Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI KAMBING DAN DOMBA

OLEH
IGA GALUH ADINTIAS NAJ E10020053
ASDIAN ROSELINA BR TARIGAN E10020125
INDAH SINAGA E10021146
ALDY PURWANSYAH E10021184
HILMAN F.H. SIANTURI E10021190
NOVI IRAWANSYAH E10021195
ILHAM E10021199
RASHID SIGIT E10021204
M. GILANG RAMADHAN E10021210
ASYA AMILIA E10021214
SEFRIANTO E10021219
MUHAMMAD RIZKY ILHAM E10021224
ANDI RAHMAN E10021230
NURCHOLIS HIDAYAT E10021243

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Produksi
Kambing dan Domba tepat pada waktunya.

Penulis menyadari penulisan lapora ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun sebagai acuan
untuk perbaikan kedepannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Jambi, November 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI. ii
DAFTAR TABEL.. iii
DAFTAR GAMBAR.. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
BAB III MATERI DAN METODA
3.1. Tempat dan Waktu
3.2. Materi
3.3. Metoda
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah
dikenal secara luas di Indonesia, ternak kambing memiliki potensi produktivitas
yang cukup tinggi. Kambing secara umum memiliki beberapa keunggulan antara
lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang ekstrim, tahan terhadap beberapa
penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik (beranak banyak).
Ternak kambing menjadi komoditas unggulan karena memiliki kelebihan
dibandingkan dengan ternak yang lain (Kusumastuti, 2012). Salah satunya adalah
kemampuan beradaptasi yang baik dengan lingkungan di Indonesia. Kambing
mampu hidup di kondisi lingkungan yang beriklim tropis dengan dua musim yaitu
kemarau dan penghujan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
pakan. Selain itu, kambing juga relatif lebih cepat berkembang biak dan memiliki
harga jual yang relatif lebih stabil serta cenderung meningkat (Hidayat, 2015).
Perkembangan peternakan kambing di Indonesia sangat pesat hal ini
karena kondisi iklim tropis yang sangat cocok untuk perkembangan kambing, di
Indonesia terdapat berbagai macam jenis kambing lokal maupun kambing yang
diimpor dari luar negeri. Jenis kambing di Indonesia antara lain kambing kacang,
kambing bligo, kambing jawa randu dan kambing peranakan etawa (PE).
Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging, susu,
daging dan susu (dwiguna) serta kulit.Meskipun masih mencukupi untuk
kebutuhan nasional akan tetapi tetap perlu adanya pengembangan produksi
kambing agar ketersediannya dapat berlanjut (Ditjennak, 2010). Salah satu
komoditas ternak penghasil daging seperti kambing berpotensi untuk menjadi
alternatif dalam memenuhi kebutuhan pangan dan standar gizi.

Kambing dan domba merupakan ruminansia kecil yang memiliki potensi


cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagai sumber produk hewani
yang diambil daging dan susunya. Beternak kambing dan domba memiliki
berbagai keuntungan diantaranya adalah mudah beradaptasi dengan
lingkungan, membutuhkan modal tidak terlalu besar, serta pemeliharaanya
mudah. Di Indonesia populasi kambing tercatat 17.847.197 ekor pada tahun 2016
dan meningkat menjadi 18.410.379 ekor pada tahun 2017 (Kementerian
Pertanian, 2017). Populasi kambing berkembang salah satunya karena kambing
sangat cocok dengan iklim di Indonesia. Kambing merupakan ternak yang
licah dan gesit dan hasil dari domestikasi hewan liar. Pada awalnya kambing
dimanfaatkan untuk diambil dagingnya dan diperah susunya.

Hasil penyembelihan ternak potong berupa karkas dan non karkas. Hasil
utama yang diharapkan oleh konsumen adalah daging yang merupakan bagian
dari karkas. Karkas adalah bagian tubuh yang telah disembelih tanpa kepala,
keempat kaki bagian bawah, kulit, ekor dan organ dalam kecuali ginjal. Menurut
Soeparno ,bobot potong ternak yang semakin meningkat menghasilkan bobot
karkas yang semakin meningkat pula. Hasil penelitian Sunarlim dan Setiyanto
menunjukkan bahwa bobot karkas kambing Kacang sebesar 10,30 kg (43,79%
dari bobot potong).

Komponen non karkas terdiri dari darah, kepala, kaki, kulit, ekor, saluran
pencernaan, kantong urin, jantung, trakhea, paru-paru, ginjal, limpa, hati dan
jaringan lemak. Menurut para ahli pakan dapat mempengaruhi pertambahan bobot
komponen non karkas, oleh karena itu kambing yang mengkonsumsi pakan
dengan energi tinggi akan mempunyai jantung dan paru-paru yang lebih berat dari
pada kambing yang mengkonsumsienergi yang rendah. Menurut Kusuma (2013)
kambing Kacang pada umur satu tahun dengan bobot potong 15.000 g memiliki
bobot non karkas sebesar 8.742 g, yang terdiri dari darah 678 g, kepala 1.114 g,
kulit 924 g, kaki 448 g, saluran pencernaan 5.569 g dan ekor 18 g.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi karkas seekor ternak


adalah bangsa, umur, jenis kelamin, laju pertumbuhan, bobot potong dan nutrisi
(Berg dan Butterfield, 1976; Oberbauer et al., 1994). Pakan merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan agar memperoleh bobot potong dan bobot karkas
yang tinggi dari seekor ternak.Kadar protein kasar (PK) dan total digestible
nutrients (TDN) pakan merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan bobot
potong ternak kambing. Protein kasar melepaskan senyawa N, sedangkan TDN
melepaskan senyawa C. Senyawa-senyawa kimia tersebut dibutuhkan untuk
membentuk mikroba dalam rumen, sehingga mikroba rumen akan meningkat.
Apabila mikroba meningkat maka kecernaan pakan juga akan meningkat,
sehingga nutrisi yang dapat diserap oleh ternak akan meningkat, dan pada
akhirnya bobot badan ternak juga akan meningkat dan akibat selanjutnya bobot
karkas juga akan ikut meningkat.

1.2 Tujuan

Tujuan di lakukannya praktikum produksi ternak kambing dan domba ini


adalah Mahasiswa di minta atau di harap dapat mengerti mengenai ap aitu karkas,
Komponen Karkas, irisan komersial dan urat daging mata rusuk. sehingga para
praktikan mampu melihat dan mempelajari hal tersebut secara langsung dan dapat
mempraktikan nya sendiri .

1.3 Manfaat

Manfaat di lakukan nya praktikum Produksi Kambing dan Domba ini


adalah agar mahasiswa atau praktikan dapat mengerti ap aitu karkas, komponen
karkas , irisan komersial dan urat daging mata rusuk. Mahasiswa atau praktikan
juga dapat melihat secara langsung cara mendapatkan karkas tersebut di mulai
dari penyembelihan, pengambilan kulit dan pemisahan karkas dengan non karkas ,
praktikan juga dapat melihat seberapa baik persentase karkas pada kambing yang
di sembelih menggunakan rumus rumus yang ada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bobot Potong


Persentase karkas dipengaruhi oleh besarnya bobot potong. Hal ini
disebabkan karena bobot karkas akan memberikan hasil yang selaras dengan
bobot potong yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi bobot potong maka
semakin tinggi pula bobot karkasnya (Lestari et al 2017)
Faktor yang mempengaruhi persentase karkas yaitu bangsa, jenis kelamin,
umur, pakan, kondisi fisiknya dan lemak abdomen. perbedaan persentase karkas
dipengaruhi oleh bobot potong dan bobot komponen tubuh yang terdiri dari
komponen karkas dan komponen non karkas (Purbowati et al 2011).
Produktivitas kambing dapat diukur melalui pertambahan bobot badan dan
persentase karkas yang dihasilkan (Hafid, 2011). Sementara produktivitas tersebut
tidak terlepas dari penampilan produksi ternak yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain faktor keturunan (genetik) dan faktor lingkungan yang terdiri
dari pakan, pengelolaan, perkandangan, dan pencegahan penyakit (Hafid et al.,
2014).

2.2. Bobot Karkas


Penentuan tingkat hubungan antara ukuran-ukiran tubuh dengan bobot
badan dan bobot karkas berpedoman pada pendapat Sugiyono (2010) dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat hubungan

0.00 –0.199 Sangat rendah

0.20 –0.399 Rendah

0.40 –0.599 Sedang

0,60 –0,799 Kuat

0.80 –1.000 Sangat kuat


Interpretasi Koefisien Korelasi (Sugiyono, 2010)
Kambing lokal betina yang dipotong pada kisaran umur 12-18 bulan
memiliki rataan bobot karkas 5,08 kg Hakim (2010)

Persentase karkas kambing kacang betina yang di pelihara secara intensif


38,47 Lili (2014) dan penelitian Sumardianto (2013) bahwa kambing kacang
memiliki persentase karkas sebesar 37,50
2.3. Bobot Karkas Kanan dan Kiri

2.4. Bobot Irisan Komersial


Peningkatan bobot badan ternak akan berdampak pada meningkatnya
bobot akhir, bobot karkas, dan irisan komerial karkas. Pemotongan berdasarkan
irisan komersial karkas sangat penting dilakukan karena dapat mempermudah
dalam pemasaran karkas (Yurleni et al 2016)
Bobot irisan komersial karkas yang paling tinggi yaitu pada bagian leg
yang berkisar antara 1462,23 g/ekor – 1751,78 g/ekor. Tingginya bobot irisan
komersial pada bagian leg ini dikarenakan leg merupakan salah satu jaringan otot
yang mengalami masak dini sehingga pertumbuhannya relatif lebih cepat daripada
komponen lainnya. Leg juga merupakan salah satu potongan utama karkas yang
memiliki nilai ekonomis karena memiliki proporsi otot yang tinggi dan lemak
yang rendah (Dagong et al., 2012). Hasil ini lebih tinggi dari (Puspitasari 2019)
dimana bobot leg hanya berkisar antara 1545 g/ekor – 1707,50 g/ekor.

2.5. Lemak Ginjal dan Lemak Pelvis


Jaringan tubuh mencapai pertumbuhan maksimal dengan urutan-urutan
dari jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Pada ternak muda deposisi lemak
terjadi di sekitar jeroan dan ginjal dengan bertambahnya umur serta konsumsi
energi (Amri & Iskandar 2014)
Pembentukan lemak sepanjang saluran pencernaan maupun yang
tersimpan dalam daging dapat disebabkan oleh keseimbangan protein kasar dan
energi pakan, sementara komposisi nutrisi dari ketiga perlakuan masih dalam
kisaran kebutuhan ternak kambing. Nutrisi pakan yang paling banyak dibutuhkan
oleh ternak adalah protein dan energi, dan harus dalam keadaan yang seimbang
dalam makanan ternak kambing, bila kedua nutrien ini tidak seimbang dalam
pakan ternak akan mempengaruhi produktivitas ternak yang tidak maksimal
sehingga laju pertumbuhan akan lambat dan bobot badan rendah, serta produksi
karkas yang tidak optimal (Rika et al., 2019).

2.6. Luas Otot dan Ruas Rusuk


Pertumbuhan tulang rusuk dan otot pada area tulang rusuk mempengaruhi
besar lingkar dada (Setiawati et al 2013). Dengan meningkatnya umur, lingkar
dada memperlihatkan kisaran ukuran tubuh tertinggi dibanding ukuran tubuh
lainnya, dengan demikian sangat menentukan bobot badan ternak (Trisnawanto
et al 2012). Lingkar dada kambing Peranakan Etawah bertumbuh lebih dini
dibanding tinggi pundak (Victori et al 2016).Ukuran lingkar dada berpengaruh
terhadap bobot badan, dalam rongga dada terdapat beberapa organ –organ
seperti jantung dan paru-paru yang sangat berguna bagi kehidupan dan hal itu
berhubungan dengan lingkar dada yang berpengaruh terhadap bobot badan
(Mansyur 2010).

2.7. Menghitung Gigi dan Yeild Grade


BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada


hari Sabtu 12 November 2022

3.2. Materi

3.3 Metoda

Sebelum ternak dipotong, terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam


untuk mengurangi isi saluran pencernaan dan untuk menghindari pencemaran
pada karkas oleh isi saluran pencernaan. Ternak kambing disembelih secara halal
yang kemudian dipisahkan antara bagian karkas dengan non karkas. Pemotongan
dilakukan dengan memotong vena jugularis, oesophagus dan trachea antara tulang
atlas dan tulang leher. Kepala dipisahkan dari tubuh pada sendi occipito atlantis,
kaki depan pada sendi carpo metacarpal, dan kaki belakang pada sendi tarso
metatarsal. Tubuh ternak digantung pada sendi belakang dekat tendo achiles, kulit
dilepas, kemudian dibuat sayatan lurus ditengah-tengah perut, dan isi rongga dada
serta rongga perut dikeluarkan, kecuali ginjal kemudian karkas ditimbang.
Potongan karkas kambing terdiri dari: bahu (shoulder), leher (neck), rusuk (rack),
lengan (shank) dan dada (breasts) termasuk karkas bagian depan, sedangkan paha
(leg), pinggang (loin), lipatan paha (flank) termasuk karkas bagian belakang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Bobot Potong

4.2. Bobot Karkas

4.3. Bobot Karkas Kanan dan Kiri

4.4. Bobot Irisan Komersial

4.5. Lemak Ginjal dan Lemak Pelvis


Perbandingan antara empat jenis pakan yang berbasis rumput dan legum
(P1), berbasis hasil ikutan tanaman kelapa sawit (P2), berbasis hasil ikutan
tanaman padi (P3) dan berbasis hasil ikutan tanaman jagung (P4) terhadap karkas
dan lemak domba. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang
terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan. Penelitian ini menggunakan dua
puluh ekor domba betina sei putih dengan bobot badan awal 13,1 ± 2,46.
Parameter yang diteliti adalah bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak
subkutan dan bobot lemak ginjal dan pelvis. Hasil penelitian menunjukkan rataan
bobot karkas tertinggi pada P1 (7,52 kg) dan rataan bobot karkas terendah pada P4
(6,96 kg). Rataan persentase karkas tertinggi pada P1 (48,15%) dan rataan
persentase karkas terendah pada P4 (47,04%). Rataan bobot lemak subkutan
tertinggi pada P1 (816,00 g) dan rataan bobot lemak subkutan terendah pada P4
(761,90 g). Rataan bobot lemak ginjal + pelvis tertinggi pada P1 (141,00 g) dan
rataan bobot lemak ginjal + pelvis terendah pada P4 (130,40 g). Analisis statistik
terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa P1, P2, P3, dan P4 pada domba
tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot karkas, persentase karkas, bobot
lemak subkutan dan bobot lemak ginjal + pelvis.

Potensi ternak domba semakin baik dengan adanya peluang ekspor domba
ke Timur Tengah terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan daging. Daging
merupakan produk yang diperoleh dari karkas ternak yang telah dipotong.
Komposisi kimiawi daging adalah air 75% dengan kisaran 65-80%, protein sekitar
19% (16-22%), substansisubstansi non protein yang larut 3,5%, serta lemak
sekitar 2,5% (1,5- 13,0%) dan sangat bervariasi. Produksi karkas, komposisi fisik
dan kimia daging berhubungan erat dengan jenis kelamin dan berat potong
(Soeparno, 2015).

Pada berat tubuh yang sama dapat terjadi komposisi karkas yang berbeda
antara jenis kelamin misalnya pada domba, jumlah lemak domba betina lebih
besar daripada domba jantan muda kastrasi dan keduanya lebih besar daripada
domba pejantan (Soeparno, 2015).

Bobot potong dan jenis kelamin berpengaruh sangat nyata terhadap bobot
dan persentase karkas, berarti bahwa setiap perubahan bobot potong baik pada
ternak jantan maupun ternak betina akan terjadi perubahan bobot dan persentase
karkas. Pada peningkatan berat terdapat indikasi kegemukan, persentase lemak,
lemak ginjal, dan lemak pelvis meningkat dan pada bobot potong yang sama
domba betina mempunyai persentase lemak yang lebih tinggi daripada domba
jantan.

Menurut Judge et al (2011) disamping tingkat kegemukan dan isi saluran


pencernakan, perototan juga ikut berpengaruh terhadap persentase karkas,
semakin kompak perototan seekor ternak, maka persentase karkas semakin baik.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa peningkatan bobot potong dapat meningkatkan
bobot karkas, akan tetapi persentase karkas tidak selamanya ikut meningkat
disebabkan karena lemak internal meningkat. Perbedaan bobot karkas dan
persentase karkas yang terjadi antara jenis kelamin disebabkan karena domba
lokal jantan memiliki tulang dan perototan yang lebih besar daripada domba
betina sedangkan domba betina memiliki lemak tubuh dan lemak internal yang
lebih banyak daripada domba jantan. Pada bobot potong yang sama dapat terjadi
perbedaan bobot dan persentase karkas antara ternak jantan dan betina dan
biasanya bobot dan persentase karkas jantan lebih tinggi dari ternak betina,
disebabkan ternak betina mempunyai lemak internal yang lebih tinggi daripada
ternak jantan.

Faktor yang dipergunakan untuk menentukan yield grade pada domba


adalah tebal lemak subkutan, persentase lemak pelvik dan lemak ginjal serta skor
konformasi paha dengan nilai yang tertinggi adalah 15 dan seterusnya sampai
yang terendah adalah 1 (Soeparno, 2015). Hasil analisis variansi menunjukkan
bahwa jenis kelamin berpengaruh sangat nyata, sedangkan bobot potong
berpengaruh tidak nyata namun terdapat interaksi yang nyata antara jenis kelamin
dan bobot terhadap ketebalan lemak, persentase lemak, pelvik dan lemak ginjal
serta angka yield grade. Ketebalan lemak dan angka yield grade pada domba
jantan berbeda tidak nyata antara tingkat bobot potong, sedangkan pada domba
betina, terjadi perbedaan yang nyata baik ketebalan lemak, persentase lemak
pelvik dan lemak ginjal maupun angka yield grade antara tingkat bobot potong.
Jadi angka yield grade lebih dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin jika dibanding
dengan pengaruh bobot potong.

4.6. Luas Otot dan Ruas Rusuk

4.7. Menghitung Gigi Yeild Grade


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Amri, U. dan Iskandar. 2014. Pengaruh umur terhadap persentase karkas dan non
karkas pada ternak kerbau. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol XVII
No.2. Fakultas Peternakan Universitas Jambi Kampus Mandalo Darat.
Jambi.

Dagong, M. I. A., R. Herman, C. Sumantri, R. R. Noor, dan M. Yamin. 2012.


Karakteristik karkas dan sifat fisik daging domba ekor tipis (DET)
berdasarkan variasi genotip gen kalpastatin (CAST) (Lokus intron
5–ekson 6). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 17(1):13–24.

Hafid, H. 2011. Pengantar evaluasi karkas. Cetakan Pertama. Unhalu Press,


Kendari.

Hafid, H., D. Agustina, N. S. Saminaya, dan R. Aka. 2014. Pemanfaatan sampah


sayuran sampah dalam rangka peningkatan produktivitas kambing lokal
(penerapan di wilayah pessisir sulawesi tenggara). Proseding seminar
nasional memantapkan indonesia sebagai negara maritim yang tangguh.
Universitas halu Oleo Kendari.

Hakim, A. (2010). Hubungan Ukuran Tubuh, Bobot Badan Dan Bobot Karkas
Kambing Lokal Betina Di Rumah Pemotongan Hewan (Rph) Kambing
Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.

Hidayat, F. 2018. Pengaruh Lingkar Dada, Panjang Badan, Dan Tinggi Gumba
Terhadap Bobot Badan Kambing Peranakan Etawa Di Kecamatan
Kaligesing Kabupaten Purworejo, Skripsi. Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.

Kusumastuti, T. 2012. Kelayakan Usaha Ternak Kambing Menurut Sistem


Pemeliharaan, Bangsa dan Elevasi di Yogyakarta. Jurnal. Universitas
Gajah Mada.
Lestari, D., Rukmiasih, Suryati T., dan P. S Hardjosworo. 2017. Performa itik
lokal (Anas platyrhynchos Javanica ) yang diberi tepung daun beluntas
atau kenikir sebagai sumber pakan aditif. J. Ilmu Produksi Dan Teknologi
Hasil Peternakan. 5:34-40.

Lili, A. S. (2014). Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Bagian Karkas Kualitas Satu
Kambing yang Dipelihara Secara Intensif. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar: Universitas Hasanuddin.

Mansyur. 2010. Hubungan antara ukuran eksterior tubuh Terhadap bobot


badan pada Sapi PO jantan. Laporan Penelitian. Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Purbowati, E., Purnomoadi, A., Lestari, C. M. S., & Kamiyatun. (2011).


Ka-rakteristik karkas Sapi Jawa (Studi Kasus di RPH Brebes Jawa
Tengah). In Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner (pp. 353-361)

Puspitasari, D. K. 2019. Proteksi Konsentrat Pakan Mengandung Indigofera


zollingeriana Dengan Tepung Daun Sengon Sumber Tanin Terhadap
Bobot Potongan Primal Karkas Kambing Peranakan Etawah. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, Jambi.

Rika, D.N., P. K. Tahuk, dan K.W. Kia. 2019. Pengaruh penggunaan beberapa
pakan sumber energi terhadap komposisi kimia daging kambing kacang
jantan yang digemukkan. Journal of Tropical Animal Science and
Technology: 1(1).

Setiawati, T., P. Sambodho dan A. Sustiah. 2013. Tampilan bobot badan dan
ukuran tubuh kambing dara Peranakan Ettawa akibat pemberian
ransum dengan suplementasi urea yang berbeda. J. Anim. Agriculture.
2 (2) : 8-14

Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif & RND. Alfa Beta,
Bandung.
Sumardianto, T. A. P. (2013). Perbandingan Karakteristik Karkas Kambing
Kacang, Kambing Peranakan Ettawa dan Kambing Kejobong Jantan
pada Umur Satu Tahun. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Trisnawanto, R. Adiwinarti dan W. S. Dilaga. 2012. Hubungan antara


ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan Dombos jantan. J. Anim.
Agriculture. 1 (1) : 653 –668

Victori, A., E. Purbowati dan C. M. Sri Lestari, 2016. Hubungan antara


ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah
jantan di Kabupaten Klaten. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1): 23 -28.

Yurleni, Y., R. Priyanto., dan K. G. Wiryawa. 2016. Pengaruh Penambahan Asam


Lemak Dalam Ransum Pengaruh Penambahan Asam Lemak Dalam
Ransum Terhadap Kualitas Karkas Dan Irisan Komersial Karkas Ternak
Potong. J. IlmuIlmu Peternakan. Vol 19 (1): 35–45.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai