OLEH :
COVER ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
II. PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1 Sejarah Kambing Peranakan Etawa (PE).......................................................3
2.2 Populasi Kambing Peranakan Etawa (PE).....................................................4
2.3 Deskripsi Kuantitatif Dan Kualitatif Kambing PE Gumelar.........................4
2.3.1 Sifat Kuantitatif.......................................................................................5
2.3. 2 Sifat Kualitatif........................................................................................5
2.4 Produktivitas Kambing Perankan Etawa........................................................6
PENUTUP..............................................................................................................10
Kesimpulan........................................................................................................10
Saran...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui sejarah kambing PE gumelar.
2. Mengetahui deskripsi secara kuantitatif dan kualitatif kambing PE gumelar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui distribusi dan populasi kmbing PE gumela
4. Mahasiswa dapat mengetahui reproduksi dan produktivitas kambing PE
gumelar.
2
II. PEMBAHASAN
4
domestikasinya secara umum dikelompokan sebagai ternak asli dan ternak lokal.
ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar yang telah
dikembangbiakan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang teradaptasi
pada lingkungan dan atau manajemen setempat. Ternak asli karena berada pada
suatu wilayah tertentu dan bersifat lokalitas maka sering pula disebut sebagai
ternak lokal. Ternak hasil persilangan ini mempunyai besar tubuh serta tipe
telinga sangat beragam dan terdapat diantara kambing kacang dan kambing
etawah sehingga dikenal sebagai Peranakan Etawah (PE) (Kurnianto, 2009).
2.3.1 Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif yang diamati adalah bobot badan, panjang kepala, lebar
kepala, tinggi kepala, panjang telinga, lebar telinga, panjang badan, lebar dada,
tinggi pundak, lingkar dada, lingkar cannon, dalam dada. Keragaman bobot badan
akibat keragaman lingkungan berdasarkan hasil pengamatan luas lahan kambing
lokal untuk mencari pakan semakin berkurang akibat semakin banyaknya
pemukiman penduduk sehingga pada beberapa peternak sering memberikan pakan
tambahan berupa dedak maupun ampas tahu meski dalam jumlah sedikit untuk
menutupi kekurangan hijauan pakan (Iriawan dan Astuti, 2006).
Pengaruh ukuran-ukuran tubuh terhadap bobot badan, dan pengaruh lokasi
terhadap sifat kualitatif menggunakan analisis chi-square (Iriawan dan Astuti,
2006). Ukuran-ukuran tubuh kambing PE induk di daerah pantai secara umum
lebih rendah dibandingkan dengan daerah pegunungan akibat perbedaan kualitas
dan kuantitas pakan yang dikonsumsi (Rasminati, 2013)
2.3. 2 Sifat Kualitatif
Sifat kualitatif adalah warna dan pola warna bulu, bentuk tanduk, bentuk
telinga, garis punggung, dan garis muka. Warna bulu yang ditemukan ada 4 warna
meliputi warna bulu hitam, coklat, putih dan abu-abu dan dari keempat warna
bulu yang ditemukan, beberapa diantaranya menunjukan ekspresi pada setiap
individu dengan pola warna polos (1 warna) saja namun beberapa diantaranya
tampak dengan pola tidak polos (lebih dari satu warna) baik berupa kombinasi 2
warna maupun kombinasi dengan 3 warna. Hoda (2008) bahwa warna bulu
5
dominan yang terdapat pada kambing kacang di Maluku Utara secara berturut-
turut adalah warna hitam, coklat, dan putih.
Sifat kualitatif selanjutnya selain warna bulu yaitu Garis Muka, Bentuk
Tanduk, Bentuk Telinga, dan Bentuk Punggung. Menurut Pamungkas (2009)
salah satu ciri utama kambing PE adalah garis profil muka yang cembung
sehingga hasil ini mengindikasikan bahwa ternak kambing beberapa diantaranya
telah memiliki percampuran genetik dengan kambing PE sehingga menyebabkan
sebagian marfologi tubuhnya berasal dari kambing PE dan sebagian berasal dari
kambing lokal setempat.
6
± 0,43 ekor, sedangkan rata-rata jumlah anak sekelahiran pada saat sapih adalah
1,46 ± 0,54 ekor (Sudewo, 2012).
Deskripsi rataan, sambping baku dan salah baku litter size dari 148 ekor
induk kambing Peranakan Ettawa setiap paritas saat lahir.
Litter size cenderung meningkat dari paritas pertama sampai keenam, dengan
puncaknya pada litter size keenam yaitu 1,96 ± 0,32 ekor. Jumlah anak
sekelahiran mulai menurun pada paritas ketujuh. Jumlah anak sekelahiran
cenderung meningkat dengan meningkatnya umur induk. Hal tersebut diduga
berhubungan dengan hormonal tubuh, karena semakin dewasa induk akan
bertambah sempurna mekanisme hormonalnya. Rata-rata jumlah anak sekelahiran
terus meningkat sampai paritas keenam (Sodiq, 2012).
Tipe kelahiran adalah jenis kelahiran yaitu tunggal, kembar dua atau
kembar tiga pada setiap kelahiran. Tipe kelahiran berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap produktivitas induk. Tipe kelahiran sangat nyata meningkatkan
produktivitas induk. Tipe kelahiran sangat besar pengaruhnya pada kambing,
kelahiran quadruplets mampu memproduksi 32,8 kg lebih banyak daripada
kelahiran tunggal (Sudewo dan Santosa, 2011).
7
Faktor non-genetik seperti jenis kelamin, musim dan tipe kelahiran
mempengaruhi produktivitas induk kambing (Kumar, 2007). Berdasarkan hasil
penelitian Sudewo (2012), tipe kelahiran pada kambing PE meningkatkan
produktivitas induk kambing (P<0,01), sehingga perbaikan produktivitas dapat
dilakukan melalui seleksi dengan memilih induk yang beranak lebih dari satu
untuk dikembangbiakkan, disamping upaya memperpendek jarak beranak. Usaha
untuk meningkatkan produktivitas kambing dapat dilakukan melalui program
pemuliaan, perbaikan efisiensi reproduksi, tatalaksana pemeliharaan dan
perawatan. Program pemuliaan dapat dilakukan melalui seleksi maupun
persilangan, dengan pejantan unggul dari luar. Pengetahuan mengenai faktor-
faktor dan prinsip-prinsip genetik yang mempengaruhi karakteritik produktivitas
sangat dibutuhkan untuk mengimplementasikan program perbibitan dan seleksi
agar berhasil optimal (Zhang, 2009).
8
PENUTUP
Kesimpulan
1. Perbaikan produktivitas dapat dilakukan melalui seleksi dengan memilih
induk yang beranak lebih dari satu untuk dikembangbiakkan, disamping
upaya memperpendek jarak beranak. Usaha untuk meningkatkan
produktivitas kambing dapat dilakukan melalui program pemuliaan,
perbaikan efisiensi reproduksi, tatalaksana pemeliharaan dan perawatan.
2. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan ternak ruminansia kecil yang
dapat dimanfaatkan sebagai penghasil susu dan daging. Komoditi kambing
PE memberikan kontribusi besar baik dalam peningkatan pendapatan
maupun dalam pemenuhan gizi masyarakat karena kandungan proteinnya
cukup tinggi dibandingkan dengan protein susu sapi.
3. Populasi kambing PE sebanyak 3.232.464 ekor dimana 60,37% terdapat di
Pulau Jawa dan terbanyak berada di Jawa Timur (46%). Jumlah populasi
kambing PE tersebut merupakan usaha dengan tujuan sebagai kambing PE
dwiguna, belum khusus untuk produk susu. Populasi kambing PE untuk
tujuan diperah diprediksi hanya mencapai sekitar 5% di Pulau Jawa
Saran
Perlu dilakukannya pembibitan Kambing PE Gumelar ini agar jumlah
ternaknya makin banyak di Indonesia karena dilihat dari produkstivitasnya yang
cukup bai mampu menghidupi peternak bila dipelihara.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, A, U Singh and AKS Tomar. 2007. “Early growth parameters of Kutchi
goats under organized farm”. Indian Vet. J. 83:105-106
.
Kurnianto. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu. Yogyakarta
Sodiq, A. 2012. “Non genetic factors affecting pre-weaning weight and growth
rate of Etawah grade goats”. Media Peternakan. April 2012: 21-27
12