Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah Ilmu Tilik Ternak tepat pada waktu. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
dosen pengampu yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya
Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas Ilmu Tilik
Ternak. Tak hanya itu, saya juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, saya menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kata, saya berharap semoga makalah Ilmu Tilik Ternak ini bisa
memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Saya juga
mengucapkan terima kami kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini
hingga akhir.
2
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................................5
2.1 Seleksi Bibit.....................................................................................................................5
2.2. Manajemen Perkawinan Pembibitan Sapi Pedaging.......................................................6
2.3. Memilih Sapi Bakalan.....................................................................................................7
2.4. Pemberian Pakan dan Air Minum...................................................................................9
BAB III.........................................................................................................................................10
KESIMPULAN............................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Seleksi Bibit
Sapi induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur dan melahirkan
keturunan anak sapi tanpa cacat. Pencapaian bobot badan anak sapi pada
umur 205 hari diatas rata rata kelompok.
Calon pejantan periode sapih pada umur 205 hari dengan bobot badan pada
umur 305 hari mencapai diatas rata rata kelompok. Memiliki libido dan mutu
sperma yang berkualitas.
Calon Induk, dapat dipilih sebagai calon induk bila telah berumur 12 bulan
dengan bobot badan umur 305 hari harus mencapai diatas rata rata
kelompok. Estrus pertama pada umur 14 bulan dan pada umur 18 bulan
dengan bobot badan lebih dari 230 kg sapi calon induk siap untuk
dikawinkan.
Dari hasil culling/afkir, idealnya usaha budidaya sapi pedaging
mengeluarkan sapi-sapi pedaging yang tidak memenuhi persyaratan sebagai
bibit secara berkala dengan menerapkan perlakukan berikut : 1) sapi induk
yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikeluarkan, 2) calon
pejantan yang tidak memenuhi persyaratan harus dikeluarkan atau dikastrasi
dibudidayakan sebagai sapi pedaging, 3) calon induk, bila pada saat periode
5
sapih bobot badan tidak tercapai dianjurkan tidak lagi digunakan sebagai
calon bibit tetapi dimanfaatkan sebagai sapi pedaging.
Sapi calon bibit juga dapat dihasilkan dari hasil perkawinan yang dilakukan
secara alami maupun inseminasi buatan. Sapi hasil inseminasi buatan biasa dikenal
dengan nama sapi hasil IB. Bila calon bibit berasal dari hasil kawin alam yang perlu
diperhatikan ratio perbandingan jantan : betina yaitu 1 : 15-20. Untuk perkawinan IB
penggunaan semen harus sesuai SNI yang diberlakukan dan dinyatakan bebas dari
penyakit menular. Dengan perkawinan alam maupun IB harus dihindarkan terjadinya
kawin sedarah agar tidak menimbulkan inbreeding yang akan merugikan dan
menurunkan kualitas.
Induk sapi setelah 40 hari melahirkan baru dapat dikawinkan baik secara alam
maupun IB. Perkawinan dapat dilakukan bila timbul tanda-tanda birahi dengan ciri-
ciri :1) pada vulva sapi nampak bengkak, merah, dan hangat biasa dikenal dengan
sebutan 3 A yaitu Abang Abuh dan Anget ( Merah Bengkak dan Hangat ), 2) Keluar
lendir bening dari kemaluan sapi betina, 3) sapi dalam keadaan gelisah, seperti menaiki
sapi lain atau kandang dan jika dinaiki sapi jantan akan diam.
6
2.3. Memilih Sapi Bakalan
7
seberapa, biaya pakan membengkak, dan keuntungan mengempis.
Perlu diketahui sapi dengan umur diatas 2,5 tahun memiliki pertumbuhan bobot
badan yang lambat dibandingkan umur dibawahnya. Pembentukan/ sintesis daging
minimal, sementara pembentukan lemak subkutan maksimal.
Secara ekonomis, memelihara sapi umur tua sudah jelas merugi. Sebenarnya,
berapa ya umur sapi yang ideal sebagai bakalan? yang ideal untuk bakalan adalah pada
umur 1,5 sampai dengan 2,5 tahun. Pada umur tersebut pembentukan/sintesis daging
sedang bagus-bagusnya, efesiensi saluran cerna juga optimal, sehingga pakan yang
diberikan, diserap secara optimal untuk pertumbuhan. Alhasil, PBB optimal, biaya
pakan minimal, sementara keuntungan maksimal. Jadi, untuk bakalan pilihlah umur 1,5-
2,5 tahun jangan coba-coba pilih yang tua. Lalu bagaimana cara pilih sapi umur 1,5-2,5
tahun? Caranya gampang, lihat saja giginya. Pilihlah sapi dengan poel satu seperti
gambar.
3) Jenis Kelamin
Pemilihan sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan
pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk mencegah
pemotongan ternak betina produktif.
Kesehatan menjadi faktor penting dalam pemilihan bakalan. Kesehatan ternak bisa
8
dilihat dari fisik ternak yang lengkap dan normal, seperti kaki tidak pincang, tidak
terdapat luka pada kulit, rambut mengkilat, mata dan telinga lengkap, hidung berlendir,
serta nafsu makan yang tinggi.
Pakan ternak adalah segala sesuatu yang dapat diberikan secara langsung pada
ternak untuk dikonsumsi (baik berupa bahan organik maupun anorganik) yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, pertumbuhan, reproduksi serta laktasi.
Pakan dalam hal ini sering diasumsikan sebagai bahan baku pakan yang telah diolah
menjadi pellet, crumble atau mash. Sedangkan air memang tidak dapat terlepas dari
mahluk hidup. Pada umumnya, kandungan air dalam tubuh hewan mencapai 70 % dari
berat tubuhnya. Oleh sebab itu, tidak dapat disangkal jika air termasuk salah satu
komponen yang sangat penting dalam tubuh ternak
1) Pemberian pakan
Pakan yang diberikan adalah pakan hijaun dan pakan konsenterat. Pakan
hijauan diberikan 10% dari bobot badan , sedangkan pakan konsenterat 1-2% dari
bobot badan (BB). Tujuan dari pemberian pakan untuk menambah bobot badan
ternak dalam waktuk penggemukan.
2) Pemberian air minum
Seekor sapi setiap hari rata-rata membutuhkan air antara 3-6 liter/1Kg pakan
kering. Pemberian air minum perekor ternak bakalan bibit sapi membutuhkan 10-15
liter atau tidak terbatas.
9
BAB III
KESIMPULAN
10