PRAKTIKUM I
FORMULASI RANSUM UNGGAS/NON RUMINANSIA
OLEH:
NAMA : ANJAS
NIM : I011 21 1114
KELOMPOK : V (LIMA)
GELOMBANG : III (TIGA)
WAKTU : JUMAT, 14 APRIL 2023
ASISTEN : RISKA SRI WAHYUNI HARIS
Latar Belakang
ayam ras petelur. Burung puyuh memiliki potensi yang cukup besar untuk
puyuh juga dapat dilakukan di lahan sempit dan tanpa memerlukan modal yang
hambatan yang dihadapi oleh peternak puyuh berupa ancaman berbagai penyakit
Ransum adalah gabungan dari beberapa macam bahan pakan ternak yang
kecukupan nutrisi ternak. Pemberian ransum kepada ternak termasuk salah satu
yang dibutuhkan ternak ruminansia seperti serat kasar, protein kasar, lemak kasar
dan mineral yang dapat dipenuhi dalam ransum. Ransum yang baik adalah disukai
mudah diperoleh, mudah diberikan pada ternak atau bersifat palatable dan tidak
kandungan nutrisi bahan pakan yang dipilih dengan kebutuhan puyuh petelur,
ransum sesuai dengan kebutuhan dari ternak itu sendiri sehingga terdapat beberapa
berlaku di dunia perunggasan dan memilih salah satu metode yang sesuai dengan
situasi dan kondisi peternak sendiri, sehingga diharapkan bisa didapat ransum yang
memenuhi kebutuhan gizi ternak tetapi dengan harga yang relatif murah.Samasi.,
Dkk 2021
unggas merugi. Oleh karena itu untuk menekan biaya pakan, peternak
dan nilai ekonomi yang tinggi. Hal itu dapat dilakukan dengan memilih bahan
informasi ilmiah dosen dan masyarakat untuk mengetahui cara menyusun pakan
Puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki potensi untuk
masyarakat. Puyuh merupakan unggas daratan yang memiliki ukuran tubuh yang
kecil, pemakan biji-bijian dan serangga kecil. Jenis puyuh yang sering
ini mulai berproduksi pada umur 35-42 hari. Puyuh betina mampu menghasilkan
250- 300 butir telur dalam setahun dengan berat telur sekitar 9-13 gram/butir atau
burung puyuh berdasarkan fase pertumbuhann yaitu starter, grower dan layer. Fase
layer merupakan fase pada saat burung puyuh berumur 6-58 minggu. Menurut
Mushawwir dkk., (2020) kebutuhan zat makanan burung puyuh fase layer adalah
kadar air maks 14.0%, protein kasar min 17.0%, lemak kasar maks 7.0%, serat kasar
maks 7.0%, abu maks 14.0%, kalsium (Ca) 2.5-3.5%, fosfor (P) 0.6-1.0%, dan
seperti kebutuhan nutrien sesuai dengan fase umur burung puyuh dan ketersediaan
dan kualitas bahan pakan yang digunakan. Pemberian pakan puyuh agar cepat
pertumbuhan pakan puyuh petelur secara alami. Asam amino esensial seperti lisin
dan metionin dalam ransum harus diperhatikan ketersediaannya karena sering
Jumlah limbah jagung keseluruhan adalah mencapai 1,5 kali bobot biji artinya jika
dihasilkan 19 juta ton biji/ha maka diperoleh 28,5 ton limbah yang bisa
pengelolahan terlebih dahulu. Kandungan nutrisi yang terdapat pada jagung yakni
protein kasar 9%, lemak kasar 3,9%, serat kasar 2,05, kalsium 0,22%,fosfor
dapat menurunkan harga pakan. Kandungan nutrisi yang terdapat pada dedak halus
yakni protein kasar 13%, lemak kasar 5%, serat kasar 12%, kalsium 0,12%, fosfor
1,50%, dan EM 2200 kkal. Batas penggunaan dedak halus yakni sebanyak
bahan kimia, karena minyak nabati bersifat biodegradable, tidak beracun, ramah
sifat kekuatan tarik vinil ester. Kandungan yang terdapat pada minyak sayur hanya
EM sebesar 8600 kkal (tidak memiliki kandungan protein kasar, lemak kasar, serat
protein tinggi mencapai 51% dengan nilai kecernaan yang tinggi, bau yang sedap
sehingga dapat meningkatkan palatabilitas. Oleh sebab itu, sangat tepat jika bungkil
kedelai sebagai sumber protein pada campuran pakan ternak. Kandungan yang
terdapat pada bungkil kedelai yakni protein kasar 47%, serat kasar 6%, lemak kasar
0,90%, kalsium 0,32%, fosfor 0,29% dan EM 2400 kkal. Batas penggunaan bungkil
(limbah) pengolahan utama ikan maupun dari hasil tangkapan sampingan. Tepung
ikan merupakan salah satu hasil pengawetan ikan dalam bentuk kering. Kandungan
nutrisi yang terdapat pada tepung ikan yakni protein kasar 50%, serat kasar 1%,
lemak kasar 10%, kalsium 5,11%, fosfor 2,88%, dan EM 3080 kkal. Batas
Calcuim Cabonat (CaCO3) yang berasal dari bahan tambang yaitu batu kapur
senyawa kimia yang memiliki banyak aplikasi dibidang industri. CaCO3 yang
berasal dari bahan tambang jika dikonsumsi secara terus menerus oleh industri,
akan menyebabkan krisis CaCO3. Kandungan nutrisi yang terdapat pada CaCo3
yakni memiliki kandungan kalsium sebesar 40%. Batas Penggunaan CaCo3 adalah
membutuhkan minimal 17% protein kasar sedangkan hasil yang didapatkan dari
formulasi ransum dengan metode trial and error adalah 22,26 %.. Dimana protein
sangat penting dalam meneuntukan kualitas telur,selain itu protin juga dapat menbantu
pertumbuhan puyuh Hal ini sesuai dengan pendapat Andriani dkk., (2022) yang
mengakibatkan produksi telur rendah dan protein juga merupakan struktur yang
sangat penting untuk pertumbuhan jaringan di dalam tubuh ternak puyuh seperti
pembentukan daging, kulit, dan bulu. Selain sebagai pembentuk antibodi, mengatur
zat gizi dan sebagai sumber energi, fungsi lain dari protein adalah mengatur
didapatkan dari formulasi ransum dengan metode trial and error adalah 5,28 %..
lemak kasar yang didapatkan dari formulasi ransum dengan metode trial and error
yaitu 5,28% yang artinya tidak melewati batas kebutuhan makximun lemak kasar
yang dapat diberikan kepada puyuh petelur..Hal ini sesuai pendapat Rahayu.,Dkk.
(2021) yang menyatakan bahwa kandungan lemak kasar yang terlalu tinggi
Serat Kasar(SK)
formulasi ransum dengan metode trial and error adalah 5,28 %..Dimana hasil formulasi
ransum dengan serat kasar 5,28% baik diberikan untuk ternak puyuh karna tidak melewati
batas maksimal .Hal ini sesuai dengan pendapat Pratama dkk,. (2023) yang menyatakan
bahwa serat kasar dalam ransum puyuh tidak boleh lebih dari 7% karena dapat
menyebabkan ternak lebih cepat kenyang dan ransum dengan kadar serat kasar yang
mengkonsumsi ransum .
Energi Metabolisme (EM)
didapatkan dari formulasi ransum dengan metode trial and error adalah
1311,24 kkal EM. Kebutuhan energi metabolisme dalam ransum dapat menpengaruhi
jumlah komsumsi protein pada puyuh petelur. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman.,
Dkk ( 2018 ) yanag menyatahkan bahwa pakan yang memiliki kandungan energi
Kalsium (C)
didapatkan dari formulasi ransum dengan metode trial and error adalah 1,12 %.
Dimana hasil formulasi ransum dapat di berikan kepada puyuh petelur pada fase
grower karna tidak melewati batas maksimal ,dan kalsium juga merupakan nutrisi
menyatakan bahwa kadar kalsium untuk kebutuhan puyuh fase grower yaitu
hanya sebesar 0,9-1,2% (SNI, 2006). Dan kalsium berperan penting bagi
didapatkan dari formulasi ransum dengan metode trial and error adalah 0,76.
dan berperan juga pada proses pertumbuhan berat badan yang optimum
dan pertumbuhan bulu yang cepat.Hal ini sesuai dengan pendapat Wardah.,
Dkk ( 2019) yang menyatakan bahwa penggunaan kalsium yang lebih banyak
trikalsium fosfat yang tidak dapat larut. Sebaliknya, kebanyakan fosfor dapat
Kesimpulan
ternak puyuh layer. Pada protein kasar 22,26% dengan ketentuan minimal 17%,
serat kasar 5,28% dengan ketentuan maksimal 7%, lemak kasar 4,28% dengan
ketentuan maksimal 7%, energi metabolisme (EM) 1311,24 kkal dengan ketentuan
minimal 2700 kkal, kalsium (Ca) 1,12% dengan ketentuan 2,5-3,5, dan fosfor (P)
Saran
syarat masuknya praktikum serta mengikuti arahan yang diberikan asisten saat
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R., Gubali, S. I., dan Sayuti, M. 2022. Kandungan protein kasar, serat
kasar dan energi formulasi ransum burung puyuh petelur yang ditambah
tepung daun kelor (Moringa oleifera Lam.). Gorontalo Journal of
Equatorial Animals. 1(2):93-98.
Dharmawan, A., Gofur, A., dan Novitasari, D. M. 2021. Efek penambahan bungkil
kedelai pada pakan terhadap pertambahan berat kelinci (Oryctolagus
cuniculus). Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic). 6(2):64-
71.
Julaiha, E., Yaman, M. A., dan Daud, M. 2019. Analisis usaha pembibitan puyuh
persilangan Jepang (Coturnix coturnix japonica) dengan puyuh hybrid
secara intensif. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 4(1):486-494.
Kafrita, N., dan Nazarudin, N. 2020. Karakteristik Calcium Carbonat (CaCO3) pada
cangkang kerang tiram (Crassosstrea Gigas) sebagai material baku
Thermochemical Energy Storage (TCES). JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi
Fisika). 4(2):164-169.
Mahmud, W. (2020). Implementasi Forward Chaining dan Metode Simpleks
untuk Menentukan Ransum Unggas yang Ekonomis. Jurnal Teknik
Informatika dan Sistem Informasi, 6(1).
Moningkey, A. F., Wolayan, F. R., Rahasia, C. A., dan Regar, M. N. 2019.
Kecernaan bahan organik, serat kasar dan lemak kasar pakan ayam
pedaging yang diberi tepung limbah labu kuning (Cucurbita moschata).
Zootec. 39(2):257-265.
Multida, I., Sari, M., Nurlita, S., dan Sudrajat, S. 2019. Pengaruh penambahan feses
ayam dalam ransum terhadap peningkatan bobot badan ayam kampung
unggul Balitbangtan (Ayam KUB). Jurnal Agroekoteknologi dan
Agribisnis. 3(1):1-9.
Mushawwir, A., Suwarno, N., dan Permana, R. 2020. Profil total lemak dan protein
puyuh fase Grower dan Layer. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan.
6(2):56-76
Nisrina, N., Affandi, M. I., & Marlina, L. (2022). Analisis Kelayakan Finansial Usaha Burung
Puyuh Petelur di Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmu
Ternak Universitas Padjadjaran, 22(2), 137-144.
Pratama, A., Fathul, F., Nova, K., & Sutrisna, R. (2023). PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG
MAGGOT BLACK SOLDIER FLY TERHADAP PERFORMA PUYUH JANTAN
(Coturnix coturnix japonica). Jurnal Riset dan Inovasi
Rahayu, R. S., Putra, R. E., & Alfianny, R. (2021, December). PENGARUH PEMBERIAN
TEPUNG LARVA LALAT TENTARA HITAM (Hermetia illucens) TERHADAP
KECEPATAN TUMBUH BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica).
In Gunung Djati Conference Series (Vol. 6, pp. 286-297).Peternakan (Journal of
Research and Innovation of Animals), 7(2), 198-208.
Wardah, A., & Panjaitan, T. W. S. (2019). Substitusi Butiran Kering Destilat Pada
Formulasi Pakan Puyuh Terhadap Kandungan Kimia Feses. STIGMA:
Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa, 12(02), 54-
65.
Yustendi, D., Yusrizal, Y., Firdaus, F., Daniel, D., Mulyadi, M., & Jalaluddin, J.
(2021). Sosialisasi Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Bahan
Pakan Ransum Ternak Ruminansia Pada Kelompok Ternak Sapi Di
Desa Lampakuk Kecamatan Cot Glie Kabupaten Aceh
Besar. BAKTIMAS: Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 3(2), 42-
47.
Mustofa, A., Hidayat, N., dan Budiarto, A. 2023. Pengaruh kombinasi penambahan
inokulum effective microorganisme-4 (EM4) dan waktu inkubasi
terhadap kualitas fermentasi tongkol jagung. Jurnal Pertanian Agros.
25(1):676-682.
Pratama, Y., Harahap, A, E., dan Ali, A. 2020. Peforma burung puyuh (Coturnix
coturnix japonica) periode grower yang diberi pakan berbahan tepung
daun ubi kayu. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 9(1):16-25.
Pratiwi, H. P., Kasiyati, K., Sunarno, S., dan Djaelani, M. A. 2019. Bobot otot dan
tulang tibia itik pengging (Anas platyrhyncos domesticus L.) setelah
pemberian imbuhan tepung daun kelor (Moringa oleifera Lam.) dalam
pakan. Jurnal Biologi Tropika. 2(2):54-61.
Risyahadi, S. T., Sukria, H. A., Taryati, A., Irawan, S., dan Wijaya, H. 2022.
Pelatihan formula pakan kelinci berbahan pakan lokal studi kasus
kagoda rabbit farm Bogor. Madaniya. 3(3):517-525.
Sari, E. N., Ramadhani, A. I., dan Maknunah, J. 2021. Studi pengaruh jenis minyak
nabati terhadap campuran bioresin vinil ester-minyak nabati. In
Prosiding SENASTITAN: Seminar Nasional Teknologi Industri
Berkelanjutan. 1(1):215-222.
Samadi, S., Wajizah, S., Khairi, F., & Ilham, I. (2021). Formulasi Ransum Ayam
Pedaging (Broiler) dan Pembuatan Feed Additives Herbal
(Phytogenic) Berbasis Sumber Daya Pakan Lokal di Kabupaten Aceh
Besar. Media Kontak Tani Ternak, 3(1), 7-13.
Rahman, K. M. A., Wahyuningsih, S., & Widodo, E. (2018). Pengaruh penggunaan tepung
biji kemiri dalam pakan terhadap kinerja reproduksi burung puyuh (Coturnix
coturnix japonica). Jurnal Nutrisi Ternak Tropis, 1(1), 24-33.
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Menggunakan Ms. Exel Formulasi Ransum
Puyuh Layer
Batas Batas
PK LK SK EM Ca P Kg Bahan PK LK SK EM Ca P
penggunaan penggunaan
55 9 3,90 2,05 3370 0,22 0,17 60 62,70 4,47 2,05 1,08 1773,68 0,12 0,09
26,99 13 5,00 12 2200 0,19 1,50 25 30,77 2,85 1,10 2,63 482,46 0,04 0,33
1 0 0 0 8600 0,44 0 1 1,14 0,00 0,00 0 75,44 0 0,00
25 41 7,30 5 2400 0,62 0,29 17 28,50 6,11 1,09 0,75 357,89 0,09 0,04
10 61 9 1 3080 5,11 2,88 10 11,40 5,35 0,79 0,09 270,18 0,45 0,25
1 0 0 0 0 40 0 1 1,14 0 0 0 0 0,35 0
114 18,79 5,03 4,54 2959,65 1,05 0,71