OLEH
NIM : 2123808092
KELAS :D
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan tuntunannya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengembangan pola intagrasi tanaman-ternak
merupakan bagian upaya mendukung usaha pembibitan sapi potong dalam negeri”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah pengolahan hijauan.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………iii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….iv
BAB 3 PENUTUPAN…………………………………………………..11
3.1 KESIMPULAN………………………………………………..11
BAB 1
PENDAHULUAN
Pemenuhan kebutuhan konsumsi daging secara nasional terutama daging sapi, terus
mengalami perkembangan sejalan dengan bertambahnya penduduk dan pendapatan
masyarakat.Untuk memenuhi kebutuhan daging tersebut disamping mengandalkan
produksi dalam negeri, maka sebagian juga masih dipenuhi melalui impor.
Pelaku usaha pembibitan sapi potong sebagian besar diusahakan dan dikembangkan oleh
usaha peternakan rakyat dengan pola produksi induk-anak dalam sakala usaha kecil
dalam menopang kebutuhan bibit sapi bakalan dalam negeri yang pada kenyataannya
upaya tersebut belum memenuhi standar yang ada.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana upaya pembibitan sapi potong untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi daging
dalam negeri agar tidak banyak impor dari luar negeri.
1.3 TUJUAN
Meningkatkan konsumsi daging , agar bisa memenuhi permintaan konsumen dalam
negeri
BAB 2
PEMBAHASAN
Kandang sapi
Kebun rumput lahan produksi
Jenis sapi yang digunakan untuk pembibitan adalah sapi yang berkualitas tinggi atau memenuhi
standar. Untuk mendapatkan sapi yang berkualitas tinggi perlu memperhatikan pakan yang
diberikan, pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi atau memiliki nilai nutrisi yang
tinggi,atau memenuhi standar.
Dalam rangka penyediaan sapi potong dan menjamin kerberlanjutannya maka dibutuhkan
ketersediaan bibit sapi potong yang berkualitas secara berkesenambungan. Bibit merupakan
salah satu faktor yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya pengembangan
sapi potong. Kemampuan penyediaan atau produksi potong dalam negeri masih perlu
ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk itu dibutuhkan partisipasi dan kerja
sama antara pemerintah, masyarakat, peternak, dan stakeholder terkait.
Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau
diperjual belikan. Bibit merupakan ternak yang memiliki sifat unggul dan mewariskannya serta
memenuhi persyaratan untuk dikembang biakan
.
Dalam pemilihan bibit bakalan sapi potong dilaksanakan melalui pemulian satu galur atau garis
keturunan , baik pejantan maupun induk yang dikawinkan berdasarkan dari satu galur yang
sama.
Setiap peternak yang akan memelihara dan membesarkan ternak untuk di jadikan calon bibit
pertamatama harus memilih bangsa sapi yang paling disukai atau telah popular, baik dari jenis
sapi impor maupun lokal.
Kesehatan
Bibit sapi mempunyai gerak yang aktif, karena bibit sapi yang lemas dan tiduran menandakan
bahwa bibit terkena penyakit.
a.Peternak harus memilih sapi yang mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan antara lain
penyesuaian iklim dan pakan, berpangkal dari sifat genetik suatu bangsa sapi yang bisa
diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu harus dipilih oleh setiap peternak
sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat, pemilihan ini memang cukup beralasan sebab
peternak tidak akan mau menderita kerugian akibat faktor lingkungan yang tidak menunjang.
b.Sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebapkan sapi jantan pertumbuhannya lebih
cepat di bandingkan sapi betina. Disamping itu juga untuk mencegah pemotongan ternak betina
produktiv.
c. Umur Sapi sebaiknya dipilih dengan usia masih muda, karena pertumbuhannya lebih cepat
dibanding sapi berumur tua. Umur sapi yang baik/ideal untuk digemukkan berkisar antara 1–
2,5 tahun, hal ini juga tergantung dari kondisi ternak sapi. Namun menurut pengalaman beberapa
peternak di lapangan untuk penggemukan sapi Bali sebaiknya digunakan sapi yang berumur 1,5–
2,5 tahun. 9 Ternak sapi bakalan yang lebih muda (umur 1–2,5 tahun) mempunyai tekstur
daging yang lebih halus, kandungan lemak yang lebih rendah, dan warna lemak daging yang
lebih muda sehingga menghasilkan daging dengan keempukan yang lebih baik dibandingkan
sapi tua (umur diatas 2,5 tahun).
d. Kondisi awal Pilihlah sapi jantan yang keadaan fisiknya tidak terlalu kurus, tetapi kondisi
tubuh secara umum harus sehat. Semakin berat bobot badan awal sapi (pada umur yang sama),
semakin cepat pertumbuhannya. Bentuk kepala, tanduk dan kaki kelihatan lebih besar (khusus
sapi Bali) tidak seperti rusa
a). Pemberian pakan Pakan yang diberikan adalah pakan hijaun dan pakan konsenterat. Pakan
hijauan diberikan 10% dari bobot badan , sedangkan pakan konsenterat 1-2% dari bobot badan
(BB). Tujuan dari pemberian pakan untuk menambah bobot badan ternak dalam waktuk
penggemukan.
b). Pemberian air minum Pemberian air minum dalam satu harus, perekor ternak bakalan bibit
sapi membutuhkan 10-15 liter atau tidak terbatas.
Dalam meningkatkan jumlah populasi sapi potong, kebijakan pemerintah melalui permentan
No.19/permentaan/OT.140/2/2010 menyebut bahwa dalam upaya kegiatan penambahan jumlah
akseptor inseminasi buatan (IB), ditempuh dengan beberapa cara,diantaranya adalah:
a). redistribusi sapi betina produktif hasil penjaringan, maupun pemanfaatan sapi ex-impor yang
layak dibiakan
b). pendataan peternak yang ternaknya dapat dijadikan ekseptor dalam perkawinan pelalui teknik
IB.
Sementara kegiatan penambahan jumlah akseptor indivikasi kawin alam (INKA) dan pejantan
pemacek ditempuh dengan cara:
a). pengadaan dan distribusi pejantan pemacek dikelompok peternak yang belum memanfaatkan
teknik IB dan belum memiliki pejantan berkualitas
b). pendataan kelompok peternak yang sapi betina produktifnya tidak dikawinkan dengan teknik
IB
c). penguatan manajemen dan organisasi kelompok peternak dalam mengelola sapi. Selain
optimalisasi IB dan INKA, maka kegiatan lain yang juga menjadi target adalah penyediaan bibit
sapi lokal. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan ketersediaan benih dan bibit sapi yang
berkualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan sapi potong lokal, sehingga produksi daging
didalam negeri dapat meningkat dan mencukupi kebutuhan sebagian besar daging sapi.
Model-model kelembagaan usaha peternakan sapi potong tersebut dapat saja terfokus pada usaha
penggemukan, pembibitan, maupun campuran antara keduanya.Akan tetapi model-model
tersebut sebagian besar masih merupakan usaha kolektif baik dalam hal penanganan manajemen
maupun penguasaan ternak yang ada. Model- model kelembagaan tersebut dapat saja dikemas
dalam bentuk usaha formal perusahaan, nonformal perorangan maupun kerja sama formal antar
perorangan dalam suatu perusahaan. Kenyataan dilapangan memperlihatkan banyak usaha
budidaya ternak sapi potong baik yang dlakukan untuk pengembangan usaha pembibitan,
penggemukan maupun campuran, terutama pada skala usaha menengah maupun besar berbentuk
perusahaan.
Usaha pengembangan sapi potong melalui kegiatan pembibitan skala menengah, dilihat dari
definisinya tampak belum ada definisi yang baku. Mengemukakan karakteristik usaha budidaya
ternak sapi potong skala menengah yaitu budidaya ternak sapi potong bersifat intensif dengan
penggunaan teknologi yang masih tergolong rendah. Kelompok ini secara umum dapat dibagi
menjadii dua kelompok, yaitu kelompok usaha ternak sapi potong secara mandri dan kelompok
usaha ternak sapi potong bermitra. Usaha sapi potong skala menengah yang dikelola secara
mandiri sangat tergantung oleh ketersediaan modal usaha. Akan tetapi modal usaha yang
dilakukan dalam pola kelompok merupakan akumulasi penguasaan asset dari anggota, terutama
asset berupa ternak sapi. Upaya peningkatan kinerja usaha budidaya ternak sapi potong dari skala
kecil ke skala menengah tidak mudah.
Untuk mendapatkan bibit sapi yang baik membutuhkan pakan berkualitas tinggi, seperti berbagai
jenis rumput, lamtoro, gamal, dan limbah pertanian seperti jerami, karena bahan pakan hijauan
sangat penting untuk pertumbhan sapi potong karena merupakan sumber selusosa dan
hemiselulosa yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pada rumen.
Hijauan tidak boleh berlebihan atau kurang. Kekurangang selulosa dan hemiselulosa dapat
menyebabkan PH rumen menjadi asam dan menyebabkan kematian pada sapi. Sementara sapi
yang berkelebihan hijauan akan sulit gemuk. Hijauan yang bagus untuk sapi potong adalah
bantang rumput dan kacang-kacangan.pada umumnya peternak sapi potong member pakan
rumput gajah, rumput benggala, rumput setaria, jerami padi, jerami kacang tanah dan rumput
ilalang
Selain pakan hijauan ada juga pakan konsentrat terbuat dari bahan dengan kadar serat kadar yang
rendah sehingga mudah dicerna oleh sapi. Konsentrat berperan penting mempercepat proses
penggemukan sapi potong, tetapi peternak tidak boleh memberikan pakan konsentrat terlalu
tinggi, harus diimbangi dengan hijauan. Pada umumnya konsentrat terbuat dari bekatul, dedak,
ampas singkong, ampas tahu, bungkil kelapa, tepung ikan, dan polard. Bahan yang sering
digunakan untuk membuat konsentrat dan limbah pertanian karena harganya jauh lebih
ekonomis.
Selain pakan hijauan dan pakan konsentrat ada juga pakan tambahan diberikan pada sapi yang
dirawat secara intensif dan berfungsi untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ternak. Pakan
tambahan yang bisa diberikan adalah vitamin, mineral, urea, dan mikroorganisme. Vitamin yang
paling utama untuk sapi potong adalah vitamin A dan D. sementara itu, kandungan mineral yang
penting untuk sapi potong dan mineral Ca dan P.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan demikian tercipta iklim usaha dan lingkungan yang lebih sehat. Akan tetapi
pelaksanaan program yang sedang digalakan pemerintah tersebut dilapangan menunjukan
perkembangan yang beragam. Sebagian kelompok masih masih dihadapkan pada permasalahan
yang masih harus diatasi dan sebagian lagi justru menunjukan kinerja yang sangat baik.
Beberapa permasalahan yang menjadikan hambatan diantaranya adalah pola pemeliharaan ternak
masih sambilan, teknologi pengolahan limbah pertanian belum sepenuhnya dikenal dan
dipahamii oleh peternak, tidak adanya pendamping dari petugas, lemahnya anggota kelompok,
kelemahan dalam hal pengolahan manajemen dan kelemahan akses ke lembaga perbankan.