Anda di halaman 1dari 78

ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO KULIT KOPI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

Diajukan untuk Memenuhi


Tugas Praktikum Nutrisi Ternak

A9

AULIYA AZZAHRA 200110190008


SITY TUPLYHATUL Z 200110190099
YENDING IDHAM R 200110190129
YULIANA MAGDALENA 200110190283

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK RUMINANSIA DAN KIMIA


MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
[Type text]
ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO KULIT KOPI

Oleh:

A9

AULIYA AZZAHRA 200110190008


SITY TUPLYHATUL Z 200110190099
YENDING IDHAM R 200110190129
YULIANA MAGDALENA 200110190283

Menyetujui:

Vegy Syahrial

Asisten I

[Type text]
Lathifah

Asisten II

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T karena berkat

rakhmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum ini.

Dengan rasa penuh tanggung jawab maka kami menyusun laporan ini

berdasarkan praktikum yang kami lakukan di Labotarium Nutrisi Ternak

Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Nutrisi Ternak.

Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik

aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.

Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki kami.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga

penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan

pendidikan dimasa yang akan datang. Selanjutnya dalam penulisan laporan ini

penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Oleh karana itu kami ingin

mengucapkan ucapan terimakasih kepada :

[Type text]
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ujang Hidayat Tanuwira, M.Si. selaku Dosen Mata Kuliah

Nutrisi Ternak yang telahbanyak memberikan bimbingan dan arahan terhadap

penulis dalam penyusunan laporan ini.

Lathifah Jasmine selaku Asisten Labotarium Mata Kuliah Nutrisi Ternak

Vegy Syahrial selaku Asisten Labotarium Mata Kuliah Nutrisi Ternah

Rekan-rekan kelompok 9 yang telah menyusun, memberi dorongan dan berbagi

pengalaman pada proses penyusunan laporan ini.

Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal

shaleh senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya laporan ini

dapat bermanfaat bagi pembangunan pendidikan pada umumnya dan peningkatan

mutu serta kemampuan professional peternakan pada khususnya.

Jatinangor, Desember 2020

Kelompok 9

[Type text]
ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO KULIT KOPI

A9

ABSTRAK

[Type text]
ANALIS__

A9

ABSTRACT

[Type text]
DAFTAR ISI

Bab Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR ILUSTRASI

DAFTAR LAMPIRAN

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan Praktikum
[Type text]
1.4 Kegunaan Praktikum
1.5 Waktu dan Tempat Praktikum

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Deskripsi Bahan


2.2 Kandungan Zat Makanan Bahan
2.3 Analisis Air
2.3.1 Air
2.3.2 Kegunaan Air

[Type text]
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk

mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat

pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat

memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama

pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Kualitasnya

pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang menyusunnya. Pakan memiliki

peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk

mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta

tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya

tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan,

jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah

cukup.

[Type text]
Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif

bijaksana dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak. Limbah sebagai bahan

pakan selalu dikaitkan dengan harga yang murah dan kualitas yang rendah.

Pemanfaatan limbah kulit kopi dapat dipilih sebagai salah satu alternatif bahan

pakan ternak, dikarenakan limbah kulit kopi memiliki kandungan proteinyang

relatif tinggi sekitar 11%. Hasil analisis proksimat menunjukkan, limbah kulit

kopi mengandung 6,67% protein kasar, dengan serat kasar 18,28%, lemak 1,0%,

kalsium 0,21%, danfosfor 0,03%. Ketersediaan jumlah bahan ini di daerah-daerah

yang ada di Indonesia, dan belumtermanfaat dengan baik (Londra, 2007:538).

Penelitian terbaru mengenai pengolahan limbah kulit kopi sebagai

alternatif pakan tambahan yang diberikan untuk proses penggemukan ternak,

menunjukkan hasil bahwa pemberian tepung limbah kulit kopi sebagai pakan

tambahan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan ternak, dan

rataan bobot badan terbaik pada perlakuan pemberian tepung limbah kulit kopi

dengan konsentrasi 5%.(Quine, 2014:40).

Di dalam kulit kopi mengandung selulosa,hemiselulosa, dan lignin. Lignin

merupakan salah satu komponen penyusun tanaman yang membentuk bagian

struktural dan sel tumbuhan, yang kandungannya dalam kulit kopi yaitu 52,59%

Mayasari (2009:3). Kandungan lignin yang tinggi dalam limbah kulit kopi dapat

menghambat proses pencernaan bagihewan ternak. Untuk meningkatkan

pemanfaatan dan nilai gizi dari limbah pertanian sebagai bahanpakan tersebut,

maka perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dijadikan pakan. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengolahan dengan amoniasi urea

(Afrijon, 2011:1). Amoniasi dengan urea terhadap pakan serat mampu

meningkatkan nilai manfaat pakan tersebut(Belgess dkk, 2007:1360). Upaya

[Type text]
pengolahan dalam meningkatkan nilai manfaat pakan serat yang berasal dari hasil

samping perkebunan perlu dilakukan. Amoniasi dengan urea merupakan salah

satuteknik pengolahan yang cukup sederhana dan mudah diadopsi oleh

masyarakat (Zain, 2009:48). Pemanfaatan limbah kulit kopi amoniasi sebagai

pakan alternatif untuk ternak in imenjadi salah satu kajian yang penting untuk

meningkatkan potensi pemanfaatan limbah kulit kopi. Oleh karena itu, penelitian

ini bertujuan mengkaji mengenai pengaruh pemberian limbah kulit

kopi(Coffeasp.) amoniasi sebagai pakan alternatif terhadap pertambahan ternak.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Berapa persentase kandungan kadar air dari kulit coklat.

(2) Berapa persentase kandungan kadar abu dari kulit coklat.

(3) Berapa persentase kandungan kadar lemak kasar dari kulit coklat.

(4) Berapa persentase kandungan kadar serat kasar dari kulit coklat.

(5) Berapa persentase kandungan kadar energi bruto dari kulit coklat.

(6) Berapa persentase kandungan kadar protein kasar dari kulit coklat.

(7) Berapa persentase kandungan kadar BETN dari kulit coklat.

1.3 Tujuan Praktikum

(1) Mengetahui kandungan kadar air dari kulit coklat.

(2) Mengetahui kandungan kadar abu dari kulit coklat.

(3) Mengetahui kandungan kadar lemak kasar dari kulit coklat.

(4) Mengetahui kandungan kadar serat kasar dari kulit coklat.

(5) Mengetahui kandungan kadar energi bruto dari kulit coklat.

(6) Mengetahui kandungan kadar protein kasar dari kulit coklat

(7) Mengetahui kandungan kadar BETN dari bahan kulit coklat.

1.4 Kegunaan Praktikum

[Type text]
Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat memahami dan mengetahui

metode analisis proksimat dengan mengidentifikasi kandungan zat pada kulit

kopi.

1.5 Waktu dan Tempat Praktikum

Analisis Air – Analisis Bruto

Waktu : 15.30 – 17.30

Hari/ Tanggal : 4 November – 3 Desember, 2020

Tempat : Labotarium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia

Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran

[Type text]
II

KAJIAN K EPUSTAKAAN

2.1 Deskripsi Bahan

2.1.2 Buah Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi

dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi Arabika, 26% berasal dari spesies

kopi Robusta, dan 4% dari spesies kopi lain. Kopi berasal dari Afrika, yaitu

daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat

dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman

di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo Pudji, 2012).

Di Indonesia kopi mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawa oleh VOC.

Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat

coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup

menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke

berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).

[Type text]
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kopi Klasifikasi tanaman kopi

(Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo: Rubiales

Famili: Rubiaceae

Genus: Coffea Spesies : Coffea sp. [ Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea

liberica,Coffea excelsa ]

Bagian utama dalam buah kopi adalah kulit luar buah yang berwarna

merah saat masak (epikarp), lapisan lendir buah (mesokarp), cangkang kopi

(endokarp), dan embrio kopi. Epikarp dan mesokarp kopi memiliki kandungan air

yang cukup tinggi, sehingga memiliki tekstur kulit yang lunak. Endokarp buah

berupa cangkang berwarna putih dan keras.Kopi termasuk tanaman yang

menghasilkan limbah hasil sampingan yang cukup besar dari hasil pengolahan.

Biji kopi secara berurutan terlindungi oleh kulit buah (Outer skin), daging buah

(mesocarp) , lapisan lender, kulit tanduk (pactin layer) dan kulit ari (parchment).

Pengupasan kulit buah kopi (pulping) merupakan salah satu tahapan proses

pengolahan kopi yang membedakan antara pengolahan kopi cara basah dengan

kering. Mesin pengupasan kulit kopi basah (pulper) digunakan untuk atau

komponen kulit buah dari bagian kopi berkulit cangkang (Widyotomo, 2012).

2.1.2 Limbah Kopi

[Type text]
Potensi limbah yang diperoleh dari tahapan pengolahan kopi adalah kulit

kopi yang terdiri atas kulit buah basah, limbah cair yang mengadung lendir, dan

kulit gelondong kering maupun cangkang kering. Limbah sampingan berupa kulit

kopi jumlahnya berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil panen. Bila hasil panen

sebanyak 1000 kg kopi segar berkulit, maka yang menjadi biji kopi sekitar 400-

500 kg dan sisanya adalah hasil sampingan berupa kulit kopi (Efendi dan Harta,

2014).

Kulit gelondong kering yang terdiri dari kulit luar dan kulit buah

mengandung gula reduksi, gula non pereduksi dan senyawa pektat masing-masing

sebesar 12,4%; 2,02% dan 6,52% (Wilbaux, 1963 dalam Widyotomo, 2012) dan

10,7% protein kasar serta 20,8% serat kasar (Elias, 1979 dalam Widyotomo,

2012).Limbah kulit kopi mempunyai kandungan serat sebesar 65,2 %. (Siswati,

dkk., 2012).

Dengan proses fermentasi, mikroorganisme akan mengubah glukosa

setelah proses hidrolisis menjadi etanol. Delapan puluh dua persen luasan area

perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh kopi jenis Robusta, sedangkan

sisanya sebesar 18% berupa kopi Arabika (Widyotomo, 2012).Kulit buah kopi

merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk mendapatkan biji kopi yang

selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi. Kandungan zat makanan kulit buah kopi

dipengaruhi oleh metode pengolahannya apakah

[Type text]
2.2 Kandungan Zat Nutrien Bahan

Menurut data statistik (BPS, 2013), produksi biji kopi di Indonesia

mencapai 611.100 ton dan menghasilkan kulit kopi sebesar 1.000.000 ton. Jika

tidak dimanfaatkan akan menimbulkan pencemaraan yang serius. Pengolahan cara

kimia dengan amoniak (NH3) disebut sebagai amoniasi. Keuntungan pengolahan

ini, selain meningkatkan daya cerna juga sekaligus meningkatkan kadar protein,

dapat menghilangkan aflatoksin dan pelaksanaannya sangat mudah.

Kelemahannya pengolahan ini utamanya untuk pakan ruminansia. Amoniak dapat

menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel sehingga

membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa dan

memudahkan pencernaan oleh selulase mikroorganisme. Amoniak akan terserap

dan berikatan dengan gugus asetil dari bahan pakan, kemudian membentuk garam

amonium asetat yang pada akhirnya terhitung sebagai protein bahan. Struktur

dinding sel kulit kopi menjadi lebih amorf dan tidak berdebu, sehingga menjadi

lebih mudah di tangani.

Kulit kopi mempunyai kandungan BK=90.52, PK=6.27, LK=1.31,

SK=34.11 dan TDN=57.20%. Namun demikian kulit kopi hanya sebagian kecil

dimanfaatkan sebagai penghasil bahan bakar minyak (bioetanol) dan sebagian

besar lainnya dibuang atau dibenamkan dalam tanah untuk Serambi digunakan

sebagai pupuk organik pada lahan perkebunan. Komposisi kandungan kulit kopi

dijelaskan dalam Tabel .

Tabel (mohon isi sama penyusun tabel berapa). Kandungan Nutrien Kulit Kopi

Zat Makanan Jumlah

Protein Kasar (%) 9,94

Lemak Kasar (%) 1,97

[Type text]
Serat Kasar (%) 19,17

Kalsium (%) 0,68

Posfor (%) 0,20

Energi metabolisme (kkal/kg) 3306

TDN (%) 50,6

Sumber : Budiari, (2009)

2.3 Analisis Air

2.3.1 Air

Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan makhluk

hidup sebagai media pengangkut zat-zat makanan, serta sebagai sumber energi

dan berbagai keperluan lainnya (Arsyad, 1989). Air diketahui sebagai substansi

yang mempunyai keistimewaan sebagai penghantar panas yan dihasilkan dari

reaksi kimia dalam proses metebolisme (Tillman, 1998).

Air memiliki fungsi sebagai bahan yang mampu mendispersikan senyawa

yang terdapat dalam bahan makanan juga sebagai pelarut. kandungan air dalam

bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan

itu. Air juga merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan. kandungan air

dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan (Winarno,

2004).

2.3.2 Kegunaan Air

Manusia sebagai makhluk hidup pasti memerlukan air untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari. Salah satunya yaitu kebutuhan akan air minum.

Sebagian besar bagian dalam tubuh manusia mengandungi air sekitar 70%. Secara

[Type text]
wajar, kebutuhan air rata-rata yaitu 60 l/orang/hari. Bagi segala keperluannya. Air

memiliki fungsi sebagai bahan yang mampu mendispersikan senyawa yang ada

dalam bahan makanan. Pada beberapa bahan, air berfungsi sebagai pelarut. Air

dapat melarutkan berbagai macam garam, urutan yang larut air, mineral, dan

senyawa cita rasa.

2.3.3 Metode Analisis Air

Prinsip analisis kadar air dengan pengeringan atau pemanasan yaitu

menguapkan air yang terdapat dalam bahan menggunakan energi panas, kemudian

ditimbang. Bahan yang akan di analisis kadar airnya di panaskan menggunakan

oven pengering dengan suhu tertentu (Sudarmadji, 1989). Metode pengukuran

kadar air yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi,

atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan

kelembapan sebanyak mungkin (sudajat, 2007).

2.3.4 Kandungan Air Kulit Kopi

Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang

dinyatakan berdasarkan berat kering atau berat basah. Kandungan air pada kulit

kopi berkisar antara 8-9% (Wardhana, 2019). Hal ini disebabkan oleh pengeringan

yang dilakukan di bawah sinar matahari sebelum bahan pakan dihaluskan. Jumlah

kadar air yang rendah dalam bahan pakan menunjukkan bahwa kulit kopi relatif

stabil dari serangan mikroba sehingga cukup aman dari kerusakan.

2.4 Analisis Abu

2.4.1 Abu

[Type text]
Abu merupakan zat anorganik sisa pembakaran suatu bahan organik

(Sudarmadji, dkk, 1996). Kandungan dan komposisi abu tergantung terhadap jenis

bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu berhubungan dengan kandungan

mineral pada suatu bahan. Perhitungan kadar abu mempunyai tujuan untuk

mengetahui baik atau tidaknya suatu pakan, membedakan antara makanan asli dan

sintesis serta sebagai parameter satu bahan (Irawati, 2008).

Abu merupakan hasil pembakaran sempurna dari suatu bahan, sampai

semua senyawa organiknya berubah menjadi gas dan menguap, sedangkan hasil

sisa yang tertinggal merupakan oksida mineral (abu).

2.4.2 Kegunaan Abu

Kadar abu tidak terlalu memberikan nilai penting, melainkan hanya

digunakan untuk perhitungan BETN. Semakin tinggi kadar abu maka semakin

buruk kualitas pakan. Kelebihan kadar abu dapat menurunkan nafsu makan dan

mengganggu keseimbangan serta penyerapan mineral lainnya. Sedangkan

kekurangan kadar abu akan menganggu proses metabolisme tubuh, menghambat

pertumbuhan tulang, dan menganggu kerja otot.

2.4.3 Metode Analisis

Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting digunakan untuk

menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990).

Kandungan abu dapat ditentukan dengan melakukan pengabuan terhadap bahan

pakan di dalam tanur dengan suhu temperatur 600˚ - 700˚C sampai semua karbon

hilang dari sampel. Dengan suhu yang tinggi, bahan organic yang terdapat dalam

bahan pakan akan terbakar, dan sisanya adalah abu yang mengandung bahan

[Type text]
organic seperti sulfur dan fosfor dari protein, serta beberapa bahan yang mudah

terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan menghilang

selama pembakaran (Anggorodi, 1994).

2.4.4 Kandungan Abu Bahan

Setiap bahan pakan pasti mengandung abu yang berbeda-beda. Pada kulit

kopi, diketahui kandungan abunya sebanyak 11,28% (Budiari, 2009). Komponen

abu dalam analisis proksimat tidaklah terlalu penting karena abu tidak mengalami

pembakaran sehingga tidak menghasilkan energi. Jumlahabu yang terdapat dalam

bahan pakan hanya digunakan untuk perhitungan BETN.

2.5 Analisis Protein Kasar

2.5.1 Protein Kasar

Protein merupakan sumber essensial bagi kehidupan, karena sebagai

protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Maka, protein adalah zat atau

komponen penting yang harus ada dalam makanan [ CITATION TSu09 \l 1057 ] .

Protein kasar adalah kandungan protein dalam bahan makanan yang dapat

mengalikan kandungan nitrogennya dengan faktor konversi yaitu 6,25. Definisi

tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan

adalah 16 /100 gram protein. Kenyataanya nitrogen yang terdapat dalam bahan

pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal

dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein dari perhitungan

(Kamal,1998).

[Type text]
2.5.2 Kegunaan Protein

Beberapa fungsi protein dalam tubuh termasuk untuk memperbaiki

jaringan,pertumbuhan jaringan baru, metabolisme (deaminasi) untuk energi,

metabolisme kedalam zat-zat vital dalam fungsi tubuh, enzim-enzim yang

essensial bagi fungsi yang normal dan hormon-hormon tertentu. Kegunaan protein

bagi ternak ruminansia adalah untuk proses regenerasi sel atau membangun Pada

protein kasar tidak hanya mengandung protein saja, tetapi mengandung nitrogen

yang bukan berasal dari protein (non protein kasar). Nilai gizi protein adalah

kemampuan protein untuk memenuhi kebutuhan asam amino yang diperlukan

[ CITATION APu06 \l 1057 ].

Berdasarkan sumbernya, protein ada 2 yaitu golongan protein yang berasal

dari tanaman dan protein yang berasal dari hewan. Kedua golongan protein

tersebut di dalam alat pencernaan ternak ruminansia (rumen) dihidrolisis oleh

bakteri rumen menjadi asam amino yang selanjutnya mengalami perubahan

menjadi asam organik, amonia dan CO2. Amonia akan digunakan bakteri dalam

mensitesis protein mikroba yang kemudian dicerna oleh ternak ruminansia di

dalam perut yang sebenernya, yaitu abomasum [ CITATION HRK97 \l 1057 ]. Semua

protein tanaman dan hewan terdiri dari beberapa asam amin yang merupakan

satuan penyusun protein tubuh.

2.5.3 Metode Analisis Protein Kasar

Metode dalam analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu

secara kualitatif dan secara kuantitatif. Analisis protein secara kualitatif yaitu

terdiri dari reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi

[Type text]
Nitroprusida, dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan, analisis protein secara

kuantitatif dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol,

metode Lowry, metode Biuret, dan metode spektrofotometri UV (Poedjiadi dan

Titin, 2009).

Metode kjedhal yang dilakukan untuk menganalisis kadar protein dalam

bahan makanan secara tidak langsung [ CITATION ASu13 \l 1057 ] . Analisis dengan

cara ini adalah kadar nitrogennya secara kimiawi yang hasilnya dikalikan dengan

6,25. Faktor tersebut digunakan karena protein mengandung nitrogen kurang lebih

16% dari protein. Prinsip metode kjedhal adalah senyawa-senyawa yang

mengandung nitrogen tersebut mengalami oksidasi dan dikonversi menjadi

amonia dan bereaksi dengan asam sulfat pekat membentuk garam amonium.

Kemudian ditambahkan basa untuk menetralisasi suasana reaksi, lalu didestilasi

dengan asam dan dititrasi untuk mengetahui jumlah N yang di konversi

[ CITATION ASu13 \l 1057 ].

Pada tahap destruksi sampel dipanaskan dalam asam sulfat sehingga

terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi

menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menadi

(NH4)SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator

campuran. Lalu pada tahap destilasi amonium sulfat dipanaskan. Agar selama

destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan dapat ditambahkan

logam Zn (Sudarmadji, 1989). Pada titrasi larutan asam pada penampung destilasi

yang dapat digunakan adalah larutan standar asam kuat seperti asam sulfat atau

asam borax. Jika dipakai larutan asam borax maka disebut titrasi tidak langsung.

Titrasi ini disebut titrasi kembali karena jumlah asam yang bereaksi dengan

[Type text]
amonia tersedia dalam keadaan berlebih sehingga melewati titik ekuivalen reaksi.

Oleh karena itu, analisis harus mengembalikan titik ekuivalen reaksi dengan titrasi

menggunakan NaOH [ CITATION ASu13 \l 1057 ].

2.5.4 Kandungan Protein Kasar dalam Kulit Kopi

Protein kasar sangat penting untuk kebutuhan hewan ternak. Dalam kulit

kopi memiliki kandungan protein kasar sebanyak 10,4% (Zainuddin, 1995).

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena

zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat

pembangun dan pengatur. Protein adalah polimer dari asam amino yang

dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-unsur

C, H, O, N, P, S dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan

tembaga [ CITATION FGW04 \l 1057 ].

2.6 Analisis Lemak Kasar

2.6.1 Lemak Kasar

Lipid atau lemak berasal dari kata Yunani yang berarti Lipos yang

merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang diberikan oleh sifat

kelarutannya. Terutama lipid tidak bisa larut dalam air tetapi larut dalam larutan

non polar seperti eter (Hart, 2003). Lemak merupakan senyawa heterogen yang

berikatan dengan asam lemak. Lemak mempunyai struktur utama yang tersusun

dari hidrokarbon dan oksigen dengan sifat umum yaitu tidak larut dalam air, tetapi

larut dalam pelarut organik seperti bbenzene, ether, dan chloroform. Lemak

disimpan oleh tubuh sebagai penghasil energi (Fazidah, dkk, 2020).

[Type text]
Penggolongan lemak terdiri dari lemak dalam tubuh yaitu lipoprotein

(mengandung trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol), lalu ada lemak pangan yaitu

trigliserida, asam lemak jenuh, fosfolipid, serta kolesterol. Sumber lemak sendiri

dapat ditemukan pada lemak hewani dan nabati. Berdasarkan struktur kimianya,

lemak dibedakan menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak tak jenuh

biasanya cair biasanya cair pada suhu kamar, minyak nabati dan lemak yang

ditemukan dalam biji merupakan contoh dari lemak tak jenuh sedangkan lemak

jenuh biasanya padat pada suhu kamar dan ditemukan dalam daging, susu,keju,

miyak kelapa, dan minyak kelapa sawit (Poedjiadi, 1994).

Lemak kasar merupakan lemak yang dihasilkan dari ekstraksi klorofil,

xantofil, daan karoten. Lemak kasar terdiri dari lemak dan pigmen, zat-zat nutrien

yang bersifat larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K juga terhitung

sebagai lemak kasar. Analisa lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa

ether sebagai pelarutnya (Khairul, 2009).

2.6.2 Kegunaan Lemak Kasar

Lemak adalah salah satu zat makanan utama yang dibutuhkan dalam

pertumbuhan, karena lemak memiliki nilai sumber energi yang tinggi yang dapat

digunakan aktifitas sehari-hari. Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar

dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi

organisme hidup. Lemak dan minyak penting karena adanya asam-asam lemak

esensial yang terkandung di dalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A, D,

E, dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Sutantyo, 2011).

[Type text]
Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang tinggi. Asam lemak akan

menghasilkan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nutrien lain seperti

karbohidrat atau protein ketika dimetabolisme dalam tubuh. Nilai energi lemak

menurut NRC (2001) sedikitnya dua kali lebih besar dari karbohidrat. Asam

lemak yang menyusun lemak mempunyai efek yang baik untuk ternak ataupun

manusia. Rumen memproduksi asam lemak tertentu yang berperan penting

sebagai regulator dalam sintesis lemak susu (Wina, dkk, 2013)

Penggunaan lemak dalam ransum ruminansia dapat menyebabkan

kelengketan. Oleh sebab itu, perlu diketahui bagaimana lemak dimetabolisme di

dalam tubuh ternak ruminansia, bentuk lemak yang dapat meningkatkan produksi

maupun reproduksi ternak atau dapat mempengaruhi efisiensi produksi. Kalsium

asam lemak dapat meningkatkan produksi susu, memperbaiki reproduksi dan

meningkatkan kebuntingan (Wina, dkk, 2013).

2.6.3 Metode Analisis

Metode yang digunakan untuk analisa lemak kasar antara lain ekstraksi

sokhlet dengan pelarut lemak. Dalam analisis lemak kasar diperoleh suatu zat

yang larut dalam proses ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti ether,

petroleum ether, dan kloroform. Lemak yang dihasilkan disebut lemak kasar

karena masih terkandung fraksi lain di dalamnya (Ridla,2014). Lemak yang

didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan tetapi campuran dari

berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain (Murtidjo,

1987).

[Type text]
Cara analisis kadar lemak kasar secara garis besar dibagi menjadi dua

yaitu cara kering dan cara basah. Salah satu cara analisis lemak dengan cara

kering yaitu menggunakan metode ekstraksi sokhlet (Slamet, dkk, 2007).

Penentuan kadar lemak menggunakan metode sokhlet memerlukan waktu

ekstraksi antara 4-6 jam untuk mencapai 5-6 sirkulasi. Sokhlet adalah suatu

metode analisis lemak dengan prinsip kerja yaitu pelarut pengekstrak yang ada

dalam labu sokhlet dipanaskan sesuai dengan titik didihnya sehingga menguap.

Uap pelarut ini naik melalui pipa pendingin balik sehingga mengembun dan

menetes pada bagian yang diekstraksi. Pelarut ini merendam bahan dan jika

tingginya sudah melampaui tinggi pipa pengalir pelarut maka ekstrak akan

mengalir ke labu sokhlet. Ekstrak yang terkumpul dipanaskan lagi sehingga

pelarutnya akan menguap kembali dan lemak akan tertinggal pada labu. Dengan

demikian maka terjadi daur ulang pelarut sehingga setiap kali bahan dieksraksi

dengan pelarut baru (Melwita, Fatmawati, & Oktaviani, 2014).

2.6.4 Kandungan Lemak Kasar Kulit Kopi

Makin berkembangnya pengolahan kopi baik skala kecil atau skala

industri tentunya akan menghasilkan hasil sampingan dari pengolahan kopi

tersebut yaitu salah satunya adalah limbah kulit kopi. Dari pengolahan tersebut

akan menghasilkan ± 65% biji kopi dan ± 35% limbah kulit kopi yang mana

limbah kulit kopi tersebut dapat dimanfaatkan menjadi alternatif pakan ternak.

Tabel (mohon isi sama penyusun tabel berapa). Kandungan Nutrien Kulit Kopi

Zat Makanan Jumlah

Protein Kasar (%) 9,94

Lemak Kasar (%) 1,97

[Type text]
Serat Kasar (%) 19,17

Kalsium (%) 0,68

Posfor (%) 0,20

Energi metabolisme (kkal/kg) 3306

TDN (%) 50,6

Sumber : Budiari, (2009)

2.7 Analisis Serat Kasar

2.7.1 Serat Kasar

Serat merupakan bagian yang dapat dimakan dari tanaman atau

karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus

halus dengan fermentasi atau parsial pada usus besar [ CITATION DJo02 \l 1057 ].

Serat kasar merupakan bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh

bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam

sulfat dan natrium hidroksida. Yang termasuk serat yang tidak larut dalam air

adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin [ CITATION Yen06 \l 1057 ].

Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat bahan

baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena

terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan,

ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi.

Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar

yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan (Tillman, dkk, 1989). Serat kasar

ditentukan dengan cara mendidihkan sisa makanan dari ekstraksi lemak secara

[Type text]
bergantian dengan asam dan alkali dengan konsentrasi tertentu yang nantinya sisa

bahan organiknya merupakan serat kasar [ CITATION Her10 \l 1057 ].

2.7.2 Kegunaan Serat

Kegunaan serat yang paling dikenal adalag untuk mengurangi gangguan

buang air besar (konstipasi). Namun, tidak semua serat berperan dalam

mengurangi konstipasi, hanya jenis serat yang larut air, sedangkan serat yang

tidak larut dalam air memiliki peranan utama dalam menentukan berat atau

volume feses [ CITATION YIs09 \l 1057 ]. Pada ruminansia, selulosa merupakan

sumber energi bagi mikrooganisme dalam rumen dan sebagai bahan pengisi

rumen, sedangkan bagi hewan monogstrik selulosa tidak dapat dicerna. Setiap

pertambahan 1% serat kasar dalam tanaman menyebabkan penurunan daya cerna,

bahan organiknya 0,7-1,0 unit pada ruminansia (Tillman, dkk, 1989).

2.7.3 Metode Analisis Serat Kasar

Sampel yang sudah bebas lemak dan telah disarign dipakai untuk

mendapatkan serat kasar sampel bila ditambahkan 1.25% larutan asam sulfat dan

dipanaskan kurang lebih 30 menit, kemudian residu disaring. Endapan yang

didapat ditambah 1,25% larutan NaOH dan dipanaskan 30 menit kemudian

disaring dan kemudian endapan yang didapat dicuci dikeringkan dan ditimbang.

Perbedaan antara endapan sebelum dibakar dan berat abu disebut serat kasar.

Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dan

hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna

oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikoorganisme rumen

[Type text]
yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa (Chandra,

2001).

Metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan kadar serat kasar

adalah analisis dengan menggunakan deterjen seperti Acid Deterjen Fiber (ADF)

atau Neutral Deterjen Fiber (NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya

dapat mengukur komponen serat yang larut seperti pektin dan gum, harus

menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat larut

mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat

[ CITATION WGP96 \l 1057 ].

2.7.4 Kandungan Serat Kasar pada Kulit Kopi

Setiap hewan ternak membutuhkan serat kasar. Kulit kopi memiliki serat

kasar yang termasuk besar yang baik untuk hewan ternak. Menurut (Budiari,

2009) kandungan serat kasar pada kulit kopi sebanyak 18,17%. Fraksi serat kasar

mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase

pertumbuhan bahan tanaman.

2.8 Analisis Energi Bruto

2.8.1 Energi

Kata energi berasal dari bahasa Yunani yaitu : En = in artinya dalam dan

Ergon artinya kerja. Sehingga kata energi diartikan sebagai dalam bentuk kerja.

Energi ada beberapa macam diantaranya : Energi mekanik, energi cahaya,

energi panas, energi nuklir, energi aliran panas dan energi molekuler atau energi

kimia yang sangat berperanan sekali dalam bidang ilmu makanan ternak dan

nutrisi. (Jayanegara, 2012).


[Type text]
Energi karbohidrat digunakan ternak sebanyak 95% sedangkan energi

protein hanya 70%, sehingga penggunaan energi karbohidrat lebih efisien

dibandingkan protein dan lemak. Diantara gizi lainnya, lemak mempunyai

kandungan energi paling tinggi yaitu sebesar 2,25 kali karbohidrat dan protein.

Perbedaan ini disebabkan oleh kandungan oksigen dalam molekul. Dalam

molekul karbohidrat terdapat cukup oksigen untuk pembakaran hydrogen yang

dikandungnya, sehingga panas yang dikeluarkan hanya dari pembakaran atau

oksidasi karbon (C). Pada lemak relatif sedikit oksigen, sehingga memerlukan

oksigen lebih banyak untuk pembakaran hydrogen (H) da karbon (C). Untuk

pembakaran 1 gram H menghasilkan panas 4 kali lebih banyak dari pembakaran

C, sehingga panas yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan denagan protein

dan karbohidrat. Dalam lemak kasar, selain lemak murni tergolong dalam

trigliserida, terdapat juga zat-zat lain yang larut dalam ether. Zat-zat tersebut

akan mengurangi manfaat lemak sebagai sumber energi untuk ternak atau

hewan lainnya. (Jayanegara, 2012).

2.8.2 Kegunaan Energi Bruto

Energi bruto suatu bahan makanan, dapat ditentukan dengan membakar

sejumlah bahan tersebut sehingga diperoleh hasil-hasil oksidasi yang berupa

karbon dioksida, air, dan gas-gas lainnya. Untuk tujuan ini digunakan

calorimeter bom guna mengukur panas yang ditimbulkan dari pembakaran

tersebut (Anggorodi, 1994)

Adanya perubahan energi kimia dalam molekul bahan makanan ke

dalam bentuk energi kinetik dari suatu reaksi metabolik yang dapat

menimbulkan kerja atau panas. Menurut La voisier dan La place tahun 1780

[Type text]
dari Perancis bahwa panas yang diproduksi hewan berasal dari oksidasi zat

organik bahan makanan yang disuplai, dapat dijadikan sumber energi akibatnya

nilai energi yang dihasilkan dapat dijadikan kriteria nilai gizi pakan atau ransum

yang dikonsumsi hewan tersebut. Pembakaran bahan makanan berlangsung

sebagai berikut :

CHO + O2 CO2 + H2O + gas + panas.

2.8.2 Metode Analisis Energi Bruto

Pembakaran makanan tersebut menggunakan oksigen (O2) dan

menghasilkan energi bruto atau gross energi (GE). Pengukuran energi bruto ini

menggunakan alat Bomb Calorimeter (perubahan suhu akibat pembakaran

pakan dengan oksigen). Pengukuran energi bahan makanan ternak atau ransum

menggunakan satuan-satuan atau indikator angka sebagai jumlah energi yang

dinyatakan dalam satuan :

1.Kalori (kal) yaitu jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan

temperatur 1 gram air dari suhu 14,5 °C menjadi 15,5 °C.

2.Them adalah jumlah panas yang dibituhkan untuk menaikkan suhu 1 ton air

1oC.

3.British Them Unit = BTU adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk

menaikkan suhu 1 liter air 1oF.

4.Joule = 107 Erg adalah jumlah panas yang dibituhkan untuk memindahkan 1

liter air/barang sejauh 0,7375 kaki.

Nilai setara kalori untuk energi adalah sebagai berikut :

[Type text]
1.kalori (kal) setara 4,184 Joule (J) Crampton

2.1 kalori (kal) setara 5,183 Internasional Joule (Kleiber)

3.1 BTU setara 0,252 kkal.

4.1 kilo kalori (kkal) setara 3,96 BTU.

Setiap kandungan nutrien mempunyai nilai setara kalor (energi) yang berbeda

yaitu :

1.Protein setara 5.65 kkal/g

2.Karbohidrat setara 4.10 kkal/g

3.Lemak setara 9.45 kkal/g

Sehingga rasio sumbangan energi kandungan nutrien tersebut (Protein : KH :

Lemak) adalah 1 : 1 : 2. 5 kali.

Kalorimeter ada 2 macam yaitu :

1.Bomb Calorimether terdiri dari : Adiabatic kalorimeter dan Isotermik

kalorimeter.

2. Animal Calorimether untuk mengukur energi metabolic seperti : Basal

Metabolic Rate (BMR), RQ dan NE.

Karakteristik Adiabatic Bomb Calorimether :

1. Panas tidak langsung, tidak ada panas yang menyeberang.

[Type text]
2. Mempunyai 2 suhu, sehingga perlu menyamakan suhu dan disetarakan

sehingga tidak saling mempengaruhi.

Sedangkan karakteristik Isothermic Bomb kalorimeter adalah panas

bersambung, dan hanya ada satu suhu.

Komponen Bomb kalorimeter adalah :

1.Jacket

2.Bucket untuk tempat air (suhu konstan)

3.Bomb berisikan cawan, kawat platina dan sample dalam bentuk pellet,

kemudian dialirkan oksigen untuk pembakarannya.

Pengukuran energi bahan makanan ternak atau ransum menggunakan

Bomb

Calorimeter yang dikoreksi dengan beberapa faktor koreksi yaitu :

a. Koreksi penggunaan asam, 1 ml Na2CO3 = 1 kalori.

b. Koreksi kawat terbakar, 1 cm kawat = 2,3 kalori.

c. Koreksi sulfur (S), bila kandungan S bahan makanan ternak lebih besar

dari 0,1% dimana 1 gram S = 1,4 kkal. (Jayanegara, 2012)

2.8.4 Kandungan Energi Bruto Kulit Kopi

Kulit kopi termasuk limbah organik, sehingga tidak terlalu berbahaya

bagi lingkungan. Limbah hasil pengolahan kopi, yaitu berupa daging buah yang

[Type text]
secara fisik komposisi mencapai 48%, terdiri atas kulit buah 42% dan kulit biji

6% yang mengandung energi bruto sebesar 4140 kkal/kg (Wiguna, 2007)

2.9 Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

2.9.1 Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

Bahan ekstrak tanpa nitrogen tersusun dari gula, asam organik, pektin,

hemiselulosa dan lignin yang larut dalam alkali. Bahan organik umumnya berasal

dari golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen penyusun utama pati

dan gula yang digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat (Cherney,

2000). Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) merupakan karbohidrat yamg

mudah dicerna berasal dari golongan karbohidrat non-struktural meliputi

monosakarida, disakarida, dan polisakarida yang mudah larut dalam asam dan

basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).

Sejumlah besar bahan organik umumnya berasal dari golongan

karbohidrat, yaitu Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dengan pati dan gula

sebagai komponen penyusun utama yang akan digunakan oleh bakteri untuk

menghasilkan asam laktat. BETN merupakan bagian karbohidrat yang mudah

dicerna dan lebih mudah larut, yang dapat dipecah menjadi 6 ikatan karbon

utamanya glukosa, untuk proses penyerapan oleh dinding usus kecil menuju aliran

darah. Nilai kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dipengaruhi oleh daya

konsumsi pakan dalam jumlah feses yang dihasilkan (Habibi, 2016).

Nilai kecernaan BETN sejalan dengan kecernaan serat kasarnya.

Komponen BETN terbesar adalah karbohidrat nonstruktural seperti pati,

monosakarida, atau gula-gula. Komponen ini banyak terdapat pada biji cerealia.

[Type text]
Trend kecernaan BETN meningkat sejalan dengan meningkatnya protein dalam

ransum, hal ini memberi indikasi bahwa protein mempengaruhi pemanfaatan zat

makanan lainnya. Zat makanan relatif sama (kecuali protein kasar) dalam setiap

ransum tetapi peningkatan protein mengindikasikan pengaruh terhadap

penyerapan atau pemanfaatan zat-zat makanan, sehingga kecernaan BETN

cenderung meningkat (Budiman,dkk, 2006).

2.9.2 Kegunaan BETN

Secara alamiah BETN lebih mudah dicerna oleh mikroba sehingga

mikroba cenderung memanfaatkannya terlebih dahulu (Anwar, 2008). Penurunan

kadar BETN dapat saja terjadi dikarenakan fermentasi mikroorganisme dalam

mencerna bahan organik yang mudah terdegradasi seperti karbohidrat, dimana

karbohidrat adalah komponen utama yang terkandung dalam BETN.

Kecenderungan mikroba yang berada pada pakan di saat fermentasi untuk

memanfaatkan karbohidrat yang mudah dicerna terlebih dahulu, dalam hal ini

BETN. Penurunan kandungan BETN disebabkan oleh penggunaan BETN sebagai

sumber energi oleh mikroba dalam proses fermentasi. Penurunan kadar BETN

dipandang dari aspek nutrisi kurang menguntungkan karena semakin sedikit

BETN, berarti semakin sedikit pula komponen bahan organik yang dapat dicerna

sehingga semakin sedikit pula energi yang dapat dihasilkan (Sari, dkk, 2015).

2.9.3 Metode Analisis BETN

Penentuan kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dengan cara

pengurangan angka 100% dengan persentase air, abu, protein kasar, lemak kasar,

[Type text]
dan serat kasar. Rumus persen BETN = 100% – ( % Air + % Abu + % PK + %LK

+ %SK) (Budiman, dkk, 2006).

Henneberg dan Stohmann dari Wendee Experiment Station di Jerman

membagi pakan menjadi 6 fraksi yaitu kadar air, abu, protein, lemak kasar, serat

kasar, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (Wiryawan, 2012). Khusus untuk

BETN nilainya dicari hanya berdasarkan perhitungan yaitu 100% dikurangi

jumlah dari kelima fraksi yang lain. Analisis ini didasarkan atas komposisi

susunan kimia dan kegunaannya (Tilman, dkk., 1998). Susi (2001) menyatakan

bahwa Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi

presentase air, abu, protein, lemak, dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa

Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.

2.9.4 Kandungan BETN Kulit Kopi

Limbah kulit kopi merupakan salah satu limbah pertanian kopi yang

selama ini belum termanfaatkan secara maksimal sebagai pakan ternak. Menurut

Palinggi, dkk, (2014) dalam ppemanfaatna biji kopi didapat 45% kulit kopi, 5%

kulit ari, dan 40% biji kopi. Berikut ini adalah kandungan nutrien dari kulit kopi.

Tabel .. Kandungan Nutrien dan BETN Kulit Kopi

Zat Makanan Jumlah

Abu (%) 11,25

Protein Kasar (%) 6,48

Lemak Kasar (%) 1,47

Serat Kasar (%) 50,26

BETN (%) 30,55

[Type text]
Sumber : Palinggi, dkk, (2014)

III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat

3.1.1 Analisis Air

(1) Oven, sebagai pengering cawan alumunium.

(2) Timbangan analitik, untuk menimbang cawan atau sampel.

(3) Cawan aluminium, sebagai wadah untuk sampel.

(4) Eksikator, untuk memastikan tidak ada air pada sampel.

(5) Tang penjepit, untuk mengambil atau memindahkan cawan agar tidak

tergelincir dan menghindari panas oven.

3.1.2 Analisis Abu

(1) Cawan porselen 30 ml, sebagai tempat sampel.

(2) Kompor listrik/hot plate, untuk membakar sampel sehingga tidak keluar asap

lagi.
[Type text]
(3) Tanur listrik, untuk mengabukan suatu zat padat.

(4) Eksikator, untuk menghilangkan kadar air pada pakan.

(5) Tang penjepit, sebagai alat yang digunakan untuk mengambil atau

memindahkan cawan porselen dari tanur.

3.1.3 Analisis Protein Kasar

(1) Alat destilasi, berfungsi untuk memisahkan larutan dalam beberapa

komponen.

(2) Buret 50 cc skala 0,1 ml, berfungsi untuk meneteskan sejumlah larutan

hasil destilasi.

(3) Erlenmeyer 250 cc, berfungsi untuk meneteskan sejumlah larutan.

(4) Labu Kjedhal 300 ml, berfungsi untuk destruksi atau digesti protein.

(5) Timbangan analitik, berfungsi untuk mengukur atau menghitung bahan

pakan.

3.1.4 Analisis Lemak Kasar

(1) Satu set alat soxhlet

(2) Tabung Erlenmeyer, berfungsi sebagai tempat untuk larutan pelarut lemak

(3) Kompor Listrik, berfungsi sebagai alat memanaskan pelarut

(4) Kondensor, berfungsi sebagai pengubah wujud dari gas menjadi cair

(5) Kertas saring bebas lemak, berfungsi sebagai tempat sampel

(6) Kapas dan biji hekter, berfungsi sebagai bantalan sampel dan perekat agar

sampel tidak berceceran saat proses pengujian

(7) Eksikator, berfungsi sebagai alat untuk menyerap uap air setelah proses

pemanasan

(8) Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang sampel, cawan dan benda

lain yang perlu ditimbang


[Type text]
3.1.5 Analisis Serat Kasar

(1) Gelas piala khusus 600 ml, berfungsi sebagai wadah untuk menampung sisa

ekstraksi lemak.

(2) Cawan porselen 30 ml, berfungsi sebagai wadah residu atau sampel.

(3) Corong Buchner 4.5 cm, berfungsi sebagai tempat penyaring.

(4) Satu set alat pompa vakum, berfungsi untuk menydeot udara supaya

mempercepat penyaringan.

(5) Eksikator, berfungsi untuk mengikat air

(6) Kertas Saring bebas abu (Merek Whatman No 41), berfungsi untuk

menyaring sampel.

(7) Tanur listrik, berfungsi sebagai alat pembakar.

(8) Hotplate, berfungsi untuk memanaskan larutan.

(9) Tang penjepit, berfungsi untuk mengambil alat yang sulit menggunkan

tangan secara langsung.

(10) Timbangan analitik, berfungsi sebagai menimbang atau mengukur sampel.

3.1.6 Analisis Energi Bruto

(1) Seperangkat alat bomb kalori meter

a. Bejana bomb, yang terdiri dari :

b. Wadah berfungsi untuk tempat meletakkan tutup.

c. Tutup yang dilengkapi :

1. Elektroda dan kabel elektroda, berfungsi untuk mengalirkan arus

listrik yang disambungkan dari catu daya.

2. Katup inlet, berfungsi untuk mengisi oksigen.

3. Katup outlet, berfungsi untuk mengeluarkan gas pembakaran.

4. Cawan/mangkuk pembakaran, berfungsi sebagai wadah sampel.

[Type text]
5. Sumbu pembakar, berfungsi sebagai bahan pembakar sampel.

6. Drat pengunci, untuk mengunci bejana bomb

(2) Bejana air , berfungsi untuk tempat mengisi aquades

(3) Jacket, yang terdiri dari :

a. Wadah, berfungsi untuk memasukkan bejana air yang berisi bejana

bomb

(4) Tutup yang dilengkapi,

a. Batang pengaduk air, berfungsi untuk mengaduk air dan

menghomogenkan suhu air di dalam bejana air.

b. Electromotor, berfungsi untuk menjalankan batang pengaduk air.

c. Thermometer skala kecil yang dilengkapi teropong pembacaan,

berfungsi untuk mengukur suhu saat proses analisis.

d. Tabung . gas oksigen yang dilengkapi regulator dan selang inlet,

untuk mengeluarkan oksigen di dalam bejana air.

e. Statif /standar untuk tutup jaket dan atau tutup bejanabomb, berfungsi

untuk meletakkan tutup jacket atau bejana bomb.

f. Catu daya 23 volt, berfungsi sebagai sumber listrik selama proses

pembakaran.

3.1.7 Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

(1) Kalkulator, sebagai alat hitung untuk menentukan kandungan BETN pada

kulit kopi.

3.2 Bahan

3.2.1 Analisis Air

(1) Bahan pakan berupa kulit kopi sebagai sampel

3.2.2 Analisis Abu

[Type text]
(1) Bahan Pakan, sebagai sampel yang akan di analisis digunakan kurang

lebih sebanyak 2 – 5 gram.

3.2.3 Analisis Protein Kasar

(1) Kulit Kopi, berfungsi sebagai sampel

(2) Asam sulfat pekat, berfungsi untuk memisahkan nitrogen dalam bahan.

(3) Asam klorida, berfungsi untuk penetapan nilai nitrogen pada cara titrasi.

(4) Natrium Hydroxside 40%, berfungsi untuk merubah N dalam bentuk

natrium sulfat menjadi gas NH3.

(5) Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4 . 5H2O . K2SO4 dengan

perbandingan 1:5) berfungsi untuk mempercepat proses destruksi .

(6) Asam borax 5%, berfungsi untuk menangkap gas amonia menjadi

(NH4)3BO3 pada destilasi.

3.2.4 Analisis Lemak Kasar

(1) Kulit kopi sebanyak ± 2-5 gram

(2) Kloroform sebagai pelarut untuk melarutkan lemak

3.2.5 Analisis Serat Kasar

(1) Kulit Kopi, berfungsi sebagai sampel

(2) H₂SO₄ 1.25 %, berfungsi untuk bahan pengektraksi.

(3) NaOH 1.25 %, berfungsi untuk bahan pengektraksi.

(4) Aseton atau N, berfungsi untuk pembilasan.

(5) Aquades panas berfungsi untuk pembilasan..

3.2.6 Analisis Energi Bruto

(1) Oksigen, berfungsi untuk memberikan oksigen pada saat pembakaran

sampel dalam bejana bomb.

[Type text]
(2) Kawat sumbu pembakar, berfungsi sebagai bahan pada saat pembakaran

sampel.

3.2.7 Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

(1) Jumlah kadar air sampel kulit kopi

(2) Jumlah kadar abu sampel kulit kopi

(3) Jumlah kadar protein kasar sampel kulit kopi

(4) Jumlah kadar lemak kasar sampel kulit kopi

(5) Jumlah kadar serat kasar sampel kulit kopi

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Analisis Air

(1) Dikeringkan cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-

105˚C.

(2) Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (catat

sebagai A gram).

(3) Ditambahkan kedalam cawan alumunium tersebut sejumlah sampel kurang

lebih 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat

sampel/bahandapat diketahui dengan tepat (Catat sebagai B gram). Bila

menggunakan timbangan analitik digital maka dapat langsung diketahui

berat sampelnya dengan menset zero balans,yaitu setelah berat alumunium

diketahui beratnya dan telah dicatat, kemudian dizerokan sehingga

penunjukan angka menjadi nol, lalu sampel langsung dimasukan ke dalam

cawan dan kemudian timbang beratnya dan catat sebagai C gram.

(4) Masukan cawan+sampel ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 1050C

sehingga seluruh air menguap.

[Type text]
(5) Masukkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang. Ulangi

pekerjaan ini dari tahapno 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi.

Catat sebagai D gram.

(6) Setiap kali memindahkan cawan alumunium (baik berisi sampel atau tidak,

gunakan tang penjepit).

3.3.2 Analisis Abu

(1) Dikeringkan cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-

105˚C.

(2) Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (catat

sebagai A gram).

(3) Dimasukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram kedalam cawan. Catat

sebagai B gram.

(4) Dipanaskan dengan hot plate atau kompor listrik sampai berasap lagi.

(5) Dimasukan kedalam tanur listri dengan temperature 600-700°C. Dibiarkan

beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama

pembakaran sekitar 3-6 jam.

(6) Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan ditimbnag dengan

teliti. (Catat sebagai C gram).

(7) Dihitung kadar abunya

3.3.3 Analisis Protein Kasar

Destruksi

(1) Timbang contoh sampel kering oven sebanyak  1 gram (Catat sebabai

A gram).

[Type text]
(2) Masukkan ke dalam labu Kjeldhal dengan hati – hati, dan tambahkan 6

gram katalis campuran.

(3) Tambah 20 ml asam sulfat pekat.

(4) Panaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih

lagi destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar.

(5) Destruksi sudah dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau

jernih, setelah itu dinginkan.

Destilasi

(6) Siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati – hati jangan

lupa batu didih, vaselin dan tali pengaman

(7) Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas

dengan aquades senbanyak lebih kurang 50 ml.

(8) Pasangkan erlenmeyer yang telah diisi asam borax 5 % sebanyak 15 ml

untuk menangkap gas amonia, dan telah diberi indikator campuran

sebanyak 2 tetes.

(9) Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40 - 60 ml

NaOH 40 % melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah

larutam tersebut masuk ke labu didih.

(10) Nyalakan pemanas bunsen dan alirkan air ke dalamran pendingin tegak.

(11) Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah

tertangkap oleh asam borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan

dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian (atau sekurang-kurangnya sudah

tertampung dalam erlenmeyer sebanyak 15 ml).

Titrasi

[Type text]
(12) Erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lupa membilas bagian

yang terendam dalam air sulingan).

(13) Kemudian tritrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya catat

sebagai B, Titik titrasi dicapai dengan ditandai dengan perubahan warna

hijau ke abuabu. sampai catat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai

C ml.

3.3.4 Analisis Lemak Kasar

(1) Disiapkan kertas saring yang telah kering oven (gunakan kertas saring

bebas lemak).

(2) Dibuat selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring, timbang dan

catat beratnya sebagai A gram. Dimasukkan sampel sekitar 2-5 gram dalam

selongsong kemudian timbang dan catat beratnya sebagai B gram. Ditutup

dengan kapas kemudian dihekter, lalu timbang dan catat beratnya sebagai C

gram. Berat sampel = (B-A) gram.

(3) Selongsong penyaring berisi sampel dimasukkan ke dalam alat soxhlet.

Dimasukan pelarut lemak (Kloroforom) sebanyak 100-200 ml ke dalam

labu didihnya. Lakukan ekstraksi (Nyalakan pemanas hot plate dan alirkan

air pada bagian kondensornya).

(4) Ekstraksi dilakukan selama lebih kurang 6 jam. Diambil selongsong yang

berisi sampel yang telah diekstraksi dan keringkan didalam oven selama 1

jam pada suhu 105˚C. kemudian dimasukan ke dalam eksikator 15 menit

kemudian ditimbang, dan dicatat beratnya sebagai D gram.

[Type text]
(5) Kloroform yang terdapat dalam labu didih, didestilasi sehingga tertampung

di penampung sokhlet. Kloroform yang tertampung disimpan untuk

digunakan kembali.

3.3.5 Analisis Serat Kasar

(1) Disiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm , dicatat

sebagai A gram.

(2) Disiapkan cawan porselen kering oven.

(3) Residu/sisa ekstraksi lemak dimasukkan kedalam gelas piala khusus

sebanyak ± 1 gram,dicatat sebagai B gram.

(4) Ditambahkan asam sulfat 1,25 % sebanyak 100 ml kemudian pasang pada

alat pemanaskhusus tepat dibawah kondensor (reflux).

(5) Dialirkan airnya dan dinyalakan pemanas listrik tersebut.

(6) Dididih selama 30 menit dihitung saat mulai mendidh

(7) Setelah cukup pemanasan, diambil dan disaring dengan mempergunakan

corong buchneryang telah dipasang kertas saring (kertas saring ini tidak

perlu diketahui beratnya.

(8) Penyaringan menggunakan pompa vacum (pompa isap) dan

dicuci/dibilas)denganmemepergunakan aquades panas sebanyak 100 ml.

(9) Residu yang terdapat dalam corong buchner dikembalikan kepada

beakerglass semula.

(10) Ditambahkan NaOH 1,25% sebanyak 100 ml kemudian dipasang kembali

pada alatpemanas khusus seperti semula.

(11) Dilakukan seperti pada 6 – 7. Tetapi menggunakan kertas saring yang

telah diketahuiberatnya (lihat no 1)

[Type text]
(12) Pada penyaringan ini dicuci/dibilas berturut – turut dengan :

a. Air panas 100 ml

b. Asam sulfat panas 0.3 N (1.25%) 50 ml

c. Air panas 100 ml

d. Aceton 50 ml

(13) Kertas saring dan isinya (residu) dimasukkan ke dalam cawan porselen

digunakanpincet.

(14) Dikeringkan dalam oven 100 - 105 0 C selama 1 jam.

(15) Didinginkan dalam exsikator selama 15 menit lalu ditimban, dicatat

sebagai C gram)

(16) Dipanaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian
o o
dimasukam dalamtanur listrik 600 C –700 C selama 3 jam sampai

abunya berwarna putih . Di sini serat kasar dibakar sampai habis.

(17) Didinginkan dalam exsikator selama 30 menit lalu ditimbang dan catat

sebagai D gram.

3.3.6 Analisis Energi Bruto

(1) Ujung elektroda dengan kawat sumbu pembakar dihubungkan.

(2) Ditimbang 1 gram sampel dan memasukannya ke dalam cawan, kemudian

disimpan tepat di bawah sumbu pembakaran.

(3) Tutup bomb dimasukkan ke wadahnya, lalu drat pengunci dikencangkan.

(4) Bejana bomb diisi dengan oksigen sebesar 30 atmosfir melalui katup

selang inlet ke katup inlet.

(5) Bejana air diisi dengan aquades sebanyak 2 kg.

(6) Bejana bomb dimasukkan ke bejana air yang telah diisi aquades.

[Type text]
(7) Bejana air berisi bejana bomb dimasukkan ke dalam wadah jacket, lalu

ditutup dengan penutup jacketnya.

(8) Kabel elektroda disambungkan ke catu daya 23 volt.

(9) Motor listrik dinyalakan yang kemudian akan menjalankan pengaduk air

yang terhubung ke bejana air. Pengadukan dilakukan selama 5 menit.

Pada menit ke 6 , catat suhunya sebagai T1.

(10) Tombol catu daya ditekan sebagai pemicu pembakaran di dalam bomb.

(11) .Suhu diamati sampai suhu tidak menaik lagi (konstan) dan catat sebagai

data T2.

(12) Elektroda dicabut ke catu daya.

(13) Tutup jacket diangkat.

(14) Bejana air dan bejana bomb dikeluarkan.

(15) Gas pembakaran dikeluarkan melalui katup oulet.

(16) Drat pengunci dan tutup bomb dibuka.

3.3.7 Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

(1) Disiapkan data kandungan air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat

kasar kulit kopi.

(2) Dihitung dengan kalkulator jumlah air, abu, protein kasar, lemak kasar,

dan serat kasar dikurangi 100.

[Type text]
IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 Analisis Air

4.1.1 Hasil

Tabel 2. Hasil Analisis Kandungan Air Kulit Kopi

Berat sampel Berat Berat cawan + Berat cawan + Kadar air

cawan sampel sampel kering

4,117 gram 5,593 gram 9,71 gram 9,365 gram 8,38%

Sumber: Praktikum Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium NTRKMT (2020)

4.1.2 Pembahasan

Pada perhitungan, dari data yang telah didapatkan Ketika praktikum,

diperoleh hasil kadar air sebanyak 8,38% sehingga memiliki presentase bahan
[Type text]
kering sebesar 91,62%. Jika dibandingkan dengan literatur, kadar air yang

ditemukan dari hasil percobaan memiliki persentase yang berbeda dengan yang

ada dalam literatur.

Perbedaan kadar air ini dapat dikarenakan oleh lama pengeringan yang

dilakukan dibawah sinar matahari sebelum bahan dihaluskan, perbedaan jenis

kopi yang digunakan dan lokasi tumbuhnya tanaman kopi. Suhu ekstraksi juga

berpengaruh terhadap kadar air pada kulit kopi, semakin tinggi suhu ekstraksinya

maka kadar air yang di dapat cenderung makin turun. Jumlah kadar air yang

rendah menunjukan bahwa kulit kopi tersebut relative stabil dari serangan

mikroba sehingga cukup aman dari kerusakan (wardhana, 2019).

4.2 Analisis Abu

4.2.1 Hasil

Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Abu Kulit Kopi

Sampel+cawan Cawan Sampel Sampel+cawan Kadar abu

porselen porselen porselen setelah

ditanur

22,359 gram 20,996 gram 1,363 gram 21,097 gram 7,41 %

Sumber: Praktikum Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium NTRKMT (2020)

4.2.1 Pembahasan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dari data yang telah di

dapatkan pada praktikum analisis abu, diperoleh hasil kadar abu dalam sampel

bahan pakan berupa kulit kopi sebanyak 7,41%. Jika dibandingkan dengan

[Type text]
beberapa literatur yang telah di dapat, kadar abu yang ditemukan dari hasil

percobaan memiliki persentase yang berbeda dengan yang ada dalam literatur.

Dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan pada kulit kopi dari kopi

yang ada di daerah Jember, Banyuwangi, dan Malang memperoleh kadar abu

berturut-turut sebesar 6,93%, 11,88%, dan 5,6% (Wardhana, 2019). Kadar abu

pada sampel kulit kopi daerah Banyuwangi memiliki kandungan abu yang paling

tinggi yaitu sebesar 11,88% di bandingkan yang lainnya. Hal ini menandakan

bahwa kulit kopi dari Banyuwangi memiliki kualitas yang kurang baik untuk di

jadikan bahan pakan karena mengandung kadar abu yang tinggi.

Perbedaan kadar abu ini dapat dikarenakan oleh adanya perbedaan jenis

kopi pada suatu daerah dan juga bisa terjadi karena kulit kopi tersebut telah

terkontaminasi oleh tanah pada saat pemisahan dengan bijinya. Dapat disimpulkan

bahwa semakin tinggi persentase kadar abu dalam suatu bahan pakan menandakan

bahwa kualitas kulit kopi kurang baik dan begitu juga sebaliknya semakin rendah

kadar abu berarti kualitas kulit kopi baik.

4.3 Analisis Protein Kasar

4.3.1 Hasil

Perhitungan kadar serat kasar pada kulit kopi dapat dilihat pada tabel ...,

yaitu sebagai berikut:

Tabel ... Hasil Analisis Serat Kasar Kulit Kopi

Berat Volume Normalitas Konversi Hasil

Sampe Titrasi HCl Nitrogen Setelah

l (ml) (N) Dihitung


[Type text]
(gram) (%)

0,253 2,2 0,1301 6,25 9,90

Sumber : Laboratorium Kimia Nutrisi Ternak dan Ruminansia Makanan Ternak.

4.3.2 Pembahasan

Hasil perhitungan analisis protein kasar sampel kulit kopi adalah 9,90%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zul Efendi dan Linda Harta

dalam Jurnal BPTP Bengkulu, kandungan nutrisi kulit kopi non fermentasi seperti

protein kasar sebesar 8,94% sebanding dengan kandungan zat nutirisi rumput.

Selanjutnya, pada penelitian yang dilakukan Danu I Wardhana, dkk diperoleh

nilai kadar protein kasar sampel kulit kopi daerah Jember, Banyuwangi dan

Malang berturut-turut adalah 6,77%, 7,82%, dan 8%. Kandungan yang berbeda,

karena kulit kopi yang dianalisis berasal dari daerah yang berbeda, suhu,

ketinggian wilayah dan kelembaban akan mempengaruhi senyawa yang

terkandung di dalam kulit kopi tersebut.

Pemanfaatan limbah kopi sebagai bahan pakan untuk ternak merupakan

alternatif yang bijaksana dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak,

disamping harganya yang murah. Hal ini menunjukan bahwa kulit kopi dapat

dimanfaatkan menjadi bahan pakan alternatif dengan menekan biaya produksi.

Menurut Zainuddin (1995), kandungan protein kasar dalam kulit kopi adalah

10,4% dan hasil pengujian prtein dibandingkan dengan SNI 01-2973-2009 dengan

rata-rata minimal 9%.

Jadi, hasil perhitungan analisis kadar protein kasar pada praktikum kali

ini dengan sampel kulit kopi sesuai dengan SNI yaitu minimal 9% sama dengan

kulit kopi non fermentasi. Sedangkan pada kopi Jember, Banyuwangi, dan

[Type text]
Malang memiliki kadar protein rendah. Hasil kadar protein kasar yang rendah

bisa dilakukan dengan cara fermentasi untuk memperbaiki kualitas bahan

mengingat kulit kopi adalah limbah yang cepat rusak dan memiliki kadar air

tinggi.

4.4 Analisis Lemak Kasar

4.4.1 Hasil

Data perhitungan yang dilakukan selama praktikum dan hasil analisis

proksimat kandungan lemak dalam kulit kopi dicantumkan dalam Table ...

Tabel ... Hasil Pengamatan Kadar Lemak Kasar Bungkil Kedelai

Berat Berat sampel Berat Berat setelah Lemak kasar

selongsong + sebelum ekstraksi

sampel ekstraksi

……………………………….....g…..……………..………..….. ........%.........

2,428 1,495 2,45 2,31 9,36%

4.4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan kandungan

lemak kasar pada kulit kopi sebesar 9,36%. Hasil penelitian analisis proksimat

kulit kopi dari daerah Jember, Banyuwangi, dan Malang berturut-turut yaitu

0,83%, 0,93%, dan 1,10% (Ruriani, 2013). Hasil penelitian tersebut menunjukkan

perbedaan yang signifikan dengan hasil penelitian pada praktikum.

[Type text]
Kulit kopi mengandung betakaroten yaitu senyawa pigmen berwarna

kuning atau jingga yang bersifat larut dalam lemak, tidak larut dalam air, mudah

teroksidasi pada suhu tinggi dan menjadi penyusun vitamin A (Harri, dkk, 2015).

Selain pigmen betakaroten, kulit kopi juga mengandung antosianin yaitu pigmen

yang memberi warna alami pada kopi. Semakin cerah warna kulit kopi maka

semakin tinggi juga kadar pigmennya, juga semakin tua umur kulit kopi maka

kadar pigmen semakin meningkat, varietas yang berbeda pada tanaman dapat

mempengaruhi besarnya antosianin yang terkandung (Nurud, dkk, 2013).

Perbedaan kandungan lemak kasar kulit kopi hasil pengamatan pada praktikum

dengan hasil penelitian yang sangat signifikan ini dapat disebabkan karena kulit

kopi yang digunakan pada praktikum adalah kulit kopi yang sudah tua, sehingga

kadar pigmennya sangat tinggi, pigmen yang tinggi menyebabkan kandungan

vitamin A yang tinggi pula karena pigmen merupakan penyusun vitamin A.

Pigmen dan vitamin A merupakan salah satu fraksi lemak kasar yang ikut larut

dalam pelarut lemak ketika diekstraksi sehingga ikut terhitung sebagai

kandungan lemak kasar.

4.5 Analisis Serat Kasar

4.5.1 Hasil

Perhitungan kadar serat kasar pada kulit kopi dapat dilihat pada tabel ... ,

yaitu sebagai berikut:

Tabel . . . Hasil Analisis Serat Kasar Kulit Kopi

Berat Kertas Cawan+ Cawan+ Kadar

Sampel Saring Residu+ Residu+ Serat

[Type text]
Kertas Kertas

Saring Saring Kasar

setelah di setelah di (%)

oven tanur

.................................. gram .............................................. ........%......

0,534 0,246 33,242 32,784 39,7

Sumber : Laboratorium Kimia Nutrisi Ternak dan Ruminansia Makanan Ternak.

4.5.2 Pembahasan

Setelah dilakukan serangkain prosedur yang telah ada dihasilkan angka-

angka yaitu berat sampel 0,534 gram, berat kertas saring 0,246 gram, berat

cawan + kertas saring + sampel sebelum dioven 33,242 gram dan berat cawan +

sampel setelah ditanur 32,784 gram. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan

kadar serat kasar sebesar 39,7 %.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zul Efendi dan Linda

Harta dalam Jurnal BPTP Bengkulu, Kandungan kulit kopi setelah melakukan

analisis serat kasar pada kulit kopi Kepahiang dan kulit kopi Rejang Lebong

hasilnya berturut-turut adalah 36,18% dan 42,09%. Selanjutnya, pada penelitian

yang dilakukan oleh Febriana F, dkk dalam Jurnal Zootek, diperoleh hasil

kandungan serat kasar pada kulit kopi adalah 20,02%. Menurut Zaenuddin dan

Murtisari (1995), kandungan serat kasar masih cukup bagus di angka 17,2%.

Kulit kopi memiliki kandungan serat kasar tinggi dan memiliki kandungan

lignin yang dapat larut dalam asam dan basa encer, sehingga akan menganggu

analisis serat kasar. Dengan demikian, masih tingginya kandungan SK dalam

kulit kopi dapat menganggu pencernaan ternak jika diberikan terlalu banyak dan

[Type text]
sering. Lalu, pada penelitian yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Makanan

Ternak Departemen Peternakan FP USU, menghasilkan serat kasar pada kulit

kopi yang tidak di amoniasi mencapai 34,11%. Kadar serat kasar dapat

diperbaiki dengan pengolahan cara kimia dengan amoniak (NH 3) yang disebut

amoniasi. Keuntungannya agar pemanfaatan dapat optimal untuk ruminansia

atau non ruminansia. Amoniasi memiliki kemampuan peluruhan ikatan lignin

pada limbah kulit kopi, sehingga pakan dapat mudah dicerna. Setelah

diamoniasi, kandungan serat kasar menurun menjadi 27.52%. terlebih pada

unggas kandungan SK dan lignin tidak dapat dicerna, karena pemanfaatannya

terbatas sebagai pakan non ruminansia, berbeda dengan ruminansia yang

mampu memanfaatkan selulosa tetapi bila dipaksakan dengan pemberian pakan

SK yang tinggi maka akan menganggu pencernaan. Penurunan SK juga bisa

dilakukan dengan fermentasi, karena aroma fermentasi yang disukai ternak.

Jadi, hasil perhitungan analisis kadar serat kasar pada praktikum kali ini,

dengan sampel kulit kopi lebih besar dari hasil literatur sama halnya dengan

hasil pada kulit kopi Kepahiang dan Rejang Lebong. Hal ini dapat disebabkan

karena beberapa faktor seperti perbedaan jumlah sampel yang digunakan pada

analisis dan umur dari kulit kopi berbeda. Untuk memperbaiki kadar serat kasar

kulit kopi bisa dilakukan dengan fermentasi dan perlakuan amoniasi.

[Type text]
4.6 Analisis Energi Bruto

4.6.1 Hasil

Hasil analisis kadar Energi Bruto pada kulit kopi dapat dilihat pada Tabel

yaitu sebagai berikut:

Tabel 7 Perhitungan Energi Bruto

Berat sampel Suhu awal (T1) Suhu akhir (T2) Hasil Perhitungan
o o
Gram F F Cal/gram

0,374 87,55 88,39 3.037

4.6.2 Pembahasan

Energi bruto dalam makanan/pakan dapat diukur dengan alat bomb

calorimeter. Prinsip dari pengukuran Energi Bruto pakan ini adalah konversi

energi dalam pakan (karbohidrat, lemak, protein) menjadi energi panas dengan

cara oksidasi zat makanan tersebut melalui pembakaran. Bomb calorimeter dapat

digunakan untuk mengukur energi bruto dari pakan secara utuh (whole food) atau

dari bagian-bagian pakan (misalnya glukosa, pati, selulosa), jaringan ternak dan

ekskreta (feses, urin). Nilai energi bruto dari suatu bahan pakan tergantung dari

proporsi karbohidrat, lemak dan protein yang dikandung bahan pakan tersebut.

Air dan mineral tidak menyumbang energi pakan tersebut. Nilai energi bruto tidak

[Type text]
menunjukan apakah energi tersebut tersedia untuk ternak atau tidak tersedia,

tergantung dari kecernaan bahan pakan tersebut (Sutardi, 1980).

Perhitungan pada saat praktikum menunjukkan angka energi sebesar 3.037


kal
/gram). Hal ini dipengaruhi oleh kadar lemak yang rendah serta kadar serat kasar

yang lebih besar, artinya kkeadar serat kasar lebih tinggi, hal ini menunjukkan

bahwa kadar energi yang dihasilkan lebih besar daripada percobaan yang

dilakukan oleh (Utomo, dkk, 1983). Selain itu, penyebab perbedaan kandungan

energi pada saat praktikum dan literatur adalah terdapat perbedaan kandungan

atau komposisi karbohidrat, protein, dan lipid pada masing masing sampel

(Hendalia,2008). Hal tersebut bias disebabkan karena sesuai dengan pendapat

Hindalia tersebut.

4.7 Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

4.7.1 Hasil

Data perhitungan yang dilakukan selama praktikum dan hasil analisis

proksimat kandungan BETN dalam kulit kopi dicantumkan dalam Table ...

Sampel Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar

air abu protein lemak serat BETN

(%) (%) (%) (%) (%) (%)

Kulit Kopi 8,38 7,41 9,9 9,36 39,7 25,25

Tabel 10. Hasil Analisis Kandungan BETN Kulit Kopi.

4.7.2 Pembahasan

[Type text]
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada praktikum didapatkan

kandungan BETN kulit kopi sebesar 25,25 %. Menurut Palinggi, dkk, (2014)

kadar BETN pada kulit kopi tanpa fermentasi adalah sebesar 30,55%, sedangkan

rata-rata kadar BETN kulit kopi yang sudah difermentasi sebesar 28,23%. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang cukup signifikan antara hasil

penelitian Palinggi dengan hasil praktikum, namun apabila kulit kopi sudah

difermentasi nilai kandungan BETN nya mendekati dengan hasil perhitungan

pada praktikum.

Sejalan dengan pendapat Palinggi, dkk, (2014) bahwa nilai BETN

bergantung pada kandungan nutrien lain. Perubahan kandungan BETN dapat

terjadi karena perombakan karbohidrat struktural terutama hemiselulosa menjadi

bahan mudah larut. Hemiselulosa dirombak menjadi monomer gula dan asam

asetat. Kulit kopi yang difermentasi dapat meningkatkan kadar protein kasar,

lemak kasar, dan kadar abu kulit kopi serta cenderung menurunkan kadar serat

kasar dan BETN.

[Type text]
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan, yaitu :

(1) Banyaknya kadar air pada kulit kopi pada praktikum yang kami lakukan

adalah sebesar 8,38% sehingga memiliki presentase bahan kering

sebesar 91,62%

(2) Banyaknya kadar abu pada kulit kopi pada praktikum yang kami lakukan

adalah sebanyak 7,41%

(3) Banyaknya kadar protein kasar pada kulit kopi pada praktikum yang

kami lakukan adalah sebanyak 9,90 %

(4) Banyaknya kadar lemak kasar pada kulit kopi pada praktikum yang kami

lakukan adalah sebanyak 9,36%

(5) Banyaknya kadar serat kasar pada kulit kopi pada praktikum yng kami
lakukan adalah sebanyak 38,7 %

(6) Banyaknya kadar energi bruto pada kulit kopi pada praktikum yang kami

lakukan adalah sebanyak 3,037 kal/gram

(7) Banyaknya kadar BETN pada kulit kopi pada praktikum yang kami

lakukan adalah sebanyak 25,25

5.2 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut, maka penyusun memberikan saran yang

sangat bermanfaat dan dapat membantu untuk perkembangan praktikum agar


[Type text]
menjadi lebih baik lagi pada masa yang akan adang, yaitu perlunya penambahan

alat – alat yang lebih canggih, serta menjaga kebersihan labotarium agar selalu

terlihat rapih dan bersih.

DAFTAR PUSTAKA
[Type text]
Efendi, Z., & Harta, L. (2013). Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi
(Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). Litbang
Pertanian BPTP: Bengkulu.
Kartadisastra, H. (1997). Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak
Ruminansia. Kanisius: Yogyakarta.
Putri, A. (2006). Fermentabilitas dan Kecernaan In-Vitro Ransum yang Diberi
UREA Mollases Multinutrient Block atau Suplemen Pakan Multinutrient.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Ruriana, E., Nafi, A., & S.C, T. (2013). Karakteristik Kulit Kopi Hasil Samping
Pengolahan Kopi Metode Kering untuk Produksi Bioetanol. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Jember: Jember.
Sumantri, A. (2013). Analisis Kimia Pangan. UGM Press: Yogyakarta.
Sutardi, T. (2009). Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Wardhana, I. D. (2019). Karakteristik Kulit Kopi Robusta Hasil Samping
Pengelolaan Metode Kering dari Perkebunan Kopi Rakyat Jawa Timur.
Jurnal Agritrop Vol.17(2), 214-223.
Winarno, F. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Efendi, Z., & Harta, L. (2013). Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi
(Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). Litbang
Pertanian BPTP Bengkulu, Bengkulu.
Hermayanti, Y., & Eli, G. (2006). Modul Analisis Proksimat. Padang: SMAK P
Padang.
Hernawati. (2010). Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan, dan
Evaluasi Energi pada Ternak. Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Isnaharani, Y. (2009). Pemanfaatan Tepung Jerami Nangka dalam Pembuatan
Cookies Tinggi Serat. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Joseph, D. (2002). Manfaat Serat Pangan Makanan. Bogor: IPB Press.
Khalil, M. (2016). Pengaruh emberian Limbah Kulit Kopi (Coffea sp.) Amoniasi
Sebagai Pakan Alternatif Terhadap Pertambahan Bobot Ayam Broiler.
Journal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume.01(01), 119-130.
[Type text]
Piliang, W., & Djojosoebagjo, S. (1996). Fisiologi Nutrisi Edisi Kedua. UI Press:
Jakarta.
Tatilu, F., Somphie, F., Imbar, M., & Kowel, Y. (2015). Pengaruh Penggantian
Dedak Halus dengan Kulit Kopi Terhadap Persentase Karkas dan Lemak
Abdomen Broiler. Jurnal Zootek, Volume.35(02), 267-274.
Tillman, A., Hartadi, H., Prwawirokusomo, S. R., & L.Lebdosoekojo. (1989).
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada Univesity Press: Yogyakarta.

Diniyah, Nurud. 2013. Ekstraksi Dan Karakterisasi Polisakarida Larut Air Dari

Kulit Kopi Varietas Arabika (Coffea Arabica) Dan Robusta (Coffea

Canephora). Jurnal Teknologi Pertanian. 14(2). 76.

Runiani, Eka. 2013. Karakterisasi Dan Pre-Treatment Kulit Kopi Hasil Samping

Pengolahan Kopi Metode Kering Untuk Produksi Bioethanol. Jurnal

Universitas Jember. 9-10.

Londra, M. 2007. Potensi Pemanfaatan Limbah Kopi untuk Pakan Penggemukan

Kambing Peranakan Etawah. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian,vol. 28 (5): 536-542.

Sasongko Endar Budi, Endang Widyastuti, Rawuh Edy Priyono. 2014. Kajian
Kualitas Air dan Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat di Sekitar

Sungai Kaliyasa Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmu Lungkungan. 12(2). 72.

Wardhana Danu Indra, Eka Runiani, Ahmad Nafi. 2019. Karakteristik Kulit Kopi

Robusta Hasil Samping Pengolahan Metode Kering Dari Perkebunan Kopi

Rakyat Di Jawa Timur. Jurnal agritrop. 17(2). 217-218.

Anggorodi, R., 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.

[Type text]
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas

Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Wardhana Danu Indra, Eka Runiani, Ahmad Nafi. 2019. Karakteristik Kulit Kopi

Robusta Hasil Samping Pengolahan Metode Kering Dari Perkebunan Kopi

Rakyat Di Jawa Timur. Jurnal agritrop. 17(2). 217-218.

Budiari, N.L.G. 2014. Pengaruh Aras Kulit Kopi Fermentasi dalam Ransum
Terhadap Pertumbuhan Kelinci Lokal Jantan (Lepus negricollis) (tesis).
Denpasar. Universitas Udayana.
Fazidah, A.S., Tri, M. 2020. Metabolisme Lipid dalam Tubuh. Jurnal Inovasi
Kesehatan Masyarakat. 1(2).
Harri, P, A., Sukatiningsih., Wiwik, S. W. 2015. Ekstraksi Senyawa Antioksidan
Kulit Buah Koi : Kajian Jenis Kopi dan Lama Maserasi
Hart, H., craine, L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas.
Erlangga : Jakarta.
Khairul. 2009. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa Bandung.
Melwita, E., Fatmawati, & Oktaviani, S. (2014). Ekstraksi Minyak Biji Kapuk
dengan Metode Ekstraksi Soxhlet. Jurnal Teknik Kimia, 20(192), 20–27.

NRC. 2001. Nutrient Requirements of Dairy Cattle. 7th revised. Washington DC


(USA) : National Academy Press.

Murtidjo, B.A., 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.


Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit IU Press : Jakarta.
Melwita, E., Fatmawati, & Oktaviani, S. (2014). Ekstraksi Minyak Biji Kapuk
Ridla, M. 2014. Pengenalan Bahan Makanan Ternak. Bogor : ITB Press
Ruriani, E. 2013. Karakterisasi dan Pre-Treatment Kulit Kopi Hasil Samping
Pengolahan Kopi Metode Kering untuk Produksi Bioetanol. Universitas
Jember. 2-10.

[Type text]
Slamet Sudarmadji, Bambang Haryono,S. (2007). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta bekerjasama dengan Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.

Sutantyo E. 2011. The Effect of Palm Oil, Peanut Oil and Margarine on Serum
Lipoprotein and Aterosklerosis in Rats. Jurnal Gizi Indonesia. 2(1): 19-29.
Quine, B. R. 2014.Pengaruh Pemberian Tepung Limbah Kopi Sebagai Pakan
Tambahan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler.Skripsi
tidak diterbitkan. Banda Aceh: Prodi FKIP Unsyiah.
Mayasari, N. 2009.Pengaruh Penambahan Kulit Buah Kopi Robusta(Coffea
canephora) Produk Fermentasi Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus)
Dalam Ransum Terhadap Konsentrasi VFA Dan NH3(In Vitro). Bandung:
KPP Ilmu Hayati LPPM ITB.
Afrijon. 2011. Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat
Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in–
vitro.Jur. Embrio,vol. 4 (1): 1-5.
Zain, M. 2009. Substitusi Rumput Lapangan dengan Kulit Buah Coklat Amoniasi
dalam RansumDomba Lokal. Jurnal Media Peternakan,vol. 32 (1): 47-52.
Widyotomo, S. 2012. Potensi Dan Teknologi Diversifikasi Limbah Kopi Menjadi
Produk Bermutu Dan Bernilai Tambah. Review Penelitian Kopi dan
Kakao 1(1) 2013, hal 63-80.
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.

Devandra. 1997. Cassava as afeed Source for Ruminant. Ia: Cassava

Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979.  Biokimia. Penerbit EGC:


Jakarta.
Hendalia, Ella. 2008. Biokimia Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Jayanegara, A. 2012. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. CV. Nutri


Sejahtera: Bogor.

Mahmud, Mien K. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. PT Elex Media


Komputindo.

[Type text]
Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Widodo, W. 2010. Bahan Pakan Unggas Non Konvensional. Universitas


Muhammadiyah Malang: Malang.

[Type text]
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Praktikum

Analisis Air

Gambar 1. Oven Gambar 2. Cawan Alumunium

Gambar 3. Eksikator Gambar 4. Timbangan Analitik

[Type text]
Gambar 5. Tang Penjepit

Analisis Abu

Gambar 1. Hot plate Gambar 2. Cawan Porselen

Gambar 3. Eksikator Gambar 4. Timbangan Analitik

Gambar 5. Tang Penjepit Gambar 6. Tanur Listrik

Analisis Protein Kasar

[Type text]
Gambar 1. Labu Kjedhal 300 ml Gambar 2. Labu Kjedhal 300
ml

Gambar 3. Erlenmeyer 250 ml Gambar 4. Buret 50 ml

Gambar 5. Timbangan Analitik

Analisis Lemak Kasar

[Type text]
Gambar 3. Timbangan Analitis Gambar 4. Eksikator

Analisis Serat Kasar

Gambar 6. Kloroform
Gambar 5. Tang Penjepit
[Type text]
Gambar 1. Seperangkat Alat Pemasak Gambar 2. Seperangkat
Alat Penyaring

Gambar 3. Tanur Listrik Gambar 4. Cawan Porselen

Gambar 5. Timbangan Analitik Gambar 6. Eksikator


[Type text]
Gambar 7. Gelas Piala Gambar 8. Kertas Saring Bebas Abu

Gambar 9. Tang Penjepit

[Type text]
Analisis Energi Bruto

Gambar 1 Alat Sokhlet Gambar 2 Gelas piala

Gambar 3 Jacket Gambar 4 Bejana Air

[Type text]
Gambar 6 Bejana Bomb
Gambar 5 Hot Plate

Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Gambar 1. Kalkulator

Lampiran 2. Daftar Distribusi Tugas

Lampiran 3. Perhitungan Data

Analisis Air

[Type text]
( Berat cawan+ sampel ) −( Berat cawan+ sampel oven )
Air ( % ) = ×100 %
Berat sampel awal
9,71−9,365
¿ ×100 %
4,117

¿ 8,83 %

Analisis Abu

C− A
Abu ( % )= × 100 %
B
21,097−20,996
Abu ( % )= ×100 %
1,363
0,101
Abu ( % )= × 100 %
1,363

Abu ( % )=7,41 %

Analisis Protein Kasar

C x B x 14 x 0,001 x 6,25
PK(%) = x 100
A

0,1301 x 2,2 x 14 x 0,001 x 6,25


= x 100
0,253

0,0250
= x 100
0,253

PK(%) = 9,89 ≈ 9,90

Keterangan : A = Berat sampel

B = Volume Titrasi

C = Normalitas HCl

14 = Berat atom nitrogen

0,001 = Konversi satuan ml ke liter

[Type text]
6,25 = Angka konversi nitrogen

Analisis Lemak Kasar

LK (%) = (hasil sebelum di esktraksi – hasil setelah di ekstraksi) x 100%


Berat sampel
= (2,45 – 2,31) x 100%
1,495
= 9,36 %

Analisis Serat Kasar

( C− A )−D
SK(%) = x 100
B

(33,242−0,246)−32,784
= x 100
0,534

32,996−32,784
= x 100
0,534

0,212
= x 100
0,534

SK(%) = 39,7 %

Keterangan : A = Berat kertas saring

B = Berat sampel

C = Berat cawan+ sampel setelah di oven

D = Berat cawan+ sampel setelah di tanur

Analisis Energi Bruto

Rumus :

[Type text]
T 2−T 1
Energi Bruto (cal/gr) = x 2417
Berat Sampel( A)

24,67 C−23,25C
= x 2417
0,873

3931,432 cal/gr

Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Rumus :

BETN = 100 % – (Abu + LK + SK + Air + PK)%

= 100 % - (7,41 + 9,36 + 39,7 + 8,38 + 9,9)


= 44,91 %

Lampiran 4. Konversi BK

[Type text]
[Type text]

Anda mungkin juga menyukai