Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA

“PEMBIBITAN”

Disusun Oleh :
Andhika Wijaya Mulia (H0517007)
Bagas Hadi
Rizka Augustin
Trixie Azarine A.
Laksita Haniifah Pratiwi (H05171)
Yunita Iga Mawarni (H0517112)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan sebanyak-banyaknya kepada Tuhan Yang Maha


Esa dengan rahmat yang diberikan telah memberikan kesempatan kami untuk
menyusun tugas makalah manajemen ternak potong dan kerja dengan tema
pembibitan yang baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada beberapa pihak terutama dosen pengampu mata kuliah ini yang telah
membimbing kami untuk menyelesaikan laporan ini. Terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Harapan kami atas tersusunnya makalah manajemen ternak unggas ini


dapat menambah ilmu dan pengalaman para pembaca maupun pihak-pihak yang
berkaitan. Makalah ini mungkin masih jauh dari harapan. Selain itu juga sebagai
evaluasi diri kami sebagai penyusun agar lebih baik lagi.

Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan dan kurangnya pengalaman
kami selaku penyusun makalah ini meminta maaf sebesar-besarnya atas kesalahan
atau kata-kata yang tidak berkenan yang ada dalam laporan ini. Oleh sebab itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan laporan
ini. Sekian dari kami.

Surakarta, 10 April 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sapi bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu dari empat breed sapi
asli Indonesia (Aceh, Pesisir, Madura dan Bali). Sapi ini merupakan plasma
nutfah asli Indonesia yang terkenal karena keunikan dan keunggulannya
dibandingkan dengan sapi jenis lain, sehingga sapi bali dapat dikatakan sebagai
aset yang sangat berharga yang dimiliki oleh Indonesia, khususnya Pulau Bali.
Untuk itu melalui UU Peternakan No.6 tahun 1968 Pemerintah memutuskan
bahwa pulau Bali merupakan sumber bibit sapi Bali murni, dengan demikian
ke pulau ini tidak diperkenankan memasukkan bangsa sapi lain. Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 352/Kpts/OT.140/2012 tanggal
22 Januari 2012 tentang sapi bali sebagai rumpun asli Indonesia telah
menetapkan sapi bali sebagai salah satu sumber daya genetik asli Indonesia.
Sapi bali telah ditetapkan sebagai salah satu sumber daya genetik atau
plasma nutfah asli Indonesia maka harus dilestarikan dan juga wajib dilakukan
tindakan pemuliaan. Pelestarian sapi bali adalah suatu tindakan
mempertahankan keberadaan sapi bali supaya tetap ada, baik dari segi kualitas,
produktivitas, fenotip dan karakteristiknya. Dalam hal ini keanekaragaman
merupakan sesuatu yang mutlak ada. Dalam usaha pelestarian ini kalau ada
kelainan (cacat) maka kelainan tersebut harus dihilangkan (tidak boleh
dipertahankan). Contoh kelainan yang terjadi pada sapi bali adalah adanya sapi
injin (sapi jenis kelamin jantan dan betina berwarna hitam sejak lahir), sapi
gading (sapi yang berwarna kekuningan/keemasan), sapi putih (contoh sapi
Taro), dll. Namun, budaya bali masih membutuhkan sapi yang mengalami
kelainan tersebut sehingga sapi-sapi tersebut harus dilokalisir keberadaannya
sehingga tidak mencemari sapi bali normal.
Tindakan perbibitan (pemuliaan) sapi bali merupakan suatu tindakan
yang dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik sapi bali ke arah yang lebih
baik sesuai dengan keinginan konsumen atau pasar. Pengertian lainnya adalah
suatu budidaya peternakan yang khusus bertujuan untuk menghasilkan ternak
bibit. Tujuan pemuliaan ternak bukanlah memperbaiki genetik ternak yang ada
secara individu, tetapi memperbaiki genetik populasi mendatang (Diwyanto
dan Setiadi, 2011). Tindakan perbibitan (pemuliaan) meliputi: menentukan
tujuan produksi yang diinginkan, melakukan pencatatan terhadap: a). sifat-sifat
produksi dan reproduksi ternak, b). metode perkawinan yang dilakukan (kawin
alam atau IB) dan c). kinerja pedet yang dihasilkan, memilih (seleksi) bibit
yang didasarkan atas tujuan produksi, mengembangbiakkan (breeding) ternak
bibit hasil seleksi
Dengan adanya tindakan pelestarian dan tindakan pembibitan yang
baik maka sapi bali bisa dipertahankan kualitas genetik dan bisa di lestarikan
,apabila terjadi penurunan mutu genetik ini terjadi terus menerus dan berjalan
dalam kurun waktu yang lama, dikhawatirkan bahwa sapi bali sebagai salah
satu plasma nutfah asli Indonesia terancam eksistensinya. Untuk mengatasi hal
ini maka diperlukan usaha pelestaraian dan tindakan pembibitan yang baik
sehingga dihasilkan performans yang diharapkan agar menghasilkan sapi bali
unggul yang tersertifikasi berlanjut dimasa mendatang.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menentukan tujuan produksi yang diinginkan
2. Bagaimana melakukan pencatatan terhadap: a). sifat-sifat produksi dan
reproduksi ternak, b). metode perkawinan yang dilakukan (kawin alam
atau IB) dan c). kinerja pedet yang dihasilkan
3. Bagaimana cara memilih (seleksi) bibit yang didasarkan atas tujuan
produksi
4. Bagaimana cara mengembangbiakkan (breeding) ternak bibit hasil seleksi
C. Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan tujuan produksi yang diinginkan
2. Mengetahui melakukan pencatatan terhadap: a). sifat-sifat produksi dan
reproduksi ternak, b). metode perkawinan yang dilakukan (kawin alam
atau IB) dan c). kinerja pedet yang dihasilkan
3. Mengetahui cara memilih (seleksi) bibit yang didasarkan atas tujuan
produksi
4. Mengetahui cara mengembangbiakkan (breeding) ternak bibit hasil seleksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menentukan Tujuan Produksi Yang Diinginkan
Secara garis besar ada 2 tujuan produksi ternak sapi pada umumnya, yaitu
meliputi:
1. Ternak bibit
2. Ternak potong
Definisi ternak bibit menurut Undang-undang Peternakan dan Kesehatan
Hewan Nomer 18 tahun 2009 adalah ternak yang memiliki sifat unggul dan
mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa dalam penyediaan dan pengembangan bibit dilakukan
dengan mengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan peran serta
masyarakat. Setiap bibit yang beredar wajib memiliki sertifikat layak bibit yang
memuat keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulan tertentu ( memiliki
keunggulan produksi dan reproduksi yang tinggi dan tahan terhadap penyakit).
Sertifikat layak bibit ini dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi bibit yang
terakreditasi.
Untuk mencukupi ketersediaan bibit,ternak ruminansia betina produktif
diseleksi untuk pemuliaan dan yang tidak produktif disingkirkan untuk dijadikan
ternak potong. Yang dimaksud dengan ternak ruminansia betina produktif adalah
ruminansia besar (sapi) yang melahirkan kurang dari 5 kali atau berumur di bawah
8 tahun.
Ternak potong adalah ternak diluar ternak bibit yang sebelumnya
dipelihara sampai umur tertentu atau telah mencapai berat badan tertentu dan
selanjutnya dipotong untuk memenuhi kebutuhan daging. Untuk memperoleh
hasil penggemukan sapi potong yang optimal, maka dalam pemilihan bibit sapi
potong perlu memperhatikan sapi bakalan yang akan digunakan harus bebas dari
penyakit menular seperti : Mulut dan Kuku (Foot and mouth Disease), Ngorok,
Rinderpest, Brucellosis (kluron), Anthrax, Blue tangue (lidah biru), disamping itu
juga harus memenuhi kriteria, yaitu umur 1-2 tahun berat sapi 100-150 kg.
B. Melakukan Pencatatan Terhadap: A). Sifat-Sifat Produksi Dan
Reproduksi Ternak, B). Metode Perkawinan Yang Dilakukan (Kawin
Alam Atau IB) Dan C). Kinerja Pedet Yang Dihasilkan
Pencatatan (recording) sangat dibutuhkan untuk program perbibitan
ternak karena merupakan tulang punggung keberhasilan usaha peternakan dan
program perbaikan mutu genetik ternak. Catatan ini akan menjadi data dasar
dari program perbibitan yang akan dilakukan.
Manfaat pencatatan adalah:
a. Dengan adanya catatan maka kegiatan seleksi/memilih ternak dapat
dilakukan untuk membentuk bibit unggul dan mengevaluasi ada
tidaknya peningkatan mutu genetik akibat dilaksanakannnya program
seleksi. Apabila data yang tersedia kurang memadai akan
mengakibatkan seleksi yang dilakukan untuk memilih bibit unggul
hanya didasarkan pada bentuk luarnya saja dan bukan berdasarkan
informasi potensi genetiknya.
b. Pencatatan ini bermanfaat untuk melakukan evaluasi perkembangan
performans produksi individu maupun populasi suatu jenis ternak antar
generasi.
c. Dengan catatan maka silsilah ternak juga dapat diketahui yang akan
bermanfaat dalam melakukan analisis komponen ragam dan menduga
nilai pemuliaan seekor ternak. Nilai pemuliaan menunjukkan
kemampuan atau potensi genetik yang dimiliki seekor ternak terhadap
rataan populasinya.
1. Identifikasi ternak
Identifikasi ternak meliputi pemberian nomor pada ternak disertai
kartu identitas yang mencatat semua informasi (nomor atau nama ternak,
tanggal lahir, jenis kelamin, tingkat kemurnian bangsa, nomor bapak dan
induknya beserta asalnya, nama pemilik dan alamatnya, kalau bisa dilengkapi
dengan foto ternak dari samping kanan, kiri dan depan ternak).
2. Pencatatan reproduksi
Pencatatan reproduksi berupa informasi atas kejadian reproduksi yang
dialami ternak, meliputi: tanggal kawin (IB), kode pejantan, tanggal
pemeriksaan kebuntingan, tanggal beranak, jenis kelamin pedet, kasus-kasus
reproduksi (abortus, distokia, retensio plasenta, perletakkan fetus, dll).

C. Memilih (Seleksi) Bibit Yang Didasarkan Atas Tujuan Produksi

D. Mengembangbiakkan (Breeding) Ternak Bibit Hasil Seleksi

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Etikaningrum dan S. Iwantoro. 2017. Kajian Residu Antibiotika pada Produk


Ternak Unggas di Indonesia Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan. 5(1): 29-33

Dewi Rachmat Kusuma. 2016. Pelaku Kartel Didenda 30% dari Omzet, Itu Sama
Saja Membunuh. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
3330408/pelaku-kartel-didenda-30-dari-omzet-itu-sama-saja-membunuh.
Diunduh pada Minggu, 24 Maret 2019 pukul 15.00

Andi Rusli dan Ahmad Fikri. 2016. Dugaan Kartel Ayam, Begini Curhatan
Peternak. https://bisnis.tempo.co/read/738956/dugaan-kartel-ayam-begini-
curhatan-peternak. Diunduh pada Minggu, 24 Maret 2019 pukul 15.01
Bustanul Arifin. 2016. Praktik Kartel Industri Perunggasan.
http://mediaindonesia.com/read/detail/40589-praktik-kartel-industri-
perunggasan. Diunduh pada Minggu, 24 Maret 2019 pukul 15.02

Anda mungkin juga menyukai