Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH ILMU PAKAN DAN NUTRISI HEWAN

“Ransum untuk ayam petelur dan pedaging”

OLEH:

KELOMPOK 4

Anggota :

Alfian Dzaka F.R 062111535007

Adilah dwi putri 062111535014

Diniah Umy Farihah 062111535030

Deborah Michelle 062111535036

Firda Rostiani 062111535041

M. Aqil Kurnianto 062111535005

Qurrotul Aini Dwi.A 062111535012

KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS SIKIA UNAIR BANYUWANGI

DIREKTORAT PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2022

i
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2

1.3 Tujuan...........................................................................................................................2

1.4 Manfaat.........................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

KEBUTUHAN NUTRISI TERNAK.........................................................................................3

2.1 Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur..................................................................................3

2.2 Kebutuhan Nutrisi Ayam pedaging..............................................................................4

BAB III
PENYAKIT TERKAIT DENGAN NUTRISI...........................................................................5

3.1 Hypocalcemia...............................................................................................................5

3.2 Defisiensi Mineral.........................................................................................................6

BAB IV......................................................................................................................................7

MACAM BAHAN PAKAN TERNAK DAN KANDUNGAN NUTRISINYA, FEED


ADDITIVE.................................................................................................................................7

4.1 Macam Bahan Pakan Ternak........................................................................................7

4.2 Feed Additive................................................................................................................7

BAB V........................................................................................................................................8

CONTOH FORMULA RANSUM TERNAK...........................................................................8

ii
BAB VI
KESIMPULAN........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun sedemikian
rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak
mengganggu kesehatan ternak. Ransum atau pakan sebaiknya mengandung campuran bahan
makanan yang berasal baik dari hewan maupun tumbuhan tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan
reproduksi pada ternak itu sendiri. Dalam peternakan ayam ransum atau pakan ayam
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam produksinya yaitu dapat mencapai 60-70% dari
total produksi.
Pada pemeliharaan ataupun ternak ayam baik ayam petelur dan ayam pedaging
sangat diperhatikan gizi yang dibutuhkan oleh ayam itu sendiri, contohnya bahan pakan yang
berasal dari hewan bisa didapatkan dari rumah pemotongan hewan yang nantinya dikeringkan
lalu digiling sedangkan bahan pakan yang berasal dari tumbuhan dapat berupa bungkil.
Bungkil merupakan limbah padat dari tanaman yang diambil minyaknya, seperti bungkil
sawit, kedelai, dan kelapa.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam peningkatan produktivitas pada
ternak yaitu ketersediaan pakan yang mencukupi secara kualitas dan kuantitas. Upaya
peningkatan kualitas gizi daging diantaranya dapat dilakukan dengan memanipulasi pakan,
beberapa syarat yang harus dipenuhi suatu bahan baku pakan adalah tidak boleh bersaing
dengan manusia, tersedia dalam waktu yang lama (kontinu), produksi berkelanjutan dan
ekonomis (Tobri, 2005). Protein, asam amino, energi, vitamin dan mineral yang berada pada
bahan pakan terpilih akan dijadikan ransum karena baik ayam petelur dan ayam pedaging
membutuhkan sejumlah unsur gizi untuk hidupnya.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan ayam petelur maupun ayam pedaging
yang memiliki kualitas dan kuantitas yang bagus. Sebaiknya dalam pemberian ransum atau
pakan pada ayam sangat diperhatikan komponen bahan campuran yang akan digunakan untuk
menyusun atau pembuatan ransum yang dapat dimanfaatkan baik dari kandungan gizi protein

1
dan lain sebagainya. Sehingga dapat berpengaruh terhadap konsumsi ransum atau pakan itu
sendiri, bobot badan dan konversi pakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kebutuhan nutrisi pada ayam petelur dan pedaging?
2. Bagaimana keterkaitan nutrisi dengan penyakit?
3. Bagaimana kandungan nutrisi pada setiap bahan ransum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pada ayam petelur dan pedaging.
2. Untuk mengetahui keterkaitan nutrisi dengan penyakit.
3. Untuk mengetahui nutrisi pada setiap bahan ransum.

1.4 Manfaat
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh ayam baik itu ayam pedaging dan
ayam petelur. Selain itu, juga untuk menginformasikan tentang macam-macam jenis bahan
campuran yang dapat digunakan untuk pembuatan ransum atau pakan ayam.

2
BAB II
KEBUTUHAN NUTRISI TERNAK

Pakan merupakan komponen utama dalam beternak ayam.Komponen biaya terbesar


untuk memproduksi telur dan menghasilkan bobot yang tinggi adalah biaya ransum. Melihat
pada kebutuhan nutrisi ternak supaya tujuan kinerja terpenuhi . Jika peternak tidak
mempertimbangkan kualitas, kuantitas pakan dan teknologi pemberian pakan, hal ini akan
menyebabkan target kinerja tidak terpenuhi dan tentunya kerugian ekonomi.

2.1 Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur

Ayam petelur memiliki tahap starter, tahap pertumbuhan (grower), dan tahap bertelur.
Ayam petelur adalah ayam dewasa yang sedang menjalani tahap bertelur atau produksi. Masa
produksi ayam petelur adalah 80-90 minggu. Produksi meningkat saat ayam berumur 22
minggu dan mencapai puncaknya pada 28-30 minggu. Produksi telur kemudian perlahan-
lahan menurun hingga 55% pada 82 minggu. Ayam petelur sensitif terhadap panas dan
kebisingan, dan suhu tubuh normalnya adalah 39-41°C Zona nyaman untuk ayam petelur
adalah lingkungan 10-20°C. Pemeliharaan ayam petelur yan temperatur lingkungannya diatas
titik kenyamanan ayam akan meningkatkan reaksi heat loss pada ayam.Hal itu menyebabkan
meningkatnya konsumsi minum dan menurunnya konsumsi pakan.Produksi menurun akibat
konsumsi pakan menurun menyebabkan zat-zat pakan yang masuk ke dalam tubuh hanya
sedikit.

Tingkat produktivitas ayam petelur dapat ditingkatkan melalui pemberian ransum


yang tepat. Menurut SNI (2014) bahwa standar ransum pakan ayam petelur periode layer
yaitu kadar air maksinal 14%, protein kasar minimal 16%, lemak kasar 2,5 - 7%, kalsium
3,25 - 4%, fosfor 0,6 – 1,0%, lysine 0,8%, metionin 0,35% dan energi metabolis 2.650
kkal/kg. Jika energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang dari 2.600 kkal), konsumsi
pakan lebih banyak sehingga Feed Convertion Ratio (FCR) meningkat dan efisiensi pakan
menurun. Sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi akan terjadi penurunan konsumsi.

3
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ayam pedaging

Kebutuhan nutrisi pada ayam broiler dipengaruhi oleh umur. Periode starter ternak
harus memperoleh perhatian khusus dalam pemberian pakan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi ternak. Kandungan nutrisi pakan pada periode starter harus lebih tinggi
kandungan nutrisinya dibandingkan fase finisher. Nutrisi ayam broiler fase starter adalah
21% protein, lemak kasar lebih dari 3%, serat kasar kurang dari 4% , kalsium 0,9-1,1%
phospor 0,7-0,9% dan energi metabolis 3000 Kkal/kg. Periode finisher membutuhkan protein
kasar 19%,lemak kasar lebih dari 3%,serat kasar kurang dari 5% , 0,9-1,1% kalsium, 0,7-
0,9% phospor dan energi metabolis 3100 Kkal/kg.

4
BAB III
PENYAKIT TERKAIT DENGAN NUTRISI

Penyakit Ternak bisa disebabkan oleh banyak hal seperti manajemen perkandangan
yang kurang bagus, serangan agen infeksius virus, bakteri, parasit, jamur. Bahkan sekarang
ini ditemukan penyakit pada sapi yang disebabkan oleh prion, yaitu sejenis molekul protein
yang telah berubah susuan konfigurasinya. Beberapa jenis penyakit ternak diketahui dapat
menular ke manusia.

Pencegahan terhadap serangan penyakit pada hewan adalah salah satu hal terbaik
yang bisa dilakukan. Faktor kebersihan, serta sanitasi kandang memegang peranan utama
sebagai penghalau serangan penyakit. Pemberian berbagai pakan ternak dengan komposisi
nutrisi yang bagus dan berimbang juga sangat diperlukan untuk menunjang kesehatan ternak.
Vaksinasi juga bisa digunakan terhadap berbagai penyakit menular yang memiliki resiko
tinggi, baik itu resiko terhadap hewan itu sendiri maupun resiko menular kepada manusia.
Berikut beberapa contoh penyakit terkait dengan nutrisi pada ternak :

3.1 Hypocalcemia
Hypocalcemia merupakan suatu gangguan metabolisme pada sapi perah dapat terjadi
sebelum, sewaktu, atau beberapa jam sampai dengan 72 jam setelah melahirkan. Kejadian ini
ditandai dengan penurunan yang tiba-tiba kadar calcium darah dari jumlah normal 9 - 10 mg
per 100 mL menjadi 3 - 7 mg per 100 mL darah. Kalsium di dalam tubuh diperlukan untuk
pengaturan mekanisme tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Pengaturan kalsium di dalam
tubuh melibatkan beberapa faktor yaitu hormon parathyroid, thyrocalcitonin dan vitamin D.
Kekurangan kalsium dapat disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi yang utama adalah karena
dibutuhkannya sejumlah besar calcium untuk laktasi. Penyebab hypocalcemia yang
sebenarnya belum diketahui tetapi faktor yang mendorong terjadinya hypocalcemia ada
beberapa macam yaitu umur, kepekaan ras, ketidakseimbangan ransum, produksi susu tinggi,
partus dan stres. Gejala yang terlihat adalah nafsu makan menurun atau sapi tidak mau makan
sama sekali, jatuh dan tidak mampu untuk berdiri meskipun ada usaha untuk berdiri. Pada
kondisi yang sangat parah ditandai dengan kembung, hewan berbaring pada sternum dengan
kepala ditarik ke arah belakang dan menyandarkan pada bahunya, hewan menjadi tidak
sadarkan diri dan koma. Untuk mencegah terjadinya hypocalcemia dapat dilakukan dengan

5
pemberian ransum dengan kandungan kalsium yang rendah disertai phospor yang tinggi
selama masa kering kandang, mempertahankan nafsu makan pada waktu melahirkan dan
pemberian vitamin D dosis tinggi.

3.2 Defisiensi Mineral


Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit defisiensi mineral, dan
hal tersebut berkaitan erat dengan sistem pemeliharaan. Gejala awal berupa penurunan
reproduksi sekitar 20−75%, retensio plasenta, anak yang lahir menjadi lemah, dan angka
kematian anak tinggi. Penyakit lain yang timbul adalah pneumonia, diare, stomatitis,
anoreksia, dan penurunan produksi susu pada sapi perah. Gejala lain yang lebih parah ialah
patah tulang, kulit kering dan bersisik, serta kekurusan yang hebat. Berdasarkan informasi di
atas dapat dinyatakan bahwa kecukupan mineral secara alami sangat bergantung pada kondisi
daerah tempat ternak dipelihara dan pakan yang cukup mengandung mineral. Bila ternak
dipelihara secara tradisional dengan digembalakan dan hanya memperoleh pakan dari padang
rumput maka ketersediaan mineral dalam tanah dan rumput pakan ternak perlu diperhatikan.
Pengobatan penyakit defisiensi mineral dapat dilakukan dengan penambahan mineral dalam
pakan serta mengurangi interaksi antara unsur nutrisi lain dengan unsur nutrisi mineral.
Untuk mencegah interaksi tersebut perlu dilakukan diagnosis kandungan mineral darah pada
ternak. Di samping itu, perlu diketahui kandungan mineral dalam pakan.

Pemberian mineral tambahan berupa konsentrat maupun mineral blok dilakukan dengan
takaran dua kali dari pemberian pada ternak normal. Pemberian pakan tambahan yang
mengandung mineral yang cukup untuk ternak ruminansia telah banyak dilakukan. Di
samping itu juga telah diproduksi pakan berbentuk blok yang mengandung mineral, tetapi
kandungan mineralnya bervariasi dan bahkan beberapa jenis mineral tidak mencukupi
kebutuhan fisiologis ternak. Dengan demikian, pembuatan pakan tambahan baik berupa
mineral blok maupun konsentrat perlu memperhatikan kebutuhan ternak, yaitu untuk ternak
normal atau ternak defisiensi.

6
BAB IV
MACAM BAHAN PAKAN TERNAK DAN KANDUNGAN NUTRISINYA, FEED
ADDITIVE

4.1 Macam Bahan Pakan Ternak


Pengertian bahan pakan adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak. Ada
dua jenis bahan pakan yaitu bahan pakan asal nabati dan bahan pakan asal hewani. Istilah
ransum merupakan campuran dari beberapa jenis bahan pakan asal nabati maupun hewani
yang disusun berdasarkan persentase kecukupan gizi ternak. Ada sembilan indikator penting
dalam penentuan bahan pakan, antara lain: harga, daya simpan, tekstur, rasa, bau, warna,
palatabilitas, kontaminasi, zat anti nutrisi, sifat pencahar, “bulk density”, dan ketersediaan.
Pada ternak ayam baik ayam broiler maupun ayam layer bahan pakan 85-90%
tersusun dari bahan pakan asal nabati sedangkan sisanya tersusun dari bahan pakan asal
hewani dan mineral. Bentuk pakan pada pakan ayam dan unggas lainnya berbentuk
mash/tepung, crumble, dan pelet. Pemberian pakan berdasarkan bentuk pakan disesuaikan
dengan umur ternak. Misalnya, pada ternak ayam broiler fase starter diberikan pakan jenis
mash atau crumble.

4.2 Feed Additive


Sulistyoningsih et al (dalam Kurniawan, 2021:2) Feed additive atau imbuhan pakan
merupakan suatu bahan yang ditambahkan kedalam pakan ternak dapat mempengaruhi
kesehatan, produktivitas ternak serta keadaan gizi ternak. Jenis feed additive yang sering
peternak gunakan, antara lain: probiotik, fitobiotik, dan acidifier. Semua feed additive
bertujuan untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen sehingga pertambahan bobot ternak
menjadi optimal dan juga dapat menggantikan peran antibiotik dalam pakan.

B
AB V
CONTOH FORMULA RANSUM TERNAK

Formulasi yang tepat ntuk ayam broiler adalah formulasi yang menghasilkan kandungan
nutrisi sesuai kebutuhan ayam dengan komposisi yang seimbang. Berikut ini adalah contoh
ransum untuk broiler fase starter.

Bahan Baku Ransum Harga (Rp/kg) Formulasi (%)

7
Jagung Rp. 4.700,00 53,67

Bekatul Rp. 4.200,00 5,00

Bungkil Kedelai Rp. 5.800,00 30,69

Meat Bone Meal Rp. 6.300,00 5,00

Palm Oil Rp. 8.500,00 3,05

Tepung Batu Rp. 300,00 0,76

DCP Rp. 8.500,00 0,23

Mix Plus BAM23A Rp. 29.295,00 1,50

Freetox (Toxin Binder) Rp. 15.525,00 0,10

Harga Ransum (Rp/kg) Rp. 5.563,54

8
Biaya ransum bisa juga ditekankan dengan tata-laksana pemberian ransum yang tepat,
seperti pemberian ransum dilakukan sesering mungkin, terutama saat masa brooding
sehingga ransum tetap segar dan nafsu makan ayam baik (pertumbuhan optimal).
Penyimpanan ransum dilakukan dengan baik, hindari ransum yang lembab dan menggumpal
sehingga bisa menurunkan kualitas ransum. Pengaturan waktu pemberian ransum juga bisa
meningkatkan efisiensi ransum, contohnya pada saat kondisi cuaca panas (terutama siang
hari) hendaknya ransum tidak usah diberikan terlebih dahulu, namun diberikan setelah cuaca
mulai dingin (sore hari).

Hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian ransum :

● Jumlah tempat ransum dan tempat minum mencukupi dan tersebar merata di seluruh
kandang
● Ketinggian tempat ransum sejajar dengan tinggi punggung ayam
● Kebersihan tempat ransum dan tempat minum ayam terjaga
● Air minum yang diberikan bersih dan selalu tersedia (karena jika konsumsi air minum
rendah maka konsumsi ransum juga rendah)
● Suhu kandang 25 – 28°C dengan kelembaban 60%. Jika lebih dari itu perbaiki
sirkulasi udara dengan menambahkan blower dalam kandang dan memberikan hujan
buatan di atas atap kandang
● Ransum yang akan diberikan selalu ditimbang, sehingga ter-monitoring

Hal yang perlu dilakukan setelah pemberian ransum :

● Jangan langsung pergi setelah selesai pemberian ransum, amati apakah ada ayam yang
tidak dapat menjangkau tempat ransum
● Jika ada ayam yang berat badannya kurang dari standar atau sakit, langsung pisahkan
dan berikan perlakuan tersendiri
● Lakukan monitoring ransum yang dikonsumsi ayam setiap minggunya.

9
BAB VI
KESIMPULAN
Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa
dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak
mengganggu kesehatan ternak. Pada pemeliharaan ataupun ternak ayam baik ayam petelur
dan ayam pedaging sangat diperhatikan gizi yang dibutuhkan oleh ayam itu sendiri.Tingkat
produktivitas ayam petelur dapat ditingkatkan melalui pemberian ransum yang tepat.
Menurut SNI (2014) bahwa standar ransum pakan ayam petelur periode layer yaitu kadar air
maksinal 14%, protein kasar minimal 16%, lemak kasar 2,5 - 7%, kalsium 3,25 - 4%, fosfor
0,6 – 1,0%, lysine 0,8%, metionin 0,35% dan energi metabolis 2.650 kkal/kg. Sedangkan
pada ayam broiler yaitu Nutrisi ayam broiler fase starter adalah 21% protein, lemak kasar
lebih dari 3%, serat kasar kurang dari 4% , kalsium 0,9-1,1% phospor 0,7-0,9% dan energi
metabolis 3000 Kkal/kg. Periode finisher membutuhkan protein kasar 19%,lemak kasar lebih
dari 3%,serat kasar kurang dari 5% , 0,9-1,1% kalsium, 0,7-0,9% phospor dan energi
metabolis 3100 Kkal/kg.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bidura, I Gusti Nyoman Gede. 2016. Bahan Ajar “Bahan Makanan Ternak”. Bali.
Universitas Udayana.

Kurniawan dkk. 2021. Pengaruh Pemberian Feed Additive Sebagai Pengganti


Antibiotik Terhadap Konsumsi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler. 3 (2).
135.

Samadi, dkk.2020. Formulasi Pakan Ayam Arab Petelur dan Pembuatan Imbuhan
Pakan Berbasis Sumber Daya Lokal di Kabupaten Aceh Besar:Syiah Kuala

YM Dewi.2011.Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler Sebagai Subtitusi


Tepung Ikan Di Dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Konversi
Pakan Ayam Arab (Gallus turcicus).Malang;Uin Malang

11

Anda mungkin juga menyukai