“Complete Feed Sebagai Solusi Pemberian Pakan Pada Sapi Perah di Indonesia”
Oleh:
KELAS B
KELOMPOK 2
M. SAHLALUDIN 200110170164
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
Ternak Perah dengan judul makalah “Manajemen Pakan Complete Feed” ini tepat pada
waktunya. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu
Makalah ini disusun dalam hal tugas mata kuliah Manajemen Ternak Perah.
Atas tersusunnya makalah praktikum ini ini, penulis ucapkan terimakasih kepada Allah
SWT dan Ir. Hj. Lia Budimulyati Salman, MP. selaku dosen mata kuliah Manajemen
Ternak Perah serta pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi makalah ini bisa lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap urusan kita.
Penyusun.
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
VI PENUTUP ..................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ iv
LAMPIRAN .......................................................................................... vi
iii
I
PENDAHULUAN
tetap dan lingkungan sebagai variable kontrol. Dalam hal ini faktor lingkungan
berperan lebih banyak dalam menentukan produktivitas ternak yaitu sebesar 70%,
menentukan produksivitas ternak. Sapi perah sebagai ternak yang dipelihara dengan
ditentukan oleh kedua faktor tersebut. Kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan
sangat bergantung pada potensi genetik induk serta manajemen pemeliharaan yang
kebutuhan utama dan dapat menghabiskan sekitar 70% dari total pengeluaran. Kualitas
pakan yang baik serta didukung dengan pemberian yang baik pula terhadap ternak akan
meningkatkan performa dan produkstivitas ternak. Pada sapi perah, pemilihan dan
pemberian jenis pakan harus dilakukan secaratepat, karena akan berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
1
2
pakan ini harus dimiliki oleh setiap peternak yang ingin sukses dalam beternak sapi
perah dengan kualitas dan kuantitas susu yang baik.
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
puncak konsumsi dry matter yang akan menyebabkan penurunan berat badan
sehingga menjadi paling rendah pada masa laktasi. Pemberian ransum pada sapi laktasi
biasanya mengacu pada kebutuhan protein dan energy (net energy). Akan tetapi untuk
mendapatkan produksi maksimal, pemberian ransum harus seimbang.
Penyusunan ransum pada sapi laktasi biasanya ditujukan untuk
memaksimalkan microbial yield dan untuk memenuhi kebutuhan asam amino yang
tidak tercerna oleh rumen. Sapi mempunyai potensi genetic lebih tinggi akan
mempunyai mobilisasi lebih panjang dari pada sapi yang mempunyai genetic lebih
rendah. Pada periode ini sapi akan kehilangan dari 0,7 Kg/hari (McDonald, 2002).
Mempertahankan ruminasi yang bagus sangat diperlukan untuk masa awal laktasi. Jadi
penting untuk memberikan hijauan minimal 40% dari total DM dengan panjang
partikel hijauan yang minimal 2,6 cm untuk memaksimalkan pengunyahan (produksi
saliva). Harus diberikanh ijauan yang berkualitas bagus untuk memberikan DM intake.
Penambahan konsentrat pada pakan antara 0,5-0,7 Kg/hari selama dua minggu pertama
laktasi, jangan sampai kebanyakan hal ini untuk menghindari permasalahan
pencernaan seperti asidosis, dan penutunan intake. Protein sangat penting pada awal
lakrasi. Jadi, pada masa awal laktasi rekomendasi pemberian protein 17-19% pada
ransum.sekitar 30-35% dari protein harus protein yang tidak terdegradasi di rumen
(UIP), 30% adalah protein yang dapat dicerna.
4% dari bobot badan. Pemberi anpakan yang baik akan memperpanjang puncak
produksi. Pada breed yang bagus, setiap 2 kg susu yang dihasilkan akan membutuhkan
DM sebanyak 1 Kg (McDonald, 2002).
Target yang harus dihasilkan pada saat puncak produksi adalah untuk
menghasilkan produksi susu sebanyak-banyaknya. Rata-rata sapi pada periode ini
menghasilkan susu 200-225 kg dari seluruh masa laktasi sebelumnya. Kunci dari
periode pertengahan laktasi ini adalah memaksimalkan DM intake. Pada periode ini
sapi dituntut untuk diberi pakan dengan kualitas yang tinggi (minimal 40-45% DM
pada ransum) dan tingkat efektivitas serat hampir sama dengan masa awal laktasi.
Pemberian konsentrat jangan sampai melebihi 2,3% bobot badan dan sumber non-
hijauan lainnya. Ampas sisa penyulingan dan dedak dapat mengganti sebagian dari
srach untuk memelihara kesehatan rumen. Kebutuhan protein pada masa pertengahan
laktasi lebih rendah dibandingkan dengan masa awal laktasi. Oleh karena itu
kandungan protein dalam ransum antara 15-16% (PK).
2.2 Komposisi Ransum Komplit (Complete Feed) Sesuai Kebutuhan Sapi Perah
Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari
berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan
kebutuhan nutrisi dan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak
selama 24 jam. Penyusunan formulasi ransum bertujuan untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi seperti: energi, protein, vitamin dan mineral agar produktivitas ternak dapat
maksimal atau dengan kata lain, menyediakan ransum yang baik secara
nutrisional, agar dapat dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
tingkat produksi pada harga yang layak.
Beberapa informasi dasar yang dibutuhkan untuk penyusunan ransum antara lain:
Bahan Pakan, dimana bahan pakan ini diperhatikan dalam beberapa hal yaitu :
ketersediaan bahan lokal, harga serta kandungan zat makanan dalam bahan
yang akan digunakan.
7
Tipe ransum yang akan dibuat. Hal ini erat hubungannya dengan komposisi
yang dibutuhkan serta kandungan zat makanan. Misalnya tipe ransum lengkap
(complete ration) yang merupakan campuran biji-bijian yang dicampur dengan
hijauan.
Adapun komposisi ransum komplit (complete feed) pada bahan pakan sapi perah
berupa konsentrat:
8
Pakan komplit adalah suatu jenis bahan yang dirancang untuk produk komersial
bagi ternak ruminansia yang didalamnya sudah mengandung sumber serat, energi,
protein, vitamin dan mineral dan semua nutrien yang dibutuhkan untuk mendukung
kinerja produksi dan reproduksi ternak dengan imbangan yang memadai (Agustina,
2011).
Penggunaan pakan komplit pada sapi yang sedang laktasi memang sangat
relevan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan nutrisi (terutama energi) yang
sangat tinggi, dan pada saat yang sama mampu menyumbang kebutuhan serat (NDF)
yang sangat penting bagi stabilisasi ekosistem rumen. Selain itu,pakan komplit juga
lebih menjamin meratanya distribusi asupan harian ransum, agar fluktuasi kondisi
ekosistem di dalam rumen diminimalisir (Tafaj et al,2007).
hijauannya kurang palatabel maka jika dibuat campuran ransum komplit akan
meningkatkan konsumsi, begitu juga sebaliknya jika ketersediaan konsentrat terbatas
dapat dipakai hijauan sebagai campuran, dan campuran ransum komplit dapat
mempermudah ternak untuk mendapatkan nutrien lengkap (Esminger et al., 1990).
Beberapa keuntungan pemberian pakan ransum komplit pada ternak antara
lain; disusun sesuai dengan kebutuhan nutrisi dari suatu ternak tertentu sehingga benar-
benar palatabel dan dapat menunjang fungsi fisiologis. Pemakaian hijauan dan
konsentrat dapat bervariasi dan dalam penyusunannya dapat dicari bahan yang sesuai
dengan nilai ekonomis (Owen, 1981).
Pemberian complete feed tidak mempengaruhi kinerja hati dan ginjal ternak
sapi perah sehingga aman untuk diberikan secara terus menerus (Wahjuni dan Bijanti,
2006). Pemberian complete feed calf starter menyebabkan pertumbuhan rumen yang
tetap baik pada anak sapi perah lepas sapi (Mukodiningsih dkk., 2008).
Pengaruh pemberian pakan komplit sangat besar pengaruhnya terhadap
produksi susu dan kadar lemak yaitu pada pemberian ransum yang tidak memadai
menyebabkan hasil susu yang rendah, tetapi kadar lemak susu masih dalam keadaan
normal. Akan tetapi, jika pemberian ransumnya memadai maka produksi susu
meningkat. Namun, kadar lemak susu menurun (Basya, 1983).
PEMBAHASAN
Sapi dewasa yang sedang berada pada masa produksi disebut juga sapi laktasi.
Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu.
Jika jumlah dan mutu pakan yang diberikan kurang, tingkat produksi susunya tidak
akan maksimal. Secara kasar di lapangan, jumlah konsentrat yang diberikan adalah
50% dari jumlah susu yang dihasilkan (rasio 1:2). Konsentrat lebih berpengaruh
terhadap kadar berat jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai gizi
konsentrat, berat jenis susu akan tinggi dan susu yang dihasilkan akan berkualitas.
Pemberian rumput segar secara kasar di lapangan berpatokan 10% dari bobot hidup.
Kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang 8 dihasilkan,
terutama kadar lemaknya. Rumput atau pakan sumber serat yang mengandung nilai
pertumbuhan, produksi susu dan untuk perkembangan fetus. Kondisi tubuh dan
produksi susu yang optimum dapat dipertahankan dengan pemberian pakan yang sesuai
dengan kebutuhan. Kebutuhan sapi perah akan nutrien tergantung pada bobot sapi dan
Alokasi nutrien pada sapi perah laktasi ada 3 tahap, yaitu: (1) selama masa laktasi
pertama dan kedua produksi susu berhubungan dengan umur beranak, (2) pada laktasi
ketiga, produksi susu tidak dipengaruhi oleh umur beranak, (3) pada laktasi
13
berikutnya,sapi telah melewati bobot badan dan produksi susu maksimum. Bulan
laktasi dapat dijadikan tolok ukur kebutuhan akan nutrien khusunya untuk
pertumbuhan. Pada bulan laktasi kesatu selera makan yang rendah akan mengakibatkan
konsumsi yang rendah, tetapi produksinya tinggi. Sebaliknya pada laktasi ketiga, sapi
Pada bulan laktasi kelima sampai ketujuh, bobot sapi dan produksinya tidak dapat
menggambarkan kebutuhan akan makanan. Hal ini disebabkan karena makanan banyak
digunakan untuk pemulihan kondisi tubuh. Maltz dkk. (1991) menunjukkan bahwa kali
beranak dan potensi produksi merupakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
TDN dan PK diatas kebutuhan hidup pokok per kg air susu yang dihasilkan semakin
cenderung menurun .
Tabel 1. Contoh Report Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak Sapi Laktasi
14
hasil kecukupan nutrien pada tiap peternak berupa angka. Apabila kecukupan pakan
nutrien sudah menunjukkan cukup maka pemberian pakan yang dilakukan oleh
peternak sudah optimal, tetapi harus 27 dilihat lagi apakah terdapat jenis nutrien yang
terlalu banyak diberikan. Apabila jenis nutrien tersebut dapat dikurangi, maka biaya
Pakan komplit adalah suatu jenis bahan yang dirancang untuk produk komersial
bagi ternak ruminansia yang didalamnya sudah mengandung sumber serat, energi,
protein dan semua nutrien yang dibutuhkan untuk mendukung kinerja produksi dan
reproduksi ternak dengan imbangan yang memadai ( Agustina, 2011). Secara umum
Pakan Komplit adalah suatu teknologi formulasi pakan yang mencampur semua bahan
pakan yang terdiri dari hijauan (limbah pertanian) dan konsentrat yang dicampur
menjadi satu.
2) Sumber energi (dedak padi, kulit kopi, kulit kakao tapioka, tetes),
3) Sumber protein (bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil biji
kapok)
Pemanfaatan tenaga kerja dan waktu untuk pemberian pakan dapat dihemat
sampai 72%. Selain itu, pemberian complete feed mampu memanfaatkan limbah
pertanian sehingga tidak lagi terjadi persaingan pemanfaatan sumber pakan untuk
hewan dan atau manusia serta mengurangi konflik penggunaan lahan dengan sektor
jerami jagung, jerami padi dan limbah pasar, tidak menyebabkan penurunan produksi
complete feed berbahan baku jerami padi mampu meningkatkan produksi susu.
pemberian pakan bagi ternak. Disamping itu pemanfaatan ransum akan memungkinkan
penambahan jumlah ternak yang dipelihara tanpa harus dibatasi oleh luas lahan untuk
seperti silase rumput atau jerami jagung, silase ransum komplit mempunyai beberapa
fermentasi yang baik, sehingga mempunyai tingkat kegagalan yang jauh lebih rendah
jika dibandingkan dengan silase berbahan tunggal. 2) mengandung nutrien yang sesuai
dengan kebutuhan ternak. Hasil samping tanaman jagung dan ubi kayu serta
pengolahan sawit merupakan sumber bahan baku pakan lokal yang cukup tersedia
sepanjang tahun.
jagung (SRKJ), silase ransum komplit berbasis sawit (SRKS), dan silase ransum
komplit berbasis ubi kayu (SRKU) dibuat sesuai formulasi dan terdiri atas enam
ulangan pada setiap perlakuan. Sumber hijauan (rumput gajah, jerami jagung, kulit
jagung, tongkol jagung, daun kelapa sawit, daun dan kulit ubi kayu) pada masing-
Kemudian dilayukan selama 12 jam (satu malam) pada ruang terbuka. Masing-masing
hijauan tersebut selanjutnya dicampur dan diaduk sampai merata dengan sumber
konsentrat (dedak padi, bungkil kelapa, jagung, onggok, bungkil inti sawit, molases,
urea dan premiks) sesuai dengan perlakuannya. Hasil campuran ransum tersebut
dimasukkan ke dalam silo (tong plastik volume 50 liter), dipadatkan, ditutup rapat dan
diinkubasi dalam kondisi anaerob selama enam minggu. Sampel silase dari masing-
masing perlakuan diambil untuk analisa kualitas fermentasi dan nutrisi di laboratorium.
pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan
konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan
18
ransum komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan monsentrat dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat memilih antara
pakan hijauan dan konsentrat, bedasarkan hal tersebut diharapkan dapat tercukupi
kebutuhan nutrisinya.
nutrisi lengkap, mempunyai bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan ternak
seperti rumput dan legum, tapi juga dapat memanfaatkan limbah pertanian,
perkebunan, atau limbah pabrik pangan, tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena
sifatnya yang awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi
ketersediaan pakan pada musim kemarau serta dapat dibuat pada saat musim hujan
mampu mengikat partikel-partikel bahan sehingga dihasilkan wafer yang kompak dan
padat sesuai dengan densitas yang diinginkan.
(a) Rumput lapang, pucuk dan ampas tebu dichopping dengan ukuran 2-5 cm agar
(b) Penjemuran dilakukan dengan sinar matahari secara langsung selama 7 hari.
19
(c) Pencampuran sumber serat dengan bahan perekat sampai rata, setelah rata
x 1,5 cm3 . Setelah itu dilakukan pengempaan panas pada suhu 150o C dengan
(e) Wafer yang telah dibuat selanjutnya dianalisis proksimat (protein, serat kasar dan
TDN). Setelah dianalisis proksimat wafer disimpan pada 0, 2, 4, dan 6 minggu.
Selama penyimpanan berlangsung dicatat suhu dan kelembaban pada : 1. Pagi hari
: 06.00 WIB 2. Siang hari : 12.00 WIB 3. Sore hari : 18.00 WIB 4. Malam hari :
00.00 WIB
(Amiroh,2008)
(c) memberikan nilai tambah karena selain memanfaatkan limbah hijauan, juga dapat
memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, dan
(d) menggunakan teknologi sederhana dengan energi yang relatif rendah (Trisyulianti,
1998).
Wafer pada umumnya memiliki warna lebih gelap dibanding warna asal, hal
tersebut disebabkan oleh adanya proses browning secara non enzimatis yaitu
karamelisasi dan reaksi Maillard. Menurut Winarno (1992), karamelisasi terjadi jika
20
suatu larutan sukrosa diuapkan sampai seluruh air menguap. Jika pemanasan
dilanjutkan, maka cairan yang ada bukan terdiri dari air, tetapi merupakan cairan
sukrosa yang lebur. Reaksi Maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya
reaksi browning. Adanya reaksi browning secara non enzimatis (karamelisasi dan
Maillard terjadi apabila adanya reaksi antara karbohidrat, khusunya gula pereduksi
Saus Burger Pakan (SBP) adalah suplemen untuk pakan ternak yang terbuat
dari bahan berkualitas, mengandung nutrisi dan multi mikroorganisme yang sangat
bermanfaat untuk ternak dan meningkatkan mutu pakan. Saus Burger Pakan
Saus Burger Pakan (SBP) sangat ramah lingkungan dan mudah digunakan,
mikroorganisme pada SBP menjadikan pakan ternak lebih berkualitas dan menghemat
biaya pakan. Saus Burger Pakan (SBP) sangat aman karena tanpa kandungan bahan
21
Dengan tambahan SBP pencernaan dan penyerapan nutrien lebih baik, sehingga
Adapun cara pembuatan burger pakan (untuk setiap 100 kg) tersebut, tahapannya
adalah :
(a) Siapkan pakan dengan rasio hijauan konsentrat 80 : 20 sebanyak 100 kg. Hijauan
terlebih dahulu dicacah 3-5 cm
(b) Siapkan molasse 2-3 kg dan campurkan ke dalam 20 liter air bersih dalam 1
wadah (ember)
(c) Siapkan larutan aditif biologi (SBP) sebanyak 20 ml atau 2 tutup botol dan
(d) Campurkan bahan pakan, ratakan, kemudian disiram larutan SBP, aduk sampai
rata. Untuk mengetahui kadar air 35-40% adalah ketika campuran bahan pakan
digenggam dengan tangan dan diperas dengan tangan, tidak terlalu kering dan
tidak terlalu basah, dan pada telapak tangan terasa ada air
(e) Campuran bahan pakan dimasukkan dalam drum atau plastik. Ada baiknya bahan
dimampatkan untuk meminimalisir udara, lalu tutup rapat, dan biarkan selama 3
hari
(f) Proses fermentasi akan berlangsung dengan baik apabila ditandai dengan
timbulnya panas atau temperatur tinggi hingga 80 °C pada 2-3 hari hari
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi pada sapi laktasi dipengaruhi oleh pakan. Jumlah konsentrat
yang diberikan adalah 50% dari jumlah susu yang dihasilkan (rasio 1:2). Pemberian
rumput segar secara kasar di lapangan berpatokan 10% dari bobot hidup. Kualitas
rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang 8 dihasilkan, terutama
kadar lemaknya. Kebutuhan sapi perah akan nutrien tergantung pada bobot sapi dan
tingkat produksi susunya. Tolak ukur kebutuhan akan nutrien khususnya untuk
pertumbuhan dapat dilihat dari bulan laktasi. Semakin bertambahnya bulan laktasi,
tambahan kebutuhan TDN dan PK diatas kebutuhan hidup pokok per kg air susu yang
Bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain sumber
SK, sumber energi, sumber protein, dan sumber mineral. Melalui teknologi complete
feed yang berbahan baku limbah pertanian seperti jerami jagung, jerami padi dan
limbah pasar, tidak menyebabkan penurunan produksi dan kualitas susu. Kandungan
nutrien pakan komplit untuk sapi perah sendiri selain untuk sumber protein dapat
Penyedian ransum komplit dapa dilakukan dengan 3 teknik yaitu, silase ransum
komplit, wafer ransum komplit, dan burger ransum komplit. Keuntungan silase ransum
22
23
baik, sehingga mempunyai tingkat kegagalan yang jauh lebih rendah, dan juga
dari wafer ransum komplit adalah kualitas nutrisi lengkap, mempunyai bahan baku
perkebunan, atau limbah pabrik pangan, tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena
ransum komplit adalah sangat ramah lingkungan dan mudah digunakan, dapat
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
iv
Maltz, E., O. Kroll, S.L. Spahr, S. Devir, A. Genizi and R. Sagi. 1991. Milk yield,
parity, and cow potential as variables for computerized concentrate
suplemention strategy. J. Dairy Sci. 74:2277-2289.
Mukodiningsih, S., S. P. S. Budhi, A. Agus dan Haryadi. 2008. Pengaruh variasi pakan
sumber protein dan Neutral Detergent Fiber dalam Complete Calf Starter
terhadap indikator perkembangan etikulo rumen. J. Indon. Trop. Anim. Agric.
33(2): 132-138.
Nahrowi.. 2006. Silase Ransum Komplit: Strategi Penyediaan Pakan Ternak
Ruminansia Berkelanjutan. Materi Pelatihan. IPB, Bogor.
Owen. J. B. 1981. Complete Diet Feeding of Dairy CowsIn : Recent Development in
Ruminant Nutrition Eds: W. Harrign and D.J.A. Cole, Butterworths, London, P:L
(312-324).
Riana. 2015. Cara Jitu Pembuatan Burger Pakan Ternak. [online] tersedia di
http://www.jitunews.com/read/10463/cara-jitu-pembuatan-burger-pakan-ternak
diakses pada 25 Oktober 2015.
Siregar, S. 1993. JenisTeknikPemeliharaandanAnalisis Usaha SapiPerah.
PenebarSwadaya, Jakarta.
Tafaj, M. Q. Zebeli, CH. Baes, H. Steingass and W.Drochner. 2007. A meta-analysis
examining effectsof particle size of total mixed rations on intake, rumendigestion
and milk production in high-yielding dairycows at early lactation. Anim. Feed
Sci. Technol.138: 137 – 161
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke –V. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. hlm: 249 – 267
Trisyulianti, E. 1998. Pembuatan wafer rumput gajah untuk pakan ruminansia besar.
Seminar Hasil-hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor. Jurusan Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wahyono, D.E. dan Hardianto, R.. 2007. Pemanfaatan Sumberdaya Pakan Lokal
Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Utilization of local Feed Resources to
Develop Beef Cattle. Available from: URL:
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/download/sapipotong/sapo04- 12.pdf
Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. P.T Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
v
LAMPIRAN
Pendahuluan
MAULANA
pustaka
vi