-angsa.html
Leclerq, B., Blum, J.C., Sauveur, B. & Stevens, P. 1987. Nutrition of geese. In feeding
non-ruminant livestock, 110 -112. Butterworths London, England
BUDIDAYA ANEKA TERNAK UNGGAS
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Produksi Aneka Ternak
Unggas”
Oleh:
Kelompok 9
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
I
PEMBAHASAN
1) Perawatan Ternak
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak
walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar)
tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang
stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu,
temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara
mesin. Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan
ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan
ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap
terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk
pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan
dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.
2) Sumber Pakan
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya
adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan
dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola
rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau.
Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu
yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak
menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung
walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-
semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air
panas.
3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak
sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan
dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat
persembunyian.
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak
burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan
mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap
sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk
penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak
digunakan ditutup.
a. Sarang burung walet peliharaan kotor karena akibat dari panen tetasan.
Penyakit pada sarang burung walet peliharaan menjadi kotor karena pada
waktu telur burung walet menetas dan kemudian cangkang telur tersebut
menempel pada sarang.
b. Sarang kotor akibat dari masa panen. Pada saat memanen sarang, pada saat
yang bersamaan burung walet peliharaan sedang musim rontok bulu yang
mengakibatkan penyakit pada sarang burung walet peliharaan menjadi
terkontaminasi oleh bulu burung walet peliharaan tersebut.
c. Penyakit pada sarang burung walet karena sirip yang kotor. Hal itu dapat
terjadi karena bahan yang digunakan sebagai media sirip menggunakan
kayu yang mudah melepaskan air. Akibat yang ditimbulkan adalah sarang
yang menempel pada kayu akan berubah warnanya. Selain itu jika sirip yang
digunakan terbuat dari bahan coran dapat mengakibatkan sarang
terkontaminasi oleh pasir.
d. Penyakit pada sarang burung walet peliharaan yang berubah warnanya
menjadi kekuningan diakibatkan oleh adanya pencemaran dari amoniak
yang berasal dari kotoran burung walet peliharaan yang menumpuk di
dasar lantai.
4. Kandang Pemeliharaan
Dalam memelihara burung wallet, kandang atau tempat tinggal adalah yang
utama. Burung wallet senang bersarang disudut langit-langit bangunan. Rumah wallet
tidak perlu terlalu besar, asalkan burung wallet dapat bersarang dengan tenang.
Kemudian, ventilasi pada bangunan adalah hal yang penting agar menjaga suhu didalam
bangunan kandang burung wallet. Kelembaban yang dibutuhkan adalah sekitar 26-30
derajat celcius. Peletakan ventilasi dapat diberikan jarak sekitar 4 meter agar tidak
terlalu dingin.
Pada umumnya, ukurang rumah burung walet sangat bervariasi, bisa gedung 5
lantai atau 2 lantai dengan ketinggian per lantainya 2-2,5 meter. Ada pula rumah walet
berukuran 8×12 meter atau tipe lebih kecil ukurannya sebesar 4×4 meter. Desain
masing-masing gedung tersebut harus mempunyai dinding dengan ketinggian 3 m atau
lebih karena burung walet tidak akan membuat sarang jika ketinggian dinding kurang
dari 3 m. Bahan yang digunakan untuk membangun rumah walet dapat menggunakan
kayu ulin sebagai tiang, seng sebagai dinding luar, dan alumunium foil untuk penahan
panas agar suhu tetap stabil. Selain itu, untuk meredam panas bisa menggunakan
bahan-bahan alternatif seperti, kardus, atap daun, dan segala bahan yang berasal dari
alam.
Habitat alami burung walet adalah gua kapur yang jauh dari kebisingan dan
aktivitas manusia. Untuk membuat rumah walet yang nyaman, rumah tersebut harus
menghadirkan nuansa seperti gua kapur. Cukup tambahkan sekat saja sebagai tempat
yang potensial bagi walet merangkai sarangnya. Perlu diperhatikan pula jumlah sekat
yang ditambahkan pada bentuk dalam rumah walet. Karena kalau terlalu banyak, dapat
menyebabkan suhu ruangan menjadi terlalu panas. Untuk pemasangannya, berikan
jarak antar sekat atau papan sirip lebih kurang 30 cm sampai 50 cm. Agar walet merasa
lebih nyaman, buatlah papan sirip ini dari bahan kayu agar terasa seperti di alam liar.
Gambar Rumah Burung Walet
5. Tatalaksana Pemeliharaan
a. Pengaturan Suhu dan Kelembaban
Suhu didalam gedung juga sangat penting karena kalau suhunya 30 derajat
celcius atau lebih, air liur walet akan cepat mengering sehingga sarang walet akan
berukuran kecil. Tetapi kalau suhu terlalu dingin seperti dibawah 26 derajat celcius,
air liur walet sulit mengering sehingga mengalami kesulitan dalam membuat sarang.
Oleh karena itu, suhu di dalam gedung walet harus senantiasa stabil antara 26-29
derajat celcius, jadi harus ada termometer yang digantung pada dinding di dalam
gedung untuk membantu memantau fluktuasi suhu.
Kalau gedung terletak pada ketinggian 250 mdpl atau lebih, biasanya tidak ada
masalah dengan suhu di dalam gedung, tetapi jika letaknya dibawah 250 mdpl,
gedung tersebut memerlukan perlakuan khusus untuk memperoleh suhu yang pas
didalam gedung. Lubang ventilasi dapat memudahkan menyiasati fluktuasi suhu di
dalam gedung sehingga ketika suhu turun lubang ventilasi bisa ditutup atau jika suhu
terlalu panas semua lubang ventilasi bisa dibuka Salah satu cara untuk memudahkan
fluktuasi suhu di dalam gedung adalah ‘hujan buatank Hujan buatan ini dilakukan
dengan menyemprotkan air diluar gedung agar suhu di dalam gedung menjadi
berkurang.
Selain suhu, kelembaban di dalam gedung walet adalah hal yang sangat penting
untuk budidaya sarang burung walet. 80-95% adalah kelembaban yang ideal untuk
gedung walet. Kalau kelembaban berada dibawah 80%, bentuk sarang walet tidak
bagus, sarangnya cepat kering dan lepas sebab daya lekatnya kurang, daging
sarangnya tipis serta mudah remuk. Selain itu kalau kelembaban terlalu tinggi,
sarangnya bisa menjadi kekuning-kuningan sehingga harga sarang lebih rendah. Di
samping itu, kayu sirip di atap bisa mudah berjamur sehingga menyebabkan burung
walet enggan bersarang. Cara yang digunakan untuk menciptakan kelembaban di
gedung yaitu dengan membuat kolam di dalam gedung dan di luar gedung, sehingga
proses penguapan bisa menambah kelembaban merata dalam gedung atau bisa juga
dengan hujan buatan.
b. Konstruksi Gedung
Untuk budidaya sarang burung walet ada bermacam-macam ukuran gedung
mulai dari gedung kecil satu lantai berukuran 3m x 4m, hingga gedung yang sangat
besar berlantai empat dengan ruangan berukuran 50m x 20m dan ketinggian gedung
mencapai 18 m atau lebih. Namun semua gedung yang besar atau kecil harus
mengikuti tata cara yang sama agar bisa berhasil dalam membudidayakan sarang
burung walet. Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya
bervariasi dari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan
semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih
disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tata cara
yang dimaksud adalah desain dan lokasi gedung, memancing burung walet dan
serangga kedalam gedung. Semua hal ini sangat penting untuk budidaya sarang
burung walet.
DAFTAR PUSTAKA
Chantler, P. & G. Driessens. Swift : A guide to the Swift an Treeswift of the World. Pica
Press, the Banks. East Sussex, 1995.
Mackinnon, John. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.
Nazaruddin & A. Widodo. Sukses Merumahkan Walet. Cet. 2. Jakarta: Penebar Swadaya,
1998.
Tim Penulis PS. Budidaya dan Bisnis Sarang Walet. Cet. 4. Jakarta: Penebar Swadaya,
1994.
PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS
“Budidaya Ternak Kalkun”
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Kelas A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat, berkat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah “Budidaya Ternak
Kalkun” yang diajukan untuk memenuhi tugas Produksi Aneka Ternak Unggas.
Penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak baik itu berbentuk moril maupun materil. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I. PEMBAHASAN
1.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan .......... 1
1.2 Ransum ................................................................................... 2
1.3 Pengendalian Penyakit ............................................................ 3
1.4 Perkandangan .......................................................................... 4
1.5 Tatalaksana Pemeliharaan....................................................... 7
II. PENUTUP
2.1 Kesimpulan .............................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9
iii
I
PEMBAHASAN
1
serta mudah stress. Sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan
setelah melewati masa starter ini. Beberapa pendapat pada masa ini perlu
dilakukan potong paruh (debeaking) untuk mengendalikan kalkun saling
mencabut bulunya dan kanibalisme. Masa starter kalkun lokal sebenarnya
berlangsung sampai umur 6 minggu. Untuk tujuan pembesaran sebaiknya
dimulai pada umur 8 minggu. Selain karena pada umur ini kalkun lebih mudah
beradaptasi dalam lingkungan berbeda, teknik pemeliharaan pada umur ini juga
lebih sederhana dan pertumbuhan akan lebih cepat sehingga akan lebih mudah
dilakukan oleh banyak orang, serta secara ekonomi lebih mudah dipasarkan
(marketable).
1.2 Ransum
Kebutuhan protein dan energi kalkun berdasarkan tingkat umur
Ransum/Kg Umur (Minggu)
0-4 4-8 8-12 12-16 16-20 20-24 Bibit
Protein 28 26 22 19 16.5 14 14
Kalori 2800 g 2900 g 3000 g 3100 g 3200 g 3300 g 2900 g
(kkal/kg)
Sumber protein hewani yang dapat digunakan untuk ransum kalkun
adalah tepung ikan, tepung kepala udang, dan tepung rajungan. Sedangkan
sumber protein nabatinya antara lain bungkil kelapa dan bungkil biji sawit. Bahan
ini bagus digunakan dalam persentase terbatas (maksimal sekitar 10–15%).
Bungkil kedelai mempunyai kandungan protein yang tinggi. Untuk pertumbuhan
dan perkembangan kalkun ternyata merupakan sumber protein nabati yang
ideal (sangat baik bagi pertumbuhan dan tidak berpengaruh buruk jika
digunakan dalam jumlah banyak) serta relatif murah. Bahan baku pakan kalkun
yang sangat potensial digunakan dan perlu dikembangkan adalah hijauan daun.
Bahan ini dapat dipersiapkan lebih dulu baik dalam bentuk segar maupun
tepung/serbuk. Secara alami kalkun menyukai hijauan daun (memiliki
palatabilitas yang tinggi terhadap banyak jenis daun).
2
Hijauan daun sangat disukai dan tampaknya dibutuhkan oleh kalkun.
Kalkun yang diberi hijauan daun tampak lebih bugar/segar serta lincah.
Dagingnya menjadi lebih padat dibandingkan dengan kalkun yang tidak diberi
hijauan daun. Dari sisi pemeliharaan, pemberian hijauan daun juga memberi
pengaruh positif antara lain mengurangi sifat kanibalisme kalkun dan saling
memakan bulu sesama kalkun. Diduga ini disebabkan terpenuhinya beberapa
jenis vitamin dan mineral serta antioksidan yang terkandung dalam hijauan.
Hijauan daun juga dapat diberikan dalam bentuk tepung atau serbuk dan
dicampurkan dalam ransum sehingga kandungan proteinnya dapat lebih mudah
diperhitungkan. Keuntungan lainnya merupakan keunggulan tersendiri ternak
kalkun. Pemberian hijauan daun pada ternak kalkun akan memberikan
keuntungan lebih di antaranya selain sebagai substitusi asupan protein, hijauan
daun pada umumnya banyak mengandung vitamin, antioksidan, dan mineral
serta beberapa jenis daun berkhasiat obat sehingga dapat mengurangi biaya
pakan dan obat-obatan.
Pemberian pakan/ransum dalam sehari dapat dilakukan tiga kali yaitu
pagi, siang, dan sore hari. Khusus untuk hijauan daun lebih baik diberikan pada
siang hari karena berpengaruh positif mengurangi dehidrasi pada tubuh kalkun.
Ini terlihat dari kalkun yang diberi makan daun pada siang hari tidak
menunjukkan haus yang berlebihan. Kebutuhan ransum ini juga tergantung
cuaca setempat khususnya suhu dan kelembaban di dalam kandang. Dalam suhu
udara yang relatif tinggi dan kering, umumnya kalkun mengonsumsi ransum
lebih sedikit karena banyak minum. Khusus untuk kalkun yang baru menetas
(DOT) sampai umur sekitar tiga hari diberikan ransum yang sudah disterilkan
lebih dulu untuk untuk meminimalisir anak kalkun terserang penyakit yang
bersumber dari ransum atau bahan baku yang digunakan.
3
penyakit ini. Namun demikian untuk aplikasi yang lebih tepat perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Dengan selalu menjaga sanitasi kandang yang baik dan
sistem kandang panggung juga sangat menekan penyebaran penyakit ini.
Penyakit yang disebabkan oleh virus, antara lain Infectious Bronchitis (IB),
Tetelo (New Casle Disease/ND) dan Avian Influenza (AI) saat ini masih menjadi
momok bagi peternak kalkun. Penyakit ini dapat berakibat sangat fatal dan bisa
menyebabkan kematian hingga 100%. Penyakit ini belum ditemukan obatnya,
beberapa antibiotik hanya bermanfaat untuk mencegah atau menekan infeksi
sekunder oleh bakteri. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi.
Penularan/penyebaran sangat cepat dapat melalui kalkun sendiri atau unggas
atau mahluk hidup lainnya termasuk manusia, peralatan kandang, atau
kendaraan pengangkut pakan. Oleh karena itu benteng penangkal pertama yang
paling penting adalah dilakukan biosecurity yang ketat dan tepat. Dengan cara
ini tampaknya penyakit ini tidak lagi menjadi momok bagi peternak kalkun.
Apapun penyakitnya, tindakan pertama kali yang harus dilakukan
sebelum penyakit menyebar/menular ke kalkun yang lain adalah segera
dilakukan isolasi dan karantina bagi kalkun yang sakit, baru kemudian dilakukan
pengobatan serta kandang tempat kalkun sakit segera disemprot dengan
desinfektan atau pindah kandang yang sudah disterilkan
Jika kemungkinannya kecil untuk dapat disembuhkan lebih baik kalkun
yang sakit segera dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur dalam tanah.
Tindakan lain yang harus dilakukan adalah secara rutin (minimal satu minggu
sekali) kandang harus disemprot dengan desinfektan agar lingkungan lebih steril
dan mencegah berkembangnya suatu penyakit yang mungkin timbul.
1.4 PERKANDANGAN
Kalkun bibit lokal membutuhkan ruang sekitar 0,5 m per ekor. 2 Jika sex
ratio 1 : 4 maka dibutuhkan ruang/kandang sebesar 2,5–3,0 m . Supaya dapat
melakukan perkawinan dengan baik, halaman kandang diberikan lahan/ruang
untuk bermain/penggembalaan 2 (ranch) seluas sekitar 2–3 m /ekor. Agar
4
penggembalaan (ranch) kalkun dapat dirotasi, ranch dapat dibuat pada halaman
depan dan belakang kandang. Jika lahan terbatas dan hanya dapat dibuat satu
lahan ranch harus sering dikosongkan dan/atau disterilisasi dengan desinfektan
yang tidak membahayakan kalkun. Penanaman rerumputan/hijauan daun dapat
dilakukan di lahan ini dan pagar pembatas. Ini bermanfaat sebagai sumber pakan
alami dan juga berfungsi sebagai peneduh sehingga tercipta udara yang lebih
sejuk. Lingkungan seperti ini sangat disukai dan baik untuk kalkun bibit.
Fase Starter
Ada beberapa jenis kandang untuk kalkun starter, yaitu umur 0–2
minggu, 2–4 minggu, dan 4–8 minggu. Pada umur ini anak kalkun sebaiknya
ditempatkan dalam box dilengkapi penghangat (brooder). Temperatur brooder
yaitu 90–95°F pada minggu ke-1; 85–90°F pada minggu ke-2; 80–85°F pada
minggu ke-3; dan pada minggu ke-4 adalah 75–80°F. Namun demikian setelah
lewat umur 4 minggu biasanya bulu kalkun sudah penuh sehingga hanya kadang-
kadang diperlukan penghangat (pada musim dingin/hujan), namun pada malam
hari masih dibutuhkan penerangan.
5
Fase Grower dan Finisher
Bentuk dan konstruksi kandang untuk kalkun grower dan finisher
berbentuk panggung. Dalam satu kandang terdiri dari beberapa petak. Panggung
bertujuan untuk meminimalkan terjangkitnya kalkun terhadap beberapa
penyakit terutama yang berasal dari kotoran kalkun yang berserakan di tanah.
Sedangkan petak-petak dalam kandang untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Seandainya mau disediakan lahan penggembalaan, sanitasi, dan biosecurity
harus benar-benar terjaga dan dapat dikendalikan. Perbedaan antara kandang
grower dan fnisher hanya pada lubang-lubang alas panggung, yaitu pada grower
dibuat lebih kecil dibandingkan untuk finisher. Dibandingkan dengan cara dilepas
di alam bebas atau kandang yang mempunyai tempat bermain (ranch), kandang
panggung seperti ini sebenarnya mempunyai beberapa kelemahan yaitu kalkun
cenderung kekurangan vitamin-mineral dan menjadi kurang kuat/bugar dan
lincah.
6
1.5 Tatalaksana Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan salah satu aspek untuk menentukan
keberhasilan menghasilkan produk. Tatalaksana pemelihaaan yang tepat akan
menghasilkan produksi yang baik. Tatalaksana pemeliharaan yang baik meliputi
pemberian pakan, pemberian air minum, bentuk dan ukuran kandang yang
digunakan, pemberian vitamin dan penanganan kesehatan meliputi vaksinasi,
pencegahan dan pengobatan ayam sakit. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi pemeliharaan meliputi kelembaban dan suhu Pemilihan bibit
merupakan salah satu faktor penting dalam pemelihaaan. Bibit yang baik maka
akan menghasilkan produksi yang baik. Kunci keberhasilan ternak kalkun adalah
menggunakan kalkun yang berproduksi tinggi.
7
II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Kalkun adalah hewan unggas (sejenis burung), asli Amerika Utara, yang
klasifikasinya termasuk dalam Filum Chordata, Sub filum Vertebrata, Kelas Aves,
Ordo Galliformes, famili Phasianidae, sub famili Meleagris, genus Meleagris,
spesies M. gallopavo, M. silvestris dan, M. Ocellata. yang sering dikonsumsi dan
memeiliki keunggulan dari segi dagingnya yaitu memeiliki daging yang sangat
lezat juga berprotein tinggi, kandungan lemak dan kolesterolnya sangat rendah.
Cara budidayanya diantaranya dengan pemilihan bibit ayam kalkun, lokasi dan
kandang kalkun dan perawatan dan pemberian makanan ayam kalkun yang
dapat berupa konsentrat pakan jadi pada masa pertumbuhan, ataupun
memeberikan pakan biasa seperti bekatul, jadung, dan lain-lain. Serta
memeberikan hijaun atau sayuran untuk menambahakan gizi dan juga
melakukan vaksin agar terhindar dari penyakit.
8
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Sunaryati P, Bambang Cahyo M., & Kismiati, S. (2016). Kalkun Edisi 2. Semarang: Sarana
Utama.