A9
Oleh:
A9
Menyetujui:
Vegy Syahrial
Asisten I
[Type text]
Lathifah
Asisten II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T karena berkat
rakhmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum ini.
Dengan rasa penuh tanggung jawab maka kami menyusun laporan ini
Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Nutrisi Ternak.
Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan
pendidikan dimasa yang akan datang. Selanjutnya dalam penulisan laporan ini
penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Oleh karana itu kami ingin
[Type text]
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ujang Hidayat Tanuwira, M.Si. selaku Dosen Mata Kuliah
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal
shaleh senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya laporan ini
Kelompok 9
[Type text]
ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO KULIT KOPI
A9
ABSTRAK
[Type text]
ANALIS__
A9
ABSTRACT
[Type text]
DAFTAR ISI
Bab Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR ILUSTRASI
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
[Type text]
I
PENDAHULUAN
pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat
memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama
pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang menyusunnya. Pakan memiliki
peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk
tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya
tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan,
jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah
cukup.
[Type text]
Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif
bijaksana dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak. Limbah sebagai bahan
pakan selalu dikaitkan dengan harga yang murah dan kualitas yang rendah.
Pemanfaatan limbah kulit kopi dapat dipilih sebagai salah satu alternatif bahan
relatif tinggi sekitar 11%. Hasil analisis proksimat menunjukkan, limbah kulit
kopi mengandung 6,67% protein kasar, dengan serat kasar 18,28%, lemak 1,0%,
menunjukkan hasil bahwa pemberian tepung limbah kulit kopi sebagai pakan
rataan bobot badan terbaik pada perlakuan pemberian tepung limbah kulit kopi
struktural dan sel tumbuhan, yang kandungannya dalam kulit kopi yaitu 52,59%
Mayasari (2009:3). Kandungan lignin yang tinggi dalam limbah kulit kopi dapat
pemanfaatan dan nilai gizi dari limbah pertanian sebagai bahanpakan tersebut,
maka perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dijadikan pakan. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengolahan dengan amoniasi urea
[Type text]
pengolahan dalam meningkatkan nilai manfaat pakan serat yang berasal dari hasil
pakan alternatif untuk ternak in imenjadi salah satu kajian yang penting untuk
meningkatkan potensi pemanfaatan limbah kulit kopi. Oleh karena itu, penelitian
(3) Berapa persentase kandungan kadar lemak kasar dari kulit coklat.
(4) Berapa persentase kandungan kadar serat kasar dari kulit coklat.
(5) Berapa persentase kandungan kadar energi bruto dari kulit coklat.
(6) Berapa persentase kandungan kadar protein kasar dari kulit coklat.
[Type text]
Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat memahami dan mengetahui
kopi.
Padjadjaran
[Type text]
II
KAJIAN K EPUSTAKAAN
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi Arabika, 26% berasal dari spesies
kopi Robusta, dan 4% dari spesies kopi lain. Kopi berasal dari Afrika, yaitu
daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat
dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman
di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo Pudji, 2012).
Di Indonesia kopi mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawa oleh VOC.
Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat
coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).
[Type text]
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kopi Klasifikasi tanaman kopi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo: Rubiales
Famili: Rubiaceae
Genus: Coffea Spesies : Coffea sp. [ Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea
liberica,Coffea excelsa ]
Bagian utama dalam buah kopi adalah kulit luar buah yang berwarna
merah saat masak (epikarp), lapisan lendir buah (mesokarp), cangkang kopi
(endokarp), dan embrio kopi. Epikarp dan mesokarp kopi memiliki kandungan air
yang cukup tinggi, sehingga memiliki tekstur kulit yang lunak. Endokarp buah
menghasilkan limbah hasil sampingan yang cukup besar dari hasil pengolahan.
Biji kopi secara berurutan terlindungi oleh kulit buah (Outer skin), daging buah
(mesocarp) , lapisan lender, kulit tanduk (pactin layer) dan kulit ari (parchment).
Pengupasan kulit buah kopi (pulping) merupakan salah satu tahapan proses
pengolahan kopi yang membedakan antara pengolahan kopi cara basah dengan
kering. Mesin pengupasan kulit kopi basah (pulper) digunakan untuk atau
komponen kulit buah dari bagian kopi berkulit cangkang (Widyotomo, 2012).
[Type text]
Potensi limbah yang diperoleh dari tahapan pengolahan kopi adalah kulit
kopi yang terdiri atas kulit buah basah, limbah cair yang mengadung lendir, dan
kulit gelondong kering maupun cangkang kering. Limbah sampingan berupa kulit
kopi jumlahnya berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil panen. Bila hasil panen
sebanyak 1000 kg kopi segar berkulit, maka yang menjadi biji kopi sekitar 400-
500 kg dan sisanya adalah hasil sampingan berupa kulit kopi (Efendi dan Harta,
2014).
Kulit gelondong kering yang terdiri dari kulit luar dan kulit buah
mengandung gula reduksi, gula non pereduksi dan senyawa pektat masing-masing
sebesar 12,4%; 2,02% dan 6,52% (Wilbaux, 1963 dalam Widyotomo, 2012) dan
10,7% protein kasar serta 20,8% serat kasar (Elias, 1979 dalam Widyotomo,
dkk., 2012).
setelah proses hidrolisis menjadi etanol. Delapan puluh dua persen luasan area
sisanya sebesar 18% berupa kopi Arabika (Widyotomo, 2012).Kulit buah kopi
merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk mendapatkan biji kopi yang
selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi. Kandungan zat makanan kulit buah kopi
[Type text]
2.2 Kandungan Zat Nutrien Bahan
mencapai 611.100 ton dan menghasilkan kulit kopi sebesar 1.000.000 ton. Jika
ini, selain meningkatkan daya cerna juga sekaligus meningkatkan kadar protein,
dan berikatan dengan gugus asetil dari bahan pakan, kemudian membentuk garam
amonium asetat yang pada akhirnya terhitung sebagai protein bahan. Struktur
dinding sel kulit kopi menjadi lebih amorf dan tidak berdebu, sehingga menjadi
SK=34.11 dan TDN=57.20%. Namun demikian kulit kopi hanya sebagian kecil
besar lainnya dibuang atau dibenamkan dalam tanah untuk Serambi digunakan
sebagai pupuk organik pada lahan perkebunan. Komposisi kandungan kulit kopi
Tabel (mohon isi sama penyusun tabel berapa). Kandungan Nutrien Kulit Kopi
[Type text]
Serat Kasar (%) 19,17
2.3.1 Air
hidup sebagai media pengangkut zat-zat makanan, serta sebagai sumber energi
dan berbagai keperluan lainnya (Arsyad, 1989). Air diketahui sebagai substansi
yang terdapat dalam bahan makanan juga sebagai pelarut. kandungan air dalam
bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan
itu. Air juga merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan. kandungan air
2004).
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Salah satunya yaitu kebutuhan akan air minum.
Sebagian besar bagian dalam tubuh manusia mengandungi air sekitar 70%. Secara
[Type text]
wajar, kebutuhan air rata-rata yaitu 60 l/orang/hari. Bagi segala keperluannya. Air
memiliki fungsi sebagai bahan yang mampu mendispersikan senyawa yang ada
dalam bahan makanan. Pada beberapa bahan, air berfungsi sebagai pelarut. Air
dapat melarutkan berbagai macam garam, urutan yang larut air, mineral, dan
menguapkan air yang terdapat dalam bahan menggunakan energi panas, kemudian
dinyatakan berdasarkan berat kering atau berat basah. Kandungan air pada kulit
kopi berkisar antara 8-9% (Wardhana, 2019). Hal ini disebabkan oleh pengeringan
yang dilakukan di bawah sinar matahari sebelum bahan pakan dihaluskan. Jumlah
kadar air yang rendah dalam bahan pakan menunjukkan bahwa kulit kopi relatif
2.4.1 Abu
[Type text]
Abu merupakan zat anorganik sisa pembakaran suatu bahan organik
(Sudarmadji, dkk, 1996). Kandungan dan komposisi abu tergantung terhadap jenis
mineral pada suatu bahan. Perhitungan kadar abu mempunyai tujuan untuk
mengetahui baik atau tidaknya suatu pakan, membedakan antara makanan asli dan
semua senyawa organiknya berubah menjadi gas dan menguap, sedangkan hasil
digunakan untuk perhitungan BETN. Semakin tinggi kadar abu maka semakin
buruk kualitas pakan. Kelebihan kadar abu dapat menurunkan nafsu makan dan
pakan di dalam tanur dengan suhu temperatur 600˚ - 700˚C sampai semua karbon
hilang dari sampel. Dengan suhu yang tinggi, bahan organic yang terdapat dalam
bahan pakan akan terbakar, dan sisanya adalah abu yang mengandung bahan
[Type text]
organic seperti sulfur dan fosfor dari protein, serta beberapa bahan yang mudah
terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan menghilang
Setiap bahan pakan pasti mengandung abu yang berbeda-beda. Pada kulit
abu dalam analisis proksimat tidaklah terlalu penting karena abu tidak mengalami
protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Maka, protein adalah zat atau
komponen penting yang harus ada dalam makanan [ CITATION TSu09 \l 1057 ] .
Protein kasar adalah kandungan protein dalam bahan makanan yang dapat
adalah 16 /100 gram protein. Kenyataanya nitrogen yang terdapat dalam bahan
pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal
(Kamal,1998).
[Type text]
2.5.2 Kegunaan Protein
essensial bagi fungsi yang normal dan hormon-hormon tertentu. Kegunaan protein
bagi ternak ruminansia adalah untuk proses regenerasi sel atau membangun Pada
protein kasar tidak hanya mengandung protein saja, tetapi mengandung nitrogen
yang bukan berasal dari protein (non protein kasar). Nilai gizi protein adalah
dari tanaman dan protein yang berasal dari hewan. Kedua golongan protein
menjadi asam organik, amonia dan CO2. Amonia akan digunakan bakteri dalam
dalam perut yang sebenernya, yaitu abomasum [ CITATION HRK97 \l 1057 ]. Semua
protein tanaman dan hewan terdiri dari beberapa asam amin yang merupakan
Metode dalam analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
secara kualitatif dan secara kuantitatif. Analisis protein secara kualitatif yaitu
[Type text]
Nitroprusida, dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan, analisis protein secara
Titin, 2009).
bahan makanan secara tidak langsung [ CITATION ASu13 \l 1057 ] . Analisis dengan
cara ini adalah kadar nitrogennya secara kimiawi yang hasilnya dikalikan dengan
6,25. Faktor tersebut digunakan karena protein mengandung nitrogen kurang lebih
amonia dan bereaksi dengan asam sulfat pekat membentuk garam amonium.
menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menadi
campuran. Lalu pada tahap destilasi amonium sulfat dipanaskan. Agar selama
logam Zn (Sudarmadji, 1989). Pada titrasi larutan asam pada penampung destilasi
yang dapat digunakan adalah larutan standar asam kuat seperti asam sulfat atau
asam borax. Jika dipakai larutan asam borax maka disebut titrasi tidak langsung.
Titrasi ini disebut titrasi kembali karena jumlah asam yang bereaksi dengan
[Type text]
amonia tersedia dalam keadaan berlebih sehingga melewati titik ekuivalen reaksi.
Oleh karena itu, analisis harus mengembalikan titik ekuivalen reaksi dengan titrasi
Protein kasar sangat penting untuk kebutuhan hewan ternak. Dalam kulit
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena
zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adalah polimer dari asam amino yang
Lipid atau lemak berasal dari kata Yunani yang berarti Lipos yang
kelarutannya. Terutama lipid tidak bisa larut dalam air tetapi larut dalam larutan
non polar seperti eter (Hart, 2003). Lemak merupakan senyawa heterogen yang
berikatan dengan asam lemak. Lemak mempunyai struktur utama yang tersusun
dari hidrokarbon dan oksigen dengan sifat umum yaitu tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik seperti bbenzene, ether, dan chloroform. Lemak
[Type text]
Penggolongan lemak terdiri dari lemak dalam tubuh yaitu lipoprotein
(mengandung trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol), lalu ada lemak pangan yaitu
trigliserida, asam lemak jenuh, fosfolipid, serta kolesterol. Sumber lemak sendiri
dapat ditemukan pada lemak hewani dan nabati. Berdasarkan struktur kimianya,
lemak dibedakan menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak tak jenuh
biasanya cair biasanya cair pada suhu kamar, minyak nabati dan lemak yang
ditemukan dalam biji merupakan contoh dari lemak tak jenuh sedangkan lemak
jenuh biasanya padat pada suhu kamar dan ditemukan dalam daging, susu,keju,
xantofil, daan karoten. Lemak kasar terdiri dari lemak dan pigmen, zat-zat nutrien
yang bersifat larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K juga terhitung
sebagai lemak kasar. Analisa lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa
Lemak adalah salah satu zat makanan utama yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan, karena lemak memiliki nilai sumber energi yang tinggi yang dapat
dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi
organisme hidup. Lemak dan minyak penting karena adanya asam-asam lemak
[Type text]
Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang tinggi. Asam lemak akan
menghasilkan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nutrien lain seperti
karbohidrat atau protein ketika dimetabolisme dalam tubuh. Nilai energi lemak
menurut NRC (2001) sedikitnya dua kali lebih besar dari karbohidrat. Asam
lemak yang menyusun lemak mempunyai efek yang baik untuk ternak ataupun
dalam tubuh ternak ruminansia, bentuk lemak yang dapat meningkatkan produksi
Metode yang digunakan untuk analisa lemak kasar antara lain ekstraksi
sokhlet dengan pelarut lemak. Dalam analisis lemak kasar diperoleh suatu zat
yang larut dalam proses ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti ether,
petroleum ether, dan kloroform. Lemak yang dihasilkan disebut lemak kasar
didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan tetapi campuran dari
berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain (Murtidjo,
1987).
[Type text]
Cara analisis kadar lemak kasar secara garis besar dibagi menjadi dua
yaitu cara kering dan cara basah. Salah satu cara analisis lemak dengan cara
ekstraksi antara 4-6 jam untuk mencapai 5-6 sirkulasi. Sokhlet adalah suatu
metode analisis lemak dengan prinsip kerja yaitu pelarut pengekstrak yang ada
dalam labu sokhlet dipanaskan sesuai dengan titik didihnya sehingga menguap.
Uap pelarut ini naik melalui pipa pendingin balik sehingga mengembun dan
menetes pada bagian yang diekstraksi. Pelarut ini merendam bahan dan jika
tingginya sudah melampaui tinggi pipa pengalir pelarut maka ekstrak akan
pelarutnya akan menguap kembali dan lemak akan tertinggal pada labu. Dengan
demikian maka terjadi daur ulang pelarut sehingga setiap kali bahan dieksraksi
tersebut yaitu salah satunya adalah limbah kulit kopi. Dari pengolahan tersebut
akan menghasilkan ± 65% biji kopi dan ± 35% limbah kulit kopi yang mana
limbah kulit kopi tersebut dapat dimanfaatkan menjadi alternatif pakan ternak.
Tabel (mohon isi sama penyusun tabel berapa). Kandungan Nutrien Kulit Kopi
[Type text]
Serat Kasar (%) 19,17
karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus
halus dengan fermentasi atau parsial pada usus besar [ CITATION DJo02 \l 1057 ].
Serat kasar merupakan bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam
sulfat dan natrium hidroksida. Yang termasuk serat yang tidak larut dalam air
Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat bahan
baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena
terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan,
ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi.
Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar
yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan (Tillman, dkk, 1989). Serat kasar
ditentukan dengan cara mendidihkan sisa makanan dari ekstraksi lemak secara
[Type text]
bergantian dengan asam dan alkali dengan konsentrasi tertentu yang nantinya sisa
buang air besar (konstipasi). Namun, tidak semua serat berperan dalam
mengurangi konstipasi, hanya jenis serat yang larut air, sedangkan serat yang
tidak larut dalam air memiliki peranan utama dalam menentukan berat atau
sumber energi bagi mikrooganisme dalam rumen dan sebagai bahan pengisi
rumen, sedangkan bagi hewan monogstrik selulosa tidak dapat dicerna. Setiap
Sampel yang sudah bebas lemak dan telah disarign dipakai untuk
mendapatkan serat kasar sampel bila ditambahkan 1.25% larutan asam sulfat dan
disaring dan kemudian endapan yang didapat dicuci dikeringkan dan ditimbang.
Perbedaan antara endapan sebelum dibakar dan berat abu disebut serat kasar.
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dan
hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna
[Type text]
yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa (Chandra,
2001).
Metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan kadar serat kasar
adalah analisis dengan menggunakan deterjen seperti Acid Deterjen Fiber (ADF)
atau Neutral Deterjen Fiber (NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya
dapat mengukur komponen serat yang larut seperti pektin dan gum, harus
menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat larut
mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat
Setiap hewan ternak membutuhkan serat kasar. Kulit kopi memiliki serat
kasar yang termasuk besar yang baik untuk hewan ternak. Menurut (Budiari,
2009) kandungan serat kasar pada kulit kopi sebanyak 18,17%. Fraksi serat kasar
mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase
2.8.1 Energi
Kata energi berasal dari bahasa Yunani yaitu : En = in artinya dalam dan
Ergon artinya kerja. Sehingga kata energi diartikan sebagai dalam bentuk kerja.
energi panas, energi nuklir, energi aliran panas dan energi molekuler atau energi
kimia yang sangat berperanan sekali dalam bidang ilmu makanan ternak dan
kandungan energi paling tinggi yaitu sebesar 2,25 kali karbohidrat dan protein.
oksidasi karbon (C). Pada lemak relatif sedikit oksigen, sehingga memerlukan
oksigen lebih banyak untuk pembakaran hydrogen (H) da karbon (C). Untuk
dan karbohidrat. Dalam lemak kasar, selain lemak murni tergolong dalam
trigliserida, terdapat juga zat-zat lain yang larut dalam ether. Zat-zat tersebut
akan mengurangi manfaat lemak sebagai sumber energi untuk ternak atau
karbon dioksida, air, dan gas-gas lainnya. Untuk tujuan ini digunakan
dalam bentuk energi kinetik dari suatu reaksi metabolik yang dapat
menimbulkan kerja atau panas. Menurut La voisier dan La place tahun 1780
[Type text]
dari Perancis bahwa panas yang diproduksi hewan berasal dari oksidasi zat
organik bahan makanan yang disuplai, dapat dijadikan sumber energi akibatnya
nilai energi yang dihasilkan dapat dijadikan kriteria nilai gizi pakan atau ransum
sebagai berikut :
menghasilkan energi bruto atau gross energi (GE). Pengukuran energi bruto ini
pakan dengan oksigen). Pengukuran energi bahan makanan ternak atau ransum
2.Them adalah jumlah panas yang dibituhkan untuk menaikkan suhu 1 ton air
1oC.
3.British Them Unit = BTU adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk
4.Joule = 107 Erg adalah jumlah panas yang dibituhkan untuk memindahkan 1
[Type text]
1.kalori (kal) setara 4,184 Joule (J) Crampton
Setiap kandungan nutrien mempunyai nilai setara kalor (energi) yang berbeda
yaitu :
kalorimeter.
[Type text]
2. Mempunyai 2 suhu, sehingga perlu menyamakan suhu dan disetarakan
1.Jacket
3.Bomb berisikan cawan, kawat platina dan sample dalam bentuk pellet,
Bomb
c. Koreksi sulfur (S), bila kandungan S bahan makanan ternak lebih besar
bagi lingkungan. Limbah hasil pengolahan kopi, yaitu berupa daging buah yang
[Type text]
secara fisik komposisi mencapai 48%, terdiri atas kulit buah 42% dan kulit biji
Bahan ekstrak tanpa nitrogen tersusun dari gula, asam organik, pektin,
hemiselulosa dan lignin yang larut dalam alkali. Bahan organik umumnya berasal
dari golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen penyusun utama pati
dan gula yang digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat (Cherney,
monosakarida, disakarida, dan polisakarida yang mudah larut dalam asam dan
karbohidrat, yaitu Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dengan pati dan gula
sebagai komponen penyusun utama yang akan digunakan oleh bakteri untuk
dicerna dan lebih mudah larut, yang dapat dipecah menjadi 6 ikatan karbon
utamanya glukosa, untuk proses penyerapan oleh dinding usus kecil menuju aliran
darah. Nilai kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dipengaruhi oleh daya
monosakarida, atau gula-gula. Komponen ini banyak terdapat pada biji cerealia.
[Type text]
Trend kecernaan BETN meningkat sejalan dengan meningkatnya protein dalam
ransum, hal ini memberi indikasi bahwa protein mempengaruhi pemanfaatan zat
makanan lainnya. Zat makanan relatif sama (kecuali protein kasar) dalam setiap
memanfaatkan karbohidrat yang mudah dicerna terlebih dahulu, dalam hal ini
sumber energi oleh mikroba dalam proses fermentasi. Penurunan kadar BETN
BETN, berarti semakin sedikit pula komponen bahan organik yang dapat dicerna
sehingga semakin sedikit pula energi yang dapat dihasilkan (Sari, dkk, 2015).
pengurangan angka 100% dengan persentase air, abu, protein kasar, lemak kasar,
[Type text]
dan serat kasar. Rumus persen BETN = 100% – ( % Air + % Abu + % PK + %LK
membagi pakan menjadi 6 fraksi yaitu kadar air, abu, protein, lemak kasar, serat
kasar, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (Wiryawan, 2012). Khusus untuk
jumlah dari kelima fraksi yang lain. Analisis ini didasarkan atas komposisi
susunan kimia dan kegunaannya (Tilman, dkk., 1998). Susi (2001) menyatakan
bahwa Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi
presentase air, abu, protein, lemak, dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa
Limbah kulit kopi merupakan salah satu limbah pertanian kopi yang
selama ini belum termanfaatkan secara maksimal sebagai pakan ternak. Menurut
Palinggi, dkk, (2014) dalam ppemanfaatna biji kopi didapat 45% kulit kopi, 5%
kulit ari, dan 40% biji kopi. Berikut ini adalah kandungan nutrien dari kulit kopi.
[Type text]
Sumber : Palinggi, dkk, (2014)
III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
(5) Tang penjepit, untuk mengambil atau memindahkan cawan agar tidak
(2) Kompor listrik/hot plate, untuk membakar sampel sehingga tidak keluar asap
lagi.
[Type text]
(3) Tanur listrik, untuk mengabukan suatu zat padat.
(5) Tang penjepit, sebagai alat yang digunakan untuk mengambil atau
komponen.
(2) Buret 50 cc skala 0,1 ml, berfungsi untuk meneteskan sejumlah larutan
hasil destilasi.
(4) Labu Kjedhal 300 ml, berfungsi untuk destruksi atau digesti protein.
pakan.
(2) Tabung Erlenmeyer, berfungsi sebagai tempat untuk larutan pelarut lemak
(4) Kondensor, berfungsi sebagai pengubah wujud dari gas menjadi cair
(6) Kapas dan biji hekter, berfungsi sebagai bantalan sampel dan perekat agar
(7) Eksikator, berfungsi sebagai alat untuk menyerap uap air setelah proses
pemanasan
(8) Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang sampel, cawan dan benda
(1) Gelas piala khusus 600 ml, berfungsi sebagai wadah untuk menampung sisa
ekstraksi lemak.
(2) Cawan porselen 30 ml, berfungsi sebagai wadah residu atau sampel.
(4) Satu set alat pompa vakum, berfungsi untuk menydeot udara supaya
mempercepat penyaringan.
(6) Kertas Saring bebas abu (Merek Whatman No 41), berfungsi untuk
menyaring sampel.
(9) Tang penjepit, berfungsi untuk mengambil alat yang sulit menggunkan
[Type text]
5. Sumbu pembakar, berfungsi sebagai bahan pembakar sampel.
bomb
e. Statif /standar untuk tutup jaket dan atau tutup bejanabomb, berfungsi
pembakaran.
(1) Kalkulator, sebagai alat hitung untuk menentukan kandungan BETN pada
kulit kopi.
3.2 Bahan
[Type text]
(1) Bahan Pakan, sebagai sampel yang akan di analisis digunakan kurang
(2) Asam sulfat pekat, berfungsi untuk memisahkan nitrogen dalam bahan.
(3) Asam klorida, berfungsi untuk penetapan nilai nitrogen pada cara titrasi.
(5) Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4 . 5H2O . K2SO4 dengan
(6) Asam borax 5%, berfungsi untuk menangkap gas amonia menjadi
[Type text]
(2) Kawat sumbu pembakar, berfungsi sebagai bahan pada saat pembakaran
sampel.
(1) Dikeringkan cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-
105˚C.
(2) Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (catat
sebagai A gram).
(4) Masukan cawan+sampel ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 1050C
[Type text]
(5) Masukkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang. Ulangi
pekerjaan ini dari tahapno 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi.
(6) Setiap kali memindahkan cawan alumunium (baik berisi sampel atau tidak,
(1) Dikeringkan cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-
105˚C.
(2) Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (catat
sebagai A gram).
(3) Dimasukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram kedalam cawan. Catat
sebagai B gram.
(4) Dipanaskan dengan hot plate atau kompor listrik sampai berasap lagi.
beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama
(6) Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan ditimbnag dengan
Destruksi
(1) Timbang contoh sampel kering oven sebanyak 1 gram (Catat sebabai
A gram).
[Type text]
(2) Masukkan ke dalam labu Kjeldhal dengan hati – hati, dan tambahkan 6
(4) Panaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih
(5) Destruksi sudah dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau
Destilasi
(6) Siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati – hati jangan
(7) Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas
sebanyak 2 tetes.
(10) Nyalakan pemanas bunsen dan alirkan air ke dalamran pendingin tegak.
Titrasi
[Type text]
(12) Erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lupa membilas bagian
(13) Kemudian tritrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya catat
hijau ke abuabu. sampai catat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai
C ml.
(1) Disiapkan kertas saring yang telah kering oven (gunakan kertas saring
bebas lemak).
(2) Dibuat selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring, timbang dan
catat beratnya sebagai A gram. Dimasukkan sampel sekitar 2-5 gram dalam
dengan kapas kemudian dihekter, lalu timbang dan catat beratnya sebagai C
labu didihnya. Lakukan ekstraksi (Nyalakan pemanas hot plate dan alirkan
(4) Ekstraksi dilakukan selama lebih kurang 6 jam. Diambil selongsong yang
berisi sampel yang telah diekstraksi dan keringkan didalam oven selama 1
[Type text]
(5) Kloroform yang terdapat dalam labu didih, didestilasi sehingga tertampung
digunakan kembali.
(1) Disiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm , dicatat
sebagai A gram.
(4) Ditambahkan asam sulfat 1,25 % sebanyak 100 ml kemudian pasang pada
corong buchneryang telah dipasang kertas saring (kertas saring ini tidak
beakerglass semula.
[Type text]
(12) Pada penyaringan ini dicuci/dibilas berturut – turut dengan :
d. Aceton 50 ml
(13) Kertas saring dan isinya (residu) dimasukkan ke dalam cawan porselen
digunakanpincet.
sebagai C gram)
(16) Dipanaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian
o o
dimasukam dalamtanur listrik 600 C –700 C selama 3 jam sampai
(17) Didinginkan dalam exsikator selama 30 menit lalu ditimbang dan catat
sebagai D gram.
(4) Bejana bomb diisi dengan oksigen sebesar 30 atmosfir melalui katup
(6) Bejana bomb dimasukkan ke bejana air yang telah diisi aquades.
[Type text]
(7) Bejana air berisi bejana bomb dimasukkan ke dalam wadah jacket, lalu
(9) Motor listrik dinyalakan yang kemudian akan menjalankan pengaduk air
(10) Tombol catu daya ditekan sebagai pemicu pembakaran di dalam bomb.
(11) .Suhu diamati sampai suhu tidak menaik lagi (konstan) dan catat sebagai
data T2.
(1) Disiapkan data kandungan air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat
(2) Dihitung dengan kalkulator jumlah air, abu, protein kasar, lemak kasar,
[Type text]
IV
4.1.1 Hasil
4.1.2 Pembahasan
diperoleh hasil kadar air sebanyak 8,38% sehingga memiliki presentase bahan
[Type text]
kering sebesar 91,62%. Jika dibandingkan dengan literatur, kadar air yang
ditemukan dari hasil percobaan memiliki persentase yang berbeda dengan yang
Perbedaan kadar air ini dapat dikarenakan oleh lama pengeringan yang
kopi yang digunakan dan lokasi tumbuhnya tanaman kopi. Suhu ekstraksi juga
berpengaruh terhadap kadar air pada kulit kopi, semakin tinggi suhu ekstraksinya
maka kadar air yang di dapat cenderung makin turun. Jumlah kadar air yang
rendah menunjukan bahwa kulit kopi tersebut relative stabil dari serangan
4.2.1 Hasil
ditanur
4.2.1 Pembahasan
dapatkan pada praktikum analisis abu, diperoleh hasil kadar abu dalam sampel
bahan pakan berupa kulit kopi sebanyak 7,41%. Jika dibandingkan dengan
[Type text]
beberapa literatur yang telah di dapat, kadar abu yang ditemukan dari hasil
percobaan memiliki persentase yang berbeda dengan yang ada dalam literatur.
Dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan pada kulit kopi dari kopi
yang ada di daerah Jember, Banyuwangi, dan Malang memperoleh kadar abu
berturut-turut sebesar 6,93%, 11,88%, dan 5,6% (Wardhana, 2019). Kadar abu
pada sampel kulit kopi daerah Banyuwangi memiliki kandungan abu yang paling
tinggi yaitu sebesar 11,88% di bandingkan yang lainnya. Hal ini menandakan
bahwa kulit kopi dari Banyuwangi memiliki kualitas yang kurang baik untuk di
Perbedaan kadar abu ini dapat dikarenakan oleh adanya perbedaan jenis
kopi pada suatu daerah dan juga bisa terjadi karena kulit kopi tersebut telah
terkontaminasi oleh tanah pada saat pemisahan dengan bijinya. Dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi persentase kadar abu dalam suatu bahan pakan menandakan
bahwa kualitas kulit kopi kurang baik dan begitu juga sebaliknya semakin rendah
4.3.1 Hasil
Perhitungan kadar serat kasar pada kulit kopi dapat dilihat pada tabel ...,
4.3.2 Pembahasan
Hasil perhitungan analisis protein kasar sampel kulit kopi adalah 9,90%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zul Efendi dan Linda Harta
dalam Jurnal BPTP Bengkulu, kandungan nutrisi kulit kopi non fermentasi seperti
protein kasar sebesar 8,94% sebanding dengan kandungan zat nutirisi rumput.
nilai kadar protein kasar sampel kulit kopi daerah Jember, Banyuwangi dan
Malang berturut-turut adalah 6,77%, 7,82%, dan 8%. Kandungan yang berbeda,
karena kulit kopi yang dianalisis berasal dari daerah yang berbeda, suhu,
disamping harganya yang murah. Hal ini menunjukan bahwa kulit kopi dapat
Menurut Zainuddin (1995), kandungan protein kasar dalam kulit kopi adalah
10,4% dan hasil pengujian prtein dibandingkan dengan SNI 01-2973-2009 dengan
Jadi, hasil perhitungan analisis kadar protein kasar pada praktikum kali
ini dengan sampel kulit kopi sesuai dengan SNI yaitu minimal 9% sama dengan
kulit kopi non fermentasi. Sedangkan pada kopi Jember, Banyuwangi, dan
[Type text]
Malang memiliki kadar protein rendah. Hasil kadar protein kasar yang rendah
mengingat kulit kopi adalah limbah yang cepat rusak dan memiliki kadar air
tinggi.
4.4.1 Hasil
proksimat kandungan lemak dalam kulit kopi dicantumkan dalam Table ...
sampel ekstraksi
……………………………….....g…..……………..………..….. ........%.........
4.4.2 Pembahasan
lemak kasar pada kulit kopi sebesar 9,36%. Hasil penelitian analisis proksimat
kulit kopi dari daerah Jember, Banyuwangi, dan Malang berturut-turut yaitu
0,83%, 0,93%, dan 1,10% (Ruriani, 2013). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
[Type text]
Kulit kopi mengandung betakaroten yaitu senyawa pigmen berwarna
kuning atau jingga yang bersifat larut dalam lemak, tidak larut dalam air, mudah
teroksidasi pada suhu tinggi dan menjadi penyusun vitamin A (Harri, dkk, 2015).
Selain pigmen betakaroten, kulit kopi juga mengandung antosianin yaitu pigmen
yang memberi warna alami pada kopi. Semakin cerah warna kulit kopi maka
semakin tinggi juga kadar pigmennya, juga semakin tua umur kulit kopi maka
kadar pigmen semakin meningkat, varietas yang berbeda pada tanaman dapat
Perbedaan kandungan lemak kasar kulit kopi hasil pengamatan pada praktikum
dengan hasil penelitian yang sangat signifikan ini dapat disebabkan karena kulit
kopi yang digunakan pada praktikum adalah kulit kopi yang sudah tua, sehingga
Pigmen dan vitamin A merupakan salah satu fraksi lemak kasar yang ikut larut
4.5.1 Hasil
Perhitungan kadar serat kasar pada kulit kopi dapat dilihat pada tabel ... ,
[Type text]
Kertas Kertas
oven tanur
4.5.2 Pembahasan
angka yaitu berat sampel 0,534 gram, berat kertas saring 0,246 gram, berat
cawan + kertas saring + sampel sebelum dioven 33,242 gram dan berat cawan +
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zul Efendi dan Linda
Harta dalam Jurnal BPTP Bengkulu, Kandungan kulit kopi setelah melakukan
analisis serat kasar pada kulit kopi Kepahiang dan kulit kopi Rejang Lebong
yang dilakukan oleh Febriana F, dkk dalam Jurnal Zootek, diperoleh hasil
kandungan serat kasar pada kulit kopi adalah 20,02%. Menurut Zaenuddin dan
Murtisari (1995), kandungan serat kasar masih cukup bagus di angka 17,2%.
Kulit kopi memiliki kandungan serat kasar tinggi dan memiliki kandungan
lignin yang dapat larut dalam asam dan basa encer, sehingga akan menganggu
kulit kopi dapat menganggu pencernaan ternak jika diberikan terlalu banyak dan
[Type text]
sering. Lalu, pada penelitian yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Makanan
kopi yang tidak di amoniasi mencapai 34,11%. Kadar serat kasar dapat
diperbaiki dengan pengolahan cara kimia dengan amoniak (NH 3) yang disebut
pada limbah kulit kopi, sehingga pakan dapat mudah dicerna. Setelah
Jadi, hasil perhitungan analisis kadar serat kasar pada praktikum kali ini,
dengan sampel kulit kopi lebih besar dari hasil literatur sama halnya dengan
hasil pada kulit kopi Kepahiang dan Rejang Lebong. Hal ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor seperti perbedaan jumlah sampel yang digunakan pada
analisis dan umur dari kulit kopi berbeda. Untuk memperbaiki kadar serat kasar
[Type text]
4.6 Analisis Energi Bruto
4.6.1 Hasil
Hasil analisis kadar Energi Bruto pada kulit kopi dapat dilihat pada Tabel
Berat sampel Suhu awal (T1) Suhu akhir (T2) Hasil Perhitungan
o o
Gram F F Cal/gram
4.6.2 Pembahasan
calorimeter. Prinsip dari pengukuran Energi Bruto pakan ini adalah konversi
energi dalam pakan (karbohidrat, lemak, protein) menjadi energi panas dengan
cara oksidasi zat makanan tersebut melalui pembakaran. Bomb calorimeter dapat
digunakan untuk mengukur energi bruto dari pakan secara utuh (whole food) atau
dari bagian-bagian pakan (misalnya glukosa, pati, selulosa), jaringan ternak dan
ekskreta (feses, urin). Nilai energi bruto dari suatu bahan pakan tergantung dari
proporsi karbohidrat, lemak dan protein yang dikandung bahan pakan tersebut.
Air dan mineral tidak menyumbang energi pakan tersebut. Nilai energi bruto tidak
[Type text]
menunjukan apakah energi tersebut tersedia untuk ternak atau tidak tersedia,
yang lebih besar, artinya kkeadar serat kasar lebih tinggi, hal ini menunjukkan
bahwa kadar energi yang dihasilkan lebih besar daripada percobaan yang
dilakukan oleh (Utomo, dkk, 1983). Selain itu, penyebab perbedaan kandungan
energi pada saat praktikum dan literatur adalah terdapat perbedaan kandungan
atau komposisi karbohidrat, protein, dan lipid pada masing masing sampel
Hindalia tersebut.
4.7.1 Hasil
proksimat kandungan BETN dalam kulit kopi dicantumkan dalam Table ...
4.7.2 Pembahasan
[Type text]
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada praktikum didapatkan
kandungan BETN kulit kopi sebesar 25,25 %. Menurut Palinggi, dkk, (2014)
kadar BETN pada kulit kopi tanpa fermentasi adalah sebesar 30,55%, sedangkan
rata-rata kadar BETN kulit kopi yang sudah difermentasi sebesar 28,23%. Hal ini
penelitian Palinggi dengan hasil praktikum, namun apabila kulit kopi sudah
pada praktikum.
bahan mudah larut. Hemiselulosa dirombak menjadi monomer gula dan asam
asetat. Kulit kopi yang difermentasi dapat meningkatkan kadar protein kasar,
lemak kasar, dan kadar abu kulit kopi serta cenderung menurunkan kadar serat
[Type text]
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
kesimpulan, yaitu :
(1) Banyaknya kadar air pada kulit kopi pada praktikum yang kami lakukan
sebesar 91,62%
(2) Banyaknya kadar abu pada kulit kopi pada praktikum yang kami lakukan
(3) Banyaknya kadar protein kasar pada kulit kopi pada praktikum yang
(4) Banyaknya kadar lemak kasar pada kulit kopi pada praktikum yang kami
(5) Banyaknya kadar serat kasar pada kulit kopi pada praktikum yng kami
lakukan adalah sebanyak 38,7 %
(6) Banyaknya kadar energi bruto pada kulit kopi pada praktikum yang kami
(7) Banyaknya kadar BETN pada kulit kopi pada praktikum yang kami
5.2 Saran
alat – alat yang lebih canggih, serta menjaga kebersihan labotarium agar selalu
DAFTAR PUSTAKA
[Type text]
Efendi, Z., & Harta, L. (2013). Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi
(Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). Litbang
Pertanian BPTP: Bengkulu.
Kartadisastra, H. (1997). Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak
Ruminansia. Kanisius: Yogyakarta.
Putri, A. (2006). Fermentabilitas dan Kecernaan In-Vitro Ransum yang Diberi
UREA Mollases Multinutrient Block atau Suplemen Pakan Multinutrient.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Ruriana, E., Nafi, A., & S.C, T. (2013). Karakteristik Kulit Kopi Hasil Samping
Pengolahan Kopi Metode Kering untuk Produksi Bioetanol. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Jember: Jember.
Sumantri, A. (2013). Analisis Kimia Pangan. UGM Press: Yogyakarta.
Sutardi, T. (2009). Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Wardhana, I. D. (2019). Karakteristik Kulit Kopi Robusta Hasil Samping
Pengelolaan Metode Kering dari Perkebunan Kopi Rakyat Jawa Timur.
Jurnal Agritrop Vol.17(2), 214-223.
Winarno, F. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Efendi, Z., & Harta, L. (2013). Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi
(Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). Litbang
Pertanian BPTP Bengkulu, Bengkulu.
Hermayanti, Y., & Eli, G. (2006). Modul Analisis Proksimat. Padang: SMAK P
Padang.
Hernawati. (2010). Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan, dan
Evaluasi Energi pada Ternak. Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Isnaharani, Y. (2009). Pemanfaatan Tepung Jerami Nangka dalam Pembuatan
Cookies Tinggi Serat. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Joseph, D. (2002). Manfaat Serat Pangan Makanan. Bogor: IPB Press.
Khalil, M. (2016). Pengaruh emberian Limbah Kulit Kopi (Coffea sp.) Amoniasi
Sebagai Pakan Alternatif Terhadap Pertambahan Bobot Ayam Broiler.
Journal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume.01(01), 119-130.
[Type text]
Piliang, W., & Djojosoebagjo, S. (1996). Fisiologi Nutrisi Edisi Kedua. UI Press:
Jakarta.
Tatilu, F., Somphie, F., Imbar, M., & Kowel, Y. (2015). Pengaruh Penggantian
Dedak Halus dengan Kulit Kopi Terhadap Persentase Karkas dan Lemak
Abdomen Broiler. Jurnal Zootek, Volume.35(02), 267-274.
Tillman, A., Hartadi, H., Prwawirokusomo, S. R., & L.Lebdosoekojo. (1989).
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada Univesity Press: Yogyakarta.
Diniyah, Nurud. 2013. Ekstraksi Dan Karakterisasi Polisakarida Larut Air Dari
Runiani, Eka. 2013. Karakterisasi Dan Pre-Treatment Kulit Kopi Hasil Samping
Sasongko Endar Budi, Endang Widyastuti, Rawuh Edy Priyono. 2014. Kajian
Kualitas Air dan Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat di Sekitar
Wardhana Danu Indra, Eka Runiani, Ahmad Nafi. 2019. Karakteristik Kulit Kopi
[Type text]
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas
Wardhana Danu Indra, Eka Runiani, Ahmad Nafi. 2019. Karakteristik Kulit Kopi
Budiari, N.L.G. 2014. Pengaruh Aras Kulit Kopi Fermentasi dalam Ransum
Terhadap Pertumbuhan Kelinci Lokal Jantan (Lepus negricollis) (tesis).
Denpasar. Universitas Udayana.
Fazidah, A.S., Tri, M. 2020. Metabolisme Lipid dalam Tubuh. Jurnal Inovasi
Kesehatan Masyarakat. 1(2).
Harri, P, A., Sukatiningsih., Wiwik, S. W. 2015. Ekstraksi Senyawa Antioksidan
Kulit Buah Koi : Kajian Jenis Kopi dan Lama Maserasi
Hart, H., craine, L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas.
Erlangga : Jakarta.
Khairul. 2009. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa Bandung.
Melwita, E., Fatmawati, & Oktaviani, S. (2014). Ekstraksi Minyak Biji Kapuk
dengan Metode Ekstraksi Soxhlet. Jurnal Teknik Kimia, 20(192), 20–27.
[Type text]
Slamet Sudarmadji, Bambang Haryono,S. (2007). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta bekerjasama dengan Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Sutantyo E. 2011. The Effect of Palm Oil, Peanut Oil and Margarine on Serum
Lipoprotein and Aterosklerosis in Rats. Jurnal Gizi Indonesia. 2(1): 19-29.
Quine, B. R. 2014.Pengaruh Pemberian Tepung Limbah Kopi Sebagai Pakan
Tambahan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler.Skripsi
tidak diterbitkan. Banda Aceh: Prodi FKIP Unsyiah.
Mayasari, N. 2009.Pengaruh Penambahan Kulit Buah Kopi Robusta(Coffea
canephora) Produk Fermentasi Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus)
Dalam Ransum Terhadap Konsentrasi VFA Dan NH3(In Vitro). Bandung:
KPP Ilmu Hayati LPPM ITB.
Afrijon. 2011. Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat
Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in–
vitro.Jur. Embrio,vol. 4 (1): 1-5.
Zain, M. 2009. Substitusi Rumput Lapangan dengan Kulit Buah Coklat Amoniasi
dalam RansumDomba Lokal. Jurnal Media Peternakan,vol. 32 (1): 47-52.
Widyotomo, S. 2012. Potensi Dan Teknologi Diversifikasi Limbah Kopi Menjadi
Produk Bermutu Dan Bernilai Tambah. Review Penelitian Kopi dan
Kakao 1(1) 2013, hal 63-80.
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
[Type text]
Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
[Type text]
LAMPIRAN
Analisis Air
[Type text]
Gambar 5. Tang Penjepit
Analisis Abu
[Type text]
Gambar 1. Labu Kjedhal 300 ml Gambar 2. Labu Kjedhal 300
ml
[Type text]
Gambar 3. Timbangan Analitis Gambar 4. Eksikator
Gambar 6. Kloroform
Gambar 5. Tang Penjepit
[Type text]
Gambar 1. Seperangkat Alat Pemasak Gambar 2. Seperangkat
Alat Penyaring
[Type text]
Analisis Energi Bruto
[Type text]
Gambar 6 Bejana Bomb
Gambar 5 Hot Plate
Gambar 1. Kalkulator
Analisis Air
[Type text]
( Berat cawan+ sampel ) −( Berat cawan+ sampel oven )
Air ( % ) = ×100 %
Berat sampel awal
9,71−9,365
¿ ×100 %
4,117
¿ 8,83 %
Analisis Abu
C− A
Abu ( % )= × 100 %
B
21,097−20,996
Abu ( % )= ×100 %
1,363
0,101
Abu ( % )= × 100 %
1,363
Abu ( % )=7,41 %
C x B x 14 x 0,001 x 6,25
PK(%) = x 100
A
0,0250
= x 100
0,253
B = Volume Titrasi
C = Normalitas HCl
[Type text]
6,25 = Angka konversi nitrogen
( C− A )−D
SK(%) = x 100
B
(33,242−0,246)−32,784
= x 100
0,534
32,996−32,784
= x 100
0,534
0,212
= x 100
0,534
SK(%) = 39,7 %
B = Berat sampel
Rumus :
[Type text]
T 2−T 1
Energi Bruto (cal/gr) = x 2417
Berat Sampel( A)
24,67 C−23,25C
= x 2417
0,873
3931,432 cal/gr
Rumus :
Lampiran 4. Konversi BK
[Type text]
[Type text]