Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TERNAK KAMBING DI INDONESIA

Tugas kelompok makalah ini di buat dalam rangka untuk memenuhi program perkuliahan
semester ganjil mata kuliah Pembangunan Peternakan

Mata Kuliah : Pembangunan Peternakan


Semester : VII
Tahun Akademi : 2023/2024
Nama/Nim/Prodi : Sinta Sri Rahayu /1635120018/Peternakan

Samsia Bahlul Ulum/1635120020/Peternakan

Dendi Mustopal Bakri/1635120014/Peternakan


Asep Mulyana/ 1635120021/Peternakan

Yadi Mulyadi/1635120022/Peternakan

Dosen Pengampau : Ir. Hilman Permana M.P

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS INSAN CENDEKIA MANDIRI
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pembangunan Peternakan dengan judul KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN TERNAK KAMBING DI INDONESIA
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen
pengampau mata kuliah Pembangunan Peternakan yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah ilmu dan wawasan
tentang kebijakan pemerintah dalam mendukung pembangunan peternakan kambing di Indonesia.
Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak . kami
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk perkembangan pendidikan.

Bandung 06, Januari 2024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 1
BAB I .............................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 2
1.1.1 TUJUAN ............................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
1.2 KAMBING............................................................................................................................... 3
1.2.1 Jenis Kambing di Indonesia ................................................................................................ 4
2.2.2 Kebutuhan Kambing Di Indonesia..................................................................................... 6
2.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA............................................................. 6
BAB III........................................................................................................................................... 8
PENUTUP...................................................................................................................................... 8
1.3 KESIMPULAN ....................................................................................................................... 8
1.2 SARAN ..................................................................................................................................... 8
DAFAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 9

DAFTAR GAMBAR
gambar 1.2 populasi kambing di indonesia menurut provinsi ........................................................ 3

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan negara agraris, dimana penduduknya banyak menyandarkan kebutuhan
hidupnya dari sektor pertanian dan peternakan Oleh karena itu pembangunan pertanian merupakan
syarat mutlak untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan peternakan dilakukan pemerintah
Indonesia dalam upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan protein asal hewani seperti
daging, telur dan susu yang semakin meningkat. Selain itu, hal ini dilakukan pemerintah Indonesia
dalam melaksanakan program swasembada daging. Variasi makanan berbahan dasar daging, telur,
dan susu yang semakin banyak beredar mengakibatkan peningkatan jumlah permintaan produksi
dari peternakan itu sendiri.
Komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah ternak kambing.
Ternak kambing dapat digunakan sebagai sumber pendanaan untuk pendidikan, pembangunan
perumahan, dan juga sebagai tabungan bagi para peternak. Ditinjau dari aspek usaha,
pengembangan usaha ternak kambing sangat potensial, mudah diusahakan, baik secara harian
maupun komersial.
Pembangunan peternakan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat dan swasta. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan,pembinaan, pengendalian dan
pengawasan terhadap ketersediaan produk peternakan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, bergizi, beragamdan merata. Sedang swasta dan masyarakat memiliki kesempatan untuk
berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan kecukupan produk peternakan, dapat berupa
melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk ternak.
Pembangunan peternakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kebijakan dan program yang
mengarah pada pemanfaatan sumber daya lokal untuk membangun peternakan yang berdaya saing
dan berkelanjutanserta membangun sistem peternakan nasional yang mampu memenuhi
kebutuhan terhadap produk peternakan dan mensejahterakan peternak. Oleh karena itu program
pembangunan peternakan diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas bibit ternak,
mengembangkan usaha budidaya dalam rangka meningkatkan populasi, produktivitas dan
produksi ternak, meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan, meningkatkan
jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal) dan meningkatkan
pelayanan prima pada masyarakat peternakan.

1.1.1 TUJUAN
Tujuan dari di buatnya makalah ini adalah untuk lebih memahami tentang kebijakan ternak
kambing di Indonesia, serta kendala dalam beternak kambing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.2 KAMBING
Kambing merupakan ruminansia kecil yang umumnya mengkonsumsi daun-daunan,
semak belukar, tanaman ramban dan rumput yang sudah tua dan berkualitas rendah. Jenis pakan
tersebut dapat dimanfaatkan dengan efisien sehingga kambing dapat beradaptasi pada
lingkungan yang kekurangan pakan (Toharmat et al., 2006). Kambing (Capra aegagrus hircus)
merupakan sub-spesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan
Eropa. Kambing umumnya mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor ke atas dan berbulu lurus
dan kasar (Hartatik, 2014). Klasifikasi ilmiah kambing ialah: Kingdom Animalia, Filum
Chordata, Class Mammalia, Ordo Artiodactyla, Famili Bovidae, Subfamili Caprinae, Genus Capra,
Spesies C. aegagrus, dan Subspesies C. a. hircus (Hartatik, 2014).

gambar 1.2 populasi kambing di indonesia menurut provinsi

3
1.2.1 Jenis Kambing di Indonesia
Jenis-jenis Kambing yang di ternakkan di Indonesia
1. Kambing kacang
Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di
Indonesia. Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65
sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa mencapai
25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan
pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek. Kambing
kacang merupakan kambing lokal Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang
jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging.
2. Kambing Etawa
Kambing Etawa didatangkan dari India yang disebut kambing Jamnapari. Badannya besar,
tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya
mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina
hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah. Dahi dan
hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini
mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Keturunan silangan (hibrida)
kambing Etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai sebagai kambing “Peranakan
Etawa” atau “PE”. Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih
adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.
3. Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawa dengan
kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh
lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per
hari. Kambing Jawa Randu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan.
Merupakan hasil silangan dari kambing peranakan ettawa dengan kambing kacang, sifat
fisik kacang lebih dominan. Baik jantan atupun betina merupakan tipe pedaging.
4. Kambing Marica
Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang Kambing Marica yang
terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing asli
Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah
(endargement). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros,
Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi
Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah
agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing
Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput
kering di daerah tanah berbatu-batu.Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah
telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk
pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.

4
5. Kambing Samosir
Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun
di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan pada acara
keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh penduduk setempat.
Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih, maka secara alami penduduk
setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna
putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering
dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering.
Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi
dan berkembang biak dengan baik.
6. Kambing Muara
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di
Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya
kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan
ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing
Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai empat
sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar
walaupun tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup
sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini
diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing
4 ekor.
7. Kambing Kosta
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing
ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada yang
melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga terbentuk berasal dari
persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Pola warna tubuh
umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna putih. Salah
satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri
dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu
bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan Ettawa
(PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak
tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga
cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging.
8. Kambing Gembrong
Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di
Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu
sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan
telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong
betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada
umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%).
Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua

5
warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25.
Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg. Tingkat kematian prasapih 20%.
9. Kambing Boer
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi
selama lebih dari 65 tahun. Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya
yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga
panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat
tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya
berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari
langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.

2.2.2 Kebutuhan Kambing Di Indonesia


Sebagai bagian dari sektor usaha peternakan nasional, prosentase kebutuhan daging domba
dan kambing masyarakat Indonesia adalah masih jauh di bawah sub sektor usaha peternakan
lainnya seperti ayam/ unggas (56%), sapi (23%) serta babi (13%). Menurut data Ditjen. Peternakan
Deptan RI tahun 2005, konsumsi daging domba dan kambing di masyarakat memang masih sangat
rendah yaitu hanya sekitar 5%. Namun bila melihat potensi kebutuhan daging hewan ternak ini
yang pada tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja,
dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung
sate kaki lima yang membutuhkan 2 – 3 ekor tiap harinya, pertumbuhan populasi domba dan
kambing adalah belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat. Potensi ini
belum dihitung kebutuhan pasar di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, serta
kawasan Timur Tengah yang tiap tahunnya membutuhkan kurang lebih 9,3 juta ekor domba. Di
mana kebutuhan pasokan daging domba untuk kawasan Timur Tengah sampai saat ini masih
dipenuhi oleh Australia dan Selandia Baru.

2.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


Sebagian besar ternak kambing dan domba diusahakan sebagai usaha rakyat. Secara umum,
Indonesia sampai saat ini dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan hingga kini
belum ada investor berminat mengimpor kambing dan domba. Sebagaimana diketahui, Australia
merupakan negara terbesar dalam mengekspor kambing dan domba ke berbagai Negara Arab dan
Asia, rata-rata 5 juta ekor per tahun sama besar dengan populasi domba d Indonesia. Sekalipun
tidak mengimpor kambing dan domba, namun terdapat gejala ternak dan populasi kambing di
Indonesia.
Perusahaan swasta usaha ternak kambing sulit berkembang, karena penyebaran dan penetrasi
usaha rakyat sedimikian rupa sehingga mempersempit pasar bagi usaha swasta. Kebijakan
pengembangan swasta hanya mungkin jika pasar ekspor dibuka. Namun demikian, membuka pasar
ekspor berarti membutuhkan ukuran usaha dalam skala besar, membutuhkan padang
penggembalaan luas. Selama ini, para investor kurang berminat mengusahakan ternak akmabing
karena tidak memahami bisnis ini, resiko relative tinggi, ternak kambing local kurang produktif
dibandingkan kambing Australia.

6
Strategi adalah suatu cara taktis dan sistematis mencapai tujuan-tujuan
usaha dalam hal ini usaha membangun peternakan. Kebijakan adalah bentuk aturan-aturan dan
program-program yang hendak dilakukan dalam strategi yang dimaksud. Strategi dan kebijakan
pembangunan pertanian jangka menengah telah diungkapkan secara umum dalam dokumen
Rencana Pembangunan Pertanian Tahun 2005-2009 (Deptan, 2005). Untuk subsektor peternakan,
strategi umum tersebut perlu diuraikan lebih rinci dan teknis, untuk menjaga bahwa rencana
kebijakan pembangunan peternakan tetap berada pada koridor rencana pembangunan pertanian
dan rencana pembangunan nasional.
Peran pemerintah adalah bagaimana mengangkat agribisnis rakyat dari kelemahan-
kelemahannya menjadi kuat, Selanjutnya adalah bagaimana menggiring agribisnis rakyat supaya
mempunyai daya saing yang tinggi sehingga dapat bergerak menuju titik nol dan setelah itu
menggiringnya menuju pertumbuhan, seperti halnya Kelompok ternak ruminansia kecil yang
harus menjadi perhatian utama adalah kambing dan domba.

7
BAB III

PENUTUP

1.3 KESIMPULAN
Sebagian besar ternak kambing dan domba di usahakan sebagai peternakan rakyat.
Sebagian besar Perusahaan swasta peternakan kambing sulit berkembang, karena penyebaran dan
penetrasi usaha rakyat sedemikian rupa sehingga mempersulit pasar bagi usaha peternakan
kambing swaasta, kambing mempunyai potensi yang sangat besar dalam pembangunan peternakan
di Indonesia.

1.2 SARAN
Karena kebutuhan daging kambing di pasar cukup tinggi terutama pada hari raya idul adha,
sehingga peternakan kambing perlu di perhatikan khususnya dalam akses pemasaran.

8
DAFAR PUSTAKA

Journal Of Fropical Agrifood 2019, 1(2): 49-60, Krbijakan Pengembangan Peternakan Berbasis
Kawasan : Studi Kasusu Di Kalimantan Timur, Journal System Universitas
Mulawarman.
Journal , Arah Kebijaan Pembangunan Peternakan Rakyat, Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan
Kebijakan Pertanian, Jl.A.Yani No.70 Bogor 16161.
Ilmu Ternak, Kebijakan Pembangunan Peternakan Kambing Dan Domba Di Indonesia, 13 Oktober
2014.
Badan Pusat Statistik/ bps.go.id
Jurnal Peternakan, Evaluasi Keberlanjutan Pengembangan Kambing Kacang Di Kawasan
Pantura Kecamatan Insan Utara Kabupaten Timor Tengah Utata, Ejournal Uin
Suska, Vol19(2):96.110, September 2022.

Anda mungkin juga menyukai