PEMBERIAN RANSUM
“Pembuatan konsentrat sapi potong”
Oleh :
Kelas F
Kelompok 6
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penyusun berhasil menyelesaikan laporan akhir ini.
Diharapkan laporan akhir ini dapat memberikan informasi yang diperlukan. Laporan
akhir ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir dari pratikum Bahan Pakan dan
Pemberian Ransum.
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pengerjaan
laporan akhir ini, semoga laporan akhir ini dapat diterima dengan baik oleh semua
Penyusun menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak kami harapkan agar
Penyusun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha
peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh
kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ternak memiliki genetik
yang unggul apabila jenis pakan yang diberikan berkualitas rendah maka
pertumbuhannya pun kurang optimal. Kebutuhan pakan ternak ruminansia
dipenuhi dari hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai pakan
tambahan.
Kelangkaan hijauan pakan untuk ternak ruminansia saat ini telah
menjadi pokok permasalahan utama dalam pengembangan usaha
peternakan di Indonesia. Kelangkaan tersebut menyebabkan keterbatasan
peternak dalam penggunaan hijauan sehingga penggunaan hijauan
menjadi asal-asalan tanpa memikirkan bahwa kualitas hijauan tersebut
rendah. Secara umum peternak kurang memperhatikan kandungan
nutrien pakan untuk ternaknya, namun lebih mengutamakan untuk
membuat ternaknya kenyang sehingga ternaknya tenang dan tidak berisik
minta makan.
Terkait dengan hal itu maka diperlukan suatu alternatif sumber
pakan konsentrat untuk melengkapi kualitas hijauan makanan ternak yang
biasa digunakan oleh para peternak. Pemanfaatan sumber daya lokal
2
secara optimal merupakan langkah strategis dalam upaya mencapai
efisiensi usaha produksi ternak ruminansia baik ruminansia kecil maupun
besar. Hal ini akan semakin nyata apabila sumber daya tersebut bukan
merupakan kebutuhan langsung untuk kompetitor, seperti manusia atau
jenis ternak lain.
Salah satu alternatif sumber pakan yang bisa digunakan adalah
ampas tahu. Ampas tahu sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
pakan ternak. Ampas tahu masih mengandung zat gizi yang cukup bagus
untuk dapat digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Wahyuni (2003),
ampas tahu mengandung protein kasar sebesar 18,87% BK. Kelemahan
ampas tahu sebagai pakan ternak yaitu kadar airnya yang cukup tinggi,
sehingga harus segera diberikan ke ternak. Jika terlalu lama disimpan,
ampas tahu akan cepat membusuk. Maka dari itu, diperlukan cara untuk
mengawetkan ampas tahu agar tidak cepat membusuk, sehingga mampu
untuk disimpan sebagai cadangan pakan untuk ternak, terutama ternak
ruminansia.
Adapun teknologi penyimpanan pakan melalui proses fermentasi
merupakan teknologi yang dianggap tepat dikembangkan untuk dapat
mengatasi masalah dalam pemanfaatan ampas tahu tersebut. Fermentasi
merupakan metode pengawetan pakan dengan bantuan mikrobia bakteri
asam laktat (BAL). BAL merupakan mikrobia yang menghasilkan asam
laktat sebagai produk utamanya. Asam laktat berperan dalam
menurunakan pH sehingga menghambat bahkan membunuh bakteri
3
pembusuk dan mengurangi kerusakan komposisi kimia media akibat
proses respirasi. Asam laktat dihasilkan dari pemanfaatan karbohidrat
terlarut (water soluble carbohydrate, WSC) sebagai sumber substrat untuk
BAL.
Lactobacillus merupakan jenis bakteri yang memiliki banyak strain
penghasil asam laktat, diantaranya adalah L. plantarum, L. bulgaricus, dan
L. casei. Keunggulan dari ketiga strain bakteri tersebut adalah mudah
didapatkan dan dikembangbiakkan karena kerap digunakan dalam skala
industri sehingga aplikatif jika diterapkan dalam masyarakat. Ketiga
bakteri tersebut telah banyak digunakan untuk mengawetkan pakan
dengan menghasilkan asam laktat yang mampu menurunkan pH sehingga
menjaga komposisi kimia pakan dan mencegah bahkan membunuh
bakteri pembusuk ataupun patogen. Bakteri patogen diantaranya adalah
Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli ataupun Brucella (Adams dan Moss, 2000). Kadar air
berkaitan erat dengan pertumbuhan bakteri, jamur dan mikrobia lainnya.
Semakin tinggi kadar air, pada umumnya semakin banyak bakteri
pembusuk yang dapat tumbuh.
Konsentrat yang difermentasi BAL dengan pakan tunggal
mempunyai kekurangan, oleh karenanya penelitian yang dikembangkan
adalah teknologi pengawetan fermentasi dengan memanfaatkan sumber
pakan lebih dari satu, yaitu ampas tahu, dedak kasar, dan pollard. Hal ini
selain untuk memenuhi kebutuhan ternak diharapkan juga terdapat faktor
4
saling melengkapi yang terkandung pada masing-masing by products
tersebut, maka pemberian secara bersama akan memberikan pengaruh
lebih baik dibandingkan dengan pemberian sendiri-sendiri.
Pemberian pakan konsentrat yang difermentasi dengan BAL akan
mempercepat pertumbuhan ternak, sehingga berat badan yang
diharapkan dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Namun, pemberian
pakan konsentrat fermentasi dalam jumlah yang besar mungkin kurang
baik karena dapat menyebabkan asidosis. Asidosis terjadi bila ternak
mengkonsumsi pakan fermentasi atau konsentrat dengan karbohidrat
terlarut yang tinggi. Fermentasi karbohidrat berlangsung sangat cepat di
dalam rumen dan menghasilkan asam asetat dalam jumlah yang besar
dimana terjadi perubahan keasaman di dalam rumen secara mendadak
sehingga rumen beresiko mengalami asidosis.
Pakan yang memiliki energi tinggi mengandung NDF yang rendah.
Akibatnya, jenis pakan ini sangat mudah difermentasi di dalam rumen
namun proses memamah biak dan aliran saliva buffer ke rumen kurang
maksimal karena serat kasar yang dibutuhkan rendah. Hasilnya pH dalam
rumen menurun dan meningkatkan risiko asidosis (Beauchemin, 2007).
Penurunan pH tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas
mikrobia dalam rumen, yang berperan dalam proses pencernaan pakan
dan selanjutnya akan mengakibatkan kecernaan pakan serta produktivitas
ternak menurun sehingga pemberian konsentrat yang difermentasi
5
dengan BAL diberi penambahan NaHCO3 sebagai buffer yang
harapannya dapat menstabilkan pH dalam rumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan
pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,
dedak halus, bungkil kelapa dan tepung ikan. Kualitas pakan konsentrat komersial
karena kualitas pakan sangat tergantung dengan kualitas bahan baku. Pemilihan
bahan baku harus memastikan bahan pakan dalam kondisi bagus. Bahan baku
pakan berasal dari limbah pertanian dan limbah agroindustri yang memiliki
kandungan nutrien yang cukup dan harganya murah (Hardianto, 2000). Bahan
baku yang akan diterima harus melewati beberapa tahap pemeriksaan sebelum
yang berkualitas karena hal tersebut sangat menentukan kualitas pakan konsentrat.
Bahan baku yang umum digunakan untuk pakan ternak adalah jagung, dedak,
bungkil kedelai dan tepung ikan (Kushartono, 2000). Bahan baku terdiri dari
sumber serat seperti limbah pertanian dan kulit biji polong, sumber energi seperti
sumber mineral seperti tepung ikan dan garam, sumber vitamin seperti
5% - 10% dari bahan baku (Sutikno dkk., 2016). Onggok adalah salah satu bahan
pakan sumber energi. Kandungan nutrien onggok berdasarkan 100% bahan kering
(BK) adalah Abu 3,3%, protein kasar (PK) 3,3%, lemak kasar (LK) 0,7%, serat
kasar (SK) 5,3%, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 87,3%
Bungkil sawit merupakan hasil samping dari pengolahan inti kelapa sawit
menjadi minyak kelapa sawit. Bungkil sawit adalah salah satu bahan pakan
sumber protein nabati. Kelapa sawit memiliki banyak jenis produk samping yang
4
berpotensi besar untuk dijadikan bahan pakan (Elisabeth dan Ginting, 2003).
daging buah kelapa kering. Bungkil kopra adalah salah satu bahan pakan sumber
kedelai utuh. Bungkil kedelai adalah salah satu bahan pakan sumber protein
nabati. Bungkil kedelai memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, nilai
tanah yang memiliki kadar protein yang tinggi dan bisa dimanfaatkan sebagai
makanan ternak (Yulifianti., dkk 2007). Bungkil kacang tanah adalah salah satu
Kulit kopi merupakan limbah dari pengolahan buah kopi yang akan
dijadikan bubuk kopi. Kulit kopi bisa digunakan untuk bahan pakan karena
memiliki kecernaan protein sebesar 65% (Azmi dan Gunawan, 2006). Kandungan
2.3.7. Dedak
Dedak diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Dedak adalah salah
satu bahan pakan sumber energi. Kandungan nutrien dedak berdasarkan 86,5%
2.3.8. Molasses
Molasses merupakan hasil samping dari pengolahan gula tebu yang berupa
cairan warna coklat kehitaman. Molasses adalah salah satu bahan pakan sumber
energi, selain gaplek dan tepung jagung. Kelebihan molasses terletak di aroma
dan rasa, sehingga bila dicampur kedalam ransum akan mempengaruhi rasa dan
6
aroma pakan. Kandungan nutrien molasses berdasarkan 100% BK adalah Abu
10,4%, PK 5,4%, LK 0,3%, SK 10,0%, dan BETN 74,0% (Hartadi dkk., 1997).
2.3.9. Garam
Garam merupakan salah satu sumber mineral yang sangat penting untuk
kerangka tubuh ternak. Sumber mineral adalah bahan pakan yang memiliki
kandungan mineral seperti garam dapur (Wahyono dan Hardianto, 2004). Bahan
pakan sebagai sumber mineral adalah tepung tulang dan tepung batu.
Tepung ikan merupakan limbah ikan kecil atau ikan besar yang tidak
diikutsertakan dalam pengalengan. Tepung ikan adalah salah satu sumber protein
hewani. Bentuk fisik tepung ikan adalah partikelnya halus, warna coklat dan bau
2.3.11. Gaplek
Gaplek umum digunakan sebagai bahan konsentrat baik untuk sapi potong
maupun sapi perah (Antari dan Umiyasih, 2009). Gaplek adalah salah satu bahan
2.3.12. Kapur
Kapur atau tepung batu merupakan bongkahan kapur yang diolah melalui
dalam bentuk tepung. Tepung batu memiliki potensi untuk komponen pakan
ternak sebagai sumber mineral (Khalil dan Anwar, 2005).
2.3.13. Zeolit
terdiri dari sisa-sisa irisan kentang yang tidak diproses dan kentang yang rusak.
pangan, bahan baku industri dan pakan ternak (Martunis, 2012). Limbah kentang
termasuk bahan yang mudah dicerna dan sangat palatabel khususnya bagi ternak
fermentasi pada pati jagung menjadi etanol dan CO2, sehingga komponen bahan
lainnya seperti protein, lemak, serat dan mineral akan diperoleh kembali dalam
dilakukan sebagian besar hanya dibuang atau dibakar. Penggunaan kulit kacang
Tepung jagung merupakan butiran jagung yang digiling sampai halus atau
berbentuk mash. Jagung adalah bahan pakan sumber energi. Jagung adalah salah
satu bahan baku yang tersedia cukup memadai tetapi belum dimanfaatkan secara
2.3.18. Teprosa
Teprosa merupakan limbah dari proses pengolahan bumbu penyedap rasa
2.3.19. Wafer
Wafer merupakan bahan baku pakan berasal dari limbah pengolahan roti
dan wafer yang diberikan ke ternak guna sebagai salah satu sumber energi.
drying, grinding, mixing, peletting dan extruding yang akan dibahas sebagai
berikut.
2.4.1. Drying
adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu
10
2.4.2. Grinding
urea dan tepung tulang yang digiling sampai ukuran partikelnya kecil–kecil dan
homogen (Wahyono dan Hardianto, 2004). Proses penggilingan ini dilakukan agar
2.4.3. Mixing
Mixing atau pencampuran bertujuan untuk menghasilkan produk yang
mempunyai nilai nutrisi yang homogen. Proses pencampuran yang baik akan
menghasilkan produk yang seragam pada waktu yang pendek. Faktor yang
urutan penambahan bahan baku, jumlah bahan yang dicampur, desain mixer dan
2.4.4. Peletting
secara mekanik dengan tekanan tertentu. Penambahan air pada proses Pelleting
11
2.4.5. Extruding
melalui alat extruder, pada proses pencetakan sebaiknya ditambahkan air agar
campuran pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Tahapan
Kualitas pakan sangat tergantung dengan kualitas bahan baku, bahan baku
yang bagus adalah tidak ada penggumpalan, tidak berbau tengik, tidak berjamur
dan bebas dari zat yang merugikan (Kushartono, 2002). Pengujian organoleptik
adalah pengujian bahan pakan dengan cara melihat struktur dan sifat fisik pada
pakan yang meliputi bentuk, tekstur, aroma dan warna pakan. Pakan yang baik
memiliki bentuk, tekstur, aroma dan warna sesuai dengan bahan asli. Pengujian
serat kasar dan kadar air. Pengujian pakan secara kimia merupakan penentuan
12
kuantitas dan kualitas nutrien dalam pakan, yang merupakan penentuan komposisi
proksimat dari kadar protein, lemak, BETN, serat kasar, abu dan air pakan yang
2.6. Pergudangan
dan pakan jadi yang siap untuk di distribusikan. Gudang juga berfungsi sebagai
pelindung bahan pakan dari sinar matahari, hujan dan benda asing yang dapat
menyebabkan kerusakan pakan. Penyimpanan bahan pakan sangat penting karena
kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kandungan kadar air bahan pakan yang
disebabkan oleh perubahan kadar air selama penyimpanan, seperti butiran menjadi
seperti, terdapat jamur pada pakan dan kerusakan kimiawi disebabkan oleh adanya
air pakan sedikit meningkat sehingga menyebabkan jamur tumbuh dan bau tengik
ketersediaan pakan bisa mencukupi dan memadai dan selalu siap digunakan
13
2.7. Pengemasan
cara untuk melindungi atau mengawetkan produk (Yuli dkk., 2009). Tujuan
pengemasan adalah untuk melindungi pakan dari kontaminasi dengan udara luar,
mencegah masuknya bau dan gas, melindungi dari sinar matahari, melindungi dari
menggunakan karung goni, karung plastik, kemasan kertas dan kemasan plastik.
Perubahan kadar air dapat disebabkan pengaruh suhu dan kelembaban selama
penyimpanan.
2.8. Distribusi
denyut nadi dan suhu tubuh berbeda akibat perbedaan proses fermentasi atau