Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH

“Complete Feed Sebagai Solusi Pemberian Pakan Pada Sapi Perah di Indonesia”

Oleh:

KELAS B

KELOMPOK 2

AHMAD SAFIRA FIRDAUS 200110170042


NANDIA OKTAVIANTY 200110170055

BERTA SAFHIRA YANSZ 200110170070

DENA AYU YULINAR 200110170108

FAJRIANA IHSAN MAULANA 200110170217

FIKRI RAMDHANI KOESWANDI 200110170272

M. SAHLALUDIN 200110170164

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah teori Manajemen

Ternak Perah dengan judul makalah “Manajemen Pakan Complete Feed” ini tepat pada

waktunya. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

bagi para pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu

penulis harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.

Makalah ini disusun dalam hal tugas mata kuliah Manajemen Ternak Perah.

Atas tersusunnya makalah praktikum ini ini, penulis ucapkan terimakasih kepada Allah

SWT dan Ir. Hj. Lia Budimulyati Salman, MP. selaku dosen mata kuliah Manajemen

Ternak Perah serta pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak

kekurangan. Oleh karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak demi makalah ini bisa lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan

terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap urusan kita.

Jatinangor, Oktober 2019

Penyusun.

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1


1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 2

1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................. 2

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3

III PEMBAHASAN ............................................................................ 12

3.1 Kebutuhan Nutrisi Sapi Laktasi ................................................ 12

3.2 Komposisi Ransum Komplit Sesuai Dengan Kebutuhan .......... 14

3.2.1 Bahan Penyusun Complete Feed ................................ 14

3.2.2 Pengaruh Pemberian Completed Feed ....................... 15

3.3 Pembuatan Dan Penyediaan Ransum Komplit ......................... 16

VI PENUTUP ..................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 22

4.2 Saran .......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ iv

LAMPIRAN .......................................................................................... vi

iii
I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Produktivitas seekor ternak ditentukan oleh faktor genetik sebagai variable

tetap dan lingkungan sebagai variable kontrol. Dalam hal ini faktor lingkungan

berperan lebih banyak dalam menentukan produktivitas ternak yaitu sebesar 70%,

sedangkan faktor genetik hanya menyumbangkan 30% kontribusinya dalam

menentukan produksivitas ternak. Sapi perah sebagai ternak yang dipelihara dengan

tujuan untuk menghasilkan susu sebagai produk utamanya juga produktivitasnya

ditentukan oleh kedua faktor tersebut. Kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan

sangat bergantung pada potensi genetik induk serta manajemen pemeliharaan yang

diterapkan peternak. Manajemen pemeliharaan meliputi manajemen kandang,

manajemen breeding, serta manajemen pakan.

Pakan merupakan salah satu komponen yang paling dibutuhkan oleh

ternakuntuk dapat mempertahankan hidupnya serta melakukan proses produksi. Dalam


suatu usaha peternakan, pada umumnya kebutuhan terhadap pakan merupakan

kebutuhan utama dan dapat menghabiskan sekitar 70% dari total pengeluaran. Kualitas

pakan yang baik serta didukung dengan pemberian yang baik pula terhadap ternak akan

meningkatkan performa dan produkstivitas ternak. Pada sapi perah, pemilihan dan

pemberian jenis pakan harus dilakukan secaratepat, karena akan berpengaruh terhadap

kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang

1
2

pakan ini harus dimiliki oleh setiap peternak yang ingin sukses dalam beternak sapi
perah dengan kualitas dan kuantitas susu yang baik.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana kebutuhan nutrisi sapi laktasi.

2. Apa saja komposisi ransum komplit sesuai dengan kebutuhan.

3. Bagaimanan cara pembuatan dan penyediaan ransum komplit.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui kebutuhan nutrisi sapi laktasi.

2. Mengetahui komposisi ransum komplit sesuai dengan kebutuhan.

3. Mengetahui cara pembuatan dan penyediaan ransum komplit.


II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Nutrisi Sapi Laktasi

2.1.1 Sapi Laktasi


Pada sapi perah dikenal sebutan masa laktasi. Masa laktasi ialah periode atau
masa dimana sapi sedang berproduksi susu setelah beranak (partus). Ketika masa ini
produksi susu akan meningkat sampai titik tertentu dan kemudian menurun seiring
waktu laktasi. Pada masa laktasi bobot badan sapi perah akan menurun karena zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh dipakai untuk memproduksi susu.
Pada saat itu juga sapi laktasi mengalami kesulitan untuk memenuhi zat-zat
makanan yang dibutuhkan sebab nafsu makan nya rendah. Oleh karena itu pemberian
ransum terutama konsentrat harus segera ditingkatkan begitu nafsu makannya
membaik (Siregar,1993).

2.1.2 Metode Pemberian Pakan Masa Laktasi


Periode laktasi dibagi menjadi tiga, yaitu laktasi awal (14-100 hari), laktasi
pertengahan (100-200 hari), dan laktasi akhir (200-305 hari). Metode pemberian pakan
dibedakan berdasarkan masing-masing masa laktasi.

2.1.3 Periode Awal Laktasi


Masa awal laktasi biasanya adalah pada 100 hari pertama laktasi, pada masa
awal laktasi sapi akan mengalami puncak produksi susu( yaitu pada bulan kedua laktasi
pada sapi Holstein). Konsumsi pakan menurun, akibatnya sapi akan mengalami
penurunan berat badan. Dan pada akhir masa awal laktasi ini sapi akan mengalami

3
4

puncak konsumsi dry matter yang akan menyebabkan penurunan berat badan
sehingga menjadi paling rendah pada masa laktasi. Pemberian ransum pada sapi laktasi
biasanya mengacu pada kebutuhan protein dan energy (net energy). Akan tetapi untuk
mendapatkan produksi maksimal, pemberian ransum harus seimbang.
Penyusunan ransum pada sapi laktasi biasanya ditujukan untuk
memaksimalkan microbial yield dan untuk memenuhi kebutuhan asam amino yang
tidak tercerna oleh rumen. Sapi mempunyai potensi genetic lebih tinggi akan
mempunyai mobilisasi lebih panjang dari pada sapi yang mempunyai genetic lebih
rendah. Pada periode ini sapi akan kehilangan dari 0,7 Kg/hari (McDonald, 2002).
Mempertahankan ruminasi yang bagus sangat diperlukan untuk masa awal laktasi. Jadi
penting untuk memberikan hijauan minimal 40% dari total DM dengan panjang
partikel hijauan yang minimal 2,6 cm untuk memaksimalkan pengunyahan (produksi
saliva). Harus diberikanh ijauan yang berkualitas bagus untuk memberikan DM intake.
Penambahan konsentrat pada pakan antara 0,5-0,7 Kg/hari selama dua minggu pertama
laktasi, jangan sampai kebanyakan hal ini untuk menghindari permasalahan
pencernaan seperti asidosis, dan penutunan intake. Protein sangat penting pada awal
lakrasi. Jadi, pada masa awal laktasi rekomendasi pemberian protein 17-19% pada
ransum.sekitar 30-35% dari protein harus protein yang tidak terdegradasi di rumen
(UIP), 30% adalah protein yang dapat dicerna.

2.1.4 Periode Pertengahan Laktasi


Periode pertengahan laktasi adalah periode dari 100 hari sampai 200 hari
setelah melahirkan anak. Fase pada periode ini sapi akan mengalami puncak produksi
(8-10 minggu setelah kelahiran) sapi juga akan mengalami puncak DM intake sehingga
tidak mengalami penurunan bobot badan. Sapi akan mengalami DM tidak lebih dari
10 minggu setelah melahirkan. Pada posisi ini, sapi akan makan DM tidak kurang dari
5

4% dari bobot badan. Pemberi anpakan yang baik akan memperpanjang puncak
produksi. Pada breed yang bagus, setiap 2 kg susu yang dihasilkan akan membutuhkan
DM sebanyak 1 Kg (McDonald, 2002).
Target yang harus dihasilkan pada saat puncak produksi adalah untuk
menghasilkan produksi susu sebanyak-banyaknya. Rata-rata sapi pada periode ini
menghasilkan susu 200-225 kg dari seluruh masa laktasi sebelumnya. Kunci dari
periode pertengahan laktasi ini adalah memaksimalkan DM intake. Pada periode ini
sapi dituntut untuk diberi pakan dengan kualitas yang tinggi (minimal 40-45% DM
pada ransum) dan tingkat efektivitas serat hampir sama dengan masa awal laktasi.
Pemberian konsentrat jangan sampai melebihi 2,3% bobot badan dan sumber non-
hijauan lainnya. Ampas sisa penyulingan dan dedak dapat mengganti sebagian dari
srach untuk memelihara kesehatan rumen. Kebutuhan protein pada masa pertengahan
laktasi lebih rendah dibandingkan dengan masa awal laktasi. Oleh karena itu
kandungan protein dalam ransum antara 15-16% (PK).

2.1.5 Periode Akhir Laktasi


Periode ini dimulai dari 200 hari setelah melahirkan dan diakhiri pada saat masa
kering sapi. Periode ini produksi susu menurun dan feed intake juga menurun. Oleh
karena itu feed intake tidak sebanding dengan susu yang dihasilkan. Sapi juga akan
mengalami peningkatan bobot badan, hal ini untuk mengganti jaringan yang hilang
(BB) pada saat periode awal laktasi. Makanan sumber protein dan energy tidak begitu
penting dalam periode ini. Ransum yang murah dapat diformulasikan dengan NPN dan
sumber karbohidrat yang mudah terfermentasi seperti molasses (McDonald, 2002).
6

2.2 Komposisi Ransum Komplit (Complete Feed) Sesuai Kebutuhan Sapi Perah

2.2.1 Pengertian Ransum

Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari
berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan
kebutuhan nutrisi dan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak
selama 24 jam. Penyusunan formulasi ransum bertujuan untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi seperti: energi, protein, vitamin dan mineral agar produktivitas ternak dapat
maksimal atau dengan kata lain, menyediakan ransum yang baik secara
nutrisional, agar dapat dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
tingkat produksi pada harga yang layak.

Beberapa informasi dasar yang dibutuhkan untuk penyusunan ransum antara lain:

 Kebutuhan Zat makanan dan periode pemeliharaan, yaitu berdasarkan kepada


kebutuhan konsumsi bahan kering dan periode pemeliharaan (laktasi dan non
laktasi). Konsumsi bahan kering dapat diberikan sebesar 2,5 – 3 % dari bobot
badan, tergantung pada: bobot badan, tinggi rendahnya produksi susu, periode
laktasi, kondisi lingkungan,kondisi tubuh, jenis dan kualitas pakan terutama
hijauan. Pada sapi laktasi berproduksi tinggi, kebutuhan energy kadang-kadang
tidak terpenuhi karena keterbatasan konsumsi bahan kering sehingga dapat
menurunkan bobot badan dan produksi.

 Bahan Pakan, dimana bahan pakan ini diperhatikan dalam beberapa hal yaitu :
ketersediaan bahan lokal, harga serta kandungan zat makanan dalam bahan
yang akan digunakan.
7

 Tipe ransum yang akan dibuat. Hal ini erat hubungannya dengan komposisi
yang dibutuhkan serta kandungan zat makanan. Misalnya tipe ransum lengkap
(complete ration) yang merupakan campuran biji-bijian yang dicampur dengan
hijauan.

 Konsumsi Ransum, dimana banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi


ransum seperti: Konsumsi energi (sangat besar pengaruhnya terhadap konsumsi
ransum), bentuk fisik ransum, palatabilitas ransum dan sebagainya. (Wibisono,
2010).

Selain penggunaan makanan pokok, perlu juga ditambahkan pakan tambahan


sebagai sumber nutrisi ekstra (Mikro). Pakan tambahan yang banyak berpengaruh dan
banyak digunakan agar hasil susu meningkat drastis adalah pakan konsentrat yang juga
diaplikasikan pada Jenis sapi lain seperti: sapi pedaging dan pekerja. Pakan sapi perah
jenis konsentrat tentunya memiliki komposisi yang berbeda dari komposisi untuk sapi
pedaging. Komposisi khusus untuk sapi perah adalah sebagai berikut:

 Dedak padi (bisa diganti dengan pollard) 25%


 Tepung jagung 25%
 Bungkil kelapa 25%
 Bungkil kedelai/bungkil kacang tanah/bungkil biji kapuk 20%
 Sisanya ampas tahu, garam dapur, kapur, tepung tulang masing-masing kurang lebih
1%.

Adapun komposisi ransum komplit (complete feed) pada bahan pakan sapi perah
berupa konsentrat:
8

Bahan Pakan BK (%) PK (%) SK (%) LK (%) TDN (%)


Bekatul 93,7 6,9 34,2 2,3 58,0
Pollard 88,4 15,0 8,8 5,1 68,0
Empok Jagung 89,1 8,0 3,1 4,7 75,0
Tepung Gaplek 85,2 2,3 2,8 0,2 65,0
Ampas Tahu 26,2 23,7 23,6 10,1 76,0
Ampas Kecap 26,6 23,5 16,0 24,2 72,0
Bungkil Kelapa 87,9 21,2 13,3 4,0 70,0
Bungkil Kelapa Sawit 88,6 15,0 15,6 2,5 65,0
Bungkil Kedelai 86,0 48,0 6,2 5,7 78,0
Bungkil Biji Kapuk 86,0 31,7 24,0 9,7 74,0
Tetes/ Molases 77,0 5,4 10,0 0,3 71,0
Onggok Kering 88,7 1,8 11,0 0,2 68,0
Singkong 32,3 3,3 4,3 3,3 75,0
Ubi Jalar 32,0 3,2 3,5 1,4 75,0

 Sumber: Booklet Nestle, 2011

2.3 Cara Pembuatan dan Penyedian Pakan Komplit


2.3.1 Pengertian Pakan Komplit
Ransum adalah makanan dengan campuran beberapa bahan pakan yang
disediakan bagi hewan untuk memenuhi kebutuhan akan nutrien yang seimbang dan
tepat selama 24 jam meliputi lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral
(Anggorodi, 1995). Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang
memakannya (Tillman et al., 1998).
9

Pakan komplit adalah suatu jenis bahan yang dirancang untuk produk komersial
bagi ternak ruminansia yang didalamnya sudah mengandung sumber serat, energi,
protein, vitamin dan mineral dan semua nutrien yang dibutuhkan untuk mendukung
kinerja produksi dan reproduksi ternak dengan imbangan yang memadai (Agustina,
2011).
Penggunaan pakan komplit pada sapi yang sedang laktasi memang sangat
relevan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan nutrisi (terutama energi) yang
sangat tinggi, dan pada saat yang sama mampu menyumbang kebutuhan serat (NDF)
yang sangat penting bagi stabilisasi ekosistem rumen. Selain itu,pakan komplit juga
lebih menjamin meratanya distribusi asupan harian ransum, agar fluktuasi kondisi
ekosistem di dalam rumen diminimalisir (Tafaj et al,2007).

2.3.2 Keuntungan Pakan Komplit


Pemberian complete feed mampu memanfaatkan limbah pertanian sehingga
tidak lagi terjadi persaingan pemanfaatan sumber pakan untuk hewan dan atau manusia
serta mengurangi konflik penggunaan lahan dengan sektor lainnya utamanya sektor
pertanian pangan (Haryanto, 2009).
Bentuk penyediaan pakan komplit ini dinilai lebih efektif dan efisien. Biasanya
peternak memberi pakan hijauan dan konsentrat secara terpisah, hal ini bila ditinjau
dari segi waktu dan tenaga lebih rumit dan tidak praktis. Sedangkan pemberian pakan
komplit dapat diberikan sekaligus bersamaan antara hijauan dan konsentrat yang
dikemas sedemikian rupa menjadi pakan yang komplit dan nilai nutrisinya lebih
lengkap, lebih tinggi kualitasnya serta lebih praktis baik untuk ternak, pekerja kandang
maupun dari segi waktu (Budiono dkk., 2003).
Penggunaan ransum lengkap atau komplit akan memberikan beberapa
keuntungan antara lain; meningkatkan efisiensi pemberian pakan, kemudian ketika
10

hijauannya kurang palatabel maka jika dibuat campuran ransum komplit akan
meningkatkan konsumsi, begitu juga sebaliknya jika ketersediaan konsentrat terbatas
dapat dipakai hijauan sebagai campuran, dan campuran ransum komplit dapat
mempermudah ternak untuk mendapatkan nutrien lengkap (Esminger et al., 1990).
Beberapa keuntungan pemberian pakan ransum komplit pada ternak antara
lain; disusun sesuai dengan kebutuhan nutrisi dari suatu ternak tertentu sehingga benar-
benar palatabel dan dapat menunjang fungsi fisiologis. Pemakaian hijauan dan
konsentrat dapat bervariasi dan dalam penyusunannya dapat dicari bahan yang sesuai
dengan nilai ekonomis (Owen, 1981).
Pemberian complete feed tidak mempengaruhi kinerja hati dan ginjal ternak
sapi perah sehingga aman untuk diberikan secara terus menerus (Wahjuni dan Bijanti,
2006). Pemberian complete feed calf starter menyebabkan pertumbuhan rumen yang
tetap baik pada anak sapi perah lepas sapi (Mukodiningsih dkk., 2008).
Pengaruh pemberian pakan komplit sangat besar pengaruhnya terhadap
produksi susu dan kadar lemak yaitu pada pemberian ransum yang tidak memadai
menyebabkan hasil susu yang rendah, tetapi kadar lemak susu masih dalam keadaan
normal. Akan tetapi, jika pemberian ransumnya memadai maka produksi susu
meningkat. Namun, kadar lemak susu menurun (Basya, 1983).

2.3.3 Proses Pengolahan Pakan Komplit


Pakan komplit (total mixed ration) merupakan suatu strategi pemberian pakan
yang telah lama diterapkan, khususnya pada industri sapi perah. Teknologi pakan
lengkap merupakan teknik pembuatan pakan dari limbah pertanian dan limbah
agroindustri melalui proses perlakuan fisik dan suplementasi. Proses pengolahannya
meliputi pemotongan untuk merubah ukuran partikel bahan, pengeringan,
11

penggilingan/penghancuran, pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang


berupa padatan maupun cairan, serta pengemasan produk akhir (Hardianto dkk, 2004).
Teknologi pakan lengkap dikembangkan dari dasar “self feeding” yaitu ternak
diberi kebebasan memilih pakan sendiri yang sudah disediakan oleh peternak.
Selanjutnya dikembangkan untuk memproses pakan menjadi bentuk yang sederhana
dan dikemas untuk memudahkan pemberiannya dan dapat menekan biaya operasional
khususnya tenaga kerja (Owen, 1981).
III

PEMBAHASAN

3.1 Kebutuhan Nutrisi Sapi Laktasi

Sapi dewasa yang sedang berada pada masa produksi disebut juga sapi laktasi.

Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu.

Jika jumlah dan mutu pakan yang diberikan kurang, tingkat produksi susunya tidak
akan maksimal. Secara kasar di lapangan, jumlah konsentrat yang diberikan adalah

50% dari jumlah susu yang dihasilkan (rasio 1:2). Konsentrat lebih berpengaruh

terhadap kadar berat jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai gizi

konsentrat, berat jenis susu akan tinggi dan susu yang dihasilkan akan berkualitas.

Pemberian rumput segar secara kasar di lapangan berpatokan 10% dari bobot hidup.

Kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang 8 dihasilkan,

terutama kadar lemaknya. Rumput atau pakan sumber serat yang mengandung nilai

gizi tinggi biasanya berupa hasil ikutan tanaman kacang-kacangan.

Nutrien di dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,

pertumbuhan, produksi susu dan untuk perkembangan fetus. Kondisi tubuh dan
produksi susu yang optimum dapat dipertahankan dengan pemberian pakan yang sesuai

dengan kebutuhan. Kebutuhan sapi perah akan nutrien tergantung pada bobot sapi dan

tingkat produksi susunya.

Alokasi nutrien pada sapi perah laktasi ada 3 tahap, yaitu: (1) selama masa laktasi

pertama dan kedua produksi susu berhubungan dengan umur beranak, (2) pada laktasi

ketiga, produksi susu tidak dipengaruhi oleh umur beranak, (3) pada laktasi
13

berikutnya,sapi telah melewati bobot badan dan produksi susu maksimum. Bulan

laktasi dapat dijadikan tolok ukur kebutuhan akan nutrien khusunya untuk

pertumbuhan. Pada bulan laktasi kesatu selera makan yang rendah akan mengakibatkan

konsumsi yang rendah, tetapi produksinya tinggi. Sebaliknya pada laktasi ketiga, sapi

mencapai puncak konsumsi sehingga diperlukan makanan yang lebih tinggi.

Pada bulan laktasi kelima sampai ketujuh, bobot sapi dan produksinya tidak dapat

menggambarkan kebutuhan akan makanan. Hal ini disebabkan karena makanan banyak
digunakan untuk pemulihan kondisi tubuh. Maltz dkk. (1991) menunjukkan bahwa kali

beranak dan potensi produksi merupakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan

karena mempengaruhi efisiensi pemberian pakan. Perbedaan potensi produksi susu

menunjukkan perbedaan pembagian masukan energi terhadap produksi susu dan

penambahan bobot sapi. Semakin bertambahnya bulan laktasi, tambahan kebutuhan

TDN dan PK diatas kebutuhan hidup pokok per kg air susu yang dihasilkan semakin

meningkat. Sedangkan dengan bertambahnya umur, kebutuhan TDN dan PK

cenderung menurun .

Tabel 1. Contoh Report Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak Sapi Laktasi
14

Pada form “Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan” tersebut akan menampilkan

hasil kecukupan nutrien pada tiap peternak berupa angka. Apabila kecukupan pakan

nutrien sudah menunjukkan cukup maka pemberian pakan yang dilakukan oleh

peternak sudah optimal, tetapi harus 27 dilihat lagi apakah terdapat jenis nutrien yang

terlalu banyak diberikan. Apabila jenis nutrien tersebut dapat dikurangi, maka biaya

yang dikeluarkan untuk pakan mungkin dapat dikurangi.

3.2 Komposisi Ransum Komplit Sesuai Dengan Kebutuhan

Pakan komplit adalah suatu jenis bahan yang dirancang untuk produk komersial

bagi ternak ruminansia yang didalamnya sudah mengandung sumber serat, energi,

protein dan semua nutrien yang dibutuhkan untuk mendukung kinerja produksi dan

reproduksi ternak dengan imbangan yang memadai ( Agustina, 2011). Secara umum

Pakan Komplit adalah suatu teknologi formulasi pakan yang mencampur semua bahan

pakan yang terdiri dari hijauan (limbah pertanian) dan konsentrat yang dicampur

menjadi satu.

3.2.1 Bahan Penyusun Complete Feed


Bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain :

1) Sumber SK (jerami, tongkol jagung, pucuk tebu),

2) Sumber energi (dedak padi, kulit kopi, kulit kakao tapioka, tetes),

3) Sumber protein (bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil biji

kapok)

4) Sumber mineral (tepung tulang, garam dapur)


15

3.2.2 Pengaruh Pemberian Completed Feed

Pemanfaatan tenaga kerja dan waktu untuk pemberian pakan dapat dihemat

sampai 72%. Selain itu, pemberian complete feed mampu memanfaatkan limbah

pertanian sehingga tidak lagi terjadi persaingan pemanfaatan sumber pakan untuk

hewan dan atau manusia serta mengurangi konflik penggunaan lahan dengan sektor

lainnya, utamanya sektor pertanian pangan.


Melalui teknologi complete feed yang berbahan baku limbah pertanian seperti

jerami jagung, jerami padi dan limbah pasar, tidak menyebabkan penurunan produksi

dan kualitas susu. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian

complete feed berbahan baku jerami padi mampu meningkatkan produksi susu.

Adapun komposisi pakan komplit untuk sapi perah yaitu,

Tabel 2. Komposisi Pakan Komplit (Complete Feed) Sapi Perah

Sumber: KUD Tandangsari


16

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan Komplit (Complete Feed) Sapi Perah

Sumber: KUD Tandangsari

3.3 Pembuatan dan Penyediaan Ransum Komplit

3.3.1 Silase Ransum Komplit

Silase ransum komplit menurut Nahrowi (2006) akan menyediakan berbagai

nutrien sesuai kebutuhan ternak secara seimbang dan memudahkan manajemen

pemberian pakan bagi ternak. Disamping itu pemanfaatan ransum akan memungkinkan

penambahan jumlah ternak yang dipelihara tanpa harus dibatasi oleh luas lahan untuk

penanaman hijauan makanan ternak. Menurut Wahyono dan Hardianto (2007),

pemanfaatan ransum berbasis limbah pertanian dan agroindustri dalam usaha


peternakan akan menghasilkan pertambahan bobot badan ternak yang cukup tinggi,

memperpendek waktu penggemukan ternak, meningkatkan efisiensi tenaga kerja serta

memperpanjang daya simpan bahan pakan.

Menurut Lendrawati (2008), berbeda dengan silase berbahan baku tunggal

seperti silase rumput atau jerami jagung, silase ransum komplit mempunyai beberapa

keuntungan diantaranya: 1) tersedianya substrat yang mendukung terjadinya


17

fermentasi yang baik, sehingga mempunyai tingkat kegagalan yang jauh lebih rendah

jika dibandingkan dengan silase berbahan tunggal. 2) mengandung nutrien yang sesuai

dengan kebutuhan ternak. Hasil samping tanaman jagung dan ubi kayu serta

pengolahan sawit merupakan sumber bahan baku pakan lokal yang cukup tersedia

sepanjang tahun.

Menurut Lendrawati (2008), silase ransum komplit berbasis hasil samping

jagung (SRKJ), silase ransum komplit berbasis sawit (SRKS), dan silase ransum
komplit berbasis ubi kayu (SRKU) dibuat sesuai formulasi dan terdiri atas enam

ulangan pada setiap perlakuan. Sumber hijauan (rumput gajah, jerami jagung, kulit

jagung, tongkol jagung, daun kelapa sawit, daun dan kulit ubi kayu) pada masing-

masing perlakuan terlebih dahulu dipotong 3 − 5 cm dengan menggunakan chopper.

Kemudian dilayukan selama 12 jam (satu malam) pada ruang terbuka. Masing-masing

hijauan tersebut selanjutnya dicampur dan diaduk sampai merata dengan sumber

konsentrat (dedak padi, bungkil kelapa, jagung, onggok, bungkil inti sawit, molases,

urea dan premiks) sesuai dengan perlakuannya. Hasil campuran ransum tersebut

dimasukkan ke dalam silo (tong plastik volume 50 liter), dipadatkan, ditutup rapat dan

diinkubasi dalam kondisi anaerob selama enam minggu. Sampel silase dari masing-
masing perlakuan diambil untuk analisa kualitas fermentasi dan nutrisi di laboratorium.

3.3.2 Wafer Ransum Komplit

Wafer ransum komplit menurut Jayusmar (2000) adalah suatu produk

pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan

konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan
18

dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan. Menurut Lalitya (2004) Wafer

ransum komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan monsentrat dapat

meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat memilih antara

pakan hijauan dan konsentrat, bedasarkan hal tersebut diharapkan dapat tercukupi

kebutuhan nutrisinya.

Keuntungan wafer ransum komplit menurut Trisyulianti (1998) adalah kualitas

nutrisi lengkap, mempunyai bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan ternak
seperti rumput dan legum, tapi juga dapat memanfaatkan limbah pertanian,

perkebunan, atau limbah pabrik pangan, tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena

mempuyai kadar air kurang dari 14%, ketersediaannya berkesinambungan karena

sifatnya yang awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi

ketersediaan pakan pada musim kemarau serta dapat dibuat pada saat musim hujan

dimana hasil-hasil hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah,

memudahkan dalam penanganan karena bentuknya padat kompak sehingga

memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi.

Proses pembuatan wafer menurut Trisyulianti (1998) dibutuhkan perekat yang

mampu mengikat partikel-partikel bahan sehingga dihasilkan wafer yang kompak dan
padat sesuai dengan densitas yang diinginkan.

Teknik pembuatan wafer ransum komplit yaitu:

(a) Rumput lapang, pucuk dan ampas tebu dichopping dengan ukuran 2-5 cm agar

memudahkan penanganan selama penjemuran dan mempercepat pengeringan serta

memudahkan pengadukan atau pencampuran dengan bahan perekat.

(b) Penjemuran dilakukan dengan sinar matahari secara langsung selama 7 hari.
19

(c) Pencampuran sumber serat dengan bahan perekat sampai rata, setelah rata

dicampur dengan konsentrat hingga menjadi ransum komplit secara manual.

(d) Ransum komplit dimasukkan dalam cetakan berbentuk persegi berukuran 20 x 20

x 1,5 cm3 . Setelah itu dilakukan pengempaan panas pada suhu 150o C dengan

tekanan 200-300 kg/cm2 selama 10 menit. Pengkondisian lembaran wafer

dilakukan dengan memberikan wafer udara terbuka selama minimal 24 jam.

(e) Wafer yang telah dibuat selanjutnya dianalisis proksimat (protein, serat kasar dan
TDN). Setelah dianalisis proksimat wafer disimpan pada 0, 2, 4, dan 6 minggu.

Selama penyimpanan berlangsung dicatat suhu dan kelembaban pada : 1. Pagi hari

: 06.00 WIB 2. Siang hari : 12.00 WIB 3. Sore hari : 18.00 WIB 4. Malam hari :

00.00 WIB

(Amiroh,2008)

Bentuk wafer yang padat dan cukup ringkas diharapkan dapat:

(a) meningkatkan palatabilitas ternak karena bentuknya yang padat,

(b) memudahkan dalam penanganan, pengawetan, penyimpanan, transportasi, dan

penanganan hijauan lainnya,

(c) memberikan nilai tambah karena selain memanfaatkan limbah hijauan, juga dapat
memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, dan

(d) menggunakan teknologi sederhana dengan energi yang relatif rendah (Trisyulianti,

1998).

Wafer pada umumnya memiliki warna lebih gelap dibanding warna asal, hal

tersebut disebabkan oleh adanya proses browning secara non enzimatis yaitu

karamelisasi dan reaksi Maillard. Menurut Winarno (1992), karamelisasi terjadi jika
20

suatu larutan sukrosa diuapkan sampai seluruh air menguap. Jika pemanasan

dilanjutkan, maka cairan yang ada bukan terdiri dari air, tetapi merupakan cairan

sukrosa yang lebur. Reaksi Maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya

gula pereduksi dengan gugus amina primer.

Menurut Winarno (1992) Warna kecokelatan pada wafer disebabkan oleh

reaksi browning. Adanya reaksi browning secara non enzimatis (karamelisasi dan

Maillard) menyebabkan wafer beraroma molases. Molases merupakan sukrosa yang


jika diuapkan sampai seluruh air menguap akan terjadi karamelisasi, sedangkan reaksi

Maillard terjadi apabila adanya reaksi antara karbohidrat, khusunya gula pereduksi

dengan gugus amina primer.

3.3.3 Burger Ransum Komplit

Saus Burger Pakan (SBP) adalah suplemen untuk pakan ternak yang terbuat

dari bahan berkualitas, mengandung nutrisi dan multi mikroorganisme yang sangat

bermanfaat untuk ternak dan meningkatkan mutu pakan. Saus Burger Pakan

(SBP) bermanfaat untuk menyehatkan dan menambah nafsu makan ternak,

mempercepat adaptasi ternak terhadap pakan, meningkatkan hasil produksi,


mempercepat pertumbuhan berat badan dan produksi susu, serta mengurangi bau

kotoran dan kencing ternak.

Saus Burger Pakan (SBP) sangat ramah lingkungan dan mudah digunakan,

dapat dicampurkan pada semua jenis pakan/minuman ternak. Kandungan multi

mikroorganisme pada SBP menjadikan pakan ternak lebih berkualitas dan menghemat

biaya pakan. Saus Burger Pakan (SBP) sangat aman karena tanpa kandungan bahan
21

kimia buatan. Kandungan SBP mampu menekan pertumbuhan mikroba yang

mengganggu pencernaan dan mengembangkan bakteri yang bermanfaat pada ternak.

Dengan tambahan SBP pencernaan dan penyerapan nutrien lebih baik, sehingga

pertumbuhan ternak akan cepat dan hasil produksi akan meningkat.

Adapun cara pembuatan burger pakan (untuk setiap 100 kg) tersebut, tahapannya

adalah :

(a) Siapkan pakan dengan rasio hijauan konsentrat 80 : 20 sebanyak 100 kg. Hijauan
terlebih dahulu dicacah 3-5 cm

(b) Siapkan molasse 2-3 kg dan campurkan ke dalam 20 liter air bersih dalam 1

wadah (ember)

(c) Siapkan larutan aditif biologi (SBP) sebanyak 20 ml atau 2 tutup botol dan

campurkan dalam larutan mollase tersebut, kemudian aduk rata

(d) Campurkan bahan pakan, ratakan, kemudian disiram larutan SBP, aduk sampai

rata. Untuk mengetahui kadar air 35-40% adalah ketika campuran bahan pakan

digenggam dengan tangan dan diperas dengan tangan, tidak terlalu kering dan

tidak terlalu basah, dan pada telapak tangan terasa ada air

(e) Campuran bahan pakan dimasukkan dalam drum atau plastik. Ada baiknya bahan
dimampatkan untuk meminimalisir udara, lalu tutup rapat, dan biarkan selama 3

hari

(f) Proses fermentasi akan berlangsung dengan baik apabila ditandai dengan

timbulnya panas atau temperatur tinggi hingga 80 °C pada 2-3 hari hari

pemeraman, warna kecokelatan, tektur lembut dan aroma wangi (Riana,2015)


IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kebutuhan nutrisi pada sapi laktasi dipengaruhi oleh pakan. Jumlah konsentrat

yang diberikan adalah 50% dari jumlah susu yang dihasilkan (rasio 1:2). Pemberian

rumput segar secara kasar di lapangan berpatokan 10% dari bobot hidup. Kualitas

rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang 8 dihasilkan, terutama

kadar lemaknya. Kebutuhan sapi perah akan nutrien tergantung pada bobot sapi dan

tingkat produksi susunya. Tolak ukur kebutuhan akan nutrien khususnya untuk

pertumbuhan dapat dilihat dari bulan laktasi. Semakin bertambahnya bulan laktasi,

tambahan kebutuhan TDN dan PK diatas kebutuhan hidup pokok per kg air susu yang

dihasilkan semakin meningkat. Sedangkan dengan bertambahnya umur, kebutuhan

TDN dan PK cenderung menurun.

Bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain sumber

SK, sumber energi, sumber protein, dan sumber mineral. Melalui teknologi complete

feed yang berbahan baku limbah pertanian seperti jerami jagung, jerami padi dan

limbah pasar, tidak menyebabkan penurunan produksi dan kualitas susu. Kandungan

nutrien pakan komplit untuk sapi perah sendiri selain untuk sumber protein dapat

digunakan untuk sumber energi.

Penyedian ransum komplit dapa dilakukan dengan 3 teknik yaitu, silase ransum

komplit, wafer ransum komplit, dan burger ransum komplit. Keuntungan silase ransum

22
23

komplit adalah tersedianya substrat yang mendukung terjadinya fermentasi yang

baik, sehingga mempunyai tingkat kegagalan yang jauh lebih rendah, dan juga

mengandung nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Sedangkan keuntungan

dari wafer ransum komplit adalah kualitas nutrisi lengkap, mempunyai bahan baku

bukan hanya dari hijauan makanan ternak, memanfaatkan limbah pertanian,

perkebunan, atau limbah pabrik pangan, tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena

mempuyai kadar air kurang dari 14%, ketersediaannya berkesinambungan karena


sifatnya yang awet dapat bertahan cukup lama, bentuknya padat kompak sehingga

memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi. Dan keuntungan dari burger

ransum komplit adalah sangat ramah lingkungan dan mudah digunakan, dapat

dicampurkan pada semua jenis pakan/minuman ternak.

4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis

akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan

sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, 2011. Prospek pengembangan sapi perah. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Peternakan. Bogor.

Agustina, 2011. Prospek pengembangan sapi perah. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Peternakan, Bogor.
Amiroh, Iswatin. 2008. Pengaruh Wafer Ransum Komplit Limbah Tebu dan
Penyimpanan Terhadap Kualitas Sifat Fisik. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Basya. S, 1983. Berbagai faktor yang mempengaruhi kadar lemak susu sapi perah.
Balai penelitian ternak, Bogor.
Budiono, R.S., R.S. Wahyuni, dan R. Bijanti. 2003. Kajian kualitas dan potensi
formula pakan komplit vetunair terhadap pertumbuhan pedet. Proseding
Seminar Nasional Aplikasi Biologi Molekuler Di Bidang Veteriner dalam
Menunjang Pembangunan Nasional, Surabaya, 1 Mei 2003.
Ensamiger, M.E and C.G. Olentine. 1980. Feeds and Nutrition. The Ensminger
Publishing Company, USA.
Hardianto, R., D.E. Wahyono, C. Anam, Suryanto, G. Kartono dan S.R.Soemarsono.
2004. Kajian Teknologi Pakan Lengkap (Complete feed) sebagai peluang
agribisnis bernilai komersial di pedesaan. Makalah Seminar dan Ekspose
Teknologi Spesifik Lokasi. Agustus 2002. Badan Litbang Pertanian, Jakarta
Howard, R.L; Abotsi, E; Jansen van Rensburg El and Howard, S. 2003. African Journal
of Biotecnology . Vol. 2 (12). Pp. 602-619
Haryanto, B. 2009. Inovasi teknologi pakan ternak dalam sistem integrasi tanaman-
ternak bebas limbah mendukung upaya peningkatan produksi daging.
Pengembangan Inovasi Pertanian 2(3):163-176.
Jayusmar. 2000. Pengaruh suhu dan tekanan pengempaan terhadap sifat fisik wafer
ransum komplit dari limbah pertanian sumber serat dan leguminosa untuk ternak
ruminansia. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Lalitya, D. 2004. Pemanfaatan serabut kelapa sawit dalam wafer ransum komplit
domba. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lendrawati. 2008. Kualitas Fermentasi dan Nutrisi Silase Ransum Komplit Berbasis
Jagung, Sawit, dan Ubi Kayu In Vitro. [Jurnal]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

iv
Maltz, E., O. Kroll, S.L. Spahr, S. Devir, A. Genizi and R. Sagi. 1991. Milk yield,
parity, and cow potential as variables for computerized concentrate
suplemention strategy. J. Dairy Sci. 74:2277-2289.

McDonald, P. ; Edwards, R. A. ; Greenhalgh, J. F. D., 2002. Animal Nutrition. 6th


Edition. Longman, London and New York. 543 p

Mukodiningsih, S., S. P. S. Budhi, A. Agus dan Haryadi. 2008. Pengaruh variasi pakan
sumber protein dan Neutral Detergent Fiber dalam Complete Calf Starter
terhadap indikator perkembangan etikulo rumen. J. Indon. Trop. Anim. Agric.
33(2): 132-138.
Nahrowi.. 2006. Silase Ransum Komplit: Strategi Penyediaan Pakan Ternak
Ruminansia Berkelanjutan. Materi Pelatihan. IPB, Bogor.
Owen. J. B. 1981. Complete Diet Feeding of Dairy CowsIn : Recent Development in
Ruminant Nutrition Eds: W. Harrign and D.J.A. Cole, Butterworths, London, P:L
(312-324).
Riana. 2015. Cara Jitu Pembuatan Burger Pakan Ternak. [online] tersedia di
http://www.jitunews.com/read/10463/cara-jitu-pembuatan-burger-pakan-ternak
diakses pada 25 Oktober 2015.
Siregar, S. 1993. JenisTeknikPemeliharaandanAnalisis Usaha SapiPerah.
PenebarSwadaya, Jakarta.
Tafaj, M. Q. Zebeli, CH. Baes, H. Steingass and W.Drochner. 2007. A meta-analysis
examining effectsof particle size of total mixed rations on intake, rumendigestion
and milk production in high-yielding dairycows at early lactation. Anim. Feed
Sci. Technol.138: 137 – 161
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke –V. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. hlm: 249 – 267
Trisyulianti, E. 1998. Pembuatan wafer rumput gajah untuk pakan ruminansia besar.
Seminar Hasil-hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor. Jurusan Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wahyono, D.E. dan Hardianto, R.. 2007. Pemanfaatan Sumberdaya Pakan Lokal
Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Utilization of local Feed Resources to
Develop Beef Cattle. Available from: URL:
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/download/sapipotong/sapo04- 12.pdf

Wibisono, Abrianto. 2010. Penyusunan Formulasi Pakan Sapi Perah.


https://koperasifu.wordpress.com/2010/08/15/30/(Diakses pada Selasa, 08
Oktober 2019 pada pukul 19:21 WIB)

Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. P.T Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

v
LAMPIRAN

Table distribusi tugas

No NAMA NPM TUGAS

1. AHMAD SAFIRA FIRDAUS 200110170044 Pembahasan 3

2. NANDIA OKTAVIANTY 200110170055 Tinjauan Pustaka

3. BERTA SAFHIRA YANSZ 200110170070 Editor dan Ppt

4. DENA AYU YULINAR 200110170108 Cover, Kata Pengantar,

Daftar Isi dan

Pendahuluan

5. FAJRIANA IHSAN 200110170217 Pembahasan1

MAULANA

6. FIKRI RAMDHANI K 200110170272 Penutup dan Daftar

pustaka

7. M SAHLALUDIN 200110170164 Pembahasan 2

vi

Anda mungkin juga menyukai