Anda di halaman 1dari 13

Makalah Dietetik

FORMULASI RANSUM PAKAN DAN ENERGI YANG


DIBUTUHKAN PADA AYAM

OLEH :

Kelompok 3
ANIZA PUTRI (O11116010)
KADEK DIAN KRISNA P (O11116506)
ANDI AZIFAH CAHYANI (O11116003)
ADI SAPUTRA WIDODO (O11116304)
MUHAMMAD ADLILHAQ YJ (O11116312)
FITRIA F. JAYA (O11116511)
DIVA ADELIA GOENARDI (C031171504)
AZIZAH KHAERUNNISA (C031171512)
A.NIRWANA NAWING (C031171301)
KHAIRUNNAJMI HALID (C031171007)
MARKUS STEVEN SALAMENA (C031171501)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena masih
memberi kami kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah dari mata
kuliah Dietetikyang berjudul “Formulasi Ransum Pakan dan Energi yang
Dibutuhkan pada Ayam”.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Khususnya kepada
dosen pembimbing dan teman-teman sekalian.
Kami sadar bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, jika ada kesalahan dalam tugaskami kali ini, kami meminta maaf yang
sebesar-besarnya dan kami juga mengharapkan kritik dan saran dari dosen
pembimbing dan teman-teman sekalian sehingga kami akan lebih baik nantinya.
Kami berharap tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
serta menjadi pedoman bagi bahan ajaran.
Sekian dan Terima Kasih.
Wassalamu alaikum wr.wb

Makassar, 27 Februari 2020

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I : PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG 1
2. RUMUSAN MASALAH 2
3. TUJUAN DAN MANFAAT 2

BAB II : PEMBAHASAN
1. KLASIFIKASI RANSUM AYAM 3
2. JENIS BAHAN BAKU RANSUM AYAM 3
3. ENERGI YANG DIBUTUHKAN AYAM 6
4. PENTINGNYA SUPLEMENTASI RANSUM 8

BAB II : PENUTUP
1. KESIMPULAN 9
2. SARAN 9

DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Ransum adalah susunan dari berbagai bahan pakan yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam. Ransum adalah pakan jadi
atausetengah jadi hasil pabrik atau industri atau hasil pencampuran bahan ransum
yang diedarkan atau diperjual belikan. Bahan baku ransum harus bebas dari residu
dan zatkimia yang membahayakan seperti pestisida, urea, dan lain-lain (Dewan
Standarisasi Nasional, 1995). 
Pemberian ransum bertujuan untuk menjamin pertmbuhan berat badan dan
menjamin produksi daging agar menguntungkan.
Konsumsi ransum ayam pedaging tergantung pada strain, umur,aktivitas serta tem
peratur lingkungan. Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan
pertambahan bobot badan. Setiap minggunya ayam mengonsumsi ransum lebih
banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Faradis, 2009).
Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran baik diolah dan tidak
diolah yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan
berkembang biak. Pada umumnya pengertian pakan digunakan untuk hewan yang
memuat kuatitatif, kualitatif, keseimbangan zat pakan yang terkandung di
dalamnya. Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan sebagal sumber
energi dan zat-zat gizi, istilah pakan yang sering diganti dengan bahan baku
pakan, pada kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang menyebabkan
penggunaan kata pakan menggantikan bahan pakan yang telah diolah menjadi
pelet, remuk atau dihancurkan. Ransum adalah campuran beberapa bahan baku
pakan ternak yang diramu atau disusun sesuai penggunaannya. Ransum
merupakan pakan yang siap diberikan pada unggas yang dipersiapkan dari
berbagai jenis bahan pakan yang sudah dikalkulasi (dikalkulasi) sebelumnya
membutuhkan nutris ternak yang diperlukan (Zulfan, 2018).
Salah satu peran paling penting dari produksi hewan adalah menyediakan
protein berkualitas tinggi untuk konsumsi manusia, dan untuk mencapai hal ini,
hewan harus diberi proporsi yang tepat dari protein berkualitas tinggi dalam
makanan. Asam amino adalah faktor paling penting dalam nutrisi hewan karena

1
protokol yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas protein terkait dengan
pasokan asam amino. Formulasi pakan unggas sampai saat ini didasarkan pada
konsep protein kasar, yang sering mengakibatkan diet yang mengandung kadar
asam amino lebih tinggi. Tingkat protein yang berlebihan dalam makanan tidak
hanya menghasilkan biaya formulasi yang lebih tinggi, tetapi juga mempengaruhi
kinerja unggas. Ketersediaan komersial asam amino sintetis telah memungkinkan
ahli gizi untuk merumuskan pakan lebih murah yang mengandung kadar asam
amino yang memadai. Namun, kadar proteinnya masih terlalu tinggi. Unggas
tidak memiliki persyaratan protein kasar yang tinggi, tetapi harus ada protein yang
cukup untuk menyediakan pasokan nitrogen yang cukup untuk sintesis asam
amino non-esensial. Formulasi diet dengan kadar protein kasar yang lebih rendah
akan menjadi layak karena asam amino sintetis lainnya tersedia secara ekonomis
(Araujo et al., 2004).

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasikan
pokok permasalahan yang ada dalam pembahasan makalah  ini yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana klasifikasi ransum ayam?
2. Apa jenis bahan baku ransum ayam?
3. Bagaimana energi yang dibutuhkan ayam?
4. Bagaimana pentingnya suplementasi ransum?

3. MANFAAT PENULISAN
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan
dapat mengerti dan memahami berikut ini :
1. Mengetahui formulasi ransum pakan pada ayam
2. Memahami jenis bahan baku ransum ayam
3. Mengetahui energi yang dibutuhkan ayam
4. Memahami pentingnya suplementasi ransum pada ayam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.Klasifikasi Ransum Ayam


Ransum merupakan salah satu komponen penting dalam industri
perunggasan. Di lapangan sendiri, ransum ayam pedaging dan petelur
diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
-Ransum ayam pedaging: ransum jadi dan konsentrat
-Ransum ayam petelur: ransum jadi, konsentrat, dan self mixing
Ransum jadi adalah ransum yang siap diberikan pada ayam, dimana
kandungan nutrisinya sudah disusun secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
ayam. Sedangkan konsentrat adalah ransum padat nutrisi (nutrisi tinggi) buatan
pabrik, dimana dalam pemberiannya ke ayam harus dicampur terlebih dahulu
dengan jagung giling dan bekatul. Perbandingannya adalah 50-55% jagung, 30-
35% konsentrat dan 15-20% bekatul. Selanjutnya yang dimaksud dengan self
mixing artinya peternak benar-benar mencampur sendiri berbagai macam bahan
baku ransum menjadi ransum jadi (Medion, 2020)
Di lapangan sendiri, hampir seluruh peternak ayam pedaging memberikan
ransum jadi untuk ternaknya. Sedangkan peternak yang menggunakan ransum
konsentrat hanya sebagian kecil saja. Hal ini berbeda dengan peternak ayam
petelur. Mereka lebih sering memberikan ransum konsentrat atau meracik sendiri
ransumnya (self mixing, red) dengan tujuan efisiensi dan menghemat biaya
ransum. Khusus bagi peternak ayam petelur pengguna konsentrat dan self mixing,
tentunya pengetahuan mengenai bahan baku ransum dan teknik formulasi harus
dikuasai agar mampu menghasilkan ransum jadi yang berkualitas tinggi.

B. Jenis Bahan Baku Ransum

3
Untuk memenuhi kebutuhan gizinya, ternak ayam harus diberi ransum
yang terdiri dari campuran beberapa bahan baku. Bahan baku tersebut dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kandungan nutrisinya.
Hal ini secara rinci disajikan dalam Tabel 1. Klasifikasi bahan baku pakan
didasarkan atas sumber nutrisinya (Medion, 2020) :
 Bahan baku sumber energi
Bahan baku sumber energi adalah bahan pakan yang mengandung energi
metabolisme (EM) > 2.250 kkal dan protein kasar (PK) < 20%. Untuk ransum
ayam, sumber energi bisa diperoleh dari biji-bijian terutama jagung. Selain
jagung, biji gandum, barley, atau sorgum dapat dimanfaatkan. Di Indonesia
selain jagung, kadang-kadang diberikan, bekatul, wheat pollard, sedikit
sorgum bila tersedia, atau beras menir sebagai hasil pengayakan dedak padi.
Sumber energi lain yang tersedia secara musiman adalah gaplek yang dijual
dalam bentuk chip atau gelondongan. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang
tinggi, terutama untuk ransum ayam pedaging, terkadang ditambahkan pula
minyak jenis crude palm oil (CPO) antara 1 – 4%. Beberapa hasil samping
industri pertanian pun banyak digunakan sebagai sumber energi dan protein
karena harganya yang relatif murah. Bahan tersebut adalah dedak padi,
bungkil kelapa, atau bungkil inti sawit.
 Bahan baku sumber protein
Bahan baku sumber protein adalah bahan pakan yang mengandung protein
kasar (PK) ≥ 20%. Sumber protein ini terdiri atas protein hewani (berasal dari
hewan) dan nabati (berasal dari tumbuh-tumbuhan). Contohnya antara lain
bungkil kedelai, tepung ikan, meat bone meal (campuran tepung daging dan
tulang), poultry meat meal (tepung daging unggas), dan corn gluten meal
(hasil samping pengolahan minyak jagung)
 Bahan baku sumber mineral
Di dalam bahan baku ini sebagian besar terkandung berbagai macam
mineral, seperti kalsium, fosfor, dan NaCl. Contohnya antara lain tepung (grit)
batu, tepung kulit kerang, tepung tulang, dicalcium phosphate (DCP),
monocalcium phosphate (MCP), dan garam.

4
 Feed supplement
Feed supplement merupakan bahan pakan tambahan yang berupa zat-zat
nutrisi, terutama zat nutrisi mikro seperti vitamin, mineral atau asam amino.
Penambahan feed supplement dalam pakan berfungsi untuk melengkapi atau
meningkatkan ketersediaan zat nutrisi mikro yang seringkali kandungannya
dalam ransum kurang atau tidak sesuai standar. Terlebih lagi pada ransum
hasil self mixing yang biasanya mengalami keterbatasan untuk membuat
formulasi yang memperhitungkan sampai komponen nutrisi mikronya.
 Feed additive
Sedikit berbeda dengan feed supplement, feed additive merupakan zat
tambahan yang bersifat non-nutritif (bukan termasuk zat nutrisi), contohnya
ialah enzim, hormon, zat perwarna ransum dll. Peran feed additive dalam
ransum tergantung dari jenis kandungan zat additive-nya. Feed additive
dengan kandungan enzim dan hormon berfungsi meningkatkan proses
pencernaan dan penyerapan ransum, sedangkan feed additive dengan
kandungan zat perwarna dan aroma ransum berfungsi untuk memperbaiki
penampilan fisik ransum sehingga dapat meningkatkan nafsu makan ayam.

Kualitas pakan adalah sumber utama dalam kinerja produksi hewan. Ini
juga merupakan awal dari rantai produksi protein hewani, karenanya, kebutuhan
untuk mengatasi masalah konsumsi atas keamanan pangan. Dengan demikian,
penelitian ini cenderung mendukung pandangan bahwa formulasi pakan ayam
pedaging berbasis sayuran akan meningkatkan kualitas produksi unggas dalam hal
produksi daging (Omenka dan Godswell, 2010).
Hal tersebut menunjukkan bahwa daging rendah lemak dan protein tinggi
dapat diperoleh dari unggas yang diberi pakan sayuran eksperimental daripada
yang diberi makan dengan starter broiler komersial. Oleh karena itu, produk
berbasis sayuran berfungsi sebagai sumber bahan penting yang dibutuhkan oleh
peternak unggas selama perumusan pakan broiler. Formula pakan nabati dapat
meningkatkan produk daging unggas dalam hal nilai gizi yang pada akhirnya akan
bermanfaat bagi kesehatan konsumen daging dan mungkin berfungsi sebagai
sumber nilai ekonomi bagi peternak ungags (Omenka dan Godswell, 2010).

5
C. Kebutuhan Nutrien Energi
Energi bahan pakan umumnya dapat dibedakan menjadi empat, yaitu
energybruto (EB), energi dicerna (ED), energi termetabolis (EM), dan energi neto
(EN).Energi termetabolis adalah nilai yang digunakan dalam perhitungan energi
pakanuntuk unggas umumnya dan satuan yang digunakan adalah kkal/kg. Apabila
energytermetabolis dikurangi dengan energi yang hilang akibat panas
(mempertahankansuhu tubuh), maka energi yang tersisa tersebut disebut dengan
nama energi neto (EN). Jadi energi netto adalah energi yang digunakan untuk
pertumbuhan, produksi,dan reproduksi (Bidura, 2016).
Di dalam tubuh ternak unggas, energi yang masuk melalui makanan yang
dibutuhkan mempunyai beberapa fungsi, yaltu (1) membantu perjuangan berbagal
proses fisiologis dan biologis, seperti kerja atau pergerakan, pernafasan, peredaran
darah, pemeliharaan subu tubuh, konsumsi, konsumsi nutrisi, dan ekskresi ; (2)
untuk memproduksi daging, telur, bulu, dan tenaga; dan (3) untuk proses
reproduksi. Metode untuk menentukan kebutuhan energi pada ternak yang hidup
bebas dengan mengukur keseimbangan energi pengukuran termetabolis (EM)
dengan percobaan pakan dan pengukuran perubahan komposisi tubuh. Pada
ternak unggas, prosedur yang dilakukan adalah dengan mentransfer contoh ternak
yang mewakili awal / permulaan percobaan untuk menentukan kadar lemak,
protein, dan energi tubuh. Segera setelah itu pemberian pakan dilakukan. Pada
akhirnya, ternak dipotong dan jaringan tubuh ternak mengumpulkan protein,
lemak, dan energi untuk mengetahui perubahan zat-zat tersebut selama percobaan
(Zulfan, 2018).
Sebagian besar kebutuhan energi digunakan untuk kebutuhan hidup
pokok. Energi untuk hidup pokok memuat kebutuhan untuk mempelajari basal
dan aktivitas normal. Sebagai contoh, anak ayam dengan berat badan 40 gram
membutuhkan energi untuk hidup pokok sebesar 8 kkal per hari. Kebutuhan
energi untuk hidup harus terpenuhi sebelum unggas menggunakan energi untuk
pertumbuhan. Ayam yang mengonsumsi pakan dengan energi tinggi akan
menambah lemak karkas dalam jumlah yang lebih tinggi, dibandingkan dengan
pakan yang mengandung energi rendah (Zulfan, 2018).

6
Metode yang untuk menentukan kebutuhan energi pada ternak yang hidup
bebas adalah dengan melakukan pengukuran keseimbangan energi yang meliputi
pengukuran energi termetabolis (EM) dengan percobaan pakan dan pengukuran
perubahan komposisi tubuh. Pada ternak unggas, prosedur yang dilakukan adalah
dengan mengorbankan contoh jaringan ternak yang mewakili pada
awal/permulaan percobaan untuk menentukan kadar lemak, protein, dan energi
tubuh. Segera setelah itu pemberian perlakuan pakan dilakukan. Pada akhir
perlakuan, ternak dipotong dan jaringan tubuh ternak dianalisis kandungan
protein, lemak, dan energinya untuk mengetahui perubahan zat-zat tersebut
selama percobaan (Bidura, 2016).
Contoh kasus dalam mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak
unggas dapat dilihat pada jenis hewan broiler umur 3 minggu yang memiliki
kebutuhan nutrisi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Output formula ransum
yang diperoleh dan kandungan nutrisinya ditunjukkan pada Tabel 3. Formula
ransum yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk menyusun
formula ransum yang memenuhi kebutuhan nutrisi ternak broiler umur 3 minggu
(Hidayat, 2013).

7
Pentingnya Suplementasi Ransum
Sampai saat ini dalam dunia perunggasan, upaya memenuhi kebutuhan
bahan ransum sumber protein baik nabati maupun hewani masih merupakan
problem utama. Kedelai sebagai komponen utama pakan ayam belum dapat
diproduksi secara optimal di Indonesia karena merupakan tanaman subtropis.
Selain itu, produksi kedelai masih diutamakan untuk konsumsi manusia dan
bahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah masih harus mengimpor
kedelai. Demikian juga halnya dengan tepung ikan, masih dipenuhi dengan cara
mengimpor.Substitusi bungkil kedelai dengan bahan lain seperti kacang koro,
kecipir, dan kacang-kacangan lain telah banyak dilakukan. Namun hasilnya
dihadapkan pada ketersediaan yang tidak berkelanjutan, kualitas tidak konsisten,
serta teknologi budidaya dan pengolahan yang cukup mahal. Sedangkan
penggunaan bahan baku non-kovensional seperti bungkil kacang tanah dan
bungkil kacang-kacangan lainnya pun masih menghadapi kendala yang
sama.Berbeda dengan bahan pakan sumber protein, bahan pakan sumber energi
seperti jagung, dedak, bekatul, dll dalam jangka pendek dapat dipenuhi dari bahan
baku lokal. Permasalahannya adalah kontinuitas ketersediaannya masih diragukan,
khususnya pada musim kemarau. Kualitas produk juga bervariasi. Pengeringan
dan penyimpanan yang belum ditangani secara serius merupakan kunci utama
kelangkaan jagung pada musim kemarau, sekaligus penyebab kualitas yang
bervariasi.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pakan adalah buhan makanan tunggal atau campuran balk yang diolah dan
tidak diolah yang diberikan kepada hewan untuk kelangungan hidup, berproduksi,
dan berkembang biak Pada umumnya pengertian pakan digunakan untuk hewan
yang memuat kuatitatif, kualitatit, keseimbangan zat pakan yang terkandung di
dalamnya.Ransum merupakan salah satu komponen penting dalam industri
perunggasan.
Formulasi ransum merupakan pencampuran bahan pakan yang memiliki
kandungan nutrisi berbeda dan kemudian direkayasa sehingga nutrisinya menjadi
sesuai yang diinginkan. Teknik pencampuran dimulai dengan mencampurkan
bahan yang ukuran partikelnya lebih kecil terlebih dahulu, baru kemudian yang
lebih besar. Formulasi ransum dapat dimanfaatkan untuk pemgoptimalan dalam
pemberian pakan ternak.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan agar dosen pembimbing
dan pembaca dapat memberikan kami saran dan kritik yang membangun.

9
DAFTAR PUSTAKA

Araujo, L. F., O. M. Junqueira, C. S. S. Araujo, D. E. Faria dan M. O. Andreotti.


2004. Different Criteria of Feed Formulation for Broilers Aged 43 to 49
Days. Brazilian Journal of Poultry Science. 6(1): 61-64.

Bidura, I gst. Nym. Gde. 2016. Bahan Makanan Ternak. Universitas Udayana :
Denpasar.

Dewan Standarisasi Nasional. 1995. Ransum Ayam Pedaging (Broiler Finisher).


SNB01-3931-1995.

Faradis, A.H. 2009. Evaluasi Kecukupan Nutrient pada Ransum Ayam (Broiler).
Semarang: Universitas Diponegoro.

Hidayat, Sabarina. 2013.Optimasi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Ternak Unggas


Melalui Formulasi Ransum Menggunakan Algoritme Genetika. [Skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Medion. 2020. Mengenal Ransum Ayam. [Artikel]. diakses pada 25 Februari 2020
pukul 21.59 WITA. https://www.medion.co.id/id/mengenal-ransum-ayam/

Omenka, Richard dan Godswell Anyasor. 2010. Vegetable Based Feed


Formulation On Poultry Meat Quality. Ajfand.10(1):2001-2011.

Zulfan, Muhammad Daud. 2018.Teknologi Formulasi Ransum Unggas.Banda


Aceh:Syiah Kuala University Press.

10

Anda mungkin juga menyukai