PEMULIAAN TERNAK
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kelas C
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu terpanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
Oleh karena itu dengan terlaksananya makalah ini kami ucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah
ini terutama kepada Ibu Ir. Primiani Edianingsih, MSi. selaku dosen Pemuliaan
Ternak.
Selain itu kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah yang kami
buat masih jauh dari sempurna . Mengingat dengan kemampuan yang kami miliki,
kami merasa masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat kami
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat pada umumnya bagi
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
I. PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1. Latar Belakang........................................................................................4
II. PERMASALAHAN..........................................................................................7
2.1 Permasalahan Ayam Broiler di Indonesia............................................7
III. PEMBAHASAN...............................................................................................9
3.1 Pemuliaan Ternak pada Ayam Pedaging..............................................9
3.2 Heretabilitas pada Ayam Pedaging.....................................................10
3.3 Ripitabilitas pada Ayam Pedaging......................................................11
3.4 Nilai Pemuliaan pada Ayam Pedaging................................................13
3.5 Solusi Peningkatan Produktivitas pada Ayam Pedaging..................14
IV. KESIMPULAN..............................................................................................15
4.1 Kesimpulan............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
3
I
PENDAHULUAN
Indonesia sudah mulai sadar akan pentingnya kebutuhan protein hewani dalam
primer. Sebagai contoh yaitu daging, telur susu merupakan produk yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Untuk saat ini banyak kalangan yang beranggapan bahwa
dunia peternakan adalah dunia yang kurang mempunyai prospek ke depan. Salah
hanya tergantung pada gen-gen yang dimiliki ternak. Keadaan lingkungan dan
pakan juga turut menunjang munculnya performa reproduksi secara optimal. Pada
iklim mikro yang berbeda reproduksi ternak didaerah tropis dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, kelembaban dan pakan yang tersedia bagi ternak. Suhu dan
kelembaban lingkungan yang tinggi serta kondisi pakan yang buruk menghambat
laju reproduksi. Laju reproduksi yang rendah akan membatasi program seleksi.
Daging ayam menjadi salah satu produk peternakan yang jumah konsumsi
perharinya sangat tinggi, maka dari itu seiring dengan perkembangan jaman dan
4
Kebutuhan protein hewani sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh
peternakan. Salah satu sumber protein hewani diperoleh dari peternakan ayam ras
pedaging (broiler). Ayam broiler adalah ayam-ayam muda jantan atau betina yang
umumnya dipanen pada waktu yang relatif singkat yaitu dipanen pada kisaran
disitulah dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik dari awal masuk DOC
terbentuknya material jaringan dalam tubuh untuk pembentukan daging dan telur.
Oleh karena itu kandungan nutrisi didalam pakan harus diperhatikan agar
produksinya baik.
kebutuhan ayam ras pedaging dan petelur secara berkelanjutan, Indonesia masih
melakukan pemasukan Grand Parent Stock (GPS) ayam ras dalam bentuk DOC
(Day Old Chick) setiap tahunnya. Lalu Kementerian Pertanian (Kementan) juga
menyatakan tahun ini membuka pintu keran impor daging ayam ras dalam bentuk
5
Day Old Chick (DOC), hal ini diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan ayam
ras pedaging dan petelur, Padahal produksi ayam di perternak tahun ini saja
surplus banyak sekali. Mengapa Indonesia masih belum bisa memproduksi sendiri
dikarenakan dilihat dari ketersediaan peralatan dan teknologi bisa dibilang masih
akan pentingnya makanan bergizi. Usaha peternakan ayam pedaging dapat dengan
ayam broiler lebih relatif singkat dibandingkan ternak penghasil daging lainnya.
Maka dari itu perlunya peningkatan akan produksi dan kualitas dari daging ayam
itu sendiri.
6
II
PERMASALAHAN
terutama ayam pedaging (broiler). Usaha ternak broiler dianggap paling mampu
yang relatif singkat. Produktivitas yang cepat tersebut dapat memenuhi kebutuhan
Kesehatan Hewan (2017) menyatakan bahwa populasi broiler pada tahun 2016
mencapai 1,6 miliar ekor meningkat sebesar 6,82% dan produksi daging sebesar
1,9 juta ton meningkat sebesar 17,02%. Pertambahan kebutuhan daging ayam
kebutuhan ayam diimbangi dengan perbaikan genetik ayam. Semakin baik genetic
pada ayam, semakin baik juga produktivitas yang dihasilkan, karena mengetahui
bagusnya produksi yang dihasilkan pada ayam masyarakat juga akan menambah
tekonologi-teknologi yang sudah diterapkan maupun dari luar negeri atau dalam
negeri sudah cukup berkembang, tetapi masih belum mengikuti dengan teknologi
dari negara maju terutama dalam pembibitan masih tertinggal. Tidak hanya dalam
yang dianggap No Grade. Hal tersebut dapat disebabkan karena pengetahuan atau
pun alat dalam carcassing masih tidak sesuai, serta mutu genetic yang dihasilkan
tidak maksimal.
7
Beberapa permasalahan tersebut adalah ketergantungan impor terutama bahan
pakan ternak (Saptana dan Rusastra 2001), adanya indikasi bahwa struktur pasar
pabrik pakan dalam menjual pakan cenderung mendekati oligopoli (Kariyasa dan
Sinaga 2007) dan ketergantungan impor bibit ayam Grand Parent Stock (Harian
menghasilkan day old chick (DOC), baik PS atau final stock (FS). Seluruh
kebutuhan dicukupi dari produksi dalam negeri, sebagian lagi dipenuhi dari
impor, sedangkan untuk GPS masih sangat tergantung dari impor. Impor ini
beberapa yang perlu dipertimbangkan yaitu proses pemuliaan yang lama (pure
line ke FS perlu 5 tahun + 3 tahun seleksi), fasilitas yang mahal (fasilitas khusus
8
III
PEMBAHASAN
oleh dua faktor yaitu faktor genetik, dan faktor non genetik atau lingkungan.
Faktor Genetik
Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki
oleh individu. Oleh karena itu, faktor genetik sudah ada sejak terjadinya
pembuahan atau bersatunya sel telur (ovum) dengan spermatozoa. Faktor genetik
ini tidak akan berubah selama hidup individu, sepanjang tidak terjadi mutasi dari
gen yang menyusunnya, dan faktor genetik dapat diwariskan kepada anak
keturunannya.
Sebagai contoh yaitu ayam pedaging (ras) dengan ayam kampung (bukan
ras) diambil pada saat umur yang sama DOC (kira-kira 1 hari setelah penetasan),
dengan memberikan pakan yang sama dan perlakuan yang sama pula setiap
harinya, pada saat ayam keduanya mencapai umur 2 bulan ayam broiler memiliki
berat 1,5 kg, dan ayam kampong memiliki berat 0,8 kg. Hal ini karena
dipengaruhi faktor genetik yaitu ayam broiler (ayam ras) dan ayam kampung
Faktor Lingkungan
9
diwariskan kepada anak keturunannya. Faktor lingkingan tergantung pada
Untuk contoh pemuliaan pada ayam pedaging yang telah dilakukan dapat
dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, B dan Tike Sartika pada
tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan persilangan ayam Pelung jantan x
ayam Kampung betina hasil seleksi generasi kedua (G2). Penelitian ini
cepat, yaitu mencapai bobot badan lebih besar dari 1 kg pada umur 3 bulan.
Contoh heretabilitas pada ayam pedaging dapat dilihat dari penelitian yang
dilakukan oleh Muh. Affan Mu’in pada tahun 2008, dengan pengamatan
heretabilitas beberapa ukuran tubuh ayam kampung. Penelitian ini bertujuan untuk
menginformasikan bahwa bobot badan yang dicapai sampai umur 6 bulan hanya
berkisar 1,4 – 1,8 kg (Mansjoer, 1985; Maryanto dan Noerdjito, 1988; Mugiyono
Nilai heritabilitas ayam pedaging yang tinggi dari suatu sifat menunjukkan
adanya korelasi yang tinggi antara ragam fenotipik dan ragam genetik aditif,
sehingga seleksi berdasarkan fenotipik individu akan lebih efektif karena tanggap
10
3.3 Ripitabilitas pada Ayam Pedaging
berguna untuk sifat-sifat yang muncul beberapa kali pada ayam pedaging.
ripitabilitas suatu sifat dalam populasi ayam pedaging selalu lebih tinggi daripada
nilai heritabilitas apabila diestimasi pada sifat dan kelompok individu yang sama.
Oleh karena itu, nilai ripitabilitas merupakan batas atas nilai heritabilitas..
Ripitabilitas adalah salah satu parameter genetik yang digunakan pada program
Hasil estimasi nilai ripitabilitas diharapkan dapat digunakan sebagai dasar seleksi
(0%) sampai dengan 1 (100%) yang dapat di-golongkan menjadi tiga kategori
yaitu:
Nilai ini akan semakin rendah dan mendekati 0,0 apabila ragam lingkungan
temporer meningkat dan sebaliknya semakin tinggi dan mendekati 1,0 apabila
11
ragam suatu sifat se-bagian besar dikendalikan oleh faktor genetik dan lingkungan
yaitu untuk:
Menghitung Nilai Pemuliaan (NP) ternak betina pada sifat tertentu untuk
seleksi.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan niai repitabilitas
catatan kinerja suatu sifat, misalnya produksi daging pada tiga generasi.
12
analisis keragaman untuk memperoleh nilai keragaman yang diperlukan
pendugaan nilai pemuliaan akan menentukan respon seleksi yang diperoleh. Nilai
pemuliaan dapat diduga dengan berbagai cara, salah satu cara yang cukup cermat
mempunyai catatan.
Salah satu cara untuk perbaikan genetik pada ayam pedaging dilakukan
melalui seleksi dalam kelompok ternak lokal dengan tujuan untuk meningkatkan
frekuensi gen yang diinginkan. Kegiatan seleksi akan efektif bila jumlah ternak
yang diseleksi banyak, namun catatan performans individu dari jumlah yang
banyak akan sangat mahal. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah, seleksi
13
atau peningkatan mutu genetik dilakukan pada kelompok-kelompok tertentu
ditempuh melalui dua cara, yaitu seleksi dan persilangan yang terstruktur, baik
ras pedagingdipengaruhi7 oleh beberapa faktor antara lain genetik, nutrisi ransum,
metoda yang dikembangkan oleh Gunawan, dkk (1995) yang pada dasarnya
adalah suatu program seleksi pada itik Alabio untuk meningkatkan mutu
genetiknya. Pada program itu dilakukan evaluasi terhadap produktivitas ternak itik
di desa Amuntai, Kalimantan Selatan. Metoda ini pada dasarnya tergantung pada
breeding ini secara umum selain dapat meningkatkan produksi telur, metoda ini
juga dapat meningkatkan mutu genetik pada ayam pedaging yang nantinya akan
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam ras pedaging. Sesuai dengan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetic, nutrisi ransum, kontrol
Keberhasilan peternakan ayam broiler dapat dinilai dari 4 aspek yaitu angka
konversi pakan (FCR) yang rendah, berat badan yang bagus, umur panen yang
pendek, dan angka kematian yang kecil. Keempat penilaian keberhasilan tersebut
14
dapat dicapai dengan 4 elemen stategis yaitu Day Old Chicken (DOC) yang baik,
pola manajemen yang terukur dan teratur, pola pakan yang baik, serta program
IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Perlunya perbaikan pemuliaan ternak ayam pedaging terutama dalam segi
ditempuh melalui dua cara, yaitu seleksi dan persilangan yang terstruktur, baik
oleh dua faktor yaitu faktor genetik, dan faktor non genetik atau lingkungan.
Nilai heritabilitas ayam pedaging yang tinggi dari suatu sifat menunjukkan
adanya korelasi yang tinggi antara ragam fenotipik dan ragam genetik aditif,
sehingga seleksi berdasarkan fenotipik individu akan lebih efektif karena tanggap
15
tertentu. Ripitabilitas dihitung untuk mengetahui korelasi fenotip antara
16
DAFTAR PUSTAKA
Java. Indonesia.
https://pb-ispi.org/fgdispi/Asep%20Anang_Merancang%20Pembibitan
%20Ayam%20Pedaging%20di%20Industri.pdf
sembawa.net/data/download//20131025165110.pdf
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2017. East Java Livestock Services. Data
Gunawan, B. dan Tike sartika. Tahun 2001. Persilangan ayam Pelung jantan x
Kampung betina hasil seleksi generasi kedua (G2). Jurnal Ilmu Ternak
Desember 2011.
17
Kariyasa K dan Sinaga BM. 2007. Analisis perilaku pasar pakan dan daging
Ayam Buras. Studi Kasus Desa Pondok dan Desa Pandaan. Kumpulan
Aneka Ternak II, Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. Minkema, D.,
Aksara, Jakarta.
Muh. Affan Mu’in. 2008. Heritabilitas Beberapa Ukuran Tubuh Ayam Kampung.
Saptana dan Rusastra IW. 2001. Dampak Krisis moneter dan kebijakan
berita/2020/01/01/29/12514/menakar-kemandirian-pembibitan-broiler-
Education Ltd.
18